(GFD-2023-12970) [SALAH] Akun WhatsApp Ketua Bawaslu Majalengka Agus Asri Sabana “+62 831-3421-6724”
Sumber: WhatsAppTanggal publish: 26/06/2023
Berita
Akun WhatsApp Ketua Bawaslu Majalengka Agus Asri Sabana “+62 831-3421-6724”
Hasil Cek Fakta
Beredar akun WhatsApp bernomor +62 831-3421-6724 mengatsnamakan Ketua Bawaslu Majalengka Agus Asri Sabana. Akun tersebut menggunakan nama dan foto profil Agus Asri Sabana.
Melansir dari kabarcirebon.pikiran-rakyat.com, Agus Asri Sabana menegaskan bahwa nomor yang beredar bukan miliknya. ia mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan tidak mempercayai jika ada nomor yang mengatasnmakan dirinya meminta dana atau bantuan lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, akun WhatsApp Ketua Bawaslu Majalengka Agus Asri Sabana +62 831-3421-6724 adalah tidak benar dan masuk kategori konten tiruan.
Melansir dari kabarcirebon.pikiran-rakyat.com, Agus Asri Sabana menegaskan bahwa nomor yang beredar bukan miliknya. ia mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan tidak mempercayai jika ada nomor yang mengatasnmakan dirinya meminta dana atau bantuan lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, akun WhatsApp Ketua Bawaslu Majalengka Agus Asri Sabana +62 831-3421-6724 adalah tidak benar dan masuk kategori konten tiruan.
Kesimpulan
Agus menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah meminta dana melalui WhatsApp atau media lainnya.
Rujukan
(GFD-2023-12969) [SALAH] Minum Obat Selain Paracetamol Saat Demam Akan Meninggal
Sumber: FacebookTanggal publish: 29/06/2023
Berita
“Hari-hari ini, jika Anda minum obat lain untuk demam tanpa parasetamol, Anda akan meninggal – kata dokter”
Hasil Cek Fakta
Unggahan di Facebook membagikan informasi yang mengklaim bahwa meminum obat selain Paracetamol pada saat demam dapat mengakibatkan kematian. Unggahan tersebut juga menghubungkan kepada artikel yang mengutip perkataan Dr. Upul Dissanayake, spesialis penyakit fisik di Rumah Sakit Nasional Kolombo sebagai bukti validitas klaim tersebut.
Setelah ditelusuri klaim tersebut keliru. Faktanya dilansir dari Alodokter.com, ada beberapa opsi obat selain Paracetamol untuk menurunkan demam, seperti Aspirin, Ibuprofen, dan Naproxen. Maksud Dr. Upul adalah untuk selalu berhati-hati dalam memilih obat penurun demam, mengingat akhir-akhir ini ada indikasi penyakit lain seperti DBD hingga Covid-19.
Dr. Upul Dissanayake mengkonfirmasi melalui AFP, bahwa artikel tersebut telah salah memaknai perkataannya sehingga unggahan tersebut menjadi menyesatkan. Dr. Upul hanya memperingatkan bahwa ia menghimbau untuk tidak melakukan self-medication (pengobatan sendiri), serta memperingatkan kepada praktisi medis untuk lebih waspada saat memberikan dosis obat penghilang rasa sakit kepada pasien dengan gejala demam dan nyeri tubuh.
Dengan demikian, minum obat selain Paracetamol saat deman akan meninggal adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Setelah ditelusuri klaim tersebut keliru. Faktanya dilansir dari Alodokter.com, ada beberapa opsi obat selain Paracetamol untuk menurunkan demam, seperti Aspirin, Ibuprofen, dan Naproxen. Maksud Dr. Upul adalah untuk selalu berhati-hati dalam memilih obat penurun demam, mengingat akhir-akhir ini ada indikasi penyakit lain seperti DBD hingga Covid-19.
Dr. Upul Dissanayake mengkonfirmasi melalui AFP, bahwa artikel tersebut telah salah memaknai perkataannya sehingga unggahan tersebut menjadi menyesatkan. Dr. Upul hanya memperingatkan bahwa ia menghimbau untuk tidak melakukan self-medication (pengobatan sendiri), serta memperingatkan kepada praktisi medis untuk lebih waspada saat memberikan dosis obat penghilang rasa sakit kepada pasien dengan gejala demam dan nyeri tubuh.
Dengan demikian, minum obat selain Paracetamol saat deman akan meninggal adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Mochamad Marcell
Faktanya terdapat beberapa obat yang aman untuk menurunkan demam selain Paracetamol, seperti Aspirin, Ibuprofen, dan Naproxen. Selengkapnya pada bagian penjelasan.
Faktanya terdapat beberapa obat yang aman untuk menurunkan demam selain Paracetamol, seperti Aspirin, Ibuprofen, dan Naproxen. Selengkapnya pada bagian penjelasan.
Rujukan
(GFD-2023-12968) [SALAH] Video Sapi – Sapi di Italia Mati Setelah Divaksinasi Covid-19
Sumber: twitterTanggal publish: 29/06/2023
Berita
“:warning: WARNING :warning: Graphic Footage. Northern Italy. Government came and vaccinated cattle against cv19. Look at the result all dead or dying the next day. #diedsuddenly”
Terjemahan:
“:warning: PERINGATAN :warning: Rekaman Grafik. Italia Utara. Pemerintah datang dan memvaksinasi ternak terhadap cv19. Lihat hasilnya semua mati atau sekarat keesokan harinya. #matimendadak”
Terjemahan:
“:warning: PERINGATAN :warning: Rekaman Grafik. Italia Utara. Pemerintah datang dan memvaksinasi ternak terhadap cv19. Lihat hasilnya semua mati atau sekarat keesokan harinya. #matimendadak”
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah video di Twitter yang menunjukkan sekumpulan sapi mati. Sapi – sapi tersebut diklaim mati akibat vaksin Covid 19 di Italia Utara.
Setelah ditelusuri klaim tersebut salah, faktanya sapi – sapi dalam video tersebut mati akibat keracunan asam prussic akut pada 6 Agustus 2022, saat terjadi kekeringan di Sommariva del Bosco, dekat Turin di barat laut Italia.
Dilansir dari USA Today, Stefano Giantin, seorang dokter hewan di Istituto Zooprofilattico Sperimentale di barat laut Italia yang menangani kasus tersebut menyebut bahwa sapi – sapi tersebut tidak pernah disuntik vaksinasi Covid-19.
Dengan demikian, Video Sapi – Sapi di Italia Mati Setelah Divaksinasi Covid-19 adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Setelah ditelusuri klaim tersebut salah, faktanya sapi – sapi dalam video tersebut mati akibat keracunan asam prussic akut pada 6 Agustus 2022, saat terjadi kekeringan di Sommariva del Bosco, dekat Turin di barat laut Italia.
Dilansir dari USA Today, Stefano Giantin, seorang dokter hewan di Istituto Zooprofilattico Sperimentale di barat laut Italia yang menangani kasus tersebut menyebut bahwa sapi – sapi tersebut tidak pernah disuntik vaksinasi Covid-19.
Dengan demikian, Video Sapi – Sapi di Italia Mati Setelah Divaksinasi Covid-19 adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Mochamad Marcell
Faktanya sapi – sapi tersebut mati akibat keracunan asam prussic akut akibat kekeringan di Sommariva del Bosco, Italia. Selengkapnya pada bagian penjelasan.
Faktanya sapi – sapi tersebut mati akibat keracunan asam prussic akut akibat kekeringan di Sommariva del Bosco, Italia. Selengkapnya pada bagian penjelasan.
Rujukan
(GFD-2023-12967) [SALAH] Obat AZT Membunuh Pasien Penyintas HIV
Sumber: instagramTanggal publish: 29/06/2023
Berita
“AZT is what killed a majority of the AIDS patients. Not the virus. Fauci pulled the same shit. Blocked off label drugs to promote AZT and he recently did it with the shots. Said both were “Safe and Effective” they were neither. He also experimented on NYC orphan black and brown children in the 80s with AIDS drugs. Many got sick – some even died. Look it up. It’s a fact. They called us murderers If we didn’t take the shit and now it’s all coming out. It was a huge scam and pay day. Look in my stories – Cleveland Clinic just released a peer reviewed paper that proved the more shots you got the higher your chances were of getting Covid. My question is when will the rage so many directed at the non-compliant be re-directed at the perpetrators of this fraud? #thegreatawakeninguncensored #therealanthonyfaucibook”
Terjemahan:
“AZT adalah obat yang membunuh sebagian besar pasien AIDS. Bukan virusnya. Fauci melakukan hal yang sama. Memblokir obat label untuk mempromosikan AZT dan dia baru-baru ini melakukannya dengan suntikan. Mengatakan keduanya “Aman dan Efektif”, mereka juga tidak. Dia juga bereksperimen pada anak-anak hitam dan coklat yatim piatu NYC di tahun 80-an dengan obat AIDS. Banyak yang sakit – bahkan ada yang meninggal. Lihat itu. Itu fakta. Mereka menyebut kami pembunuh Jika kami tidak mengambil omong kosong dan sekarang semuanya keluar. Itu adalah penipuan besar dan hari pembayaran. Lihat di cerita saya – Klinik Cleveland baru saja merilis makalah peer review yang membuktikan semakin banyak suntikan yang Anda dapatkan, semakin tinggi peluang Anda terkena Covid. Pertanyaan saya adalah kapan kemarahan yang begitu banyak diarahkan pada ketidakpatuhan diarahkan kembali pada pelaku penipuan ini? #thegreatawakeninguncensored #therealanthonyfaucibook”
Terjemahan:
“AZT adalah obat yang membunuh sebagian besar pasien AIDS. Bukan virusnya. Fauci melakukan hal yang sama. Memblokir obat label untuk mempromosikan AZT dan dia baru-baru ini melakukannya dengan suntikan. Mengatakan keduanya “Aman dan Efektif”, mereka juga tidak. Dia juga bereksperimen pada anak-anak hitam dan coklat yatim piatu NYC di tahun 80-an dengan obat AIDS. Banyak yang sakit – bahkan ada yang meninggal. Lihat itu. Itu fakta. Mereka menyebut kami pembunuh Jika kami tidak mengambil omong kosong dan sekarang semuanya keluar. Itu adalah penipuan besar dan hari pembayaran. Lihat di cerita saya – Klinik Cleveland baru saja merilis makalah peer review yang membuktikan semakin banyak suntikan yang Anda dapatkan, semakin tinggi peluang Anda terkena Covid. Pertanyaan saya adalah kapan kemarahan yang begitu banyak diarahkan pada ketidakpatuhan diarahkan kembali pada pelaku penipuan ini? #thegreatawakeninguncensored #therealanthonyfaucibook”
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah video di Instagram dengan yang mengklaim bahwa obat AZT (zidovudine), yang selama ini digunakan untuk penyembuhan penyakit AIDS, nyatanya malah membunuh sebagian besar pasien AIDS.
Setelah ditelusuri klaim tersebut salah, faktanya obat AZT bekerja dengan mengganggu proses replikasi HIV, sehingga dapat mengurangi jumlah virus dalam darah dan memperlambat perkembangan penyakit AIDS. Mengutip dari Alodokter.com, obat HIV ini dapat menghambat enzim reverse transcriptase yang digunakan virus HIV untuk memperbanyak diri. Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh rentan terhadap infeksi. Zidovudine dapat mengurangi jumlah virus HIV dan memperbaiki kerja sistem kekebalan tubuh.
Dilansir dari AFP, Kristen Nordlund, juru bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), menyebut bahwa obat AZT masih dianggap sebagai terobosan yang signifikan untuk menanggulangi penyakit HIV/AIDS.
Dengan demikian, Obat AZT Membunuh Pasien Penyintas HIV adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Setelah ditelusuri klaim tersebut salah, faktanya obat AZT bekerja dengan mengganggu proses replikasi HIV, sehingga dapat mengurangi jumlah virus dalam darah dan memperlambat perkembangan penyakit AIDS. Mengutip dari Alodokter.com, obat HIV ini dapat menghambat enzim reverse transcriptase yang digunakan virus HIV untuk memperbanyak diri. Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dan membuat tubuh rentan terhadap infeksi. Zidovudine dapat mengurangi jumlah virus HIV dan memperbaiki kerja sistem kekebalan tubuh.
Dilansir dari AFP, Kristen Nordlund, juru bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), menyebut bahwa obat AZT masih dianggap sebagai terobosan yang signifikan untuk menanggulangi penyakit HIV/AIDS.
Dengan demikian, Obat AZT Membunuh Pasien Penyintas HIV adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil periksa fakta Mochamad Marcell
Faktanya Obat AZT bekerja dengan mengganggu proses replikasi HIV, sehingga dapat mengurangi jumlah virus dalam darah dan memperlambat perkembangan penyakit. Selengkapnya pada bagian penjelasan.
Faktanya Obat AZT bekerja dengan mengganggu proses replikasi HIV, sehingga dapat mengurangi jumlah virus dalam darah dan memperlambat perkembangan penyakit. Selengkapnya pada bagian penjelasan.
Rujukan
Halaman: 3865/6512