(GFD-2020-8434) Sesat, Klaim Ini Foto Tentara Jerman-Inggris yang Main Bola Bersama saat Gencatan Senjata Natal 1914
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 30/12/2020
Berita
Foto hitam-putih yang memperlihatkan sejumlah pria berseragam sedang bermain bola beredar di Facebook. Foto itu diklaim sebagai foto tentara Jerman dan Inggris yang bermain bola bersama saat kedua negara yang sedang berperang tersebut melakukan gencatan senjata, tepatnya pada hari Natal 25 Desember 1914 di Ypres dan Comines-Warneton, Belgia.
Salah satu akun yang membagikan foto beserta klaim tersebut adalah akun Ustadi Ahmad, tepatnya pada 27 Desember 2020. Berikut narasi yang ditulis oleh akun tersebut:
“25 Desember 1914 - Tentara Jerman dan Inggris yang sedang berperang melanggar komando atasan, mereka melakukan gencatan senjata selama sehari dan justru main bola bareng saat Natal. Gencatan senjata Natal atau Christmas Truce, begitulah orang-orang Eropa Barat mengenang momen 25 Desember 1914. Berdasarkan semangat perang, gencatan senjata saat itu tidak resmi dan melanggar komando. Namun toh kemanusiaan yang menang, meski sementara waktu. Dalam pertandingan sepakbola itu, Jerman menang atas Inggris dengan skor 3-2. Menurut situs UEFA, lokasi pertandingannya ada di Ypres dan Comines-Warneton, Belgia.”
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Ustadi Ahmad yang memuat klaim menyesatkan terkait foto yang diunggahnya.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri sumber foto tersebut denganreverse image toolSource dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa sejumlah pria berseragam yang bermain bola dalam foto itu merupakan para aktor yang memerankan kembali adegan bermain sepak bola saat Christmas Truce atau gencatan senjata Natal.
Foto yang sebenarnya berwarna itu, bukan hitam-putih, diabadikan oleh fotografer kantor berita Associated Press (AP), Virginia Mayo. Foto itu pernah dimuat oleh situs media News.com.au pada 24 Desember 2014 dengan keterangan: "Para aktor memerankan kembali pertandingan sepak bola saat gencatan senjata Natal, sebuah peristiwa yang menurut sejarawan kemungkinan besar tidak terjadi."
Foto yang sama juga pernah dimuat situs pemeriksa fakta Hoaxeye.com pada 26 Desember 2016. Menurut situs ini, narasi yang menyertai foto itu, bahwa “Tentara Inggris dan Jerman dalam Perang Dunia I mengumumkan gencatan senjata informal dan memainkan pertandingan sepak bola di antara parit, Natal 1914", tidak benar.
Kontroversi sepak bola saat Christmas Truce
Dilansir dari situs resmi Imperial War Museums (IWM), Christmas Truce atau gencatan senjata Natal merupakan salah satu peristiwa paling terkenal dari Perang Dunia I. Menjelang malam Natal 1914, tentara Inggris mendengar pasukan Jerman di parit seberang mereka menyanyikan lagu-lagu pujian dan lagu-lagu patriotik serta melihat lentera dan pohon cemara kecil di sepanjang parit pasukan Jerman. Pesan pun diteriakkan di antara parit.
Keesokan harinya, tentara Inggris dan Jerman bertemu di tanah tak bertuan atauno man's landserta bertukar hadiah, mengambil foto, dan beberapa di antaranya bermain sepak bola dadakan. Mereka juga mengubur korban jiwa serta memperbaiki parit dan galian.
Beberapa pihak meragukan terjadinya pertandingan sepak bola dalam peristiwa Christmas Truce atau gencatan senjata Natal pada 1914 tersebut. Namun, beberapa saksi menyatakan bahwa permainan sepak bola antara tentara Inggris dan Jerman dalam peristiwa itu memang terjadi.
Menurut laporan News.com.au, Peter Stanley, profesor dari University of New South Wales Canberra, Australia, menganggap bahwa para tentara itu memang melakukannya, tapi kemungkinan hanya di antara mereka sendiri dan di belakang garis mereka sendiri. Hal itu pun, menurut Stanley, jelas tidak seperti yang sering didokumentasikan sebagai pertandingan penuh antar pasukan dengan kerumunan yang bersorak-sorai di hamparanno man's land.
Stanley mengatakan para tentara itu tidak mungkin memiliki bola sepak. Selain itu, alasan utama pertandingan sepak bola tersebut tampak meragukan adalah karena bukti sejarahnya sangat samar. "Koran pada hari itu memiliki gambar gencatan senjata, dengan banyak foto pria yang merokok, tapi tidak ada foto pertandingan sepak bola," ujar Stanley.
Dilansir dari Kompas.com, beberapa sumber menyatakan bahwa permainan sepak bola itu terjadi di garis perbatasan Belgia. Seorang prajurit berusia 19 tahun di Batalion Cheshire ke-6, Ernie Williams, yang ditempatkan di dekat Belgia, menggambarkan bagaimana sepak bola menyatukan kedua pihak. Williams juga menceritakan kisahnya yang direkam pada 1983.
Menurut Williams, bola muncul dari suatu tempat. Tak ada yang tahu dari mana asalnya bola itu. Namun, kedua belah pihak berkumpul dan saling memberikan umpan untuk bermain sepak bola. Semua orang tampaknya menikmati permainan sepak bola itu.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Letnan Charles Brockbank yang merupakan anggota Batalion Cheshire ke-6, permainan berlangsung tidak lama setelah Jerman berteriak dan keluar dari parit. Kerumunan besar pun terbentuk. Salah satu dari kedua belah pihak kemudian menemukan bola karet kecil dan pertandingan sepak bola menyatukan mereka, meskipun itu hanya berlangsung satu jam dan dan tidak memakai wasit.
Dikutip dari Historia.id, wilayah Ypres di Belgia adalah medan pertempuran paling intens antara Jerman dan Sekutu yang dipimpin Inggris dan Prancis pada awal Perang Dunia I. Serangkaian pertempuran yang terjadi pada 19 Oktober–22 November 1914 memakan puluhan ribu korban tewas, diikuti perang parit yang statis.
Peperangan berhenti pada malam Natal, 24 Desember. Prajurit Jerman dan Inggris mendekorasi parit masing-masing dengan pohon Natal dan menyanyikan lagu-lagu Natal. Suasana jadi bersahabat ketika mereka bertemu di tanah tak bertuan atau no man’s land, lahan kosong yang memisahkan parit kedua belah pihak. Mereka bertegur sapa, bertukar hadiah dan kebahagiaan Natal.
Di beberapa wilayah, gencatan senjata digunakan para prajurit untuk bertanding sepak bola. Seperti disaksikan Letnan Kurt Zehmisch dari Resimen Saxony ke-134. “Prajurit-prajurit Inggris membawa bola sepak dari parit mereka, dan tak lama pertandingan seru terjadi. Pemandangan ini sangat menakjubkan, juga aneh. Para opsir Inggris merasakan hal yang sama tentang ini. Natal, momen perayaan rasa cinta dan kasih sayang, mampu membuat musuh bebuyutan menjadi kawan untuk sementara,” katanya dalam catatan harian yang dipublikasikan pada 1999.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas adalah foto tentara Jerman dan Inggris yang bermain bola bersama saat gencatan senjata pada hari Natal 25 Desember 1914, menyesatkan. Foto itu hanyalah foto para aktor yang memerankan kembali adegan bermain bola saat Christmas Truce atau gencatan senjata Natal. Benar atau tidaknya pertandingan sepak bola saat Christmas Truce 1914 itu sendiri masih menjadi perdebatan. Beberapa pihak meragukan, namun sejumlah saksi menyatakan bahwa permainan sepak bola itu benar-benar terjadi.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/natal
- https://archive.vn/kv8Jr
- https://www.tempo.co/tag/sepak-bola
- https://bit.ly/37VGfE8
- https://bit.ly/34TMO82
- https://bit.ly/3rBRhpW
- https://www.news.com.au/national/the-wwi-christmas-truce-what-really-happened/news-story/dcce417d43e678f624a1d81a212e12e5
- https://bit.ly/3aLWwgF
- https://www.tempo.co/tag/jerman
- https://bit.ly/2KHNrLb
- https://www.tempo.co/tag/inggris
(GFD-2020-8433) Sesat, Foto Piramida Bersalju yang Diklaim Tunjukkan Cuaca Tak Normal di Mesir
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 29/12/2020
Berita
Dua foto yang memperlihatkan Piramida dan Sphinx yang diselimuti salju beredar di media sosial. Kedua foto yang diunggah pada pertengahan Desember 2020 itu diklaim sebagai foto yang menunjukkan Mesir yang bersalju karena cuaca sedang tidak normal.
Kedua foto tersebut dibagikan oleh akun Twitter asal Jepang, @Ran_Paratrooper, pada 19 Desember 2020. Akun ini pun menulis keterangan dalam huruf Jepang yang jika diterjemahkan berarti, "Salju di Mesir ... cuaca tidak normal ..."
Gambar tangkapan layar cuitan itu kemudian diunggah oleh akun Facebook Doctor Specialist Steal pada 28 Desember 2020. Akun ini menulis, "Ini bukan pertama kalinya. Kalau gak salah 2018 juga turun salju." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapat lebih dari 200 reaksi dan 70 komentar.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Doctor Specialist Steal yang memuat klaim menyesatkan terkait foto Piramida dan Sphinx yang diunggahnya.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, dua foto Piramida dan Sphinx yang diselimuti salju tersebut tidak diambil di Mesir. Piramida dan Sphinx yang bersalju itu sebenarnya hanyalah miniatur yang dipasang di Tobu World Square, Kota Nikko, Prefektur Tochigi, Jepang.
Tempo memperoleh petunjuk setelah menelusuri jejak digital foto-foto itu dengan reverse image tool Google. Situs berbahasa Jepang, J-Town, menulis bahwa Piramida dan Sphinx dalam foto tersebut berada di Zona Mesir Tobu World Square, yang memang berisi miniatur berbagai tempat terkenal di dunia.
Awalnya, foto Piramida dan Sphinx yang bersalju itu diunggah oleh akun Twitter asal Jepang, @Ran_Paratrooper, pada 19 Desember 2020. Akun ini kemudian menulis narasi bahwa Mesir mengalami perubahan cuaca. Unggahan itu awalnya dimaksudkan sebagai tipuan dan lelucon.
Namun, unggahan tersebut malah viral dan dipercaya oleh sebagian besar warganet. Setidaknya, unggahan itu telah dibagikan lebih dari 10 ribu kali dan disukai lebih dari 90 ribu kali. Setelah viral, keesokan harinya atau pada 20 Desember 2020, akun @Ran_Paratrooper mengunggah foto monumen Tombu World Square dengan simbol bola dunia.
Meskipun begitu, unggahan tersebut telah terlanjur menyebar, termasuk ke Facebook. Kepada situs J-Town, pemilik akun itu yang bernama Toyomizu menjelaskan bahwa foto tersebut diambil pada 17 Desember 2020 pukul 14.00 waktu setempat. Saat itu, salju memang turun dengan lebat.
"Kebetulan hari itu salju turun dengan lebat, dan ada salju di miniatur negara itu, yang tidak pernah turun salju. Jadi, saya mengunggahnya karena saya ingin melihat bagaimana reaksi pengikut saya jika saya memotret dan mengunggahnya," ujar Toyomizu.
Menurut Toyomizu, dia memang berniat mengunggah dua foto itu dengan narasi yang berbeda untuk membuat pengikutnya penasaran. Tapi akhirnya dia kewalahan karena banyak orang yang percaya.
"Ini awalnya dimaksudkan sebagai tweet misterius bagi pengikut. Jadi, seperti yang Anda lihat dalam foto, saya sengaja memperlihatkan ujung Menara Eiffel di balik Piramida. Beberapa orang menikmatinya, tapi beberapa orang secara membabi buta mempercayainya. Jadi, saya agak bingung," katanya.
Tempo kemudian membandingkan foto tersebut dengan foto Zona Mesir Tombu World Square di Google Maps. Hasilnya, ditemukan bahwa taman hiburan yang berisi 14 ribu miniatur itu memang menampilkan Piramida dan Sphinx sebagai salah satu obyeknya.
Namun, hal yang menunjukkan bahwa Piramida dan Sphinx tersebut tidak berada di Mesir adalah adanya miniatur Menara Eiffel di belakang Piramida itu. Di Google Maps, terlihat jelas bahwa miniatur Menara Eiffel di Tombu World Squre berada di belakang Zona Mesir.
Foto yang dibagikan oleh akun Facebook Doctor Specialist Steal (kiri) yang berasal dari akun Twitter milik Toyomizu serta foto Zona Mesir di Tombu World Square yang diunggah di Google Maps (kanan). Tampak miniatur Menara Eiffel terlihat dalam kedua foto tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto Piramida dan Sphinx yang diselimuti salju di atas menunjukkan cuaca yang tidak normal di Mesir, menyesatkan. Foto Piramida dan Sphinx yang bersalju tersebut diambil di taman hiburan Tombu World Square, Jepang, pada 17 Desember 2020. Saat foto itu diambil, salju memang turun di negara subtropis tersebut. Narasi menyesatkan itu memang sengaja diunggah oleh sebuah akun Twitter asal Jepang pada 19 Desember untuk membuat pengikutnya penasaran.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/piramida
- https://archive.is/5BoV1
- https://www.tempo.co/tag/sphinx
- https://j-town.net/tokyo/column/allprefcolumn/316535.html?p=all
- https://twitter.com/Ran_Paratrooper/status/1340299876756717568
- https://twitter.com/Ran_Paratrooper/status/1340402154452881408/photo/1
- https://s.id/wJ2sO
- https://www.tempo.co/tag/mesir
(GFD-2020-8432) Sesat, Judul Artikel Mensos Risma Akan Hapus Semua BLT
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 29/12/2020
Berita
Klaim bahwa Menteri Sosial Tri Rismaharini akan menghapus semua Bantuan Langsung Tunai (BLT) beredar di Facebook. Klaim itu terdapat dalam judul artikel dari situs Batasindo.com yang berbunyi "Gawat! Mensos Risma Akan Hapus Semua BLT Untuk Kedepannya".
Salah satu akun yang membagikan tautan artikel tersebut adalah akun V-dha, tepatnya pada 25 Desember 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah mendapatkan lebih dari 1.300 reaksi dan 350 komentar serta dibagikan sebanyak 96 kali.
Sejumlah warganet pun menuliskan komentar yang menunjukkan kepercayaannya terhadap klaim tersebut. “Sangat setuju klw (kalau) di hapus,” tulis akun Helga Bilqis. “BLT banyak ndak tepat. Dihapus gpp,” ujar akun lainnya, Eni Yulianingsih.
Narasi itu beredar setelah Risma, Wali Kota Surabaya, dilantik sebagai Mensos oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada 23 Desember 2020. Risma menggantikan Juliari Batubara, Mensos sebelumnya yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) KPK terkait dugaan suap bansos Covid-19.
Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook V-dha pada 25 Desember 2020 yang memuat judul artikel dengan klaim yang menyesatkan terkait Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Hasil Cek Fakta
Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, judul artikel Batasindo.com itu tidak mencerminkan isi dari keseluruhan artikel. Artikel tersebut tidak berisi informasi bahwa Risma akan menghapus semua BLT, melainkan informasi bahwa Risma akan mengganti skema bansos yang disalurkan secara tunai menjadi secara elektronik.
Penjelasan terkait ini terdapat pada paragraf kedua yang berbunyi: “Namun menurut Mensos Tri Rismaharini atau Risma akan digantikan secara elektronik, sebagai upaya menghindari penyelewengan.” Menurut berita itu, pernyataan Risma disampaikan setelah melakukan serah terima jabatan dari Plt Mensos, Muhadjir Effendy, di Jakarta pada 23 Desember 2020.
Tempo kemudian mencocokkan isi artikel itu dengan pemberitaan di media lain terkait informasi tersebut yang dimuat pada tanggal yang sama. Dikutip dari CNN Indonesia, Mensos Risma mengatakan akan memberikan bansos secara elektronik (cashless) pada 2021 demi efektifitas. Risma juga berjanji bakal lekas memperbaiki data penerima bansos agar bisa segera diterima oleh semua pihak yang membutuhkan di tengah pandemi Covid-19.
"Kami akan lakukan semua transaksi secara elektronik. Dan juga ada masukan dari daerah, kami gunakan dengan elektronik yang cepat sehingga perbaikan data bisa segera kami dilakukan. Dengan demikian, efektivitas bisa tercapai," kata Risma seperti dikutip oleh CNN Indonesia dari video konferensi pers di YouTube Sekretariat Presiden pada 23 Desember 2020.
Video konferensi pers yang berisi penjelasan dari Risma itu bisa disaksikan di tautan ini. Video tersebut juga berisi keterangan pers dari para menteri baru Kabinet Indonesia Maju yang dilantik bersama Risma.
Pernyataan Risma terdapat pada menit 3:36. Dia menyatakan akan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri dalam hal data kependudukan untuk pembaruan data penerima bantuan. Selain itu, dia juga menegaskan bahwa seluruh proses akan dijamin transparansinya. “Kami juga akan gunakan elektronik, semua secara elektronik. Masukan-masukan dari daerah, akan gunakan elektronik yang cepat sehingga perbaikan-perbaikan data bisa kami lakukan. Dengan demikian, efektivitas akan tercapai," ujar Risma.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, judul artikel “Gawat! Mensos Risma akan Hapus Semua BLT Untuk Kedepannya” yang dimuat oleh Batasindo.com menyesatkan. BLT tidak dihapus, melainkan diubah skemanya menjadi elektronik. Judul artikel yang digunakan oleh Batasindo.com tersebut tidak mencerminkan isi artikel secara keseluruhan sehingga berpotensi menyesatkan pembaca.
IKA NINGTYAS
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
- https://www.tempo.co/tag/tri-rismaharini
- https://archive.is/iQsXG
- https://www.tempo.co/tag/mensos
- https://www.tempo.co/tag/bansos
- https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201223113557-20-585572/risma-ingin-bansos-via-transfer-demi-efektifitas
- https://www.youtube.com/watch?v=VSmFQTgNf0Y
- https://www.tempo.co/tag/blt
(GFD-2020-8431) Keliru, Klaim Ini Video Ratusan Pasien Covid-19 yang Dirawat di Istora Senayan
Sumber: cekfakta.tempo.coTanggal publish: 28/12/2020
Berita
Video yang diklaim sebagai video ratusan pasien Covid-19 yang dirawat di Istora Senayan, Jakarta, viral. Dalam video berdurasi 26 detik ini, terlihat ratusan orang yang terbaring di atas tikar dan kasur di sebuah gelanggang olahraga (GOR). Di sejumlah titik, tampak beberapa petugas yang mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap.
Terdapat pula sebuah ruangan terpisah di salah satu bagian GOR itu yang disekat dengan triplek. Sementara GOR tersebut memiliki tribun penonton di keempat sisinya. Pagar tribun penonton itu pun diberi kawat berduri. Sebelumnya, video ini diklaim diambil dari GOR Lembupeteng, Tulungagung, Jawa Timur.
Gambar tangkapan layar video yang beredar di media sosial dan WhatsApp yang disebarkan dengan klaim keliru bahwa video itu diambil di Istora Senayan, Jakarta.
Hasil Cek Fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri dengan reverse image tool Source dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa video di atas bukan video ratusan pasien Covid-19 di Istora Senayan maupun di GOR Lembupeteng. Video itu diambil di Stadium Sukpa Indera Mahkota, Malaysia.
Video yang identik pernah diunggah ke Facebook oleh akun Kuantan pada 17 Desember 2020. Akun ini menulis narasi, “Stadium Sukpa Kuantan - Indera Mahkota....”
Tempo kemudian menelusuri pemberitaan tentang penempatan pasien Covid-19 di Stadium Sukpa, Kuantan, Malaysia. Hasilnya, ditemukan berita dari situs media Malaysia, Harian Metro, yang memuat foto Stadium Tertutup, Sukpa Indera Mahkota. Interior stadion ini sama dengan yang terlihat dalam video yang beredar, termasuk kawat berduri yang dipasang di pagar tribun. Warna lantai stadion ini pun sama dengan yang terlihat dalam video yang beredar.
Foto itu dimuat oleh Harian Metro pada 16 Desember 2020 dalam beritanya yang berjudul "312 pesakit Covid-19 ditempatkan di PKRC Sukpa, MAEPS". Foto itu pun diberi keterangan "PUSAT Kuarantin dan Rawatan Covid-19 (PKRC) di Stadium Tertutup, SUKPA Indera Mahkota. Foto arkib NTSP."
Menurut laporan Harian Metro, Direktur Dewan Keamanan Negara (MKN) Pahang Mohd Zairasyahli Shah Zakaria mengatakan, PKRC Sukpa bisa menampung 200 pasien Covid-19 risiko rendah. PKRC Sukpa mulai menerima dan merawat pasien Covid-19 risiko rendah sejak 11 Desember 2020.
Berdasarkan arsip berita Tempo, Kepala Unit Istora Senayan Jujuk Bandung Windargo pun telah membantah kabar adanya pasien Covid-19 yang menempati area lapangan indoor Istora GBK (Gelora Bung Karno). "Itu video hoaks," kata Jujuk saat dihubungi pada 28 Desember 2020. Menurut Jujuk, saat ini, tidak ada penghuni di Istora Senayan. "Kosong, tidak ada apa-apa karena belum ada event atau kegiatan," ujarnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia juga menyatakan tak tahu-menahu ihwal video tersebut. Dia berujar, lokasi yang dihuni orang-orang itu bukan tempat isolasi tambahan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk pasien Covid-19. "Bukan (tempat isolasi tambahan dari DKI)," ujarnya.
Dilansir dari Jatim Times, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tulungagung Galih Nusantoro juga memastikan video itu hoaks. “Hasil penelusurannya enggak di sekitar sini, enggak ada kontruksi itu di sekitar sini (Tulungagung),” ujar Galih pada 23 Desember 2020.
Dari posisi tribun (kursi penonton), tampak berbeda dibandingkan dengan tribun di GOR Lembupeteng. Dalam video itu, terlihat tribun berada di empat sisi GOR. Sementara di GOR Lembupeteng, tribun hanya berada di dua sisi, sisi utara dan sisi selatan.
Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video ratusan pasien Covid-19 yang dirawat di Istora Senayan, Jakarta, keliru. Video tersebut diambil di Stadium Sukpa Indera Mahkota, Malaysia, yang dijadikan lokasi perawatan dan isolasi pasien Covid-19 sejak pertengahan Desember 2020 lalu.
ZAINAL ISHAQ
Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id
Rujukan
Halaman: 4390/5915