• (GFD-2023-12310) Cek Fakta: Hoaks Keponakan Cantik Ida Dayak Turun Tangan Ikut Bantu Obati Pasien

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 11/04/2023

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang keponakan cantik Ida Dayak turun tangan membantu mengobati pasien beredar di media sosial. Kabar tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 10 April 2023.
    Akun Facebook tersebut mengunggah video berdurasi 3 menit 36 detik berisi foto-foto wanita cantik yang diklaim keponakan Ida Dayak. Bahkan, disebut-sebut keponakannya itu kerap membantu ibu dayak saat mengobati pasien.
    "Pasien ibu Ida Dayak membludak dan bikin kewalahan, sekarang dibantu keponakannya. Diduga karena kelelahan itulah, membuat Ida Dayak akhirnya mengajak keponakannya untuk membantunya mengobati pasien. Siapa sangka, ternyata sosok keponakan Ida Dayak ini begitu menarik perhatian warganet," demikian narasi dalam video tersebut.
    Video itu kemudian dikaitkan dengan kabar bahwa Ida Dayak dibantu keponakan cantiknya ketika mengobati pasien.
    "Alhamdulillah!! Keponakan Cantik Ibu Ida Dayak Turun Tangan Ikut Membantu !! Ikhlas Sembuhkan Pasien," tulis salah satu akun Facebook.
    Seperti diketahui, Ida Dayak sedang populer platform video Tik Tok dan Snack Video. Ini karena kemampuannya dalam menyembuhkan berbagai keluhan atau penyakit, seperti stroke. Tak hanya itu, dia juga bisa meluruskantulang yang bengkok, keseleo, dan salah urat.
    Dalam videonya yang viral di Tiktok, Ibu Ida Dayak juga dapat membuat pasiennya yang tadinya tuli dan bisu bisa kembali mendengar serta berbicara.
    Saat mengobati pasiennya, wanita yang memiliki nama asli Ida Andriyani ini selalu mengenakan pakaian ada dan aksesosir khas suku Dayak. Dia lahir di Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, 3 Juli 1972.
    Ketika memulai pengobatannya, Ibu Ida Dayak juga selalu melafalkan kalimat tauhid Lailahaillallah dan kalimat basmalah. Dengan mengucapkan kalimat itu, dia menunjukkan kesembuhan hanya berasal dari Allah SWT.
    Konten yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 49 939 kali direspons dan mendapat 49 komentar dari warganet.
    Benarkah kabar tentang Ida Dayak dibantu keponakan cantiknya saat mengobati pasien? Berikut penelusurannya.
     

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri kabar tentang keponakan Ida Dayak turun tangan membantu mengobati pasien. Penelusuran dilakukan dengan mengunggah gambar wanita yang diklaim keponakan Ida Dayak ke situs Google Images.
    Hasilnya terdapat beberapa artikel yang memuat foto serupa. Satu di antaranya artikel berjudul "Sosok Wanita Dayak ini Ramai Curi Perhatian, Kecantikannya Disebut 'Tak Ada Obatnya'" yang dimuat situs merdeka.com pada 4 September 2022.
    Indonesia dikenal memiliki beragam suku, ras dan budaya. Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah Suku Dayak. Menariknya, ada satu sosok wanita Dayak yang sukses mencuri perhatian. Melansir dari akun TikTok @non_carrey, Minggu (4/9), berikut potretnya.
    Liputan6.com kemudian mengunjungi akun TikTok dan Instagram @non_carrey, yang diklaim sebagai keponakan dari Ida Dayak. Ternyata pemilik akun tersebut bernama Anastasya Linalolica.
    Lewat konten Instagram Stories di akun @non_carrey, Anastasya Linalolica membantah kabar bahwa dia merupakan keponakan dari Ida Dayak.
    "Mohon maaf atas berita yg beredar ini.
    Saya klarifikasi yaa, saya bukan keponakan bu ida dayak.
    Tapi saya salah satu fans berat beliau yg sangat membanggakan dan beliau baik hati membantu yg cacat tanpa di bayar mahal
    love u so much @ida_dayak," tulis akun Instagram @non_carrey.
     

    Kesimpulan


    Kabar tentang keponakan Ida Dayak turun tangan membantu mengobati pasien ternyata tidak benar alias hoaks. Wanita dalam video itu bukan keponakan Ida Dayak. Lewat akun Instagramnya, @non_carrey wanita bernama Anastsya Linalolica memastikan bahwa dirinya bukan keponakan Ida Dayak.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12309) Keliru, Vaksinasi Covid-19 adalah Agenda Satanik Depopulasi dalam Georgia Guidestones

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 12/04/2023

    Berita


    Sebuah unggahan di Instagram berisi klaim bahwa program vaksinasi Covid-19 merupakan bagian dari agenda satanik pengurangan populasi manusia di bumi. Hal itu terkait pesan yang ditampilkan dalam Georgia Guidestones, di negara bagian Georgia, Amerika Serikat (AS).
    Georgia Guidestones adalah instalasi batu terkenal yang dikaitkan dengan sejumlah konspirasi tatanan baru dunia, dan berisi sepuluh pesan dalam berbagai bahasa. Salah satunya agar populasi manusia dipertahankan di bawah angka 500 juta.
    Narasi dalam unggahan itu menyatakan bahwa elit global melakukan depopulasi dengan berbagai cara, di antaranya legalisasi aborsi, penggunaan kondom, hingga vaksinasi Covid-19 yang mereka masukkan dalam kategori senjata biologis.

    Benarkah Georgia Guidestones berpesan agar populasi manusia tidak melebihi 500 juta dan vaksin Covid-19 menjadi bagian dari agenda satanik depopulasi manusia?

    Hasil Cek Fakta


    Tim Cek Fakta Tempo menelusuri informasi mengenai Georgia Guidestones dan tingkat risiko penggunaan vaksin Covid-19 menggunakan mesin pencari. Ditemukan sejumlah informasi dari sumber valid yang menjelaskan dua hal tersebut.
    Klaim 1: Pandemi Covid-19 terkait dengan isi Georgia Guidestones  
    Fakta: Sejumlah media telah melaporkan tentang monumen granit dengan inskripsi delapan bahasa di Negara Bagian Georgia. Dikutip dari The Guardian, monumen tersebut dibangun pada 1979 dan telah lama menarik perhatian pengunjung dari seluruh dunia karena desainnya yang unik dan pesan-pesannya yang samar.  
    Di atasnya juga tertulis 10 pesan berbentuk elips dalam beberapa bahasa, termasuk Spanyol, Rusia, dan Ibrani. Pesan-pesan itu antara lain "Pertahankan umat manusia yang berjumlah di bawah 500 juta jiwa dalam keseimbangan abadi dengan alam" dan "Seimbangkan hak-hak pribadi dengan kewajiban sosial".
    Namun menurut situs pemeriksa fakta Mythdetector, tidak diketahui siapa penulis monumen tersebut. Anonimitas dan isi prasasti merupakan faktor kunci yang mendorong para penganut teori konspirasi untuk menjadikan monumen ini sebagai target. Menurut interpretasi yang paling banyak beredar, monumen tersebut berisi seperangkat pedoman untuk membangun kembali peradaban setelah kiamat. Selain itu, monumen granit tersebut merupakan properti pribadi, yang terletak di wilayah pribadi dan milik perusahaan Elberton Granite Finishing. 
    Sejak 2020, menurut catatan Mythdetector, sejumlah postingan menyesatkan dari Rusia telah mengaitkan monumen tersebut dengan pandemi Covid-19 sebagai agenda membangun tatanan dunia baru. 
    Klaim 2: Vaksin Covid-19 adalah agenda depopulasi
    Fakta: Dikutip dari laman resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), pembuatan vaksin Covid-19 oleh masing-masing produsennya, melibatkan organisasi kesehatan internasional dan para pakar independen untuk menjamin keamanannya. Vaksin diuji sebelum diputuskan layak atau tidak disuntikkan pada manusia.
    Setelah didistribusikan, efek samping vaksin-vaksin itu tetap dipantau secara ketat sebagai bahan evaluasi. Berdasarkan pantauan WHO, rasio manfaat vaksin dan efek sampingnya sangat positif.
    Artinya, manfaat vaksin Covid-19 berupa pengurangan risiko penularan dan potensi kematian bagi orang yang tertular, telah dirasakan sangat banyak orang. Di sisi lain, orang yang merasakan efek sampingnya jauh lebih sedikit.
    “Hingga Maret 2022, sekitar 11 miliar dosis vaksin COVID-19 telah diberikan secara global, sehingga ada basis data global yang sangat besar tentang keamanan vaksin ini. Rasio manfaat-risiko tetap sangat positif,” tulis WHO.
    Klaim adanya kematian disebabkan vaksin Covid-19 juga telah terbantah dalam artikel Cek Fakta Tempo ini. Permodelan yang dipublikasikan dalam jurnal Lancet Infectious Diseases menunjukkan 19,8 juta orang berhasil diselamatkan dari kematian oleh vaksinasi, dalam kurun waktu Desember 2020 sampai Desember 2021.
    Demikian juga klaim yang mengatakan bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan, juga terbantah dalam artikel Cek Fakta Tempo lainnya. Reuters juga mencatat bahwa jumlah kematian karena Covid-19 justru menurun setelah vaksinasi Covid-19 dilakukan, hingga disimpulkan vaksin bukan alat depopulasi.

    Kesimpulan


    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim bahwa vaksin Covid-19 merupakan bagian dari agenda depopulasi manusia, dan berkaitan dengan Georgia Guidestones, adalah keliru.
    Vaksin Covid-19 bukan senjata biologis yang ditujukan untuk mengurangi jumlah manusia, melainkan upaya pencegahan penularan virus dan mengurangi keparahan bagi yang telah terjangkit.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12308) Keliru, Joe Biden Perintahkan Warganya Tinggalkan Amerika Serikat

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 11/04/2023

    Berita


    Sebuah akun di Facebook beredar klaim bahwa Presiden AS, Joe Biden, memerintahkan warganya meninggalkan Amerika Serikat. Akun tersebut mengunggah dua foto dan video dengan judul “Perang Baru Pecah, Biden Perintahkan Warganya Tinggalkan Amerika”. Video dengan judul yang sama juga diunggah di YouTube.

    Isi video memuat narasi bahwa Washington minta warga Amerika Serikat yang bepergian ke atau tinggal di Rusia, untuk segera meninggalkan negara itu setelah penangkapan koresponden Wall Street Journal, Evan Gershkovich. Dinas Keamanan Federal Rusia menuduh Evan Gershkovich bertindak atas tugas dari pihak Amerika untuk mengumpulkan informasi yang diklasifikasikan sebagai rahasia negara tentang aktivitas salah satu perusahaan di Kompleks industri militer Rusia wilayah pegunungan Ural. 
    Benarkah klaim tersebut?

    Hasil Cek Fakta


    Tempo melakukan verifikasi terhadap narasi dan video tersebut dengan menggunakan Fake News Debunker by Invid, Google Image, google Map, Yandex Images, Google Translate, dan pemberitaan media-media kredibel di Rusia dan Amerika Serikat.
    Klaim 1: Pemerintah Amerika Serikat memperingatkan warganya untuk meninggalkan Rusia.
    Fakta: Pada tanggal 30 Maret 2023,  Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam siaran pers mengatakan pemerintah prihatin atas laporan yang meresahkan berkenaan dengan penahanan Jurnalis Wall Street Journal Evan Gershkovich yang ditahan oleh otoritas Rusia. 
    Dilansir laman The White House, Pemerintah Amerika Serikat menyatakan dengan tegas bahwa orang Amerika harus memperhatikan peringatan pemerintah untuk tidak bepergian ke Rusia. Warga negara AS yang tinggal atau bepergian di Rusia harus segera kembali, seperti yang disarankan oleh Departemen Luar Negeri.
    “Kami sudah sangat jelas mengatakan orang Amerika untuk tidak pergi ke Rusia. Itu tidak aman,” kata Ms. Jean-Pierre, seperti dilansir Wall Street Journal.
    Klaim 2: Reporter Wall Street Journal Evan Gershkovich ditahan di Rusia dengan tuduhan spionase.
    Fakta: Dilansir media Rusia, e1.ru, FSB meminta pengadilan menangkap jurnalis Amerika Evan Gershkovich yang bekerja untuk The Wall Street Journal dalam kasus spionase. Gershkovich ditangkap di kota Yekaterinburg, sekitar 800 mil sebelah timur Moskow, pada hari Rabu, 29 Maret 2023, saat sedang dalam perjalanan liputan.
    Dilansir, RBC, pengadilan Lefortovo Moscow akan menahan koresponden The Wall Street Journal (WSJ) Evan Gershkovich hingga 29 Mei 2023 di Yekaterinburg. Gershkovich didakwa hukuman maksimal untuk itu adalah 20 tahun penjara. FSB menuduh Gershkovich mengumpulkan informasi tentang salah satu perusahaan di kompleks industri militer yang merupakan rahasia negara. 
    "Sejauh yang kami tahu, dia tertangkap basah” kata Sekretaris Pers Presiden Rusia Dmitry Peskov.
    Dilansir Wall Street Journal, Gershkovich bergabung dengan WSJ pada Januari 2022. Dia telah bekerja sebagai reporter di Rusia sejak 2017, pertama untuk Moscow Times dan kemudian untuk Agence France-Presse.
    Pemeriksaan fragmen video
    Video 1

    Pada detik ke-39, fragmen video menampilkan foto seorang pria yang mengenakan kemeja putih.
    Dilansir laman The Wall Street Journal (WSJ), foto pria dalam fragmen foto tersebut adalah Evan Gershkovich. Ia merupakan reporter WSJ yang bertugas meliput di wilayah Rusia, Ukraina dan negara bekas Uni Soviet.
    Video 2

    Pada menit ke-01:33, fragmen video menampilkan Presiden AS, Joe Biden. Berdasarkan penelusuran Tempo, dengan pencocokan background, warna dan motif dasi yang digunakan Joe Biden, fragmen video tersebut identik dengan video yang diunggah WSJ tanggal 13 Maret 2023.
    Dilansir The Wall Street Journal (WSJ), pada tanggal 13 Maret 2023, Presiden Biden menyampaikan pidato tentang mempertahankan sistem perbankan yang tangguh dan melindungi pemulihan ekonomi Amerika Serikat. 
    Video 3

    Pada menit ke-10:56, fragmen video menampilkan suasana perkotaan dengan gedung-gedung bertingkat.
    Berdasarkan penelusuran Tempo, dengan menggunakan Google Street view, lokasi tersebut identik dengan West 34 Street, New York, Amerika Serikat.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tim Cek Fakta Tempo, video berjudul “Perang baru pecah, Biden perintahkan warganya tinggalkan Amerika” adalah keliru.
    Setelah penangkapan Jurnalis The Wall Street Journal Evan Gershkovich, kembali mengingatkan warga Amerika Serikat meninggalkan dan tidak mengunjungi Rusia karena tidak aman. Hubungan Rusia dan Amerika memanas seiring invasi Rusia atas Ukraina. AS telah menjatuhkan  berbagai sanksi pada pemerintah Rusia.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12307) Keliru, Klaim Bill Gates Ditangkap di Filipina Terkait Vaksin Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 11/04/2023

    Berita


    Salah satu akun di Instagram mengklaim penangkapan terhadap Bill Gates di Filipina terkait vaksin Covid-19. Akun tersebut membagikan tangkapan layar sebuah media yang diberi judul “Surat Perintah Penangkapan Bill Gates Dikeluarkan di Filipina Untuk ‘Pembunuhan Terencana’ Terkait Peluncuran Vaksin”.
    Pengunggah konten itu juga menuliskan keterangan sebagai berikut: Bill Gates: biangnya para bandit Plandemi Covid-19 sdh dicari dan diperintahkan penangkapannya di Philipina sjk 9 Maret 2023 kemarin. Jadi siapa dulu yg membela dia saat dulu saya bilang dialah biang dr semua kejahatan pandemi ini??? Dialah perekayasa pandemi ini demi memuaskan ambisi bisnis vaksin dan hasrat/gairah keji kapitalisme-nya.

    Sejak dibagikan pada 13 Maret 2023, unggahan ini disukai 12 pengguna Instagram. Namun, benarkah ada penangkapan Bill Gates di Filipina terkait vaksin Covid-19?

    Hasil Cek Fakta


    Verifikasi Tempo menunjukkan, tidak ada penangkapan terhadap Bill Gates. Informasi penangkapan yang disebar melalui situs New Punch itu telah dibantah juru bicara Mahkamah Agung Filipina, Brian Keith F. Hosaka, dengan mengatakan tidak ada surat perintah untuk Gates atau kasus apa pun.
    Konten dalam Instagram tersebut dikutip dari informasi yang dipublikasikan oleh website News Punch pada 2 Maret 2023 berjudul “ Bill Gates Arrest Warrant Issued in Philippines For ‘Premeditated Murder’ Linked To Vaccine Roll Out”.   Dalam informasi itu tertulis bahwa Pengadilan Filipina telah mengeluarkan surat perintah penangkapan internasional untuk Bill Gates, sebagai bagian dari penyelidikan peluncuran vaksinasi Covid-19 di wilayah tersebut.
    Filipina telah melarang Bill Gates memasuki negara itu pada tahun 2016, dan telah meminta Interpol untuk menyampaikan surat perintah penangkapan sebagai “red notice” kepada pasukan polisi lain di seluruh dunia, permintaan yang sejauh ini tidak terpenuhi.
    Pengadilan Kejahatan Keji di Manila mengeluarkan perintah penangkapan Bill Gates berdasarkan pasal 248 KUHP yang direvisi (RPC), yang membawa hukuman penjara minimal 20 tahun dan satu hari.
    Dikutip dari USA Today tidak ada surat perintah untuk Bill Gates atau kasus apa pun yang tertunda untuknya di 13 pengadilan regional di Filipina. Bantahan serupa juga disampaikan juru bicara Mahkamah Agung Filipina, Brian Keith F. Hosaka. Dia mengatakan negara tidak lagi memiliki pengadilan kejahatan yang keji, dengan kasus-kasus yang akan disidangkan oleh pengadilan tingkat dua sekarang.
    Juru bicara Bill Gates mengatakan kepada Reuters, Pengadilan Filipina tidak mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Bill Gates karena vaksin Covid-19. Seorang profesor hukum di Universitas Notre Dame, Diane Desierto, yang juga mengajar di Fakultas Hukum Universitas Filipina mengatakan “tidak ada Pengadilan Kejahatan Keji” di Filipina.
    “Pengadilan khusus dibuat di bawah otoritas administratif Mahkamah Agung Filipina, dan saya belum melihat adanya keputusan Mahkamah Agung yang menciptakan pengadilan semacam itu,” kata dia kepada Reuters.
    Asisten profesor di Fakultas Hukum Universitas Filipina, Mike Tiu, menyampaikan kejahatan keji, dan kejahatan pada umumnya, diadili di Pengadilan Pengadilan Regional karena tidak ada Pengadilan Kejahatan Keji yang dibuat oleh undang-undang.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta, klaim adanya penangkapan terhadap Bill Gates di Filipina, keliru.
    Informasi penangkapan Bill Gates yang disebar melalui situs New Punch itu telah dibantah juru bicara Mahkamah Agung Filipina, Brian Keith F. Hosaka, dengan mengatakan tidak ada surat perintah untuk Gates atau kasus apa pun.

    Rujukan