• (GFD-2025-27464) Cek Fakta: Hoaks Artikel MUI Dukung Serangan Israel ke Iran

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/06/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan artikel yang mengklaim Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendukung serangan Israel ke Iran. Postingan itu beredar sejak tengah pekan ini.
    Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 19 Juni 2025.
    Dalam postingan tersebut terdapat cuplikan layar artikel dari Kumparan.com berjudul "MUI Dukung Serangan Israel ke Iran: Syiah Bukan Islam, Syiah Adalah Kafir Yang Halal Dimusnahkan"
    Akun itu menambahkan narasi:
    "Hahahaha. Ada ada saja..mui"
    Lalu benarkah postingan artikel yang mengklaim Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendukung serangan Israel ke Iran?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel yang identik dengan postingan. Artikel itu diunggah Kumparan.com pada 17 Juni 2024 pukul 19:23 WIB.
    Namun dalam artikel asli berjudul "MUI Kutuk Israel Serang Warga Palestina yang Hendak Salat Id di Masjid Al Aqsa".
    Dalam artikel itu Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja sama Internasional Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengutuk serangan Israel ke warga Palestina yang hendak salat Idul Adha ke Masjidil Aqsa.
    Di sisi lain, MUI sendiri sudah mengeluarkan pernyataan terkait aksi serangan Israel ke Iran. Pernyataan itu diunggah di website resmi MUI pada 14 Juni 2025.
    "Majelis Ulama Indonesia (MU) mengutuk secara keras serangan yang dilontarkan Israel kepada Iran. Serangan Israel kepada Iran dapat memperburuk krisis kemanusiaan, politik, dan keamanan global," kata Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Prof Sudarnoto Abdul Hakim dilansir laman MUI.
    "Terlaknatlah Israel atas dosa kemanusiaan dan pembangkangan secara kasat mata terhadap hukum internasional. Israel dengan sengaja memporak porandakan tatanan dunia karena telah memancing eskalasi pertempuran tingkat global," ujarnya menambahkan.

    Kesimpulan


    Postingan artikel yang mengklaim Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendukung serangan Israel ke Iran adalah hoaks.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27463) Cek Fakta: Hoaks Artikel Presiden Prabowo Perintahkan Kapolri Tangkap Jokowi Jika Tidak Bisa Berikan Ijazah Asli

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/06/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan artikel Presiden Prabowo memerintah Kapolri untuk menangkap mantan Presiden Jokowi jika tidak bisa memberikan ijazah asli. Postingan itu beredar sejak tengah pekan ini.
    Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 18 Juni 2025.
    Dalam postingan itu terdapat artikel dari Antara News dengan judul:
    "Prabowo tiba di Singapura Beri Pernyataan jika Jokowi tidak berikan ijasah aslinya perintahkan Kapolri tangkap dia!!"
    Akun itu juga menambahkan narasi:
    "Mantap pak Prabowo perintahkan kapolri tangkap Jokowi,klu TDK menyerahkan ijazah palsu, yg ngaku asli..."
    Lalu benarkah postingan artikel Presiden Prabowo memerintah Kapolri untuk menangkap mantan Presiden Jokowi jika tidak bisa memberikan ijazah asli?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel yang identik dengan postingan. Artikel itu diunggah di Antaranews.com pada Senin 16 Juni 2025.
    Namun dalam artikel asli berjudul "Prabowo tiba di Singapura disambut langsung PM Lawrence Wong". Dalam artikel asli membahas terkait kedatangan Presiden Prabowo yang disambut PM Singapura, Lawrence Wong, Minggu (15/6/2025) malam.
    Dalam artikel tersebut Presiden Prabowo juga sama sekali tidak membahas terkait perintah penangkapan Jokowi terkait ijazah palsu.
    Di sisi lain, Direktur Pemberitaan Kantor Berita Antara Irfan Junaidi memastikan artikel yang beredar di media sosial itu adalah hoaks dan merupakan produk Antara yang telah direkayasa.
    "Jangan salah gunakan nama baik Antara untuk menyebarkan berita bohong," ujar Irfan.

    Kesimpulan


    Postingan artikel Presiden Prabowo memerintah Kapolri untuk menangkap mantan Presiden Jokowi jika tidak bisa memberikan ijazah asli adalah hoaks.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27462) Keliru: Bell's Palsy karena Virus yang Tertiup Angin

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/06/2025

    Berita

    SEBUAH video dengan klaim bahwa penyakit Bell’s palsy ditularkan oleh virus yang tertiup angin, beredar di akun media sosial Instagram [arsip] pada 3 Juni 2025.

    Video itu berisi testimoni seorang perempuan yang tiba-tiba menderita Bell’s palsy saat bangun dari tidur. Wajah bagian kanan terlihat turun, mata tidak bisa menutup, dan posisi bibir miring. Saat berobat ke dokter, dia memperoleh obat antivirus, antiinflamasi, serta harus mengikuti fisioterapi.



    Lalu, benarkah Bell's palsy karena virus yang tertiup angin?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi klaim itu dengan mewawancarai dokter spesialis syaraf dan menggunakan sumber dari jurnal kredibel. Hasilnya, narasi yang disebarkan tersebut tidak berdasarkan fakta dan bukti ilmiah.

    Dokter Spesialis Syaraf Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru, Jawa Timur, dr. Devi Ariani Sudibyo, Sp.S (K), mengatakan, orang yang mengalami Bell’s palsy mengalami kelumpuhan atau kelemahan mendadak pada otot-otot wajah. Penyakit ini dapat muncul dengan cepat kurang lebih selama 72 jam, ditandai dengan kelemahan atau kelumpuhan, baik pada bagian atas (dahi, kelopak mata) maupun bagian bawah (pipi, mulut) wajah.

    Gejala tambahan lainnya berupa nyeri di bagian belakang telinga (retroaurikuler), peka terhadap suara (hiperakusis), berkurangnya produksi air mata (lakrimasi), dan gangguan pengecapan.

    Meski penyebab pastinya belum solid, Bell’s palsy diduga terkait dengan reaktivasi virus herpes simpleks (HSV-1) atau virus lain (VZV, EBV). Juga berhubungan dengan gangguan autoimun atau hiperglikemia. “Jadi, tidak benar penyakit ini disebabkan oleh virus yang tertiup angin,” kata Deviriani Sudibyo kepada Tempo, Rabu, 18 Juni 2025.

    Menurut Devi, mereka yang menderita Bell’s palsy akan mendapatkan terapi Kortikosteroid, obat antiinflamasi untuk mengurangi peradangan pada wajah. Jika diberikan dalam 72 jam pertama, efektivitas terapi tersebut cukup tinggi. Obat lainnya berupa antivirus acyclovir atau valacyclovir. 

    Terapi berikutnya untuk kelopak mata yang tidak bisa menutup, dengan memberikan  tetes mata lubrikan, salep mata malam hari dan penutup mata saat tidur. “Selanjutnya adalah melakukan rehabilitasi, yaitu berupa fisioterapi wajah, dan latihan otot wajah,” kata dia. 

    Para ilmuwan menemukan beberapa infeksi virus dapat memicu peradangan pada saraf dan menyebabkan Bell's palsy. Infeksi tersebut meliputi:

    Pemicu lainnya yang mungkin termasuk melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat stres,penyakit, kurang tidur, trauma fisik, dan kondisi autoimun. Resiko terserang penyakit ini meningkat pada orang dengan diabetes, kehamilan preeklamsia, obesitas (BMI 30 atau lebih tinggi), tekanan darah tinggi (hipertensi) dan pernah menderita Bell's palsy sebelumnya.

    Bell's palsy bukanlah kondisi yang serius. Sebagian besar kasus akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Namun, gejala Bell's palsy mirip dengan kondisi medis yang serius seperti stroke. Inilah mengapa penting untuk menemui penyedia layanan kesehatan segera setelah menyadari kelemahan otot di wajah.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim Bell's palsy karena virus yang tertiup angin adalah keliru.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27461) [HOAKS] TikTok Akan Ditutup pada 28 Juni 2025

    Sumber:
    Tanggal publish: 19/06/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Tersiar kabar di jagat maya yang menyebutkan bahwa platform sosial asal China, TikTok akan ditutup pada Sabtu, 28 Juni 2025.

    Pengguna TikTok diminta untuk mengirim pesan berantai ke 20 orang lainnya agar akun mereka tidak diblokir secara permanen oleh platform.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau merupakan hoaks.

    Informasi yang menyatakan bahwa TikTok akan ditutup 28 Juni 2025 disebarkan oleh akun TikTok ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada 7 Maret 2025:

    perhatian

    tiktok akan di tutup di tanggal 28 jadi nanti kamu harus ngasih tau ke 20 orang kalau nggak ngasih tau nanti kamu di blokir permanen!"

    Hasil Cek Fakta

    Tidak ada pengumuman atau informasi mengenai tutupnya TikTok di situs web resmi platform tersebut.

    Sebaliknya, TikTok Indonesia meluncurkan integrasi terbaru bertajuk Tokopedia & TikTok Shop Seller Center pada 11 Juni 2025.

    Informasi tutupnya TikTok kemungkinan terjadi karena pemahaman informasi yang keliru mengenai TikTok Musik.

    Sebagaimana diwartakan Kompas.com, TikTok Musik telah menutup layanannya pada 28 November 2025 lalu.

    Layanan siaran langsung musik di TikTok tersebut hanya bertahan selama 16 bulan.

    Selain itu, meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain tidak akan memengaruhi diblokir atau tidaknya oleh platform.

    TikTok memiliki alasan untuk memblokir sebuah akun, tetapi bukan karena platform tersebut akan tutup.

    Platform media sosial itu menyebutkan, akun yang secara konsisten melanggar Panduan Komunitas akan diblokir dari TikTok. Panduan komunitasnya dapat dilihat di sini.

    Sementara, aturan moderasi kontennya dapat dibaca di sini.

    Pesan berantai mengenai tutupnya TikTok merupakan praktik copypasta, di mana pengguna media sosial menyalin dan mengirim pesan berisi informasi keliru.

    Kesimpulan

    Narasi yang menyatakan bahwa TikTok akan ditutup 28 Juni 2025 merupakan hoaks.

    Tidak ada pemberitahuan atau pengumuman resmi di laman resmi TikTok mengenai tutupnya platform tersebut.

    Narasi yang beredar merupakan pesan berantai berisi informasi keliru atau copypasta.

    Rujukan