• (GFD-2021-8665) Sesat, Klaim Foto Ini Tunjukkan Peluncuran Roket SpaceX Palsu

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/06/2021

    Berita


    Foto yang menunjukkan peluncuran roket SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk, beredar di Twitter. Dalam foto itu, terdapat bagian yang dilingkari merah, yang menunjukkan sosok seperti manusia yang berada di luar roket yang sedang meluncur ke luar angkasa tersebut.
    Akun ini membagikan foto itu pada 5 Juni 2021. Akun tersebut menulis dalam bahasa Inggris yang jika diterjemahkan berarti: "Ingat saat itu FakeX lupa untuk mem-Photoshop orang yang duduk di silo gandum mereka yang mereka coba dan luncurkan sebagai 'kapal luar angkasa'."
    Gambar tangkapan layar unggahan di Twitter yang berisi klaim menyesatkan terkait foto roket SpaceX yang diunggahnya.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, foto tersebut tidak menunjukkan peluncuran roket SpaceX palsu. Foto itu memperlihatkan uji coba roket SpaceX pada 2013. Sosok seperti manusia yang terpasang di luar roket tersebut pun adalah manekin. Menurut CEO SpaceX Elon Musk, manekin berbentuk koboi 6 kaki itu dipasang untuk memberikan perspektif tentang ukuran SpaceX Grasshopper.
    Untuk mendapatkan fakta tersebut, Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto itu dengan reverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa foto ini pernah diunggah ke media sosial Pinterest oleh akun DanSpace77. Dalam keterangannya, akun itu menulis, "SpaceX Grasshopper. Bisakah kamu menemukan dummy (boneka tiruan) sepanjang 6 kaki di pesawat itu?"
    Foto serupa juga pernah dimuat oleh Space.com dalam artikelnya pada 23 April 2013 yang berjudul "SpaceX Grasshopper, Roket Luar Biasa yang Dapat Digunakan Kembali (Foto)". Foto itu diberi keterangan sebagai berikut:
    "Pada 7 Maret 2013, SpaceX Grasshopper menggandakan lompatan tertingginya hingga saat ini untuk naik 262,8 kaki (80,1 meter), melayang selama sekitar 34 detik dan mendarat dengan aman menggunakan vektor dorong loop tertutup dan kontrol throttle."
    Foto itu pun pernah dimuat oleh Phys.org dalam artikelnya pada 12 Maret 2013 yang berjudul "SpaceX Grasshopper melompat ke 'cincin api'". Dalam keterangannya, tertulis bahwa foto itu menunjukkan uji coba terbang SpaceX Grasshopper pada 7 Maret 2013.
    Berdasarkan petunjuk-petunjuk itu, Tempo menelusuri pemberitaan tentang dummy yang terpasang pada roket SpaceX Grasshopper yang melakukan uji coba peluncuran pada 7 Maret 2013 tersebut. Dilansir dari kantor berita Reuters, sosok seperti manusia yang terpasang di luar roket tersebut adalah manekin, yang ditempatkan untuk menyediakan skala.
    Pada 24 Desember 2012, Elon Musk, CEO SpaceX yang juga merupakan CEO Tesla, mengunggah cuitan di akun Twitter pribadinya yang berisi penjelasan tentang manekin itu. "Untuk memberikan sedikit perspektif tentang ukuran Grasshopper, kami menambahkan koboi 6 kaki ke roket," ujar Musk.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto itu menunjukkan peluncuran roket SpaceX palsu, menyesatkan. Foto itu memperlihatkan uji coba roket SpaceX pada 2013. Sosok seperti manusia yang terpasang di luar roket tersebut pun adalah manekin. Menurut CEO SpaceX Elon Musk, manekin berbentuk koboi 6 kaki itu dipasang untuk memberikan perspektif tentang ukuran SpaceX Grasshopper.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8664) Keliru, Ribuan Email Anthony Fauci Bocor dan Ungkap Keterlibatannya dalam Pembuatan Covid-19 di Wuhan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/06/2021

    Berita


    Video berdurasi 9 menit yang berisi pernyataan dari aktor Russell Brand beredar di Instagram. Menurut klaim yang menyertai video ini, Brand mengomentari tentang bocornya ribuan email milik Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Amerika Serikat Anthony Fauci.
    Menurut klaim itu, Brand menyatakan bahwa, dalam ribuan email Fauci, ditemukan indikasi bahwa mantan kepala penasihat medis Gedung Putih itu terlibat dalam pembiayaan terciptanya Covid-19 di Laboratorium Wuhan, Cina. Brand juga menyinggung komunikasi intens antara Fauci dan Mark Zuckerbeg, pendiri Facebook. Dalam komunikasi itu, dibahas tentang konten apa saja yang harus disensor di Facebook, Instagram, dan YouTube.
    Akun ini mengunggah video beserta klaim tersebut pada 7 Juni 2021. Di akhir keterangannya, akun itu menulis, "Siapa yang sebenarnya yang waras atau tak waras dalam menyikapi plandemi? Mereka yang selalu disensor namun akhirnya terbukti benar?" Hingga kini, video tersebut telah ditonton 2.283 kali.
    Gambar tangkapan layar video milik aktor Russel Brand yang berisi klaim keliru terkait email Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Amerika Serikat Anthony Fauci.

    Hasil Cek Fakta


    Fakta:
    Email Anthony Fauci tidak bocor. Email Fauci dirilis atas permintaan beberapa media di bahwa Freedom of Information Act (FOIA). Undang-undang ini memberikan hak kepada publik untuk meminta akses ke catatan dari agen federal AS. Agen federal pun wajib mengungkapkan informasi yang relevan dengan beberapa pengecualian.
    Dokumen yang tunduk pada FOIA termasuk korespondensi dari pegawai pemerintah. Fauci menjabat sebagai Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS. Karena itu, emailnya dapat dibuka ke publik.
    Lewat gugatan tersebut, BuzzFeed News mendapatkan lebih dari 3.200 halaman yang berisi salinan dari isi email Fauci. Email-email ini mencakup email-email pada Januari-Juni 2020. Selain BuzzFeed News, The Washington Post juga menerima lebih dari 800 halaman email.
    Sumber: BuzzFeed News dan USA Today Klaim 2: Anthony Fauci terlibat dalam pembiayaan terciptanya Covid-19 di Laboratorium Wuhan, Cina
    Fakta:
    Dalam ribuan email Anthony Fauci yang diterima oleh BuzzFeed News, tidak terdapat informasi bahwa Fauci membiayai terciptanya Covid-19 di Laboratorium Wuhan. Email Fauci justru memberikan gambaran langka tentang bagaimana ia melakukan pekerjaannya selama krisis kesehatan akibat Covid-19, dan membuatnya berhadapan langsung dengan masyarakat, pejabat kesehatan, wartawan, bahkan selebriti.
    Salah satu balasan emailnya terhadap Gregg Gonsalves, ahli epidemiologi dari Yale School of Public Health, menunjukkan bagaimana komitmennya terhadap sains dalam menyelesaikan pandemi. Gregg mengirimkan email yang menuduh tim kesehatan yang dibentuk Fauci dipengaruhi oleh nilai-nilai politik pemerintahan Trump.
    "Gregg: Saya terkejut Anda memasukkan saya ke dalam catatan Anda," tulisnya. "Saya tidak tunduk kepada siapa pun kecuali sains dan selalu, selalu mengutarakan pikiran saya tentang kesehatan masyarakat. Saya telah secara konsisten mengoreksi kesalahan oleh orang lain dan akan terus melakukannya.”
    Sumber: PolitiFact dan BuzzFeed News Klaim 3: Anthony Fauci berkomunikasi dengan Mark Zuckerberg terkait konten yang harus disensor di Facebook, Instagram, dan YouTube
    Fakta:
    Zuckerberg mengirim email kepada Fauci pada 15 Maret 2020 untuk memberitahu rencana Facebook menyediakan "pusat informasi"virus Corona. Zuckerberg juga bertanya apakah perusahaan media sosial itu dapat menyediakan sumber daya untuk mempercepat penelitian vaksin.
    Peluncuran pusat informasi Covid-19 di Facebook ini diberitakan oleh beberapa media. Dikutip dari CNBC, Pusat informasi Covid-19 akan muncul di bagian atas umpan berita setiap pengguna dan mendorong mereka untuk menjaga jarak sosial. Selain itu, YouTube tidak berada di bawah Facebook, melainkan Google.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa ribuan email Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci bocor dan mengungkap keterlibatannya dalam pembuatan Covid-19 di Laboratorium Wuhan, Cina, keliru. Pertama, email Fauci tidak bocor, melainkan dirilis ke publik berdasarkan Freedom of Information Act. Kedua, dalam email itu, tidak terdapat informasi bahwa Fauci membiayai terciptanya Covid-19 di Laboratorium Wuhan.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8663) Sesat, Klaim Badak Putih Utara Resmi Punah pada 2021

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/06/2021

    Berita


    Klaim bahwa badak putih utara resmi punah beredar di media sosial. Klaim ini dilengkapi dengan foto karya fotografer National Geographic, Ami Vitale, yang memperlihatkan seorang pria berkulit hitam sedang menyandarkan kepalanya ke kepala seekor badak yang sedang tergeletak. Pria itu juga menumpangkan tangannya ke cula badak tersebut.
    Klaim itu salah satunya diunggah oleh akun ini pada 6 Juni 2021. Akun itu menulis, "Badak putih utara (Ceratotherium simum cottoni) bertahan 55 juta tahun di planet bumi, mengalami dan bertahan dari keganasan zaman es, gempa bumi besar, hantaman meteor, dan saksi hidup perubahan-perubahan di bumi. mamalia raksasa ini tak bisa bertahan pada keganasan manusia, dan sudah resmi punah."
    Gambar tangkapan layar unggahan di Instagram yang berisi klaim menyesatkan terkait badak putih utara.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula mencari tahu asal mula dari informasi punahnya badak putih utara itu. Dari hasil penelusuran, diketahui bahwa terdapat badak putih utara yang terakhir mati pada 2018 lalu dan kembali ramai diperbincangkan saat ini. Badak putih utara itu berasal dari Konservasi Ol Pejeta, Kenya. Informasi kematian badak ini pertama kali dibagikan oleh akun Twitter resmi milik Ol Pejeta.
    Akun itu mengumumkan kematian badak putih utara jantan yang berada di konservasinya pada 20 Maret 2018. Akun tersebut menulis, “Dengan sangat sedih, Konservasi Ol Pejeta dan Kebun Binatang Dvur Kralove mengumumkan bahwa Sudan, badak putih utara jantan terakhir di dunia, berusia 45 tahun, mati di Konservasi Ol Pejeta di Kenya pada 19 Maret 2018 (kemarin). #SudanForever #TheLoneBachelorGone #Only2Left."
    Kematian badak putih utara tersebut pun diberitakan oleh National Geographic pada 20 Maret 2018, dalam artikelnya yang berjudul "After Last Male's Death, Is the Northern White Rhino Doomed?". Artikel ini dilengkapi dengan sejumlah foto yang juga diambil oleh Ami Vitale, yang memperlihatkan momen-momen terakhir Sudan sebelum meninggal pada 19 Maret 2018.
    Dikutip dari BBC, Sudan dinyatakan mati setelah berbulan-bulan mengalami gangguan kesehatan. Ia dirawat karena komplikasi terkait usia yang menyebabkan perubahan degeneratif pada otot dan tulang yang dikombinasikan dengan luka kulit yang luas. Kondisinya memburuk secara signifikan dalam 24 jam terakhir (19 Maret 2021), tidak mampu berdiri dan sangat menderita.
    Kematian Sudan itu pun disambut dengan kecemasan. Kematian Sudan, oleh sebagian besar ahli, dipandang sebagai tanda tangan terhadap surat perintah kepunahan spesies tersebut. Pasalnya, saat ini, hanya terdapat dua badak putih utara yang tersisa, yang keduanya betina. Ada dorongan dari konservasi besar untuk membantu Sudan menghasilkan keturunan.
    Sudan dipindahkan dari kebun binatang di Republik Ceko ke cagar alam Kenya pada 2009. Iklim Afrika dan luasnya ruang untuk berkeliaran dianggap bakal merangsang Sudan untuk berkembang biak. Namun, Sudan sudah melewati usia reproduksi. Dua badak putih utara betina yang tersisa pun tidak dapat menghasilkan keturunan secara alami.
    Karena itu, para ilmuwan sedang berusaha membiakkan badak putih utara di laboratorium. Sel kelamin diambil dari mereka yang masih hidup, dan para ilmuwan berharap dapat menggunakan in-vitro fertilization (IVF) terhadap badak putih selatan. Namun, teknologi untuk metode ini masih disempurnakan. Metode tersebut pun sangat mahal.
    Dikutip dari IFL Science, saat ini, para ilmuwan yang bekerja untuk menyelamatkan badak putih utara telah menginseminasi secara artifisial tujuh dari 10 telur yang berhasil dipanen dari dua individu terakhir yang tersisa di dunia yang saat ini tinggal di Konservasi Ol Pejeta di Kenya.
    Sebuah proses yang disebut injeksi sperma intracytoplasmic memungkinkan para peneliti untuk mencampur sperma dari dua badak putih utara yang mati secara alami pada 2014 dan 2019, Suni dan Saut, yang spermanya diawetkan secara cryo. Dua batch semen beku digunakan dan diambil untuk empat telur dari Fatu dan tiga telur dari Najin, dua badak putih utara betina yang tersisa.
    Saat ini, International Union for Conservation of Nature and Natural Resources atau IUCN masih mengkategorikan badak putih utara sebagai satwa yang sangat terancam punah (critically endangered) dalam daftar merahnya, karena dianggap menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar. Hingga 12 Juni 2021, populasinya tercatat hanya menyisakan dua ekor.
    Daftar merah IUCN berisi sembilan kategori untuk mengklasifikasi status satwa, yaitu tidak dievaluasi (not evaluated) data kurang (data deficient), sedikit perhatian (least concern), hampir terancam (vulnerable), rentan (endangered), terancam punah (critically endangered), sangat terancam punah (extinct in the wild), dan punah (extinct). Saat ini, terdapat lebih dari 134.400 spesies dalam daftar merah IUCN, dengan lebih dari 37.400 spesies terancam punah.
    Suatu spesies dinyatakan punah apabila individu terakhir dari satwa tersebut telah dinyatakan meninggal. Survei menyeluruh berdasarkan waktu tertentu pun tidak lagi mencatat individu dari satwa tersebut. Menurut IUCN, ada kasus di mana spesies yang sebelumnya terdaftar sebagai punah pindah ke kategori lain setelah individu hidup ditemukan.
    Situasi seperti itu dapat terjadi akibat kesalahan "Romeo", di mana masih terdapat individu hidup ketika spesies dinyatakan punah. Karena itu, penting untuk mempertimbangkan semua bukti sebelum mendaftarkan suatu spesies ke dalam kategori punah untuk menghindari kesalahan pencatatan.
    Konservasi Ol Pejeta pun telah mengklarifikasi klaim yang beredar baru-baru ini, yang menyatakan bahwa badak putih utara telah punah. Mereka menjelaskan bahwa badak putih utara dideklarasikan "punah secara fungsional (functionally extinct)" sejak 2018, bukan baru-baru ini. Status itu diberikan karena pejantan terakhir dari spesies tersebut, Sudan, mati karena telah berusia tua.
    "Punah secara fungsional berarti jumlah dari hewan itu sangat kecil, dan mereka tidak lagi memainkan peran yang signifikan dalam fungsi ekosistem, atau populasi tidak lagi layak. Sudan bukan badak putih utara terakhir yang masih hidup. Dia meninggalkan anak betinanya, Najin, dan anak betina Najin, Fatu, yang masih hidup hingga saat ini. Najin berusia 31 tahun, dan Fatu berusia 21 tahun bulan ini," demikian penjelasan Konservasi Ol Pejeta di akun  Twitter  resminya pada 5 Juni 2021.
    Dilansir dari Fauna dan Flora Internasional, badak putih utara adalah hewan asal Afrika terbesar ketiga (setelah gajah dan kuda nil) dan memiliki berat antara 1.700-2.400 kilogram. Badak putih utara sebenarnya tidak putih, melainkan abu-abu. Kebingungan ini diakibatkan oleh salah tafsir kata Belanda 'wijde' (artinya lebar, bukan putih), yang digunakan untuk menggambarkan mulut badak tersebut.
    Habitatnya sendiri terdapat di bagian barat laut Uganda, Chad selatan, Sudan Selatan barat daya, Republik Afrika Tenga timur, dan Republik Demokratik Kongo timur laut. Dilansir dari IUCN, satu-satunya sub populasi yang dikonfirmasi sebelumnya berada di Taman Nasional Garamba di timur laut Republik Demokratik Kongo, sekarang dianggap punah.
    Dikutip dari National Geographic, satu abad yang lalu, terdapat ratusan ribu badak di Afrika. Pada awal 1980-an, perburuan telah mengurangi jumlah badak menjadi sekitar 19 ribu ekor. Menurut laporan The New York Times, dari jumlah tersebut, habitat yang paling buruk kondisinya adalah badak putih utara.
    Habitat aslinya di Afrika Tengah sudah teranc

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa badak putih utara resmi punah pada 2021, menyesatkan. IUCN masih mengkategorikan badak putih utara sebagai satwa yang sangat terancam punah (critically endangered), karena dianggap menghadapi risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar. Hingga 12 Juni 2021, hewan ini tercatat masih tersisa dua ekor. Suatu satwa dinyatakan punah apabila individu terakhir dari satwa tersebut telah dinyatakan meninggal. Survei menyeluruh berdasarkan waktu tertentu pun tidak lagi mencatat individu dari satwa tersebut.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan