• (GFD-2021-7448) [SALAH] Hewan Mati Bergelimpangan karena Efek Radiasi 5G

    Sumber: Telegram.com
    Tanggal publish: 21/08/2021

    Berita

    ini masih efek radiasi 5G pada hewan,, bagaimana efek radiasi 5G terhadap manusia apalagi terhadap yang sdh difucksin bila 5G sdh aktif di Dunia/Indonesia ??

    (narasi video berdurasi 33 detik)
    “bukan hanya burung saja melainkan beberapa hewan lainnya juga terkena imbas dari uji coba jaringan 5G seperti bebek-bebek yang berenang di dekat tiang pemancar 5G bebek itu bereaksi sangat aneh secara bersamaan meletakkan kepala mereka di bawah air untuk menghindari radiasi sementara yang lain terbang mendarat di jalam atau di kanal. Semua informasi tersebut berasal dari halaman Facebook John Kuhles”.

    Meninggal karena radiasi

    Hasil Cek Fakta

    Beredar postingan di sebuah channel Telegram bernama “congor_istana”. Dalam postingannya disertai video berdurasi 33 detik memperlihatkan burung mati dan juga bebek yang menenggelamkan kepalanya di air. Dalam video tersebut, narator menjelaskan bahwa burung yang mati di jalanan disebabkan oleh radiasi jaringan 5G dan karena itu pula bebek menenggelamkan kepalanya untuk menghindari radiasi.

    Lebih lanjut, narasi yang ditampilkan dalam postingan menambahkan klaim bahwa radiasi 5G juga berbahaya bagi manusia serta orang-orang yang sudah divaksin.

    Setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut semua klaim tersebut tidaklah benar.

    Jaringan 5G merupakan teknologi nirkabel terbaru yang membawa frekuensi elektromagnetik yang cepat daripada versi sebelumnya sehingga membuatnya lebih cepat dan efisien dalam pengiriman data. Frekuensi elektromagnetik yang terdapat pada 5G menciptakan area yakni medan elektromagnetik atau Electromagnetic Field (EMF). Sebagian orang percaya bahwa EMF inilah yang mengakibatkan permasalahan kesehatan pada manusia dan hewan, sehingga mereka menganggap jaringan 5G berbahaya. Meski begitu, anggapan ini tidak didukung bukti ilmiah yang kuat.

    Bersumber dari artikel kesehatan healthline.com, penelitian mengenai efek jaringan 5G pada manusia telah dilakukan sekitar tahun 2017 hingga yang terbaru tahun 2021. Efek 5G yang ditemukan di antaranya adalah pemanasan jaringan sel pada manusia, gangguan kognitif, dan kanker. Meski demikian, para peneliti belum mendapatkan konklusi yang konsisten, penelitian lebih lanjut masih perlu dilalukan. Hasil ini juga berlaku pada hewan, bahwa para peneliti masih perlu melalukan kajian lebih lanjut mengenai efek jaringan 5G pada hewan.

    Klaim orang yang sudah divaksin akan mendapat efek negatif dari jaringan 5G juga tidak benar. Vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh manusia tidak akan menghasilkan gelombang elektromagnetik yang akan terhubung dengan jaringan 5G. Hoax ini telah dibantah berkali-kali utamanya berkaitan dengan kesalah pahaman bahwa vaksin Covid-19 mengandung microchip magnetik. Fakta sebenarnya adalah vaksin Covid-19 tidak mengandung bahan logam jenis apapun.

    Pada video berdurasi 33 detik memperlihatkan beberapa cuplikan gambar, yang mana cuplikan pertama memperlihatkan orang memakai hazmat dan sedang memungut burung mati. Setelah dilakukan penelusuran menggunakan reverse image, gambar yang sama ditemukan di artikel bbc.com, yang membahas misteri kematian 3000 burung di Arkansas, Amerika Serikat, tahun 2011. Dilansir dari cnn.com, komisi perikanan Arkansas menyebut kematian massal disebabkan “blunt force trauma” yakni benturan burung-burung tersebut pada obyek keras seperti rumah, pohon, tiang listrik, saat mereka beterbangan.

    Cuplikan gambar berikutnya pada video adalah fenomena kematian massal burung jalak di Huijgenspark, Den Haag, Belanda pada Oktober 2018. Fenomena ini beberapa tahun lalu juga menjadi konspirasi yang dikaitkan dengan efek jaringan 5G. Namun, klaim ini telah dibantah oleh otoritas setempat.

    Menurut lembaga penelitian Wageningen Bioveterinary Research (WUF), menyebut kemungkinan besar penyebab utama kematian adalah keracunan buah yew. Lebih lanjut, biro antena pemerintah Belanda menyebut tidak ada pemasangan antena 5G di dekat taman Huijgenspark. Selain itu semua tiang transmisi di Belanda terikat oleh standar keselamatan serta pengukuran radiasi telah di bawah standar keselamatan.

    Adapun cuplikan gambar yang memperlihatkan bebek mencelupkan kepalanya di air untuk menghindari radiasi, juga tidak benar. Perilaku bebek-bebek tersebut adalah hal yang alamiah. Bebek tersebut berjenis “Dabbling Duck” atau disebut bebek perenang. Mereka hidup di daerah air dangkal dan sesekali mencelupkan kepalanya di air untuk mengambil makanan seperti ikan atau serangga.
    Mallards, northern shovelers, American wigeons, gadwalls, and cinnamon teals, semuanya termasuk spesies bebek perenang.

    Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan, klaim hewan Mati bergelimpangan karena efek radiasi 5G adalah HOAX dan termasuk kategori Konten yang Menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Ani Nur MR (Universitas Airlangga).

    Informasi Palsu. Tidak ada bukti yang kuat bahwa efek jaringan 5G menyebabkan gangguan kesehatan ataupun kematian pada manusia dan hewan. Penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7447) [SALAH] Mesin Jahit Milik Istri Nabi Muhammad, Aisyah binti Abu Bakar

    Sumber: Twitter.com
    Tanggal publish: 21/08/2021

    Berita

    حضرت عائشة (رض)كي سلائى مشين مبارك هو

    *(terjemahan)
    Hazrat Aisha (semoga Tuhan memberkati dia dan memberinya kedamaian)

    *(terjemahan tulisan pada gambar)

    Mesin jahit Hazrat Aisyah. Bagikan postingan dengan mengucapkan Alhamdulillah. Semoga Allah membalas mu.

    Hasil Cek Fakta

    Beredar postingan di Twitter oleh akun @SHAIKHSADRE2. Dalam postingannya, terdapat gambar mesin jahit dan narasi dalam gambar menggunakan Bahasa Arab yang menyatakan bahwa mesin jahit tersebut adalah milik Aisyah binti Abu Bakar, istri Nabi Muhammad.

    Setelah dilakukan penelusuran fakta terkait, klaim @SHAIKHSADRE2 adalah hoaks. Aisyah binti Abu Bakar lahir dan meninggal pada abad ke-7 masehi yakni 613 M – 678 M. Sedangkan mesin jahit baru pertama kali ditemukam berabad-abad setelahnya, yakni pada abad ke-18 tepatnya pada tahun 1790 masehi.

    Dilansir dari kumparan.com, mesin jahit awalnya ditemukan dan dipatenkan oleh orang Inggris bernama Thomas Saint, pada 1790. Mesin yang dibuat oleh Thomas Saint dapat melubangi kulit hewan yang kemudian dapat dimasukan jarum dan benang ke dalamnya. Namun mesin jahit pertama kali ini tidak beroperasi dengan baik sehingga tidak bisa diterima masyarakat.

    Barulah pada tahun 1830, Barthelemy Thimonier berhasil membuat mesin jahit yang lebih praktis sehingga mudah diterima masyarakat, meski begitu karyanya mendapat respon negatif dari para penjahit lokal yang masih menggunakan metode manual, usaha mereka takut tersaingi oleh mesin jahit buatan Thimonier.

    Mesin jahit yang lebih visioner dan masih digunakan di era modern saat ini ditemukan oleh orang Amerika bernama Elias Howe, ia berebut hak paten dengan Isaac Singer lantaran keduanya menemukan mesin jahit dengan sistem operasi yang kurang lebih sama. Isaac Singer sendiri membuat mesin jahit yang menggunakan pedal kaki sebagai alat bantu.

    Dilansir dari Afp, tim pencari fakta menemukan gambar mesin jahit persis sebagaimana postingan @SHAIKHSADRE2, di website bernama dreamstime.com, tidak ada keterangan lebih lanjut dari foto tersebut selain caption bertuliskan “isolated brown antique sewing machine” (terjemahan: mesin jahit antik warna coklat yang terisolasi).

    Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa klaim @SHAIKHSADRE2 adalah HOAX dan dikategorikan Konten yang Salah.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Ani Nur MR (Universitas Airlangga).

    Informasi Palsu. Aisyah istri Nabi Muhammad, lahir dan meninggal pada abad ke-7 M. Sedangkan mesin jahit pertama kali ditemukan dan dipatenkan oleh seorang dari Inggris bernama Thomas Saint pada abad ke-18 M.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7446) [SALAH] Oseltamivir Obat Covid-19 Berbahaya dan Mematikan

    Sumber: Twitter.com
    Tanggal publish: 20/08/2021

    Berita

    “Ini obat waktu saat aku diisolasi Covid lolos satu biji yang aku makan hampir merenggut nyawaku, namannya oseltamivir, ini obat barusan diminum waktu masih isolasi di rumah sakit, dalam waktu nggak sampe satu menit aku langsung muter-muter muntah-muntah alhamdulillah Allah masih memperpanjang umur
    ku, inilah obat yang disebut obat oseltamivir obat khusus buat flu babi ternyata flu babi dan juga flu burung ini yang diberikan ke aku dan aku ga mau diberikan makan selanjutnya, aku ditanya bolak balik sama perawat bu sudah dimakan obatnya? sudah-sudah padahal aku sembunyiin. Nih satu yang ku makan aku bawa pulang untuk kenang-kenangan, ini obat setan, ini berbahaya hati- hati kalau ada yang memberikan obat ini ini sangat berbahaya banget. Disini dikatakan obat ini untuk menghilangkan virus, menyembuhkan tapi ternyata obat ini sangat berbahaya namanya Oseltamivir”

    Hasil Cek Fakta

    Beredar di media sosial postingan video yang mengklaim bahwa Oseltamivir obat Covid-19 berbahaya dan mematikan, dengan menampilkan satu strip obat berbentuk kapsul berwarna putih dan kuning.

    Berdasarkan hasil penelusuran, dilansir dari liputan6.com, bahwa klaim Oseltamivir dalam video yang beredar adalah salah. Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Zullies Ikawati, Ph.D., Apt, berpendapat Oseltamivir termasuk obat yang aman digunakan, dengan efek samping bersifat individual, meliputi mual, muntah, insomnia, vertigo.

    “Tidak semua orang mengalami efek samping yg sama. Menurut saya, cara penyampaian dalam video itu juga bersifat tendensius, membuat orang takut. Semestinya jika memang mengalami efek samping obat, bisa disampaikan kepada tenaga Kesehatan yg bertugas, sehingga dapat diberikan penanganan yang sesuai,” tutupnya saat berbincang dengan Liputan 6.com, Minggu (18/7/2021).

    Selain itu, akun Instagram resmi Infarma @indofarma.id mengunggah tanggapan mengenai beredarnya video terkait dengan produk Oseltamivir Phosphate 75 mg kapsul.

    “Menanggapi video yang beredar di publik terkait dengan produk Oseltamivir Phosphate 75 mg kapsul, bersama ini PT Indofarma Tbk (“Perseroan”) menyampaikan press release terkait hal tersebut.

    Perseroan memperoleh izin edar yang diberikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) dengan Nomor Izin Edar GKL0620932201A1 untuk produk generik Oseltamivir Phosphate 75 mg kapsul kemasan dus, 1 blister @10 kapsul sebagai antiviral.
    Berdasarkan Pedoman Tatalaksana Covid-19 edisi 3 yang diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDP), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia pada Desember 2020, Oseltamivir Phosphate masuk dalam kategori obat yang digunakan dalam terapi Covid-19.
    Perseroan memastikan Pembuatan produk Oseltamivir Phospate sudah sesuai dengan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Distribusi produk tsb dilakukan sesuai dengan pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang ditunjuk oleh Perseroan untuk menyalurkan ke fasilitas Kefarmasian.
    Produk yang berada dalam video tersebut merupakanproduk Oseltamivir Phosphate 75 mg kapsul dengan no bets 1608004 yang diproduksi pada bulan Agustus tahun 2016.Informasi kedaluwarsa yang tercantum pada kemasan produk tersebut yaitu Agustus 2020, maka obat tersebut hanya bisa dikonsumsi hingga 31 Agustus 2020.
    Dalam video tersebut, pasien menyatakan sedang isolasi di rumah sakit dengan membawa 1 blister produk Oseltamivir Phosphate. Hal ini tidak sesuai dengan sistem pemberian obat di rumah sakit dengan sistem UDD (unit doses dispensing) yaitu pasien hanya diberikan obat yang hanya sekali minum pada saat itu saja.

    Oseltamivir Phosphate termasuk obat keras yang hanya bisa diperoleh melalui resep dokter dan penggunaannya perlu pengawasan dokter..

    Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada press release di atas..

    Oseltamivir

    OseltamivirPhospate75mg

    IndomarfaBetter

    103TahunIndofarma

    BuildUpTheSpirit”, tulis pada (17/7/2021).

    Dengan demikian, video tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten yang Salah.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Rahmah an nisaa (UIN Sunan Ampel Surabaya).

    Faktanya, klaim dalam video tersebut adalah salah. Oseltamivir obat yang aman digunakan, dengan efek samping bersifat individual, meliputi mual, muntah, insomnia, vertigo, dan hanya bisa diperoleh melalui resep dokter serta penggunaannya perlu pengawasan dokter.

    Rujukan

  • (GFD-2021-7445) [SALAH] Akun Whatsapp Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri (Kejari) Gianyar I Gede Ancana “+6287875186***”

    Sumber: Whatsapp.com
    Tanggal publish: 20/08/2021

    Berita

    Beredar akun Whatsapp Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri (Kejari) Gianyar, I Gede Ancana

    Hasil Cek Fakta

    Beredar akun Whatsapp Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri (Kejari) Gianyar, I Gede Ancana mengirimkan pesan yang berisi meminta sejumlah uang karena akan kedatangan tamu dari Kejaksaan Agung. Uang yang diberikan nantinya akan digunakan untuk membayar fasilitas hotel para tamu dengan iming-iming akan mendapat mitra hukum ke depannya. Akun tersebut menggunakan nama profil “Ancana”.

    Berdasarkan hasil penelusuran, melansir dari balitribune.co.id, I Gede Ancana mengklarifikasi bahwa akun tersebut hoaks. Sebelumnya pencatutan nama yang terjadi terhadap Ancana pada akun Whatsapp bukan baru pertama kali.

    “Syukurnya masyarakat kini sudah pada mengerti dan berhati-hati. Karena penipuan sejenis ini, sejatinya sudah lama dijadikan modus oleh pelaku kejahatan,” ungkapnya saat dihubungi balitribune.co.id.

    Ia mengimbau kepada teman-teman, kolega, atau siapapun yang mengenalnya untuk langsung melakukan konfirmasi kepada dirinya, apabila ada akun yang mengatasnamakan dirinya apalagi sampai meminta uang dan membawa-bawa nama pimpinan.

    Dengan demikian, akun Whatsapp Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Agung Gianyar I Gede Ancana dapat dikategorikan sebagai Konten Tiruan/Imposter Content.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Rahmah an nisaa (UIN Sunan Ampel Surabaya).

    Faktanya, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemkot Surabaya, Febriadhitya Prajatara, memastikan bahwa akun tersebut palsu.

    Rujukan