• (GFD-2020-8166) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Keluarga di India Ini Tewas Karena Daun Pisang yang Terkena Virus Kelelawar?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/07/2020

    Berita


    Foto yang memperlihatkan lima orang dalam keadaan mata tertutup dan terbaring di lantai beredar di media sosial. Lima orang itu diklaim sebagai sebuah keluarga di India yang tewas akibat makan beralaskan daun pisang yang terkena virus kelelawar.
    Di atas foto tersebut, terdapat narasi yang berbunyi, "Hati2 makan pakai daun pisang, sejeluarga d india meningal,Daun pisang tempat mereka makan terimpeksi pirus k lalawar..bagi2kan brita terbaru ini." Terdapat pula foto kelelawar yang hinggap di batang pisang di bawah foto itu.
    Di Facebook, salah satu akun yang mengunggah foto tersebut adalah akun Abddie Negara, yakni pada 1 Juli 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan sebanyak 194 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Abddie Negara.
    Apa benar keluarga di India dalam foto di atas tewas karena makan beralaskan daun pisang yang terkena virus kelelawar?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri foto di atas denganreverse image toolSource. Lewat cara ini, ditemukan petunjuk dari situs cek fakta berbahasa Tamil yang berbasis di India, YouTurn, yang pernah memverifikasi klaim tersebut pada 2018.
    Menurut YouTurn, klaim bahwa enam keluarga dalam foto tersebut tewas karena terinfeksi virus kelelawar dari daun pisang adalah klaim yang keliru. Keluarga yang berasal dari Desa Mamilakatta dekat Suryapet, negara bagian Telangana, itu bunuh diri dengan menenggak racun. Peristiwa ini terjadi pada September 2017.
    Fakta tersebut berasal dari investigasi polisi setempat. Menurut polisi, keluarga itu memutuskan untuk bunuh diri bersama-sama karena memiliki hutang dalam jumlah yang cukup besar. Kepala keluarga ini hanya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan.
    Berbekal petunjuk tersebut, Tempo menelusuri pemberitaan lokal dengan memasukkan kata kunci “a family in Suryapet, India, committed suicide” ke mesin pencari Google. Hasilnya, ditemukan banyak berita terkait peristiwa itu oleh media lokal pada 2017.
    Telangana Today misalnya, menulis bahwa keluarga yang tinggal di Mamillagadda, Suryapet, tersebut melakukan bunuh diri dengan mengkonsumsi pestisida karena masalah keuangan. Para korban diidentifikasi sebagai Kasthuri Janardhan, Chandrakala, Ashok, Prabhatha, Sriri, dan Ruthwika.
    Kejadian ini berawal ketika Kasthuri Suresh, putra Kasthuri Janardhan, meminjam uang kepada seseorang untuk membangun bisnis jasa perangkat keras komputer. Namun, usaha ini gulung tikar, dan Kasthuri Suresh melarikan diri.
    Setelah kepergian Kasthuri Suresh, pemberi pinjaman mulai mendatangi keluarga Kasthuri Janardhan untuk menagih dan menekan mereka agar membayar uang tersebut. Tak lama kemudian, mereka dilaporkan bunuh diri dengan mengkonsumsi pestisida diduga karena merasa tertekan dan malu.
    Televisi lokal HMTV juga pernah melaporkan berita tersebut dengan menyertakan video para korban yang wajahnya telah diburamkan. Video itu diunggah di kanal YouTube mereka pada 17 September 2017. Dalam video itu, terlihat enam jenazah korban dengan pakaian yang sama dengan yang terlihat dalam foto yang beredar di Facebook.
    HMTV juga menyebut bahwa mereka tewas setelah menenggak racun karena masalah keuangan. "In a tragic incident, a family of six persons including two women, two children and two men have committed by consuming pesticide in a suicide pact at Kasturi Bazar in Suryapet. The reason is known that they committed suicide due to financial problems."
    Klaim keliru beredar sejak 2018
    Klaim yang salah mengenai meninggalnya keluarga tersebut telah menyebar sejak 2018, sebagaimana yang ditulis oleh YouTurn. Klaim yang beredar saat itu,sama dengan klaim yang beredar saat ini, bahwa mereka meninggal karena terinfeksi virus nipah, virus yang berasal dari kelelawar yang menempel di daun pisang.
    Pada 13 Juni 2018, muncul klaim lain terkait foto itu, bahwa keluarga tersebut tewas karena minum Coca-Cola. Bahkan, di Twitter, informasi tersebut dilengkapi dengan foto sejumlah botol Coca-Cola.
    Klaim keliru kembali beredar pada 2019, di mana keluarga itu diklaim meninggal setelah mengkonsumsi kue. Klaim ini menyebar bersama dengan foto keluarga lain yang sedang memamerkan sebuah kue. Klaim itu telah dibantah oleh situs cek fakta India lainnya, Bhaskar Hindi.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa keluarga di India dalam foto di atas tewas karena makan beralaskan daun pisang yang terkena virus kelelawar keliru. Keluarga tersebut meninggal karena menenggak pestisida. Mereka bunuh dini akibat masalah ekonomi yang membelitnya. Berbagai klaim yang salah mengenai foto ini juga telah beredar sejak 2018.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8165) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Aksi Penolakan RUU HIP di Berbagai Penjuru Indonesia?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/07/2020

    Berita


    Akun Facebook Lutfi MDj mengunggah 12 foto dan video, beberapa di antaranya merupakan foto atau video yang sama, yang diklaim memperlihatkan aksi umat Islam dari berbagai penjuru Indonesia yang menolak Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila atau RUU HIP. Unggahan ini dibagikan di Facebook pada 28 Juni 2020.
    Foto dan video itu memang memperlihatkan momen ketika ribuan orang turun ke jalan. Sebagian besar massa berpakaian putih dan berpeci. Mereka juga membawa berbagai bendera organisasi. Akun Lutfi MDj pun memberikan narasi bahwa foto dan video tersebut merekam aksi yang menolak RUU HIP.
    Selain itu, akun ini mengklaim bahwa hanya tvOne yang menayangkan unjuk rasa tersebut. “Yang seperti ini tidak ada di tivi-tivi, tapi ada dimasing-masing HP rakyat dan umat Islam diberbagai daerah, hanya tvOne yang ikut meliputnya,” demikian narasi yang ditulis oleh akun Lutfi MDj.
    Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah disukai lebih dari 1.300 kali, dikomentari lebih dari 500 kali, dan dibagikan lebih dari 3 ribu kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Lutfi MDj.
    Artikel ini akan berisi pemeriksaan fakta terhadap dua hal, yakni:

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim pertama, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto dan video di atas dengan reverse image tool Source, Google, dan Yandex. Hasilnya, terdapat dua foto yang tidak terkait dengan penolakan RUU HIP. Berikut ini fakta-fakta atas foto dan video tersebut:

    Fakta: Foto ini benar foto aksi yang menolak RUU HIP oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212 di depan gedung DPR, Jakarta. Dalam aksi ini, massa menuntut agar DPR mencabut RUU HIP dari Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Foto ini diambil dari video yang dipublikasikan oleh tvOne pada 24 Juni 2020.
    Sumber: Kanal YouTube tvOneNews

    Fakta: Foto ini tidak terkait dengan aksi penolakan RUU HIP. Foto tersebut merupakan foto aksi Bela Islam Jilid 3 pada 1 Desember 2016 yang meminta Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, segera ditangkap. Foto ini pernah diunggah oleh MNC TV di akun Twitter resminya, @Official_MNCTV.
    Sumber: Akun Twitter MNC TV

    Fakta: Foto ini bukan foto aksi penolakan RUU HIP, melainkan aksi ribuan umat Islam dari berbagai organisasi di depan gedung DPR pada 29 September 2017 untuk menuntut agar DPR membatalkan Perpu Ormas dan menolak kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Foto ini diambil oleh jurnalis VOA Indonesia, Fathiyah, dan dipublikasikan pada 30 September 2017.
    Sumber: VOA Indonesia

    Fakta: Foto dan video ini benar foto dan video terkait penolakan RUU HIP, tepatnya di Kalimantan Barat. Foto tersebut diambil oleh jurnalis Suara Kalbar dengan keterangan bahwa ribuan umat Islam berdemontrasi untuk menolak RUU HIP dengan konvoi bersama menuju Tugu Digulis dan kantor DPRD Kalimantan Barat pada 26 Juni 2020.
    Sumber: Suara Kalbar

    Fakta: Foto dan video ini benar foto dan video terkait penolakan RUU HIP, yakni di Purwakarta, Jawa Barat. Aksi tersebut digelar di depan kantor DPRD Purwakarta pada 26 Juni 2020. Tempo membandingkannya dengan video yang dimuat oleh Tribun Jabar, dan ditemukan kesamaan pada warna kepala truk dan orang-orang yang berorasi di atas truk.
    Sumber: Kanal YouTube TribunJabar Video

    Fakta: Video ini benar video aksi yang menolak RUU HIP yang berlangsung di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 27 Juni 2020.
    Sumber: Kanal YouTube Official iNews
    Pemberitaan unjuk rasa tolak RUU HIP
    Untuk memeriksa klaim "apakah benar hanya tvOne yang memberitakan aksi penolakan RUU HIP oleh sejumlah ormas Islam", Tempo memasukkan kata kunci “unjuk rasa tolak RUU HIP” di Google dan YouTube. Hasilnya, terdapat 4.780 artikel di situs berbahasa Indonesia yang terkait dengan unjuk rasa tolak RUU HIP dalam sepekan terakhir.
    Artikel berita tersebut ditulis oleh berbagai media online Indonesia, baik media nasional maupun lokal. Demikian halnya dengan berbagai televisi Indonesia yang juga memuat rekaman aksi penolakan RUU HIP di berbagai daerah. Hasil pencarian bisa disimak melalui gambar di bawah ini:
    Gambar tangkapan layar hasil pencarian Google mengenai pemberitaan aksi penolakan RUU HIP.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim dalam unggahan akun Facebook Lutfi MDj sebagian benar. Beberapa foto dan video yang diunggah oleh akun tersebut memang menunjukkan aksi penolakan RUU HIP di berbagai daerah. Namun, terdapat pula klaim yang salah atas dua foto yang sebenarnya memperlihatkan peristiwa pada 2016 dan 2017, yang tidak terkait dengan penolakan RUU HIP. Klaim yang salah berikutnya adalah bahwa hanya tvOne yang memberitakan unjuk rasa tolak RUU HIP tersebut. Faktanya, sebagian besar media, baik nasional dan lokal, menayangkan aksi penolakan RUU HIP.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8164) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto Titiek Soeharto Saat Demonstrasi Tolak RUU HIP di DPR?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/07/2020

    Berita


    Foto yang memperlihatkan Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto bersama belasan wanita sedang duduk di depan sebuah pagar beredar di media sosial. Foto itu diklaim sebagai foto Titiek saat aksi bela Pancasila dan beredar pasca digelarnya demonstrasi yang menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP) di depan gedung DPR, Jakarta, pada 24 Juni 2020 lalu.
    Di Facebook, foto tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Facebook Calvyn Tarigan, yakni pada 28 Juni 2020. Akun ini menulis, “Saat donatur demo terekam kamera, akanya tujuan awal bela pancasila ujung ujungnya demo jatuhkan Jokowi sebagai Presiden,semua demi pesanan cendana."
    Dalam foto tersebut, Titek mengenakan topi dan baju berwarna senada, yakni krem, serta syal berwarna hijau toska. Ia sedang duduk bersama sejumlah perempuan dengan latar belakang pagar besi berwarna hitam. Dalam foto itu, wajah Titiek dilingkari merah.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Calvyn Tarigan.
    Apa benar foto tersebut adalah foto Titiek Soeharto saat demonstrasi yang menolak RUU HIP di DPR?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto di atas denganreverse image toolSource, Yandex, dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa foto tersebut telah beredar pada 2019, jauh sebelum digelarnya unjuk rasa yang menolak RUU HIP di depan gedung DPR pada 24 Juni 2020.
    Foto serupa dengan sudut pandang yang berbeda pernah dimuat oleh situs Genpi.co pada 27 Juni 2019. Foto itu terdapat dalam artikel yang berjudul “Titiek Soeharto Menjadi Incaran Foto Selfie Oleh Massa Yang Melakukan Aksi Kawal MK”.
    Foto tersebut diberi keterangan sebagai berikut: "Dengan menggunakan topi berwarna krem dan pakaian senada, Titiek Soeharto menjadi incaran massa yang sedang melakukan aksi kawal MK di sekitaran Patung Kuda. (Foto: Dika Raharjo)".
    Kehadiran Titiek dalam kerumunan massa aksi bela MK yang berlangsung pada 27 Juni 2019 tersebut juga pernah diberitakan oleh Tempo dengan judul “Saat Massa Aksi di MK Berebut Berfoto dengan Titiek Soeharto”.
    Berita ini menjelaskan bahwa Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Titiek Soeharto, ikut menghadiri aksi massa Halal Bihalal Persaudaraan Alumni (PA) 212 untuk mengawal sidang putusan MK. Kedatangannya menjadi pusat perhatian massa.
    Titiek turun di sekitar kerumunan massa yang berada di dekat Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis, 27 Juni 2019. Massa yang melihat sosok Titiek pun segera mendekat. Massa juga berebut untuk berswafoto bersama putri mantan presiden Soeharto itu. Ada yang berfoto berdua, ada juga yang berfoto beramai-ramai.
    Titiek mengenakan baju berwarna krem dan topi senada. Ia tampak sabar meladeni massa yang ingin berfoto dengannya. Massa menyiapkan kamera ponselnya masing-masing. Sesekali juga terlihat Titiek memegang ponsel milik massa untuk berswafoto. Setiap orang yang selesai berswafoto langsung menyalami dan mengucapkan terima kasih. "Terima kasih mbak, Insya Allah menang," ujar salah satu massa.
    Video yang memperlihatkan momen saat Titiek mengikuti aksi Kawal MK juga pernah diunggah ke YouTube oleh kanal JPNN.COM, yakni pada 27 Juni 2019. Video itu diberi judul “Titiek Soeharto Menyapa Emak-Emak di Kerumunan Massa Aksi Kawal MK”.
    Dalam keterangan video itu, dijelaskan bahwa politikus Partai Berkarya Titiek Soeharto turut menghadiri aksi Kawal MK pada 27 Juni 2019. Putri Presiden Kedua RI itu hadir menggunakan topi dan baju berwarna cokelat dibalut dengan selendang berwarna hijau. Titiek yang hadir menjadi pusat perhatian massa yang tengah berjalan ataupun beristirahat di pinggir jalan.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto di atas diabadikan saat Titiek Soeharto mengikuti demonstrasi yang menolak RUU HIP di DPR pada 24 Juni 2020 keliru. Foto tersebut merupakan foto Titiek yang mengikuti aksi Kawal MK pada 27 Juni 2019, jauh sebelum digelarnya unjuk rasa yang menolak RUU HIP pada 24 Juni lalu.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8163) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Pria di Foto Ini Meninggal Akibat Bersepeda Pakai Masker?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 01/07/2020

    Berita


    Foto yang memperlihatkan seorang pria berbaju oranye yang terbaring di tandu beredar di media sosial. Di samping pria itu, terdapat pria lain yang mengenakan helm sepeda. Menurut narasi yang tertulis di bawah foto tersebut, pria itu merupakan seorang pesepeda yang meninggal akibat memakai masker saat gowes.
    Berikut narasi yang tercantum di bawah foto tersebut:
    "Innalillahi wainnaillaihi rojiun..
    Korban gowes pake masker td pagi dibelakang citragrand ..
    A.n kol.laut (T) DIDIK HARI PRASETYO..
    Semoga amal ibadahnx diterima Allah swt.
    NOTE:Mengingatjan rekan2 klo bersepeda jgn pake masker sebab jantung perlu oksigen yg banyak.
    Dengan pake masker terhalang oksigen masuk ke jantung dan paru2.."
    Di Facebook, salah satu akun yang membagikan foto tersebut adalah akun Ghazali, yakni pada 29 Juni 2020. Akun ini menuliskan narasi, “Bujuran kah ini beritanya, jangan menggunakan masker saat bersepada..” Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah direspons lebih dari 300 kali, dikomentari sebanyak 96 kali, dan dibagikan sebanyak 19 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Ghazali.
    Apa benar pria dalam foto di atas meninggal akibat memakai masker saat bersepeda?

    Hasil Cek Fakta


    Dilansir dari Kompas.com, Kapolsek Pondok Gede Komisaris Hersiantory mengatakan pria dalam foto tersebut yang bernama Didik Hari Prasetyo itu meninggal akibat penyakit jantung yang dideritanya. Ia menegaskan Didik meninggal bukan karena menggunakan masker saat bersepeda.
    "Bapak ini mempunyai riwayat jantung dari keluarganya. Bukan gara-gara masker, sama saja nanti ajak orang tidak menggunakan masker,” ujar Hersiantory pada 22 Juni 2020.
    Hersiantory menuturkan, awalnya, Didik bersepeda dengan teman-temannya dari Perumahan Kranggan Permai dengan rute Jalan Raya Kranggan-Alternatif Cibubur-Kampung Cimatis. Setelah sampai Kampung Cimatis, Jalan Katelia, Kranggan Permai, Didik mengalami sesak napas.
    Kemudian, ia memilih untuk beristirahat di pinggir jalan hingga akhirnya ketinggalan rombongan. "Kemudian, saat ditemukan, dia sudah tidak sadarkan diri. Pada saat berolahraga, korban tidak membawa identitas diri," ujar Hersiantory.
    Warga yang menemukan Didik pun membawanya ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Cibubur. Namun, saat perjalanan ke rumah sakit, Didik dinyatakan meninggal dunia. Hersiantory mengimbau pesepeda untuk tidak memaksakan diri jika mula tidak nyaman atau sesak napas saat bersepeda.
    Dikutip dari Kompas.com, terapis fisik sekaligus ahli kebugaran bersertifikasi dari Movement Vault Amerika Serikat, Grayson Wickham, menyebut bahwa olahraga dengan masker pada umumnya aman. "Kebanyakan orang bisa melakukan berbagai gerakan olahraga dengan memakai masker," kata Wickham pada 27 Mei 2020.
    Namun, Wickham berpesan, perhatikan kondisi fisik saat berolahraga dengan memakai masker, terutama bagi mereka yang baru mulai berolahraga atau setelah rehat cukup lama dari rutinitas berolahraga. "Perhatikan ketika merasakan sakit kepala ringan, pusing, kesemutan, atau sesak napas saat berolahraga dengan memakai masker," katanya.
    Selain itu, menurut Wickham, pemilik penyakit jantung, stroke, asma, gangguan paru-paru, serta bronkitis perlu ekstra hati-hati saat berolahraga dengan memakai masker. Penderita penyakit kardiovaskular dan pernapasan perlu berkonsultasi ke dokter saat ingin berolahraga di luar rumah di tengah pandemi, terlebih sambil memakai masker, mengingat keduanya termasuk golongan yang rentan saat terinfeksi Covid-19. "Penting bagi penderita kardiovaskular dan masalah pernapasan untuk memastikan aspek keamanan," ujar Wickham.
    Berdasarkan artikel cek fakta Tempo, dokter spesialis olahraga Michael Triangto menuturkan, dengan memakai masker saat berolahraga, seseorang akan merasa napasnya kurang lega, sesak, dan tidak nyaman. Hal ini wajar karena tujuan utama dari penggunaan masker adalah untuk melindungi dari kemungkinan terinfeksi virus.
    "Juga melindungi orang lain dari kemungkinan kita menginfeksi mereka, terutama bila kita sedang tidak sehat," ujarnya pada 2 Juni 2020. Apalagi jika memakai masker saat berolahraga dengan intensitas yang berat, hal itu wajar. Hal yang tidak wajar adalah mengapa mereka harus berolahraga berat?
    Dalam Panduan Hidup Aktif Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO), terdapat penjelasan mengenai kurva huruf "J", yaitu hubungan antara intensitas olahraga dan risiko mengalami infeksi penyakit. Bila berolahraga dengan intensitas ringan sampai sedang, risiko yang dihadapi rendah. Sedangkan jika berolahraga dengan intensitas berat, risiko terinfeksi, termasuk Covid-19, dan cedera tinggi.
    Dari penjelasan tersebut, Michael menyarankan, sebelum berolahraga, seseorang harus mengetahui dengan jelas tujuannya. Jika tujuannya untuk sehat, ia hanya boleh berolahraga dengan intensitas ringan sampai sedang sehingga tidak akan terganggu dengan penggunaan masker. Bagi yang ingin berolahraga berat, menurut Michael, tentunya tidak bisa dilarang.
    Namun, ia menyarankan untuk melakukannya di rumah. "Sehingga tidak diwajibkan menggunakan masker dan kemungkinan untuk terinfeksi maupun menginfeksi dari dan ke orang lain sedikit," tuturnya. Yang perlu dipahami, berolahraga dengan intensitas berat hanya diperuntukkan bagi atlet yang akan bertanding. Tujuan kesehatan bukanlah menjadi prioritas utamanya.
    Terkait masker, menurut Michael, penggunaan masker jenis N95 akan sangat mempengaruhi fungsi pernapasan karena hanya diperuntukkan bagi petugas medis. Sementara masker bedah lebih rendah kemampuan menyaring udaranya, sehingga pemakaiannya tidak terlalu menyesakkan. "Dan masker kain lebih nyaman saat dipakai. Untuk berolahraga di luar ruangan, lebih dianjurkan menggunakan masker bedah atau masker kain," ujarnya.
    Michael juga menjelaskan manfaat lain dari penggunaan masker, selain mencegah penularan infeksi. Secara teoritis, kurangnya oksigen yang masuk ke paru-paru dapat melatih pemakai masker untuk terbiasa dengan oksigen yang tipis. Tapi hal ini membutuhkan waktu adaptasi yang panjang. "Untuk itu, masih dibutuhkan banyak penelitian tentang penggunaan masker saat berolahraga, termasuk pula lama penggunaannya," katanya.
    Michael pun menyimpulkan bahwa berolahraga yang sehat cukup dilakukan dengan intensitas yang ringan sampai sedang. Dengan demikian, penggunaan masker saat berolahraga tidak akan mempersulit sistem pernapasan. "Ini tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan, atau menyebabkan kematian. Kecuali bagi yang memiliki gangguan kesehatan, misalnya TBC paru," tuturnya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pria dalam foto di atas, Didik Hari Prasetyo, meninggal akibat memakai masker saat bersepeda keliru. Didik meninggal akibat penyakit jantung yang dideritanya.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan