• (GFD-2022-9255) Keliru, Asap Putih dari Pesawat adalah Chemtrail yang Sebarkan Virus dan Senjata Biologi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/02/2022

    Berita


    Sejumlah unggahan tentang chemtrail yang membombardir Jakarta, Bandung dan Pulau Jawa, kembali banyak dibagikan dalam sepekan terakhir. Chemtrail itu diklaim menyebabkan warga sakit flu, demam hingga mengaitkannya sebagai senjata biologi. 
    Unggahan tersebut terdiri dari sejumlah video yang menampakkan jejak asap putih yang ditinggalkan oleh pesawat. “Hati² dengan hujan virus baru,” tulis salah satu akun Facebook yang membagikan unggahan itu pada 20 Februari 2022. 
    Unggahan teks lain menyebar dengan narasi, “Banyak pesawat yang lewat emang sengaja menyebar racun chemtrail. Gejala keracunan chemtrail demam, badan linu, batuk, flu, diare, badan gatal gatal dll.” 
    “Perlu diketahui Chemtrail adalah cara penyebaran virus atau senjata Biologi lewat udara. Pernah mendengar langsung dari ahli pesawat. Bahwa ketinggian pesawat kurang atau dibawah 10.000 kaki tak pernah mengeluarkan asap. Kecuali Chemtrail,” tulis akun lainnya.
    Tangkapan layar unggahan video dengan klaim asap putih dari pesawat adalah chemtrail yang sebarkan virus dan senjata biologi

    Hasil Cek Fakta


    Narasi mengenai chemtrail telah menjadi teori konspirasi di berbagai belahan dunia, jauh sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Konspirasi umum yang beredar di media sosial bahwa chemtrail adalah bentuk operasi rahasia yang menginjeksikan bahan kimia berbahaya di udara melalui pesawat dengan cara membentuk gumpalan.  
    Saat dunia dilanda pandemi, teori konspirasi kemudian menghubungkan bahwa virus penyebab Covid-19 disebarkan sengaja melalui chemtrail. Bahkan beberapa foto dikaitkan dengan penyebaran varian Omicron. Dalam artikel ini, Tempo pernah membantah bahwa foto-foto yang dibagikan di media sosial adalah chemtrail untuk menyebarkan varian omicron. 
    Menurut Plt. Deputi Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Urip Haryoko, jejak asap putih yang ditinggalkan pesawat sebenarnya adalah condensation trails atau sering disingkat sebagai contrails. Contrails adalah fenomena yang terjadi di udara akibat emisi dari mesin jet pesawat terbang yang bertemu dengan udara pada temperatur yang sangat rendah. 
    Proses pembentukan contrails diinisiasi oleh emisi uap air pada temperatur tinggi dari mesin jet pesawat terbang yang dengan cepat bertemu dengan udara pada temperatur yang sangat rendah. Pertemuan ini berturut-turut dilanjutkan dengan proses kondensasi (perubahan uap air menjadi air) dan proses sublimasi (air menjadi kristal es). 
    “Proses ini dapat disetarakan dengan proses pembentukan awan,” Ujar Urip, dikutip dari laman BMKG.
    Urip menyebut bahwa hingga hari ini belum ada laporan resmi atau publikasi ilmiah yang menyebut dampak buruk contrails. Salah satu kajian juga menunjukkan klaim bahwa chemtrail mengandung zat berbahaya juga tidak benar. 
    Penelitian, kata Urip, juga menunjukkan, mustahil bagi virus hidup di ketinggian tertentu. Sebab proses pembentukan unsur patogen (berbahaya) dari virus SARS-CoV-2 berkurang pada lokasi dengan elevasi tinggi. 
    “Hal ini disebabkan karena virus tidak dapat bertahan lama pada lingkungan seperti ini karena minimnya lapisan oksigen. Contrails biasanya nampak pada ketinggian 7.000 meter sampai dengan 13.000 meter dengan lapisan oksigen yang sangat tipis,” ungkap Urip
    Demikian juga dengan keberadaan sinar ultraviolet (UV) di udara dapat mematikan virus SARS-CoV-2  sehingga tidak dapat menyebar secara luas dan sampai ke permukaan.
    Tempo pernah membantah bahwa asap putih yang ditinggalkan oleh pesawat adalah chemtrail dalam artikel ini.
    Ahli Ilmu Iklim dan Teknologi Energi dari Harvard School of Engineering and Applied Sciences, David Keith menulis,  jika ada contrails pesawat "terlihat berbeda" atau "berperilaku aneh" pertimbangkan bahwa jejak kondensasi pesawat biasa (contrails) terkadang tahan lama dan tampilannya dapat berubah tiba-tiba di sepanjang jalur penerbangan saat pesawat terbang melalui daerah dengan suhu yang berbeda dan kelembaban. 
    “Ini dipahami dengan baik dan telah ditunjukkan oleh pengamatan di lapangan dan oleh penelitian ilmiah yang dilakukan oleh ribuan orang selama beberapa dekade.”
    Menurut Keith, jika memang ada program skala besar yang membuang material dari pesawat pada skala yang dijelaskan, harus ada program operasi yang besar untuk memproduksi, memuat dan menyebarkan material. 
    “Itu akan membutuhkan ribuan atau mungkin puluhan ribu orang. Akan sangat sulit untuk merahasiakan program seperti itu karena akan sangat mudah bagi satu orang dalam program untuk mengungkapkannya menggunakan dokumen yang bocor, foto, atau perangkat keras yang sebenarnya,” tulis Keith dalam laman David Keith’s Research Group.  
    Apalagi, jika program tersebut dimaksudkan untuk merugikan sesama warganya—seperti yang dituduhkan oleh orang-orang yang percaya pada konspirasi chemtrails—maka orang-orang yang bekerja dalam program tersebut akan memiliki motivasi pribadi yang sangat kuat untuk mengungkapkannya.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan berbagai narasi yang menghubungkan bahwa asap putih yang ditinggalkan pesawat adalah chemtrail yang menimbulkan flu, demam dan senjata biologi adalah keliru. 
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2022-9254) [SALAH] Foto “suami istri tewas gantung diri di Jembatan Sungai Kalundang”

    Sumber: Media Daring
    Tanggal publish: 23/02/2022

    Berita

    “Innalilahi Wa Inna Ilaihi Raji’un 😭….Tak Sanggup Menahan Beban Hidup, Sepasang Suami Istri G4ntung Diri Diatas Sungai

    Sepasang suami istri ditemukan tewas gantung diri di Jembatan Sungai Kalundang, Desa Kampung Padang, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu, pada Sabtu pagi.”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah artikel dengan narasi bahwa sepasang suami istri ditemukan tewas gantung diri. Adapun nama korban bernama Herman Ginting (58) dan istrinya Sarinah (56), warga Dusun Tasik Dua, Desa Pasir Tuntung, Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhan batu Selatan. Artikel juga disertai foto pasangan suami istri dengan baju biru dan hijau tergantung di pohon yang berada di atas sungai.

    Berdasarkan penelusuran, artikel ini termasuk dalam hoaks kategori konteks yang salah. Dilansir melalui Kompas.com , terdapat luka sayatan di leher jasad suami istri, Herman Ginting (58) dan Sarinah (56), yang tergantung di Jembatan Sei Kalundang, Susun Aek Nauli, Labuhanbatu, Sabtu (2/11/2019). Hal itu diketahui dari hasil visum di RSUD Rantauprapat. Pada jasad kedua korban juga tidak ditemukan tanda-tanda kematian karena bunuh diri dengan cara gantung diri.

    Terkait foto yang dipasang dalam artikel tersebut, diketahui dari palingseru.com pasangan suami istri yang memakai baju biru dan hijau tersebut adalah jasad pasangan suami istri Meseno (52) dan Siti Nafiah (51). Aksi gantung diri di atas sungai yang dilakukan pasangan suami istri (Pasutri) asal Blitar tersebut diduga bermotif perselingkuhan.

    Dugaan perselingkuhan warga Dusun Wonorejo Desa Slemanan Kec Udanawu ini diamini oleh anak-anaknya. Salah satunya Inaliyati dan suaminya, Agus Saifudin. Agus Saifudin mengaku sudah mengetahui niatan sang mertua untuk meninggal bersama-sama dengan istrinya.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Riza Dwi (Anggota Tim Kalimasada)

    BUKAN foto suami istri yang tewas tergantung di Jembatan Sungai Kalundang, Labuhan Batu. Foto itu adalah foto pasangan suami istri bunuh diri di Blitar.

    Rujukan

  • (GFD-2022-9253) [SALAH] Video “berkat pendekatan Jokowi Rusia akhirnya menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina.”

    Sumber: Tiktok.com
    Tanggal publish: 23/02/2022

    Berita

    “Dunia Butuh Indonesia
    berkat pendekatan Jokowi Rusia akhirnya menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina.”

    Hasil Cek Fakta

    Akun TikTok dengan nama pengguna “guntur.surabaya” mengunggah sebuah video yang menunjukkan pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Presiden Vladimir Putin. Unggahan tersebut juga disertai dengan narasi yang menyatakan bahwa video tersebut merupakan video Jokowi yang melakukan pendekatan ke Rusia agar bersedia menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina.

    Berdasarkan hasil penelusuran, video tersebut merupakan gabungan dari video kunjungan Jokowi ke Sochi, Rusia, pada tahun 2016 lalu dan video kedatangan Jokowi di acara KTT G20 di Italia pada tahun 2021. Video kunjungan Jokowi ke Sochi pertama kali diunggah oleh kanal YouTube “Kementerian Sekretariat Negara RI” pada 19 Mei 2016. Sedangkan, video kehadiran Jokowi di KTT G20 juga telah diunggah oleh kanal YouTube “KOMPASTV” pada 30 Oktober 2021.

    Lebih lanjut, hingga saat ini Putin belum menarik pasukannya dari Ukraina. Melansir dari BBC Indonesia, kondisi terbaru konflik Rusia dan Ukraina adalah Putin memerintahkan pasukannya untuk memasuki wilayah Donetsk dan Luhansk yang terletak di bagian timur Ukraina.

    Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh akun TikTok dengan nama pengguna “guntur.surabaya” tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini.

    Faktanya, video tersebut merupakan gabungan dari video kunjungan Presiden Jokowi ke Sochi, Rusia, pada tahun 2016 dan video kedatangan Jokowi di acara KTT G20 di Italia pada tahun 2021. Hingga saat ini, Presiden Putin belum menarik pasukannya dari Ukraina.

    Rujukan

  • (GFD-2022-9252) [SALAH] Grup Telegram “BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL”

    Sumber: Telegram.com
    Tanggal publish: 23/02/2022

    Berita

    “Program Yang Kami Laksanakan ini, untuk dapat Meningkatkan Perekonomian Masyarakat yang belum mengerti tentang PASAR SAHAM DUNIA,. KAMI PROFIT ANDA UNTUNG, MODAL ANDAPUN JELAS AMAN ✅

    AYO SEGERA JOIN
    ADMIN:
    👇🏻👇🏻

    @Cs_BUDY_FRENSIDY”

    Hasil Cek Fakta

    Telah beredar grup Telegram “BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL” dengan 2.166 anggota. Grup tersebut mengklaim memiliki program yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang belum memahami informasi seputar saham dan menjanjikan adanya profit.

    Berdasarkan hasil penelusuran, grup Telegram tersebut bukanlah grup resmi milik BKPM. Melalui utas akun Twitter resmi Kementerian Investasi – BKPM pada 8 Mei 2021, pihaknya mengonfirmasi tidak pernah memiliki grup Telegram/WhatsApp terkait pengelolaan dana investasi dan tidak pernah membuka jasa investasi dengan profit yang tidak masuk akal. BKPM juga meminta masyarakat untuk berhati-hati dengan oknum yang mengatasnamakan Kementerian Investasi/BKPM.

    Sebagai tambahan, hoaks serupa sebelumnya pernah dibahas dalam artikel Turn Back Hoax terbit pada 9 Oktober 2021 dengan judul [SALAH] Akun Telegram Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan Admin Grup Thomas Lembong.

    Dengan demikian, grup Telegram “BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL” dikategorikan sebagai Konten Tiruan.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Renanda Dwina Putri (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Pendidikan Indonesia)

    Faktanya, Kementerian Investasi – Badan Koordinasi Penanaman Modal menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah memiliki grup Telegram terkait pengelolaan dana investasi serta tidak pernah membuka jasa investasi.

    Rujukan