• (GFD-2020-8168) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Bocah Ini Mengambil Batu untuk Balas Tentara India yang Tembak Kakeknya?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 06/07/2020

    Berita


    Empat foto yang diklaim sebagai foto-foto seorang bocah yang mengambil batu untuk membalas tentara India yang menembak kakeknya beredar di media sosial. Dalam sebuah foto, memang terlihat bocah tersebut mendekati seorang tentara yang membawa senjata api.
    Dalam foto itu, terlihat pula seorang pria paruh baya yang tergeletak di tanah dengan baju putih bernoda merah. Ada pula foto saat bocah itu duduk di atas dada pria tersebut, foto saat bocah itu berada di dalam sebuah mobil, serta foto pria yang sama yang tergeletak di dekat tiga tentara.
    Akun yang membagikan foto-foto dan klaim tersebut adalah akun Facebook Yed Felistinesia. Dalam unggahannya pada 1 Juli 2020 tersebut, akun itu menulis, "Tentara India membunuh kakeknya dan bocah laki-laki ini mengambil batu untuk membunuh pembunuh kakeknya. Sekarang tanyakan kepada dunia jika bocah ini mengambil senjata setelah dia besar untuk membunuh pembunuh kakeknya, akankah dunia memanggilnya teroris??? #Save_Kashmir R.Ul Islam."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Yed Felistinesia.
    Apa benar bocah dalam foto-foto itu mengambil batu untuk membalas tentara India yang menembak kakeknya?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto-foto di atas denganreverse image toolSource. Hasilnya, ditemukan bahwa peristiwa dalam foto-foto itu memang ramai diberitakan oleh media-media India baru-baru ini.
    Situs News18.com misalnya, memuat foto-foto yang identik pada 1 Juli 2020 dalam artikelnya yang berjudul "Jammu dan Kashmir: Pasukan keamanan yang menyelamatkan seorang anak berusia 3 tahun masih terus menembak teroris". Artikel ini membahas tentang serangan gerilyawan pemberontak di Sopore, distrik Baramulla, negara bagian Jammu dan Kashmir, India, yang menewaskan seorang tentara dan seorang warga sipil.
    Beberapa foto unggahan akun Yed Felistinesia juga pernah dimuat dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh situs Asianetnews.com pada 2 Juli 2020. Artikel ini juga menceritakan tentang serangan teroris di Sopore yang menewaskan seorang warga sipil yang sedang bepergian bersama cucu laki-lakinya.
    Dilansir dari HW News, foto saat bocah itu duduk di atas dada kakeknya dan mendekati seorang tentara yang membawa senjata api merupakan foto momen-momen ketika bocah berusia 3 tahun tersebut diselamatkan oleh seorang polisi Jammu dan Kashmir dari lokasi baku tembak di Sopore.
    Sebelumnya, Ayad diketahui menangis tersedu-sedu dan berusaha membangunkan kakeknya yang bersimbah darah. Seorang polisi pun mendekatinya, mengambil Ayad dari lokasi baku tembak itu, lalu menggendongnya untuk diantarkan kepada orang tuanya.
    Dalam laporannya, HM News juga memuat foto ketika Ayad digendong oleh polisi yang menyelamatkannya. Foto tersebut berasal dari unggahan akun Twitter resmi Polisi Zona Kashmir, @KashmirPolice, yang diberi keterangan, "JKP (Jammu and Kashmir Police) menyelamatkan seorang bocah laki-laki berusia 3 tahun dalam serangan teroris di Sopore."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Twitter @KashmirPolice.
    Menurut laporan HM News, anak itu sedang bepergian bersama kakeknya dengan mobil dari Srinagar ke Handwara. Mereka terjebak dalam baku tembak ketika melintasi Sopore, kota yang berada di distrik Baramulla, sekitar 50 kilometer dari Srinagar.
    Penjelasan yang sama juga dimuat oleh Outlook India, bahwa foto yang viral itu merupakan foto saat bocah laki-laki tersebut dijemput oleh anggota tentara dan polisi dari lokasi baku tembak di Sopore pada 1 Juli 2020 yang menewaskan kakek bocah itu.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa bocah dalam foto-foto di atas mengambil batu untuk membalas tentara India yang menembak kakeknya menyesatkan. Foto-foto tersebut memperlihatkan momen-momen saat bocah laki-laki berusia tiga tahun tersebut diselamatkan oleh polisi India dari lokasi baku tembak antara polisi India dengan gerilyawan Jammu dan Kashmir di Sopore. Dalam peristiwa itu, kakek bocah tersebut tewas tertembak.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8167) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Presiden Jokowi Akui Gagal Pimpin Negara?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/07/2020

    Berita


    Narasi bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengakui gagal memimpin negara beredar di media sosial. Narasi itu terdapat dalam sebuah artikel yang berjudul "Jokowi Akui Gagal Pimpin Negara" yang dimuat oleh situs Wartarakyat.co pada 30 Juni 2020.
    Di Facebook, tautan artikel itu dibagikan salah satunya oleh akun Berita Piyungan. Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun Berita Piyungan telah direspons lebih dari 650 kali, dikomentari lebih dari 150 kali, dan dibagikan lebih dari 112 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Berita Piyungan.
    Apa benar Presiden Jokowi mengakui gagal memimpin negara?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula membaca secara lengkap artikel yang dimuat oleh situs Wartarakyat.co tersebut. Hasilnya, dalam artikel itu, tidak ditemukan pernyataan langsung dari Presiden Jokowi bahwa dirinya gagal memimpin negara.
    Pernyataan tersebut merupakan opini dari analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago. Opini itu merupakan respons atas kemarahan Presiden Jokowi kepada para menterinya yang tidak responsif dalam menangani pandemi Covid-19.
    "Yang dipertontonkan di ruang publik ibarat ‘menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri’. Ini adalah dagelan politik yang sedikit agak memalukan, pada saat yang sama sebetulnya presiden mengkonfirmasi/membuat pengakuan atas kegagalannya dalam memerintah/memimpin lewat kinerja menterinya yang inkompeten," ujar Pangi pada 30 Juni 2020.
    Dalam artikel itu, situs Wartarakyat.co menulis bahwa mereka menyadur dari artikel yang dimuat oleh situs Gelora.co. Namun, judul asli artikel Gelora.co telah diubah oleh situs Wartarakyat.co. Judul asli artikel tersebut adalah "Voxpol: Jokowi Akui Gagal Pimpin Negara".
    Kritikan Pangi ini juga pernah dimuat oleh sejumlah media arus utama. Tempo misalnya, memuat pernyataan Pangi tersebut pada 1 Juli 2020 dalam berita yang berjudul "Pengamat Menilai Kemarahan Jokowi ke Menteri sebagai Cuci Tangan".
    Analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menilai kemarahan Presiden Jokowi dalam rapat kabinet sengaja ditunjukkan untuk menutupi kekurangannya sebagai kepala pemerintahan dalam menghadapi pandemi. "Boleh jadi ini dagelan politik, mencari kambing hitam demi menutupi kelemahannya sebagai presiden dalam menjalankan roda pemerintahan," ujar Pangi.
    Video kemarahan Jokowi terhadap menterinya diunggah pada 28 Juni lalu di YouTube resmi Sekretariat Presiden atau 10 hari setelah pidato itu disampaikan pada 18 Juni 2020. Dalam video tersebut, Jokowi menegur keras para menterinya yang ia sebut tak memilikisense of crisisyang sama akibat Covid-19. Menurut Jokowi, tidak ada progres signifikan yang dibuat para menterinya dalam menanggulangi pandemi ini. Bahkan, Jokowi mengancam akan membubarkan lembaga atau me-reshufflekabinetnya jika diperlukan.
    Menurut Pangi, Jokowi sengaja ingin “cuci tangan" dan menyalahkan para menteri yang tidak becus bekerja, bukan dirinya sebagai presiden. Jokowi, kata Pangi, berupaya menempatkan diri sebagai pahlawan yang memperjuangkan kepentingan 267 juta rakyat Indonesia, dengan menunjukkan kemarahan pada menterinya di hadapan publik.
    Padahal, kata Pangi, presiden dan menteri harusnya merupakan satu kesatuan dalam mengerakkan roda pemerintahan, sehingga tidak masuk akal jika kesalahan tertumpu pada satu aktor saja. "Bagaimana mungkin kita bisa mahfum bahwa kegagalan pemerintahan tertumpu pada kelemahan pembantu presiden saja?" ujarnya.
    Pangi menilai kemarahan Jokowi kepada para menteri justru mengonfirmasi kegagalannya dalam memimpin kabinet. "Yang dipertontonkan di ruang publik ibarat menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Ini adalah dagelan politik yang sedikit agak memalukan," ujar Pangi.
    Bukan media kredibel
    Situs Wartarakyat.co bukanlah situs media kredibel karena hanya mengambil konten dari situs media lain. Selain itu, situs tersebut tidak mencantumkan susunan redaksi, penanggung jawab, serta alamat perusahaan. Padahal, ketentuan terkait ini diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
    Pasal 12 UU Pers tersebut berbunyi: "Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat, dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan."
    Selain itu, dalam situs Wartarakyat.co, tidak ditemukan Pedoman Pemberitaan Media Siber. Padahal, kewajiban untuk mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber bagi perusahaan media ini juga diatur dalam UU Pers, khususnya dalam Pasal 8.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, judul artikel situs Wartarakyat.co, "Jokowi Akui Gagal Pimpin Negara", menyesatkan. Dalam artikel itu, tidak ditemukan pernyataan langsung dari Presiden Jokowi bahwa dirinya gagal memimpin negara. Pernyataan tersebut merupakan opini dari analis politik Pangi Syarwi Chaniago. Opini itu merupakan respons atas kemarahan Jokowi kepada para menterinya yang tidak responsif dalam menangani pandemi Covid-19.
    IBRAHIM ARSYAD
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8166) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Keluarga di India Ini Tewas Karena Daun Pisang yang Terkena Virus Kelelawar?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/07/2020

    Berita


    Foto yang memperlihatkan lima orang dalam keadaan mata tertutup dan terbaring di lantai beredar di media sosial. Lima orang itu diklaim sebagai sebuah keluarga di India yang tewas akibat makan beralaskan daun pisang yang terkena virus kelelawar.
    Di atas foto tersebut, terdapat narasi yang berbunyi, "Hati2 makan pakai daun pisang, sejeluarga d india meningal,Daun pisang tempat mereka makan terimpeksi pirus k lalawar..bagi2kan brita terbaru ini." Terdapat pula foto kelelawar yang hinggap di batang pisang di bawah foto itu.
    Di Facebook, salah satu akun yang mengunggah foto tersebut adalah akun Abddie Negara, yakni pada 1 Juli 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah dibagikan sebanyak 194 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Abddie Negara.
    Apa benar keluarga di India dalam foto di atas tewas karena makan beralaskan daun pisang yang terkena virus kelelawar?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri foto di atas denganreverse image toolSource. Lewat cara ini, ditemukan petunjuk dari situs cek fakta berbahasa Tamil yang berbasis di India, YouTurn, yang pernah memverifikasi klaim tersebut pada 2018.
    Menurut YouTurn, klaim bahwa enam keluarga dalam foto tersebut tewas karena terinfeksi virus kelelawar dari daun pisang adalah klaim yang keliru. Keluarga yang berasal dari Desa Mamilakatta dekat Suryapet, negara bagian Telangana, itu bunuh diri dengan menenggak racun. Peristiwa ini terjadi pada September 2017.
    Fakta tersebut berasal dari investigasi polisi setempat. Menurut polisi, keluarga itu memutuskan untuk bunuh diri bersama-sama karena memiliki hutang dalam jumlah yang cukup besar. Kepala keluarga ini hanya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan.
    Berbekal petunjuk tersebut, Tempo menelusuri pemberitaan lokal dengan memasukkan kata kunci “a family in Suryapet, India, committed suicide” ke mesin pencari Google. Hasilnya, ditemukan banyak berita terkait peristiwa itu oleh media lokal pada 2017.
    Telangana Today misalnya, menulis bahwa keluarga yang tinggal di Mamillagadda, Suryapet, tersebut melakukan bunuh diri dengan mengkonsumsi pestisida karena masalah keuangan. Para korban diidentifikasi sebagai Kasthuri Janardhan, Chandrakala, Ashok, Prabhatha, Sriri, dan Ruthwika.
    Kejadian ini berawal ketika Kasthuri Suresh, putra Kasthuri Janardhan, meminjam uang kepada seseorang untuk membangun bisnis jasa perangkat keras komputer. Namun, usaha ini gulung tikar, dan Kasthuri Suresh melarikan diri.
    Setelah kepergian Kasthuri Suresh, pemberi pinjaman mulai mendatangi keluarga Kasthuri Janardhan untuk menagih dan menekan mereka agar membayar uang tersebut. Tak lama kemudian, mereka dilaporkan bunuh diri dengan mengkonsumsi pestisida diduga karena merasa tertekan dan malu.
    Televisi lokal HMTV juga pernah melaporkan berita tersebut dengan menyertakan video para korban yang wajahnya telah diburamkan. Video itu diunggah di kanal YouTube mereka pada 17 September 2017. Dalam video itu, terlihat enam jenazah korban dengan pakaian yang sama dengan yang terlihat dalam foto yang beredar di Facebook.
    HMTV juga menyebut bahwa mereka tewas setelah menenggak racun karena masalah keuangan. "In a tragic incident, a family of six persons including two women, two children and two men have committed by consuming pesticide in a suicide pact at Kasturi Bazar in Suryapet. The reason is known that they committed suicide due to financial problems."
    Klaim keliru beredar sejak 2018
    Klaim yang salah mengenai meninggalnya keluarga tersebut telah menyebar sejak 2018, sebagaimana yang ditulis oleh YouTurn. Klaim yang beredar saat itu,sama dengan klaim yang beredar saat ini, bahwa mereka meninggal karena terinfeksi virus nipah, virus yang berasal dari kelelawar yang menempel di daun pisang.
    Pada 13 Juni 2018, muncul klaim lain terkait foto itu, bahwa keluarga tersebut tewas karena minum Coca-Cola. Bahkan, di Twitter, informasi tersebut dilengkapi dengan foto sejumlah botol Coca-Cola.
    Klaim keliru kembali beredar pada 2019, di mana keluarga itu diklaim meninggal setelah mengkonsumsi kue. Klaim ini menyebar bersama dengan foto keluarga lain yang sedang memamerkan sebuah kue. Klaim itu telah dibantah oleh situs cek fakta India lainnya, Bhaskar Hindi.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa keluarga di India dalam foto di atas tewas karena makan beralaskan daun pisang yang terkena virus kelelawar keliru. Keluarga tersebut meninggal karena menenggak pestisida. Mereka bunuh dini akibat masalah ekonomi yang membelitnya. Berbagai klaim yang salah mengenai foto ini juga telah beredar sejak 2018.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8165) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Aksi Penolakan RUU HIP di Berbagai Penjuru Indonesia?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 02/07/2020

    Berita


    Akun Facebook Lutfi MDj mengunggah 12 foto dan video, beberapa di antaranya merupakan foto atau video yang sama, yang diklaim memperlihatkan aksi umat Islam dari berbagai penjuru Indonesia yang menolak Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila atau RUU HIP. Unggahan ini dibagikan di Facebook pada 28 Juni 2020.
    Foto dan video itu memang memperlihatkan momen ketika ribuan orang turun ke jalan. Sebagian besar massa berpakaian putih dan berpeci. Mereka juga membawa berbagai bendera organisasi. Akun Lutfi MDj pun memberikan narasi bahwa foto dan video tersebut merekam aksi yang menolak RUU HIP.
    Selain itu, akun ini mengklaim bahwa hanya tvOne yang menayangkan unjuk rasa tersebut. “Yang seperti ini tidak ada di tivi-tivi, tapi ada dimasing-masing HP rakyat dan umat Islam diberbagai daerah, hanya tvOne yang ikut meliputnya,” demikian narasi yang ditulis oleh akun Lutfi MDj.
    Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah disukai lebih dari 1.300 kali, dikomentari lebih dari 500 kali, dan dibagikan lebih dari 3 ribu kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Lutfi MDj.
    Artikel ini akan berisi pemeriksaan fakta terhadap dua hal, yakni:

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim pertama, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto dan video di atas dengan reverse image tool Source, Google, dan Yandex. Hasilnya, terdapat dua foto yang tidak terkait dengan penolakan RUU HIP. Berikut ini fakta-fakta atas foto dan video tersebut:

    Fakta: Foto ini benar foto aksi yang menolak RUU HIP oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212 di depan gedung DPR, Jakarta. Dalam aksi ini, massa menuntut agar DPR mencabut RUU HIP dari Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Foto ini diambil dari video yang dipublikasikan oleh tvOne pada 24 Juni 2020.
    Sumber: Kanal YouTube tvOneNews

    Fakta: Foto ini tidak terkait dengan aksi penolakan RUU HIP. Foto tersebut merupakan foto aksi Bela Islam Jilid 3 pada 1 Desember 2016 yang meminta Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, segera ditangkap. Foto ini pernah diunggah oleh MNC TV di akun Twitter resminya, @Official_MNCTV.
    Sumber: Akun Twitter MNC TV

    Fakta: Foto ini bukan foto aksi penolakan RUU HIP, melainkan aksi ribuan umat Islam dari berbagai organisasi di depan gedung DPR pada 29 September 2017 untuk menuntut agar DPR membatalkan Perpu Ormas dan menolak kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Foto ini diambil oleh jurnalis VOA Indonesia, Fathiyah, dan dipublikasikan pada 30 September 2017.
    Sumber: VOA Indonesia

    Fakta: Foto dan video ini benar foto dan video terkait penolakan RUU HIP, tepatnya di Kalimantan Barat. Foto tersebut diambil oleh jurnalis Suara Kalbar dengan keterangan bahwa ribuan umat Islam berdemontrasi untuk menolak RUU HIP dengan konvoi bersama menuju Tugu Digulis dan kantor DPRD Kalimantan Barat pada 26 Juni 2020.
    Sumber: Suara Kalbar

    Fakta: Foto dan video ini benar foto dan video terkait penolakan RUU HIP, yakni di Purwakarta, Jawa Barat. Aksi tersebut digelar di depan kantor DPRD Purwakarta pada 26 Juni 2020. Tempo membandingkannya dengan video yang dimuat oleh Tribun Jabar, dan ditemukan kesamaan pada warna kepala truk dan orang-orang yang berorasi di atas truk.
    Sumber: Kanal YouTube TribunJabar Video

    Fakta: Video ini benar video aksi yang menolak RUU HIP yang berlangsung di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 27 Juni 2020.
    Sumber: Kanal YouTube Official iNews
    Pemberitaan unjuk rasa tolak RUU HIP
    Untuk memeriksa klaim "apakah benar hanya tvOne yang memberitakan aksi penolakan RUU HIP oleh sejumlah ormas Islam", Tempo memasukkan kata kunci “unjuk rasa tolak RUU HIP” di Google dan YouTube. Hasilnya, terdapat 4.780 artikel di situs berbahasa Indonesia yang terkait dengan unjuk rasa tolak RUU HIP dalam sepekan terakhir.
    Artikel berita tersebut ditulis oleh berbagai media online Indonesia, baik media nasional maupun lokal. Demikian halnya dengan berbagai televisi Indonesia yang juga memuat rekaman aksi penolakan RUU HIP di berbagai daerah. Hasil pencarian bisa disimak melalui gambar di bawah ini:
    Gambar tangkapan layar hasil pencarian Google mengenai pemberitaan aksi penolakan RUU HIP.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim dalam unggahan akun Facebook Lutfi MDj sebagian benar. Beberapa foto dan video yang diunggah oleh akun tersebut memang menunjukkan aksi penolakan RUU HIP di berbagai daerah. Namun, terdapat pula klaim yang salah atas dua foto yang sebenarnya memperlihatkan peristiwa pada 2016 dan 2017, yang tidak terkait dengan penolakan RUU HIP. Klaim yang salah berikutnya adalah bahwa hanya tvOne yang memberitakan unjuk rasa tolak RUU HIP tersebut. Faktanya, sebagian besar media, baik nasional dan lokal, menayangkan aksi penolakan RUU HIP.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan