• (GFD-2020-8424) Keliru, Klaim Ini Video Pawai Kemenangan Gibran di Pilkada Solo

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 21/12/2020

    Berita


    Video yang diklaim sebagai video pawai kemenangan Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo atau Jokowi, dalam Pilkada Solo 2020 beredar di Twitter. Dalam video itu, terlihat ratusan orang berpakaian hitam dan merah yang memenuhi sebuah jalan dengan mobil dan motor mereka. Terdengar pula suara knalpot motor yang dimainkani. Pada mobil yang terlihat berada di depan rombongan, terdapat tulisan "PDI Perjuangan" serta gambar banteng merah.
    Salah satu akun yang mengunggah video berdurasi 30 detik tersebut adalah akun @NoJoko54, tepatnya pada 13 Desember 2020. Akun ini pun menulis narasi sebagai berikut: "No one said anything about the crowd celebrated @jokowi’s son ‘election win’." Jika diterjemahkan, narasi itu berbunyi: "Tidak ada yang berkomentar apa pun tentang kerumunan yang merayakan "kemenangan pemilu" putra @Jokowi."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @NoJoko54 yang berisi klaim keliru terkait video yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula meneliti konten video itu untuk mendapatkan petunjuk lain. Lewat cara ini, ditemukan bahwa pada detik ke-2 video tersebut, terlihat tulisan "Jokowi Amin Indonesia Maju" di bawah lampu depan mobil sedan hitam yang memimpin rombongan.
    Tempo kemudian mengambil gambar tangkapan layar video itu dan menelusuri jejak digitalnya denganreverse image toolYandex. Hasilnya, ditemukan bahwa video itu telah beredar sejak 2019 lalu, jauh sebelum digelarnya Pilkada Solo 2020 pada 9 Desember kemarin.
    Video ini pernah diunggah oleh kanal YouTube  Ilandhie Sejuk pada 9 April 2019. Dalam video itu, tercantum pula tanggal "09-04-2019". Video tersebut diberi judul "Kampanye PDIPerjuangan || SEJAWA tengah || solo SLIWEDARI”. Dalam kolom keterangan, tertulis pula “Kampanye PDI Perjuangan sejawa tengah pertemuan jokowi ma’ruf di SLIWEDARI”.
    Video tersebut juga pernah diunggah oleh kanal YouTube  Bersabarlah pada 11 April 2019. Video ini diberi judul “Kampanye pilpres 2019 jokowi amin | keren | cantik | seksi | surakarta | jogja”.
    Untuk memastikan informasi tersebut, Tempo menulusuri pemberitaan dengan memasukkan kata kunci "kampanye Jokowi di Sriwedari". Dilansir dari Liputan6.com, pada 9 April 2019 sore, calon presiden nomor urut 01, Jokowi, memang menggelar kampanye terbuka di Stadion Sriwedari, Solo. Dalam kampanye di kampung halamannya itu, ia bercerita soal pengalamannya menjadi Wali Kota Solo hingga menjadi presiden.
    Kampanye terbuka di Stadion Sriwedari itu dihadiri ribuan simpatisan, pendukung, dan relawan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin. Kampanye tersebut juga dihadiri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputi, politikus PDIP Puan Maharani, Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir, ustaz Yusuf Mansyur, dan tokoh pimpinan partai politik lainnya.
    Jokowi dan istrinya, Iriana, datang dengan menaiki kereta kuda. Jokowi dan Iriana berangkat dari rumah dinas Wali Kota Solo Loji Gandrung yang berjarak sekitar 200 meter dari Stadion Sriwedari. Setelah tiba di stadion, Jokowi yang didampingi Iriana dan Megawati menuju bagian depan panggung. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun menyalami dan menyapa ribuan simpatisan dan pendukungnya yang telah datang ke stadion sejak siang hari.
    Kampanye terbuka Jokowi di Stadion Sriwedari ini juga diberitakan oleh Republika.co.id pada 9 April 2019. Menurut laporan Republika.co.id, para pendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin telah memadati Stadion Sriwedari untuk mengikuti Rapat Umum Terbuka Solo Bersatu sejak pukul 14.00 WIB.
    Sebagian besar peserta mengenakan baju berwarna merah. Ada pula yang mengenakan baju berwarna putih. Sejumlah peserta kampanye juga membawa bendera partai politik pendukung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Para peserta tersebut berasal dari kabupaten/kota di sekitar Solo serta wilayah lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa video tersebut adalah video pawai kemenangan Gibran di Pilkada Solo keliru. Video itu bukan video perayaan kemenangan Gibran dalam Pilkada Solo yang digelar pada 9 Desember 2020 lalu, melainkan video pawai para pendukung calon presiden dan calon wakil presiden Jokowi-Ma'ruf Amin pada 9 April 2019, jauh sebelum digelarnya Pilkada Solo 2020. Pada 9 April 2019, memang dilaksanakan kampanye terbuka Jokowi di Stadion Sriwedari, Solo.
    JESSICA ELAINE | ANGELINA ANJAR SAWITRI
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8423) Sesat, Bansos Beras di Foto Ini yang Disebut Operasi Intelijen Polisi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 18/12/2020

    Berita


    Foto yang memperlihatkan bungkusan plastik berisi beras dengan tulisan "Bantuan Sosial" beredar di Twitter. Di atas tulisan tersebut, terdapat tiga logo, yakni logo TNI, logo Polri, dan logo sebuah lembaga. Bansos itu disebut sebagai bentuk operasi intelijen polisi. Klaim yang menyertai foto tersebut juga mengaitkan bansos ini dengan pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.
    Akun yang membagikan foto beserta klaim itu adalah akun @umaralims, tepatnya pada 14 Desember 2020. Akun ini menulis, "Beredar Operasi Intelegen. Bismillah alhamdulillah atas pertolongan Allah , barusan ada INTEL Polri datang 3 orang ke Pesantren bawa bantuan beras cerita bla bla bla sedorkan selembar kertas minta tanda tangan dan pernyataan sikap tentang HRS dividiokan tp ana menolak."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @umaralims yang berisi klaim menyesatkan soal bansos beras.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, bansos berupa beras yang terlihat dalam foto tersebut bukanlah bentuk operasi intelijen polisi. Bansos itu merupakan bansos dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bagi warga yang terdampak pandemi Covid-19. Yayasan ini menyebarkan bansos Covid-19 tersebut lewat 34 kepolisian daerah di seluruh provinsi di Indonesia.
    Untuk memeriksa klaim itu, Tempo mula-mula melakukan penelusuran di mesin pencari gambar Google Images dengan kata kunci "bantuan sosial beras TNI Polri". Lewat cara ini, ditemukan sejumlah foto yang memperlihatkan bungkusan bansos berupa beras yang identik dengan yang terlihat dalam unggahan akun @umaralims.
    Kesamaan terlihat pada tulisan "bantuan sosial" yang tercantum pada bungkus bansos serta tiga logo di atas tulisan tersebut. Tiga logo itu terdiri dari logo TNI, logo Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, dan logo Polri.
    Foto yang menunjukkan bungkusan bansos yang identik itu pernah dimuat oleh situs Intelmediabali.id pada 12 Desember 2020. Foto tersebut memperlihatkan penyerahan bansos beras kepada warga di Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali. Menurut situs ini, bantuan tersebut disebarkan lewat kerja sama antara TNI-Polri dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
    Foto yang memperlihatkan bungkusan bansos yang identik lainnya juga pernah dimuat oleh situs resmi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam artikelnya pada 8 Desember 2020. Di foto ini, terlihat penyerahan bansos berupa beras dari relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Padang kepada Kepala Sub Bagian Bahan Bakar Minyak dan Pelumas Polda Sumatera Barat Komisaris Basrial.
    Menurut artikel tersebut, Yayasan Buddha Tzu Chi Padang menyerahkan 190 ton beras ke Polda Sumatera Barat pada 3 Desember 2020. Bansos itu akan didistribusikan ke 19 polres di Sumbar. Masing-masing polres mendapatkan 10 ton beras yang bakal disalurkan ke polsek-polsek, yang kemudian membagikannya kepada masyarakat yang membutuhkan.
    Tempo kemudian menelusuri pemberitaan terkait bansos beras dari Yayasan Buddha Tzu Chi yang disebarkan melalui TNI-Polri tersebut. Dilansir dari Kontan, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menyumbang beras sebanyak 5 ribu ton untuk disebar ke seluruh Indonesia. Sumbangan ini didistribusikan melalui 34 kepolisian daerah di Indonesia.
    Selain beras, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia akan memberikan bantuan bahan pokok lain, seperti minyak dan gula. Sama seperti beras, sumbangan tersebut juga akan disalurkan melalui kepolisian daerah di 34 provinsi di Indonesia.
    Situs resmi Polri juga pernah memuat artikel tentang pendistribusian bansos Covid-19 ini pada 27 Mei 2020. Artikel itu berisi informasi tentang penyaluran bansos berupa sembako dari Yayasan Buddha Tzu Chi di Kepulauan Riau oleh para personel TNI-Polri.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa bansos beras dalam foto di atas merupakan bentuk operasi intelijen polisi, menyesatkan. Bansos tersebut memang disalurkan oleh personel TNI-Polri. Namun, bansos itu merupakan bansos dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bagi warga yang terdampak pandemi Covid-19. Yayasan ini menyebarkan bansos Covid-19 tersebut lewat 34 kepolisian daerah di seluruh provinsi di Indonesia.
    LYDIA FRANSISCA | ANGELINA ANJAR SAWITRI
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8422) Keliru, Klaim Ini Video Perang antara FPI dan Suku Dayak

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 18/12/2020

    Berita


    Video yang memperlihatkan kericuhan di sebuah kota beredar di media sosial. Video ini diklaim sebagai video perang antara Front Pembela Islam (FPI) dengan Suku Dayak. Video tersebut beredar di tengah penyelidikan peristiwa penembakan anggota FPI di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada 7 Desember 2020 lalu oleh polisi.
    Di Facebook, tautan video itu, yang berasal dari YouTube, dibagikan oleh akun Jaka Lelana pada 11 Desember 2020. Video ini berjudul "Perang dayak vs fpi terbaru 2020. Fpi keok? Simak vidionya". Akun tersebut juga mengunggah tautan itu di kolom komentar sebuah unggahan grup Facebook Pecinta dan Pembela Islam pada 16 Desember 2020.
    Sementara pengunggah video tersebut di YouTube adalah kanal Tirto Geni. Video yang dibagikan pada 15 November 2020 itu telah berganti judul menjadi "Perang dayak vs fpi terbaru 2020. Fpi terbirit birit? Simak vidio nya. Borneo Tribal war". Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari 3.500 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan video kanal YouTube Tirto Geni yang memuat klaim hoaks terkait FPI dan Suku Dayak.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menonton video berdurasi 5 menit 39 detik itu secara menyeluruh. Pada menit 5:05, terdengar suara seorang pria dalam video itu yang berkata, "Tujuan kita Terry Ibrahim." Berbekal petunjuk ini, Tempo pun menelusuri pemberitaan di mesin pencari gambar Google Images dengan kata kunci "Terry Ibrahim".
    Lewat cara tersebut, Tempo menemukan dua foto dari dua situs media yang identik dengan cuplikan dalam video di atas. Foto pertama, yang dimuat oleh Kalimantan-news.com dalam beritanya pada 12 November 2020, identik dengan cuplikan pada detik ke-30 hingga ke-36.
    Foto di situs Kalimantan-news.com (kiri) dan gambar tangkapan layar cuplikan video unggahan kanal YouTube Tirto Geni (kanan).
    Kesamaan terlihat pada spanduk berwarna biru tua yang terpasang di sebuah rumah yang bertuliskan "JaDi Center" dengan warna kuning. Ada pula sejumlah bendera yang terpasang di depan rumah tersebut yang berwarna biru, kuning, putih, dan hijau.
    Foto yang dimuat dalam berita yang berjudul "Pasukan Merah Jemput Terry Ibrahim di Posko Koalisi Adil Bersatu" itu diberi keterangan sebagai berikut: "Pasukan Merah Saat Menjemput Terry Ibrahim di Posko Koalisi Adil Bersatu, Jalan Lintas Melawi, Kamis 12 Oktober 2020."
    Sementara foto kedua, yang dimuat oleh Indo Globe News dalam beritanya pada 13 November 2020, identik dengan cuplikan pada menit 3:02. Kesamaan terlihat pada spanduk berwarna hitam yang bertuliskan "Warkop". Foto ini diberi keterangan: "Pasukan Merah Rajank Bangkule Melakukan Aksi Demo Depan Kedai Kopi Abah Sintang."
    Foto di situs Indo Globe News (kiri) dan gambar tangkapan layar cuplikan video unggahan kanal YouTube Tirto Geni (kanan).
    Menurut berita Kalimantan-news.com, pada 12 November 2020, Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) atau yang kerap disebut Pasukan Merah menjemput Terry Ibrahim di Posko Koalisi Adil Bersatu di Jalan Lintas Melawi, Sintang, Kalimantan Barat. Terry merupakan salah satu anggota DPRD Kalbar.
    Penjemputan itu dilakukan karena Terry tidak kunjung hadir dalam pertemuan bersama Pasukan Merah. Sebelumnya, pada 31 Oktober 2020, Terry dihukum adat oleh Pasukan Merah. Hukuman itu dijatuhkan setelah melalui sidang adat yang difasilitasi oleh Forum Ketemenggungan Adat Dayak Kabupaten Sintang.
    Sidang ini digelar karena Pasukan Merah merasa dirugikan atas tudingan Terry. Saat berkampanye di Desa Lepong Pantak Ketungau Hilir, Terry menyatakan bahwa Pasukan Merah telah menurunkan baliho salah satu calon Bupati Sintang. Sidang pun menjatuhkan hukum Adat Neraka Basa, Adat Kesupan, dan Adat Mali terhadap Terry.
    Menurut berita Indo Globe News, Pasukan Merah meminta Terry menyelesaikan permasalahan adatnya itu secara damai di rumah adat Betang Tampun Juah di Desa Jerora. Namun, permintaan itu tidak diindahkan. Pasukan Merah pun menjemput Terry di poskonya di Jalan Lintas Melawi.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video perang antara FPI dan Suku Dayak keliru. Video tersebut sama sekali tidak terkait dengan FPI, Video itu memperlihatkan aksi penjemputan Terry Ibrahim oleh Tariu Borneo Bangkule Rajakng (TBBR) atau yang kerap disebut Pasukan Merah di Jalan Lintas Melawi, Sintang, Kalimantan Barat. Terry merupakan salah satu anggota DPRD Kalbar. Penjemputan itu dilakukan terkait kasus adat antara Pasukan Merah dan Terry.
    EOLIA PRATAMA | ANGELINA ANJAR SAWITRI
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8421) Sesat, Klaim Ini Foto Keluarga Ugur Sahin Penemu Vaksin Covid-19 Pfizer

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 17/12/2020

    Berita


    Sebuah foto yang diklaim sebagai foto Ugur Sahin ketika masih kecil bersama keluarganya yang baru tiba di Jerman dari Turki viral di Twitter dan Facebook dalam sepekan terakhir. Ugur Sahin merupakan pendiri perusahaan bioteknologi BioNTech yang memproduksi vaksin Covid-19 bersama perusahaan farmasi asal Amerika Serikat  Pfizer.
    Salah satu akun Twitter yang mengunggah foto beserta narasi itu adalah akun @hasmi_bakhtiar, yakni pada 8 Desember 2020. Akun ini menulis, "Ugur Sahin (anak berkaos kuning) bersama keluarga tiba di Jerman dalam kondisi yang jauh dari kata berkecukupan. Sekarang kekayaannya sudah di angka 5,2 milyar dollar setelah vaksin Covid19 temuannya di BioNtech diakui Eropa dan dunia. Sebaik-baik bekal adalah bekal ilmu."
    Sementara di Facebook, foto beserta narasi yang sama diunggah oleh akun berbahasa Arab, juga pada 8 Desember 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun Twitter @hasmi_bakhtiar telah di-retweet lebih dari 400 kali dan disukai lebih dari 2 ribu kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @hasmi_bakhtiar.
    PEMERIKSAAN TEMPO
    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto di atas denganreverse image toolYandex dan TinEye. Hasilnya, ditemukan bahwa foto tersebut bukanlah foto keluarga Ugur Sahin ketika ia masih kecil dan baru tiba di Jerman dari Turki.
    Foto itu merupakan koleksi fotografer Candida Hofer yang pernah dipublikasikan di situs Art Journal pada 6 Januari 2017. Foto ini diberi judul “Turken in Deutschland 1979”. Sepanjang 1972-1979, Hofer merekam banyak gambar tentang kehidupan jutaan imigran Turki di Jerman setelah Perang Dunia II. Imigran itu didatangkan untuk memenuhi kebutuhan pekerja usai perang.Namun, di situs tersebut, tidak ada penjelasan mengenai nama keluarga dalam foto itu. Hanya tertera keterangan yang berbunyi: “Candida Hofer,Untitled from 'Turken in Deutschland 1979', 1979,color slide projection,80 slides,approx. 7 min.,dimensions variable(artworkCandida Hofer, Koln/VG Bild-Kunst, Bonn 2016).”
    Dikutip dari The New York Times, Ugur Sahin yang lahir di Iskenderun, Turki, juga menjadi imigran di Jerman. Keluarganya pindah ke Cologne, Jerman, untuk bekerja di pabrik Ford saat ia berusia 4 tahun. Sahin kemudian menjadi dokter dari Universitas Cologne dan, pada 1993, ia memperoleh gelar doktor atas karyanya tentang imunoterapi pada sel tumor.
    Namun, dari situs berbahasa Turki Hebugi, ditemukan petunjuk bahwa foto itu adalah foto keluarga Alamanci. Foto ini diambil pada 1975 di Dusseldorf, Jerman. Ayah keluarga ini datang sebagai pekerja di Jerman pada 1965. Lalu, sepuluh tahun kemudian, ia memboyong istri dan keempat anaknya. Dijelaskan bahwa kelak anak laki-laki dalam foto itu menjadi seorang master mesin bubut.
    Informasi tersebut diperkuat dengan penjelasan dari akun Twitter @diaspora_turk. Pada 16 Agustus 2020, akun ini mengunggah dua foto yang salah satunya sama dengan foto yang beredar saat ini. Akun itu pun memberikan keterangan dalam bahasa Turki yang jika diterjemahkan berbunyi:
    “Rumah baru, harapan baru... Ketika cucu dari keluarga itu melihat foto di halaman kami kemarin, kami bisa mendapatkan informasi langsung tentang mereka. Dia bercerita tentang kakek, nenek, bibi, paman, dan ibunya yang tidak ada di foto... Wajah tersenyum dengan mata tersenyum. Keluarga itu dari Aksaray. Sang ayah datang ke Jerman pada tahun 1965 sebagai pekerja...”
    Saat ramai beredar klaim bahwa foto itu adalah foto keluarga Ugur Sahin, akun @diaspora_turk memberikan bantahan. Dalam cuitannya pada 17 November 2020, akun ini menulis, "Saat ini, di banyak tempat, diberitakan bahwa dia adalah Ugur Sahin. Kami telah berbagi cerita keluarga sebelumnya. Anak laki-laki itu tumbuh dan menjadi master mesin bubut. Ini tidak membuatnya menjadi kurang penting dari orang lain. Berharap memori keluarga dihormati...”

    Hasil Cek Fakta

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto tersebut adalah foto Ugur Sahin, pendiri BioNTech, ketika masih kecil bersama keluarganya yang baru tiba di Jerman dari Turki, menyesatkan. Foto itu memang merupakan foto keluarga imigran Turki yang datang ke Jerman pada 1965, tapi bukan keluarga Sahin. Keluarga dalam foto itu berasal dari Aksaray, sedangkan Sahin berasal dari Iskenderun. Selain itu, bocah laki-laki berkaos kuning dalam foto itu saat ini menjadi master mesin bubut.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan