• (GFD-2020-4851) [SALAH] “jakarta menjadi daerah paling banyak terinfeksi virus covid-19 karena salah pilih gubernur”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 03/04/2020

    Berita

    jakarta menjadi daerah paling banyak terinfeksi virus covid-19 karena salah pilih gubernur,” tulis akun Facebook Bunga Indah atau @puspa.indah.1069, Kamis (2/4).

    Hasil Cek Fakta

    Akun Facebook Bunga Indah atau @puspa.indah.1069 mengklaim bahwa Ibu Kota Indonesia, yakni DKI Jakarta menjadi daerah yang paling banyak terinfeksi virus Corona atau COVID-19 karena salah memilih gubernur. Berikut tulisan lengkapnya:

    jakarta menjadi daerah paling banyak terinfeksi virus covid-19 karena salah pilih gubernur,” tulis akun Facebook Bunga Indah atau @puspa.indah.1069, Kamis (2/4).

    Setelah ditelusuri melalui mesin pencari, diketahui klaim yang dibuat oleh akun Facebook @puspa.indah.1069 adalah tidak benar atau keliru.

    Juru bicara pemerintah khusus penanggulangan COVID-19, Achmad Yurianto menyebut provinsi DKI Jakarta sebagai daerah terbanyak sebaran kasus positif COVID-19. Alasannya menurut Yuri karena mobilitas masyarakat ibu kota tergolong tinggi. Banyak pula pintu masuk dari berbagai daerah menuju Jakarta.

    “Ini adalah bentuk tracing. Kita bersyukur cukup banyak yang didapatkan,” kata Yuri, Selasa (17/3).

    Diketahui data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedikitnya terdapat lima (50 provinsi dengan kasus COVID-19 yang cukup tinggi per Minggu (29/3) pukul 12.00 WIB yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

    Sementara untuk provinsi yang belum terpapar COVID-19, diketahui berdasarkan data dari BNPB pada Kamis (2/4) yaitu Provinsi Gorontalo dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Menko Polhukam, Mahfud MD pun menyatakan bahwa pemerintah pusat dan daerah sudah kompak mengatasi COVID-19.

    Dengan begitu, postingan akun Facebook @puspa.indah.1069 menurut kategori misinformasi atau disinformasi dari First Draft dapat masuk ke dallam misleading content atau konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Juru bicara pemerintah khusus penanggulangan COVID-19, Achmad Yurianto menyebut provinsi DKI Jakarta sebagai daerah terbanyak sebaran kasus positif COVID-19 dikarenakan dua alasan. Pertama, banyaknya pintu masuk dari berbagai daerah menuju Jakarta dan kedua, mobilitas masyarakatnya yang tergolong tinggi.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4850) [SALAH] Video “Ini lockdown di Spanyol”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 03/04/2020

    Berita

    “Ini lockdown di Spanyol
    Kalian di India beruntung…kalian hanya dipukul menggunakan tongkat..”

    (“This is lockdown in Spain
    You guys in India are lucky…u just get caned..”).

    Hasil Cek Fakta

    SUMBER membagikan video protes di Baku (Azerbaijan) dengan beberapa tujuan yang TIDAK terkait COVID-19. SUMBER menambahkan narasi yang salah yang menyebabkan kesimpulan keliru.

    Reuters: “Polisi di Azerbaijan pada hari Sabtu menahan sejumlah demonstran, termasuk pemimpin oposisi utama Front Rakyat, pada awal rapat umum yang direncanakan melawan gaji rendah, korupsi dan kurangnya demokrasi di bekas negara kaya energi Soviet. negara.”

    Wikipedia: “Protes Baku tahun 2019 adalah serangkaian aksi damai tanpa kekerasan pada 8, 19 dan 20 Oktober di Baku , ibu kota Azerbaijan . Protes pada 8 dan 19 Oktober diselenggarakan oleh Dewan Nasional Pasukan Demokrat (NCDF), aliansi partai- partai oposisi , dan menyerukan pembebasan tahanan politik dan untuk pemilihan yang bebas dan adil. Mereka juga menentang meningkatnya pengangguran dan ketimpangan ekonomi . Di antara mereka yang ditahan pada 19 Oktober adalah pemimpin Partai Front Rakyat Azerbaijan , Ali Karimli . Pada 20 Oktober beberapa lusin perempuan mengadakan protes terhadap kekerasan dalam rumah tangga .”

    The Quint: “Quint dapat mengonfirmasi bahwa meskipun video belum diubah dengan cara apa pun, klaim yang dengannya video tersebut diedarkan benar-benar salah. Video ini bukan yang terbaru atau dari Spanyol. Ini sebenarnya dari Baku di Azerbaijan di mana polisi menahan demonstran pada Oktober 2019.”

    Kesimpulan

    BUKAN di Spanyol. Lokasi yang benar adalah Baku (Azerbaijan), protes dengan beberapa tujuan yang TIDAK terkait COVID-19.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4849) [SALAH] Enam Penumpang Kapal di Pelabuhan Samudera Terduga Positif Corona

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 02/04/2020

    Berita

    “Info sementara pelabuhan samudera, kapal dari sulawesi, 6 orang yang terduga positif corona dan seluruh penumpang diamankan dan langsung disterilisasi. BAHAYA, sebagian penumpang ada yang sudah turun. #BUKANHOAX”

    Hasil Cek Fakta

    Warga sekitar Pelabuhan Samudera dibuat heboh dengan unggahan seorang pemuda, yang menyebut bahwa terdapat enam orang penumpang kapal yang turus di pelabuhan dengan status terduga positif virus corona atau Covid-19. Informasi tersebut diunggah melalui status Whatsapp milik seorang pemuda, yang belakangan diketahui merupakan warga Batulicin.

    Dalam unggahan miliknya, disebutkan bahwa enam penumpang yang terduga positif corona telah diamankan dan langsung disterilisasi. Agar lebih meyakinkan pembaca, pembuat pesan juga menambahkan tagar bukan hoaks di bagian akhir kalimat yang diunggahnya tersebut.

    Namun pasca dilakukan penelusuran lebih lanjut, belakangan diketahui bahwa narasi yang diunggah oleh pemuda tersebut adalah tidak benar alias hoaks. Melansir dari prokal.co, Kasatrekrim Polres Tandu, Iptu M Andi Iqbal menjelaskan bahwa pemuda tersebut meminta maaf atas unggahan status miliknya yang meresahkan warga.

    “Dia datang sendiri ke Polres Tandu untuk memenuhi panggilan kami. Ia mengaku salah dan menyampaikan permohonan maaf,” jelas Iptu Andi.

    Dalam permohonan maafnya, pemuda tersebut meminta maaf dan mengaku menyesal atas perbuatan yang ia lakukan.

    “Apa yang saya tulis itu tidak benar, karena itu saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya karena telah menyebarkan berita yang tidak benar,” pungkasnya.

    Kesimpulan

    Seorang pemuda berhasil diamankan oleh pihak kepolisian setelah mengunggah status dengan narasi yang tidak sesuai dengan fakta. Dalam status yang diunggahnya, pemuda tersebut menyatakan bahwa terdapat enam orang terduga positif virus corona atau Covid-19 di Pelabuhan Samudera Batulicin. Akibat unggahan miliknya yang tidak sesuai dengan fakta, pemuda yang diamankan pihak kepolisian pun meminta maaf kepada publik.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4848) [SALAH] “Ternyata virus corona dapat diobati dengan cara berendam di AIR LAUT”

    Sumber: whatsapp.com
    Tanggal publish: 02/04/2020

    Berita

    Beredar pesan di aplikasi percakapan Whatsapp yang berisi testimoni dari seseorang yang mengklaim berhasil sembuh dari COVID-19 setelah berendam air laut.

    Berikut kutipan pesan tersebut :

    “Ternyata virus corona dapat diobati dengan cara berendam di “AIR LAUT”….!!
    saya merasa saya kuat saya bisa.tdk ada satupun tempat yg mau menerima saya
    dan pada ahirnya saya pergi ke tepi laut.setiap siang saya berendam dan berjemur ditepi laut selama seminggu berturut turut dengan wktu dua jam perhari
    Alhamdulillah batuk saya hilang nafas saya seperti biasa nya.
    kepala saya pun kembali enteng suhu tubuh saya normal.
    Saya cekup ke RS Rawat inap pasien covid 19.
    Alhamdlllh saya ternyata saya dinyatakan negatif cofid 19.
    padahal sblmya saya dinyatakan positif covid 19.”

    Petunjuk dari dr erlina burhan

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim berendam di laut bisa menyembuhkan COVID-19 adalah klaim yang salah.

    Tim CekFakta Tempo menghubungi dokter spesialis paru konsultan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, Erlina Burhan, pada Rabu sore, 1 April 2020. Dia menuturkan bahwa klaim “berendam di laut bisa mengobati infeksi virus Corona Covid-19” tidak benar.

    Menurut Erlina, mustahil Covid-19 bisa disembuhkan hanya dengan berendam di laut. Pasalnya, virus Corona tidak menyerang permukaan tubuh seperti kulit, melainkan menyerang sel-sel di dalam tubuh setelah virus tersebut masuk ke mata, mulut, atau hidung lewat tetesan atau droplet orang yang mengidap Covid-19.

    Virus yang berada dalam tetesan itu kemudian bergerak ke bagian belakang hidung dan selaput lendir di belakang tenggorokan, lalu menempel pada reseptor tertentu dalam sel. Paku-paku dalam virus itu kemudian mengait ke membran sel sehingga memungkinkan materi genetik virus memasuki sel manusia.

    “Materi genetik virus itu melanjutkan membajak metabolisme sel manusia, melipatgandakan dan membuat virus baru,” kata William Schaffner, spesialis penyakit menular Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Amerika Serikat, seperti dikutip dari The New York Times.

    Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman Institute, Herawati Sudoyo, juga memaparkan hal serupa. “Saya kira tidak ada landasan ilmiah bahwa kadar garam tertentu yang bersentuhan dengan kulit itu ‘mematikan virus’,” ujar Hera saat dihubungi pada 1 April 2020.

    Menurut Hera, penyakit yang disebabkan oleh virus, termasuk Covid-19, hanya bisa disembuhkan dengan kombinasi obat-obatan, termasuk antivirus, yang berfungsi untuk memutus atau menghambat replikasi virus dalam sel tubuh manusia. “Saat ini, ada beberapa studi multicenter untuk mencari obat yang efektif,” katanya.

    Berendam di laut pun tidak tercantum dalam rekomendasi pencegahan Covid-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut WHO, cara yang paling efektif untuk melindungi diri dari Covid-19 adalah rajin membersihkan tangan dengan sabun dan air atau pembersih berbasis alkohol, menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang yang batuk atau bersin, tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut, menutup mulut saat batuk dengan siku yang terlipat atau tisu, serta mengisolasi diri jika merasa tidak sehat.

    Adapun mengenai vaksin atau obat untuk Covid-19, sejauh ini, WHO belum menyatakan adanya vaksin atau obat yang bisa digunakan untuk mencegah atau mengobati Covid-19. Mereka yang terinfeksi hanya perlu mendapatkan perawatan untuk meredakan gejala. Sementara mereka yang memiliki gejala lebih serius harus dibawa ke rumah sakit.

    Berisiko terpapar penyakit lain
    Sebuah penelitian yang digelar baru-baru ini menunjukkan bahwa mandi di laut bisa meningkatkan risiko terpapar penyakit. Meskipun, di satu sisi, mandi di laut bisa meningkatkan kebugaran, kesejahteraan, dan mempererat hubungan manusia dengan alam.

    Dikutip dari artikel di Republika.co.id pada 19 Maret 2018, penelitian oleh University of Exeter Medical School bersama Pusat Ekologi dan Hidrologi AS itu menemukan bahwa mandi air laut bisa meningkatkan risiko terkena penyakit hingga dua kali lipat, seperti penyakit telinga secara umum dan penyakit telinga secara khusus hingga 77 persen. Adapun risiko penyakit gastrointestinal dapat meningkat 29 persen.

    “Di negara-negara kaya seperti Inggris, ada persepsi bahwa, jika ingin jarang sakit, habiskan banyak waktu di laut. Namun, makalah kami menunjukkan sebaliknya, bahwa menghabiskan banyak waktu di laut meningkatkan kemungkinan berkembangnya banyak penyakit, seperti penyakit telinga dan penyakit yang melibatkan sistem pencernaan, yakni sakit perut dan diare. Kami menduga, hal ini mengindikasikan bahwa polutan mencemari laut beberapa negara terkaya di dunia,” ujar peneliti University of Exeter Medical School, Anne Leonard.

    Saat ini, air laut telah tercemar berbagai macam polutan, termasuk limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah pertanian. Adapun penelitian tersebut dilakukan terhadap 120 ribu responden. Studi ini mengamati hubungan antara kebiasaan mandi laut dan kejadian penyakit di negara-negara seperti AS, Inggris, Australia, Selandia Baru, Denmark, dan Norwegia.

    Isi lengkap klaim tersebut :

    “Tolong di share demi kesembuhan kita bersama.. bicara dari hati kehati..
    Ternyata virus corona dapat diobati dengan cara berendam di “AIR LAUT”….!!
    Berendam diwaktu siang hari diantara jam 10 sampai dengan jam 1 siang minimal 1 jam .
    Saya telah mencoba nya awal nya saya ragu.
    Tapi allhamdullah semua ada jalan nya.
    Dan terbukti hasil nya..
    saya diasingkan dari keluaraga..dan isolasi.
    semua mencari saya untk di evakuasi.
    saya merasa saya kuat saya bisa.tdk ada satupun tempat yg mau menerima saya
    dan pada ahirnya saya pergi ke tepi laut.setiap siang saya berendam dan berjemur ditepi laut selama seminggu berturut turut dengan wktu dua jam perhari
    Alhamdulillah batuk saya hilang nafas saya seperti biasa nya.
    kepala saya pun kembali enteng suhu tubuh saya normal.
    Saya cekup ke RS Rawat inap pasien covid 19.
    Alhamdlllh saya ternyata saya dinyatakan negatif cofid 19.
    padahal sblmya saya dinyatakan positif covid 19.
    Para dokter menanyakan kepada saya,..
    apa yang km lakukan untk membunuh covid 19.
    obat apa yang saya minum…??
    saya hanya mengatakan bahwasanya saya hanya berendam di air laut selama dua jam perhari.
    dari jam 11 siang sampai jam 1.
    seluruh dokter tak ada yg pecaya…
    Wallahu a’lam.hanya Allah yg maha tau .hanya Allah yg bisa menyembuhkan…
    Semua kepadanya.apa salah nya bila dicoba.
    Demi kesembuhan umat ku bersama.
    NB : Share bila anda perduli.
    1 x anda membagikan tanpa disadari anda telah menolong 1000 nyawa.
    Ini bukan hoax.ini fakta ada nya

    Kesimpulan

    Tidak bisa disembuhkan hanya dengan berendam di laut. Pasalnya, virus Corona tidak menyerang permukaan tubuh seperti kulit, melainkan menyerang sel-sel di dalam tubuh setelah virus tersebut masuk ke mata, mulut, atau hidung lewat tetesan atau droplet orang yang mengidap COVID-19.

    Rujukan