(GFD-2020-8149) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Mencium Cuka Bisa Deteksi Covid-19 Tanpa Perlu Rapid Test?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 24/06/2020
Berita
Klaim bahwa mencium cuka bisa mendeteksi infeksi virus Corona Covid-19 beredar di media sosial. Klaim itu terdapat dalam sebuah tautan artikel dari blog Media Viral Indonesia yang berjudul "Tak Perlu Ikutan Rapid Tes, Mencium Cuka Bisa Deteksi Apakah Kita Terkena Virus Atau Tidak, Begini Caranya".
Artikel yang dipublikasikan pada 19 Juni 2020 itu mengutip unggahan akun Facebook US Army Garrison Daegu. Sejak 3 April, Tentara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) di pangkalan militer Daegu, Korea Selatan, menerapkan tes mencium cuka bagi para pendatang untuk mendeteksi apakah mereka terpapar Covid-19. Hal ini dilakukan karena adanya penelitian bahwa beberapa pasien Covid-19 kehilangan indra penciumannya.
Salah satu akun di Facebook yang membagikan tautan artikel tersebut adalah akun Penyejuk Hati, yakni pada 19 Juni 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 2.300 kali, dikomentari lebih dari 250 kali, dan direspons lebih dari 4.700 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Penyejuk Hati.
Artikel ini akan berisi pemeriksaan fakta terhadap dua hal, yakni:
Hasil Cek Fakta
Klaim pertama
Untuk memeriksa klaim pertama, Tim CekFakta Tempo menelusuri sumber yang digunakan oleh blog Berita Viral Indonesia itu, yakni unggahan akun Facebook US Army Garrison Daegu. Hasilnya, memang benar bahwa Tentara Angkatan Darat AS di Garnisun Daegu, Korea Selatan, menerapkan tes mencium cuka. Hal ini diumumkan pada 3 April 2020.
Menurut unggahan akun US Army Garrison Daegu, mereka melakukan tes penciuman di gerbang masuk Kamp Walker, Carroll, dan Henry untuk membantu mendeteksi personil atau tamu yang mungkin terinfeksi Covid-19. Unggahan tersebut juga menyertakan sebuah foto saat seorang pengemudi dites penciuman di Gerbang 2 Kamp Henry.
Situs media Newsweek pun pernah memuat informasi itu, yakni pada 5 April 2020. Tujuan tes penciuamn ini adalah untuk mengidentifikasi pendatang yang mungkin terpapar Covid-19 dengan gejala hilangnya indra penciuman. Menurut juru bicara US Forces Korea (USFK), tes penciuman itu merupakan tambahan dalam prosedur pemantauan Covid-19 yang meliputi pemeriksaan suhu tubuh dan pengisian kuesioner penilaian tentang kondisi kesehatan.
Dengan demikian, informasi bahwa Tentara Angkatan Darat AS di Garnisun Daegu, Korea Selatan, memberlakukan tes mencium cuka untuk mendeteksi Covid-19 benar adanya.
Klaim kedua
Meskipun tes mencium cuka diterapkan oleh Tentara Angkatan Darat AS di Korea Selatan, apa benar mencium cuka bisa mendeteksi Covid-19? Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, sejauh ini, tidak ada penelitian yang bisa membuktikan apakah metode tersebut efektif dalam mendeteksi infeksi virus Corona Covid-19. Menurut laporan Newsweek, tes mencium cuka itu adalah inisiatif Garnisun Daegu dan tidak diketahui apakah garnisun lain mengadopsi kebijakan serupa.
British Association of Otorhinolaryngology (ENT UK) memang pernah menyebut hilangnya kemampuan indra penciuman atau anosmia sebagai salah satu gejala pasien Covid-19. Sekitar 30 persen orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Korea Selatan mengalami anosmia, terutama pada mereka yang mengalami gejala ringan.
Soal hilangnya kemampuan indra penciuman pada pasien Covid-19 ini juga pernah disinggung dalam sebuah studi yang dipublikasikan oleh jurnal Nature Madicine pada 11 Mei 2020. Studi itu menyebut, dari 18.401 responden yang menjalani tes Covid-19, proporsi responden yang melaporkan hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa lebih tinggi mereka yang hasil tesnya positif (4.668 dari 7.178 responden atau 65,03 persen) ketimbang mereka yang hasil tesnya negatif (2.436 dari 11.223 responden atau 21,71 persen).
Meskipun begitu, tidak semua kasus hilangnya kemampuan indra penciuman ini berkorelasi dengan Covid-19. Dilansir dari National Geographic, Direktur Pusat Bau dan Rasa Universitas Florida di Gainesville, Steven Munger, menjelaskan bahwa hingga 40 persen orang dengan infeksi virus lain, seperti influenza atau flu biasa, juga kehilangan kemampuan indra penciuman untuk sementara waktu. Kondisi ini juga umum terjadi pada penderita alergi.
Gangguan penciuman yang berkepanjangan, yang mempengaruhi 3-20 persen dari populasi umum, lebih banyak diderita oleh orang tua. Namun, hilangnya penciuman juga bisa disebabkan oleh trauma kepala yang parah, penyakit neurodegeneratif, atau polip hidung yang menghalangi aliran udara dan harus diangkat melalui pembedahan. "Mengapa bau mendapat begitu banyak perhatian?" tanya Munger. “Orang-orang takut, dan kami berusaha memahami penyakit ini. Kami berusaha meraih berbagai hal untuk membantu kami mengenali Covid-19 sedini mungkin. "
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS ( CDC ) memang telah memasukkan hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa dalam daftar gejala yang bisa muncul pada penderita Covid-19, di antara gejala lain seperti demam, batuk, sulit bernapas, kelelahan, sakit otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung berair, mual atau muntah, dan diare. Namun, menurut CDC, gejala-gejala ini tidak selalu dimiliki oleh semua penderita Covid-19.
Pengujian Covid-19 yang akurat
Untuk benar-benar memastikan apakah seseorang yang memiliki gejala-gejala di atas, termasuk kehilangan penciuman, terinfeksi Covid-19, mereka harus menjalani tes polymerase chain reaction (PCR) yang telah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama pandemi Covid-19.
Dilansir dari Livescience.com, tes PCR bekerja dengan mendeteksi bahan genetik spesifik dalam virus tersebut. Tergantung pada jenis PCR yang dipakai, petugas kesehatan mengambil sampel air liur dari bagian belakang tenggorokan, sampel cairan dari saluran pernapasan bawah, atau sampel tinja.
Saat sampel tiba di laboratorium, peneliti akan mengekstrak asam nukleat yang menyimpan genom virus. Kemudian, peneliti dapat memperkuat bagian genom tertentu dengan teknik yang dikenal sebagai transkripsi terbalik PCR. Hal ini akan memberikan peneliti sebuah sampel yang lebih besar yang dapat mereka cocokkan dengan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Terkait rapid test atau uji cepat, belum direkomendasikan karena akurasinya rendah. Menurut Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, Berry Juliandi, kepada Tim CekFakta Tempo pada 26 Mei 2020, akurasi rapid test rendah karena sangat bergantung pada jumlah antibodi yang dikeluarkan tubuh saat terjadinya infeksi SARS-CoV-2. Apabila antibodi yang dikeluarkan sedikit, yang dipengaruhi oleh genetika seseorang, hasil rapid test bisa menjadi negatif.
Faktor kedua, rendahnya antibodi sangat bergantung pada durasi waktu sejak seseorang pertama kali terinfeksi. Seseorang yang baru terinfeksi, antibodinya masih rendah. “Sehingga, saat rapid test, hasilnya negatif. Padahal, sebenarnya, dia sudah positif Covid-19,” kata Berry.
Karena itu, waktu terbaik untuk melakukan rapid test minimal pada hari ke-7 setelah terinfeksi dan seterusnya, saat jumlah antibodi cukup banyak. Namun, kendalanya, tidak diketahui kapan seseorang mulai terinfeksi SARS-CoV-2. Sehingga, menurut Berry, rapid test lebih tepat digunakan hanya sebagai penapisan atau skrining orang-orang yang pernah terinfeksi.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, judul artikel di blog Media Viral Indonesia, yakni "Tak Perlu Ikutan Rapid Tes, Mencium Cuka Bisa Deteksi Apakah Kita Terkena Virus Atau Tidak, Begini Caranya", menyesatkan. Tidak mampunya seseorang mencium cuka bukan berarti orang tersebut terinfeksi Covid-19. Ada sejumlah faktor lain yang bisa menyebabkan seseorang kehilangan indra penciuman. Untuk memastikan positif atau tidaknya seseorang menderita Covid-19, harus dilakukan tes PCR.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://media-viral-indonesia.blogspot.com/2020/06/tak-perlu-ikutan-rapid-tes-mencium-cuka.html?fbclid=IwAR1S8ZFqRK5DjdIAIySTEdcsg_ujesfV5lcP8N5JCGU7YiJYr7IQfAJmvas
- https://web.archive.org/web/20200624052217/
- https://www.facebook.com/penyejukhattii/posts/474127426759874?_rdc=1&_rdr
- https://www.facebook.com/USAGDaegu/photos/a.310204301795/10158203377866796/?type=3&theater
- https://www.newsweek.com/smell-test-us-military-base-south-korea-apple-vinegar-screening-1496183
- https://www.newsweek.com/smell-test-us-military-base-south-korea-apple-vinegar-screening-1496183
- https://www.nature.com/articles/s41591-020-0916-2
- https://www.nationalgeographic.com/science/2020/04/lost-your-sense-of-smell-it-may-not-be-coronavirus/
- https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/symptoms-testing/symptoms.html
- https://www.livescience.com/how-coronavirus-tests-work.html
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/796/fakta-atau-hoaks-benarkah-tes-pcr-tak-bisa-tunjukkan-jenis-virus-corona-covid-19
(GFD-2020-8148) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto Banjir di Singapura pada 23 Juni 2020?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 24/06/2020
Berita
Foto yang memperlihatkan jalanan di sebuah kota yang terendam banjir beredar di media sosial. Dalam foto itu, terlihat pula deretan mobil yang terparkir di jalanan yang hampir seluruh bodinya tertutup air. Foto tersebut pun diklaim sebagai foto banjir di Singapura.
Foto ini beredar pasca banjir bandang yang melanda beberapa wilayah Singapura pada 23 Juni 2020. Sebelumnya, memang terjadi hujan lebat di beberapa daerah di Singapura, seperti Changi, Bedok, Jurong, dan Bukit Timah.
Di Facebook, foto tersebut diunggah salah satunya oleh akun M. Leha Solekhah. Akun ini juga menulis narasi, "Cukup heran klu singapore bisa bnjir kyk gini,,, Bedok." Hingga kini, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 1.000 kali.
Adapun di Twitter, foto tersebut dibagikan salah satunya oleh akun @ivansiregar18. Akun ini menuliskan narasi, "Singapore Banjir." Hingga artikel ini dimuat, cuitan itu telah di-retweet lebih dari 700 kali dan disukai lebih dari 1.700 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook M. Leha Solekhah (kiri) dan akun Twitter @ivansiregar18 (kanan).
Apa benar foto tersebut adalah foto banjir di Singapura pada 23 Juni 2020?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri asal-usul foto tersebut denganreverse image toolGoogle. Hasilnya, ditemukan bahwa foto-foto itu telah beredar sejak 22 Mei 2020, sebelum terjadinya banjir di Singapura pada 23 Juni 2020. Foto itu merupakan foto banjir yang terjadi di Guangzhou, Guangdong, Cina.
Salah satu akun di Twitter, @redwallpusher, pernah mengunggah foto tersebut pada 22 Mei 2020. Akun ini juga membagikan tiga foto lain yang memperlihatkan banjir di Guangzhou saat itu. Akun itu pun memberikan keterangan, "Guangzhou today."
Sebuah akun di Weibo, situs microblogging Cina yang serupa dengan Twitter, juga pernah membagikan foto tersebut pada 23 Mei 2020. Akun yang bernama Alur Garis Emas itu pun mengunggah dua foto lain yang memperlihatkan kondisi Guangzhou. Akun ini menuliskan narasi, "Semua jenis ikan ada di jalan."
Dilansir dari situs Qq.com, pada 22 Mei pagi, hujan badai terjadi di Guangzhou, Dongguan, dan sejumlah wilayah lain. Hujan badai yang menyebabkan banjir ini menelan empat korban jiwa. Tanah longsor juga terjadi di Distrik Huangpu yang membuat empat rumah rusak. Banyak kendaraan yang terperangkap di Terowongan Kaiyuan Avenue.
Dikutip dari situs Sionins.com, pada 21 Mei malam, Guangzhou Meteorolocigal Observatory telah mengeluarkan peringatan bahwa akan terjadi hujan badai di daerah perkotaan pada 22 Mei pagi. Curah hujan yang terjadi pada pukul 20.20 hingga 07.25 itu mencapai 92,3 milimeter.
Akibat hujan lebat itu, jalan dan terowongan di Distrik Zengcheng dan Distrik Huangpu di Guangzhou terendam banjir. PICC P&C Guangzhou pun telah menerima lebih dari 3 ribu laporan asuransi mobil terkait dengan hujan badai tersebut. Sementara Ping An Property & Casualty Guangdong telah menerima sebanyak 81.199 laporan mobil yang tergenang.
Banjir di Singapura pada 23 Juni 2020
Dilansir dari Straitstimes.com, pada 23 Juni 2020 pagi, terjadi banjir bandang di Singapura. Beberapa lokasi yang terkena banjir tersebut adalah Jurong Town Hall Road, Opera Estate, persimpangan Bedok North Avenue 4-Upper Changi Road, dan New Upper Changi Road. Sebatang pohon juga dilaporkan tumbang di Bukit Timah Expressway yang menuju ke Pan-Island Expressway dekat pintu keluar Dairy Farm Road.
Curah hujan tertinggi, yakni sekitar 108,8 milimeter, tercatat di Bedok Selatan antara pukul 07.10 dan 0.05. Curah hujan ini melebihi setengah curah hujan bulanan rata-rata Singapura pada Juni. Antara pukul 07.15 dan 08.35, volume hujan disebut setara dengan sekitar 880 kolam ukuran Olimpiade yang jatuh. Banjir bandang pertama dilaporkan terjadi pada pukul 08.30 pagi dan surut dalam 10-20 menit.
Berdasarkan arsip berita Tempo, Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA) sekitar pukul 06.30 pagi telah memperingatkan bahwa hujan sedang hingga deras akan terjadi di sejumlah besar wilayah Singapura. "PUB (Dewan Utilitas Publik) mengatakan banjir bandang dapat terjadi jika hujan deras," tulis NEA di Twitter.
Pada pukul 11.00, NEA menyatakan bahwa hujan diperkirakan akan terus berlanjut di berbagai wilayah Singapura hingga siang hari. Dikutip dari Channel News Asia, terlihat kendaraan serta warga yang melewati banjir setinggi lutut. Di Upper Changi Road, dekat stasiun pemadam kebakaran Changi, sebuah ambulans dan truk terlihat melaju melewati banjir.
Pasukan Pertahanan Sipil Singapura (SCDF) mengatakan bahwa petugas stasiun pemadam kebakaran Changi mendapati sejumlah kendaraan berhenti di depan stasiun mereka karena banjir. "Lima belas petugas pemadam kebakaran segera memberikan bantuan kepada pengemudi, penumpang, dan pejalan kaki yang terdampar," kata SCDF. Petugas pemadam juga memindahkan dua kendaraan dari daerah yang terdampak.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto banjir di Singapura pada 23 Juni 2020 keliru. Foto itu merupakan foto banjir di Guangzhou, Guangdong, Cina, pada 22 Mei 2020. Meskipun begitu, di Singapura, memang terjadi banjir bandang pada 23 Juni 2020.
IBRAHIM ARSYAD
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- http://archive.ph/WyvUq
- http://archive.ph/kFWDC
- https://twitter.com/redwallpusher/status/1263669384230268928
- https://www.weibo.com/2092902070/J3epZdiqy?type=comment#_rnd1592974682992
- https://xw.qq.com/partner/standard/20200524A04JSV/20200524A04JSV00?ADTAG=standard&pgv_ref=standard
- http://xw.sinoins.com/2020-05/22/content_344964.htm
- https://www.straitstimes.com/singapore/flash-floods-after-heavy-rainfall-on-tuesday-morning
- https://dunia.tempo.co/read/1357182/hujan-deras-singapura-dilanda-banjir-bandang/full&view=ok
(GFD-2020-8147) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Motor di Video Ini Terbakar Karena Hand Sanitizer?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 23/06/2020
Berita
Sebuah video yang memperlihatkan sebuah motor di tepi jalan yang terbakar beredar di media sosial. Menurut narasi yang menyertai video tersebut, motor itu terbakar karena di bagasi motor tersebut tersimpan hand sanitizer. Hand sanitizer itu disebut sebagai pemicu kebakaran.
Di Facebook, salah satu akun yang mengunggah video tersebut adalah akun Resep Masakan Bunda, yakni pada 19 Juni 2020. Akun ini menuliskan narasi, "Hati-hati yang bepergian hand sanitizer memang sekarang menjadi kebutuhan sehari-hari tetap waspada hand sanitizer mengandung alkohol yang tinggi dan mudah terbakar. Motor tersebut terbakar karena ada hand sanitizer di dalam bagasi motor. Beruntung pemillik kendaraan bisa menyelamatkan diri."
Hingga artikel ini dimuat, video unggahan akun Resep Masakan Bunda itu telah ditonton lebih dari 2.500 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Resep Masakan Bunda.
Apa benar motor dalam video di atas terbakar karena hand sanitizer?
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo memasukkan kata kunci "motor terbakar karena hand sanitizer" ke mesin pencarian Google. Hasilnya, ditemukan sejumlah media yang memberitakan peristiwa terbakarnya motor itu.
Dilansir dari Kompas.com, Kepala Bidang Humas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, Komisaris Besar Yulianto, membenarkan peristiwa terbakarnya motor itu terjadi di wilayahnya, tepatnya pada 18 Juni 2020. "Sekitar jam 3 sore," ujar Yulianto.
Namun, motor itu terbakar bukan karena hand sanitizer, melainkan karena korsleting. Menurut Yulianto, sehari sebelumnya, oli mesin dan air radiator motor tersebut baru saja diganti. Keesokan harinya, motor itu dipakai berkendara oleh pemiliknya ke daerah Timoho, Yogyakarta.
Tak lama kemudian, si pemilik kembali ke rumahnya. Ketika melewati Jalan Gajah Mada, Pakualaman, motor tersebut tersendat-sendat dan hampir mogok. Namun, oleh pemiliknya, motor itu dipaksa untuk terus berjalan. Akhirnya, motor tersebut mogok, kemudian diparkir di tepi jalan.
Si pemilik pun mengecek motornya itu. "Namun, asap tebal justru menyembur dari bagian mesin. Karena asap semakin tebal, pemilik motor kemudian mencari air dan berusaha untuk menyiramkannya ke mesin motor," ujar Yulianto.
Belum sempat air disiramkan ke mesin motor, tiba-tiba muncul kobaran api yang semakin besar hingga melalap seluruh badan motor. "Api dapat dipadamkan setelah muncul seseorang yang membawa alat pemadan kebakaran (powder)," tutur Yulianto.
Dikutip dari Tribun Jogja, motor berjenis matik yang terbakar itu dimiliki oleh Fauzi Fathurrahman, 25 tahun, warga Dipowinatan, Mergangsan. Menurut Kepala Polsek Pakualaman, Komisaris Aslori, setelah api padam, motor tersebut dibawa pulang ke rumah dengan mobil pick up.
"Penyebab kebakaran motor diduga murni karena kecelakaan atau korsleting kelistrikan, bukan karena sebab lain atau kejahatan. Kerugian ditaksir kurang lebih Rp 6 juta," ujar Aslori.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa motor dalam video di atas terbakar karena hand sanitizer adalah klaim yang keliru. Motor tersebut terbakar karena korsleting, bukan karena hand sanitizer.
IBRAHIM ARSYAD
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
(GFD-2020-8146) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Uang Resmi Pecahan 100 Rupiah pada 1954 Memuat Tulisan Arab?
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 23/06/2020
Berita
Akun Facebook Anwar Harum Maru membagikan sebuah foto yang diklaim sebagai foto uang resmi Indonesia pecahan 100 rupiah yang di dalamnya memuat tulisan Arab. Dalam uang yang berangka tahun 1954 dan disebut dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) itu, terdapat gambar Presiden RI pertama, Sukarno.
Akun tersebut mengunggah foto itu pada 17 Juni 2020 dengan narasi, "Inilah wajah uang kertas kita tahun 1954...Renungkanlah!" Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 200 kali.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Anwar Harum Maru.
Apa benar uang resmi pecahan 100 rupiah pada 1954 memuat tulisan Arab?
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo terhadap dokumen “ Sejarah Bank Indonesia : Sistem Pembayaran Periode 1953-1959” yang diterbitkan oleh BI, diketahui bahwa uang pecahan 100 rupiah yang memuat tulisan Arab itu bukan uang resmi yang dikeluarkan oleh BI maupun pemerintah pada 1954 sebagai alat transaksi.
Ketika itu, uang memang diedarkan melalui dua institusi, yakni pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan dan BI. BI mengeluarkan uang kertas pecahan 5 rupiah ke atas. Sementara pemerintah, mengacu pada Undang-Undang Mata Uang 1951, mengedarkan uang logam dan uang kertas pecahan 1 rupiah dan 2,5 rupiah.
Uang kertas pertama yang dikeluarkan oleh BI adalah uang kertas berangka tahun 1952 yang terdiri dari tujuh pecahan, yaitu 5 rupiah, 10 rupiah, 25 rupiah, 50 rupiah, 100 rupiah, 500 rupiah, dan 1.000 rupiah. Pengedarannya bertahap yang dimulai sejak 2 Juli 1953.
Pada 1953-1959, BI pun mengeluarkan beberapa seri uang kertas. Pertama, Seri Pahlawan dan Kebudayaan yang berangka tahun 1952. Kedua, Seri Hewan yang tidak mencantumkan angka tahun yang diedarkan pada 1958, 1959, dan 1962. Ketiga, Seri Pekerja Tangan yang berangka tahun 1958, kecuali pecahan 5 rupiah yang tidak mencantumkan angka tahun dan pecahan 10 ribu rupiah yang berangka tahun 1964.
Berikut ini adalah contoh uang kertas yang dikeluarkan oleh BI, yakni Seri Kebudayaan pecahan 5 rupiah dan 1.000 rupiah emisi 1952:
Uang berangka tahun 1954 hanya diterbitkan oleh pemerintah, namun tidak ada yang bergambar Sukarno dan tidak memuat tulisan Arab. Pada 1954, pemerintah hanya menerbitkan Seri Suku Bangsa dengan menyertakan tanda tangan Menteri Keuangan Ong Eng Die. Pecahan 1 rupiah berwarna biru bergambar seorang wanita Sumatera Timur, sementara pecahan 2,5 rupiah berwarna merah dan memuat gambar seorang pria Flores.
Desain bagian belakang kedua pecahan tersebut sama, yaitu memuat lambang negara Garuda Pancasila. Namun, untuk pecahan 1 rupiah, berwarna biru. Sementara pecahan 2,5 rupiah berwarna hijau. Berikut ini uang kertas Seri Suku Bangsa pecahan 1 rupiah dan 2,5 rupiah emisi 1954:
Uang kertas Seri Sukarno memang pernah diterbitkan, yakni oleh BI dengan angka tahun 1960. Hal ini tercantum dalam dokumen Sejarah Sistem Pembayaran Periode 1959-1966 oleh BI. Uang Seri Sukarno ini terdiri atas tiga pecahan, yaitu 5 rupiah, 10 rupiah, dan 100 rupiah. Ciri-ciri utamanya adalah, pada bagian depan, tertera tulisan "IRIAN BARAT". Sementara nomor seri yang terdapat pada bagian belakang diawali dengan kode "IB". Uang Seri Sukarno ini ditandatangani oleh Soetikno Slamet dan Indra Kasoema.
Setahun kemudian, pada 1961, pemerintah mengeluarkan uang kertas Seri Sukarno untuk Irian Barat dan Riau, dengan angka tahun 1961. Uang ini ditandatangani oleh Menteri Keuangan Notohamiprodjo.
Kemudian, pada 1964, uang kertas Seri Sukarno kembali diterbitkan oleh pemerintah dan ditandatangani oleh Soemarno. Penerbitan ini merupakan penerbitan uang oleh pemerintah yang terakhir kalinya. Selanjutnya, pemerintah tidak lagi menerbitkan uang sehubungan dengan pemberian wewenang kepada BI untuk mengeluarkan semua jenis uang dalam segala pecahan. Berikut contoh uang Seri Sukarno pada 1964:
Uang Seri Sukarno untuk suvenir dan mistis
Sejak lama, uang Seri Sukarno cukup diminati, baik untuk koleksi pribadi maupun suvenir. Banyak yang menjual uang kuno seri Sukarno tersebut di toko online, dari harga puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Namun, di antara berbagai uang kuno yang dijual itu, banyak uang kuno versi palsu dengan desain yang dimodifikasi, misalnya dengan tambahan tulisan Arab, yang diimbuhi dengan cerita-cerita mistis seperti dapat mendatangkan kekayaan, mitos kanuragan, kesaktian, dan lain-lain.
Pada 2012 misalnya, sejumlah warga Kabupaten Brebes berburu uang kertas berwarna merah bergambar Sukarno yang bertuliskan Arab “kun fa ya kun”. Uang kertas keluaran 1964 itu diklaim mampu terlinting atau terlipat dengan sendirinya. Konon, uang dengan ciri-ciri tersebut mampu menghasilkan uang miliaran rupiah dalam sekejap jika sudah diproses oleh dukun.
Salah satu blog penyedia jasa pembuatan uang seri Sukarno yang berbasis di Bangka Belitung, Uang Bung Karno, menjelaskan bahwa uang Sukarno asli yang pernah dijadikan sebagai alat pembayaran tidak memuat tulisan Arab di dalamnya. Uang ini dikeluarkan oleh BI.
Ada pula uang Sukarno yang tidak dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah dan dibuat hanya sebagai suvenir. Uang ini dikeluarkan oleh pihak swasta, bukan oleh BI. Biasanya, dalam uang Sukarno ini, terdapat tambahan tulisan Arab berupa asma Allah, kun fa ya kun, nurisulaiman, surat Al Ikhlas, dan lain-lain.
Blog Uang Bung Karno itu pun menyediakan sejumlah gambar yang bisa dipesan oleh mereka yang tertarik mengoleksinya.Situs lain, Uangindonesia.com, yang mengulas mengenai uang seri Sukarno untuk suvenir menulis, meski bukan uang resmi, uang suvenir tetap diminati karena memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh uang lainnya, seperti bisa melengkung sendiri dan memuat tulisan Arab.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, uang berangka tahun 1954 yang bergambar Sukarno dan memuat tulisan Arab dalam foto di atas bukan uang resmi yang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan pemerintah. Uang berangka tahun 1954 yang diterbitkan oleh pemerintah bergambar Seri Suku Bangsa. Uang Seri Sukarno memang pernah diterbitkan oleh pemerintah pada 1960, 1961, dan 1964, namun tidak memuat tulisan Arab. Uang Seri Sukarno yang memuat tulisan Arab hanyalah uang suvenir yang bisa diperjualbelikan secara bebas.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- http://archive.ph/TZreM
- https://www.bi.go.id/id/pencarian/Default.aspx?k=SEJARAH%20BANK%20INDONESIA%20:%20SISTEM%20PEMBAYARAN%20Periode%201953-1959
- https://www.lensaindonesia.com/2012/09/22/uang-soekarno-bisa-hasilkan-miliaran-rupiah.html
- http://uangbungkarno.blogspot.com/2007/12/galeri-uang-bung-karno.html
- https://uangindonesia.com/misteri-uang-kuno-gambar-soekarno-bisa-melengkung/
Halaman: 4446/5900