• (GFD-2020-4860) [SALAH] Foto “Pemerintah jawa timur sdh menyiapkan 52 buah tempat kurantin bagi TKI yg bru pulang dari luar negri.”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 09/04/2020

    Berita

    Akun Jaka Donie (fb.com/papa.donie) mengunggah beberapa foto dengan narasi sebagai berikut:

    “Pemerintah jawa timur sdh menyiapkan 52 buah tempat kurantin bagi TKI yg bru pulang dari luar negri. Mereka akan Di kuarantin selama likor likor nam belas hari.”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim bahwa gubuk-gubuk yang ada di foto itu adalah gubuk yang disiapkan oleh Pemerintah Jawa Timur untuk tempat karantina bagi para TKI yang baru pulang dari luar negeri dalah klaim yang keliru.

    Puluhan gubuk dalam foto-foto itu memang merupakan lokasi karantina bagi pendatang dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona Covid-19. Namun, gubuk-gubuk tersebut berada di Myanmar, bukan di Jawa Timur.

    Untuk memastikan lokasi yang sebenarnya dari foto-foto tersebut, Tempo menggunakan tool Source. Hasilnya, ditemukan bahwa foto-foto itu pernah dimuat di sejumlah situs media Myanmar. Foto-foto tersebut diambil di sebuah lokasi karantina untuk para pendatang di Myanmar.

    Dilansir dari artikel di Bamakhit.com yang dimuat pada 1 April 2020, gubuk-gubuk itu dibangun di negara bagian Shan, Myanmar, yang berbatasan dengan Cina, Thailand, dan Laos. Puluhan gubuk tersebut dipakai untuk mengkarantina para pendatang atau imigran selama 14 hari.

    Dikutip dari artikel di Democratic Voice of Burma pada 1 April 2020, lokasi karantina itu didirikan dan dikelola oleh Tentara Negara Wa Bersatu (UWSA), pasukan militer di wilayah otonomi Wa, bersama Departemen Kesehatan Myanmar.

    Para petugas akan melaporkan hasil pemantauan terhadap para pendatang ke pejabat kesehatan Myanmar. Sejauh ini, terdapat 84 pendatang yang tercatat menempati lokasi karantina di distrik Mong Hsat. Pada 1 April, tersisa 51 pendatang yang masih dikarantina.

    Dilansir dari artikel di Myanmarmix.com pada 2 April 2020, kembalinya puluhan ribu pekerja migran dari Thailand memang menjadi keprihatinan utama bagi para pejabat Myanmar. Mereka khawatir para pendatang tersebut bakal menyebarkan virus Corona Covid-19 ketika bepergian di Myanmar.

    Pemerintah Myanmar pun meminta para migran untuk melakukan karantina selama dua minggu. Namun, instruksi tersebut diabaikan. Oleh karena itu, beberapa wilayah di Myanmar mengambil inisiatif untuk mendirikan kamp karantina sementara.

    Foto-foto yang sama, diunggah oleh akun Twitter Thos Major, pada tanggal 2 April 2020 dengan narasi sebagai berikut:

    “Quarantined in your house for 14 days? It could be worse… this is Myanmar.” atau yang jika diterjemahkan: “Dikarantina di rumah Anda selama 14 hari? Bisa jadi lebih buruk … ini adalah Myanmar.”

    Kesimpulan

    BUKAN di Jawa Timur. Gubuk-gubuk itu berada di Myanmar. Puluhan gubuk dalam foto itu memang merupakan lokasi karantina bagi pendatang di Myanmar.dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona Covid-19.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4859) [SALAH] “Tidak ada sama sekali Ucapan bela sungkawa Presiden kepada dr dan team medis yg berguguran dimedan Covid-19”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 09/04/2020

    Berita

    Akun Mayharti (fb.com/mayharti.mayharti) mengunggah sebuah postingan berisi narasi sebagai berikut:

    “Mana Ucapan bela sungkawa Presiden kepada dr dan team medis yg berguguran dimedan Covid-19. Tidak ada sama sekali.”

    Hoaks covid medan
    Hoax covid medan

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Medcom, klaim bahwa tidak ucapan bela sungkawa atau berdukacita dari Presiden Joko Widodo terkait tenaga medis yang gugur karena virus korona COVID-19 adalah klaim yang salah.

    Tanggal 23 Maret 2020, Presiden Joko Widodo melalui akun-akun resmi media sosialnya menyampaikan dukacita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya dokter, perawat, dan tenaga medis, setelah berjuang menangani pasien virus korona COVID-19.

    Atas nama pemerintah, negara, dan rakyat, Presiden juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kerja keras, dedikasi, dan perjuangan mereka di garis terdepan penanganan COVID-19.

    Selain itu, pada hari yang sama Jokowi juga menyampaikan secara langsung ungkapan duka cita tersebut. Yaitu saat ia berada di Rumah Sakit Darurat Korona, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.

    Tidak sekadar ucapan, Jokowi juga memberikan santunan untuk dokter yang meninggal karena korona sebesar Rp300 juta. Presiden juga memberikan uang tambahan untuk seluruh tenaga medis yang menangani korona.

    Rinciannya adalah dokter spesialis sebesar Rp15 juta per bulan, dokter umum dan gigi Rp10 juta, bidan dan perawat Rp7,5 juta serta tenaga medis lainnya Rp5 juta per bulan.

    “Kita telah rapat dan telah diputuskan telah dihitung oleh Menteri Keuangan (Sri Mulyani) bahwa akan diberikan insentif bulanan kepada tenaga medis,” kata Jokowi seperti dilansir Medcom.id, Senin, 23 Maret 2020.

    Selain memberikan insentif kepada tenaga medis, Jokowi juga menyampaikan, pemerintah akan memberikan santunan kepada tenaga medis seperti dokter dan perawat yang meninggal dunia saat merawat pasien COVID-19.

    “Diberikan santunan kematian Rp300 juta dan ini hanya berlaku untuk daerah yang menyatakan tanggap darurat,” kata Jokowi melalui siaran langsung di channel YouTube Sekretariat Presiden, Senin (23/3/2020).

    Kesimpulan

    Tanggal 23 Maret 2020, Presiden Joko Widodo melalui akun-akun resmi media sosialnya menyampaikan dukacita yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya dokter, perawat, dan tenaga medis, setelah berjuang menangani pasien virus korona COVID-19.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4858) [SALAH] “Ketika rakyat muak dan jijik, tak ada lagi yang minta salaman dan selfie dengan Presiden Jokowi Widodo”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 01/09/2020

    Berita

    Akun Hasyim Alfatih (fb.com/nut2533) mengunggah sebuah video yang berisi tangkapan layar artikel berjudul “Presiden Joko Widodo ke Yogyakarta, Tak Ada Lagi yang Minta Salaman dan Selfie” yang dimuat situs tempo.co, pada 28 Agustus 2020 dengan narasi sebagai berikut:

    “Ketika Rakyat muak dan jiji dengan Pencitraan Raja kodok yang sok merakyat..”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran Tim Cek Fakta Liputan6, klaim bahwa rakyat muak dan jijik sehingga tak lagi yang minta salaman dan selfie dengan Presiden Jokowi Widodo ketika ke Yogyakarta adalah klaim yang keliru.

    Faktanya, bukan karena muak dan jijik, tapi karena pandemi COVID-19. Di artikel berjudul “Presiden Joko Widodo ke Yogyakarta, Tak Ada Lagi yang Minta Salaman dan Selfie” yang dimuat situs travel.tempo.co menyebutkan suasana kunjungan Presiden Jokowi di Istana Gedung Agung Yogyakarta terasa cukup berbeda dibanding sebelumnya, terutama sebelum pandemi COVID-19.

    Berikut kutipan artikel Tempo tersebut;

    “Presiden Joko Widodo berkunjung ke Yogyakarta pada Jumat, 28 Agustus 2020. Presiden Jokowi memenuhi sejumlah agenda di antaranya meresmikan Bandara Yogyakarta International Airport atau YIA serta acara di Gedung Agung Yogyakarta. Setelah itu, rombongan bertolak ke Istana Gedung Agung Yogyakarta. Di sana Presiden Jokowi menyerahkan Bantuan Presiden atau Banpres Produktif Usaha Mikro kepada perwakilan masyarakat.

    Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri BUMN Erick Tohir, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, turut mendampingi sejumlah agenda Presiden Joko Widodo tadi. Suasana kunjungan Presiden Jokowi di Istana Gedung Agung Yogyakarta yang berada di kawasan wisata Malioboro terasa cukup berbeda dibanding sebelumnya, terutama sebelum pandemi Covid-19.

    Jika sebelumnya masyarakat selalu menyemut di seputaran Gedung Agung untuk menyambut, sekadar melihat, atau berusaha mendekat untuk bersalaman hingga selfie bersama Presiden Joko Widodo, kali ini suasana kawasan itu benar-benar lengang. Kunjungan Presiden Jokowi tak sampai membuat jalan depan Istana Gedung Agung Yogyakarta ditutup dan penjagaan juga tak terlalu ketat. Namun hampir tak ada orang yang mendekati Gedung Agung.

    Saat Presiden Joko Widodo berkunjung hari ini, para jurnalis yang bertugas meliput kegiatan tersebut sempat tak diizinkan masuk Istana Gedung Agung meski sudah mengikuti sejumlah persyaratan protokoler seperti menjalani rapid test Covid-19 dan ketentuan administratif lainnya. Pada akhirnya pihak protokoler kepresidenan membolehkan para jurnalis yang sudah terdaftar masuk ke Gedung Agung dengan catatan hanya sampai ke ruang pers dengan fasilitas layar televisi yang menyiarkan kegiatan Presiden Joko Widodo secara langsung.”

    Kesimpulan

    Bukan karena muak dan jijik, tapi karena pandemi COVID-19. Di artikel berjudul “Presiden Joko Widodo ke Yogyakarta, Tak Ada Lagi yang Minta Salaman dan Selfie” yang dimuat situs travel.tempo.co menyebutkan suasana kunjungan Presiden Jokowi di Istana Gedung Agung Yogyakarta terasa cukup berbeda dibanding sebelumnya, terutama sebelum pandemi COVID-19.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4857) [SALAH] Masker dapat Menyebabkan Infeksi Staph

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 31/08/2020

    Berita

    Beredar status dari akun Facebook Leigh Dundas dengan sebuah foto berisikan foto beberapa orang dan narasi berisikan klaim bahwa pemakaian masker dapat menyebabkan infeksi Staph atau juga disebut sebagai Staphylococcus. Postingan ini telah dikomentari sebanyak 231 kali dan disebarkan kembali sekiatr 1100 kali.

    Berikut kutipan narasinya:

    “For those of you who continue to assert that wearing a mask is perfectly healthy - and that they are not Petri dishes and breeding grounds for all manner of bacteria and virus particles - please see Exhibit A, below.”
    Jika diterjemahkan akan berbunyi seperti ini :
    " Bagi Anda yang terus menegaskan bahwa memakai masker itu sangat sehat - dan bahwa masker itu bukan cawan Petri dan tempat berkembang biak bagi semua jenis bakteri dan partikel virus - lihat Tampilan A, di bawah."

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan dari artikel periksa fakta leadstories.com, salah satu dari kumpulan foto pada postingan tersebut terdapat foto yang tidak berhubungan dengan infeksi Staph dikarenakan ketika ditelusuri ternyata foto tersebut adalah foto dari tenaga medis dengan beberapa bekas pada kulit akibat penggunaan peralatan medis selama dirumah sakit di Italia yang diposting di Twitter pada 25 Maret 2020.

    Laporan terjadinya infeksi Staph dikarenakan pemakaian masker belum pernah ada tetapi beberapa laporan terjadinya iritasi kulit dan luka tekan pada kulit. Dr. John Soderberg menjelaskan bahwa penggunaan masker tidak menyebabkan infeksi Staph. Sekarang ini sebagian orang adalah pembawa Staph pada saluran hidung sehingga orang tersebut berpotensi untuk lebih banyak infeksi staph dari pemakaian masker, secara potensial tetapi tidak secara keseluruhan.

    Kesimpulan

    Klaim tersebut tidak benar, tidak ada laporan infeksi Staph dikarenakan pemakaian masker. Beberapa laporan yang ada tentang penggunaan masker ini adalah seputar luka tekan pada kulit dan iritasi kulit, bukan infeksi Staph.

    Rujukan