• (GFD-2020-8156) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Kapuspen TNI Sebut Mahasiswa Bisa Minta Didampingi Kodam Saat Demo?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 29/06/2020

    Berita


    Sebuah gambar berisi sebuah tulisan yang berjudul "Maklumat TNI Untuk Rakyat Indonesia" beredar di media sosial. Tulisan itu diklaim bersumber dari Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal TNI Sisriadi. Di bagian awal, terdapat narasi bahwa mahasiswa bisa meminta didampingi oleh Komando Daerah Militer (Kodam) saat menggelar demonstrasi.
    "MAHASISWA bisa minta BANTUAN ke KODAM jika ingin didampingi saat gelar UNJUK RASA. Kewenangan itu sudah bukan lagi milik PANGLIMA TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. KAMI DILATIH .... Untuk BERPERANG. Untuk melumpuhkan LAWAN. Untuk membunuh LAWAN. tapi Kami punya hati nurani. Kami TIDAK DILATIH ..... Untuk membunuh RAKYAT. Untuk membunuh MAHASISWA. KAMI ADA karena .... Kami menjaga RAKYAT. Kami menjaga NKRI. TNI adalah anak kandung RAKYAT. RAKYAT adalah ibu kandung TNI. BRAVO TNI," demikian narasi dalam tulisan itu.
    Di Facebook, salah satu akun yang membagikan gambar tersebut adalah akun Dody Yeschan. Akun ini mengunggah gambar itu ke grup NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada 24 Juni 2020. Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 200 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Dody Yeschan.
    Apa benar Kapuspen TNI Mayor Jenderal TNI Sisriadi menyebut bahwa mahasiswa bisa meminta didampingi Kodam saat berdemonstrasi?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait dengan memasukkan kata kunci "mahasiswa boleh minta pengawalan TNI untuk unjuk rasa" di mesin pencarian Google. Hasilnya, ditemukan sebuah artikel cek fakta di situs Turnbackhoax.id yang pernah memverifikasi klaim itu pada 5 Oktober 2019.
    Menurut pemeriksaan fakta Turnbackhoax.id, pernyataan Kapuspen TNI Mayor Jenderal TNI Sisriadi terkait pengawalan demonstrasi oleh TNI pernah dimuat di situs CNN Indonesia pada 26 September 2019 dalam artikelnya yang berjudul "Mahasiswa Minta Dikawal Demo ke Mabes, TNI Arahkan ke Kodam". Namun, cara penyampaian atau kesimpulan dalam gambar di atas keliru sehingga mengarah ke tafsir yang salah.
    Berikut isi lengkap berita di CNN Indonesia:
    Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjen Sisriadi mengatakan bahwa pendampingan mahasiswa dalam berdemonstrasi dilakukan di level komando daerah militer (kodam) dan hanya jika dalam kondisi dibutuhkan oleh Polri. Dia menyebut kewenangan itu sudah bukan lagi milik Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
    "Kewenangan Panglima dalam pengendalian operasi sudah dibagi habis ke satuan bawah. Mereka seharusnya minta ke tingkat pangdam. Panglima kan sudah dibagi habis kewenangannya," kata Sisriadi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (25/9).
    Meski demikian, Sisriadi menyatakan kewenangan Panglima TNI tidak termasuk kewenangan untuk mengizinkan dan memberikan pengawalan demonstran, karena berdasarkan UU No. 9/89, pengawalan demonstrasi adalah kewenangan Polri.
    Dia lalu menjelaskan bahwa TNI bisa ikut membantu mengamankan aksi demonstrasi jika memang dibutuhkan. Nantinya, itu akan diserahkan di level kodam di daerah yang bersangkutan.
    "TNI membantu polisi jika memang tenaga polisi tidak cukup. Prosedurnya begitu. Dan itu sudah pada level di lapangan, dan bukan pada Panglima TNI lagi," ujarnya.
    Sisriadi juga menyatakan bukan berarti TNI ingin ikut dalam kegiatan yang bersifat politik. "Urusannya diserahkan komandan di bawah dan mereka punya prosedur masing-masing dan itu kan tugas perbantuan," kata Sisriadi.
    Ihwal unjuk rasa mahasiswa yang dilakukan di dekat Mabes TNI, Sisriadi tidak ingin bicara banyak. Dia mengatakan bahwa mahasiswa sudah melakukan itu dengan tertib.
    Dia menjelaskan bahwa Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sedang tidak berada di Jakarta hingga beberapa hari ke depan. Karenanya, keinginan mahasiswa untuk bertemu Hadi tidak akan bisa tercapai.
    "Sedang di Palangkaraya mengecek pembuatan titik hujan. Kemarin kan Riau berhasil. Jambi berhasil. Jadi beliau melihat sekarang di Kalteng, nanti lanjut di Kalbar," ucap Sisriadi.
    Ratusan mahasiswa berkumpul di dekat Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur pada Rabu (25/9). Mereka meminta TNI untuk ikut serta dalam aksi di depan Gedung DPR/MPR selanjutnya.
    Kapolsek Cipayung, Jakarta Timur Kompol Abdul Rasyid mengatakan mahasiswa itu berasal dari Bandung dan Jakarta. "Meminta dari pihak TNI ke Panglima TNI turun bersama-sama dengan mahasiswa ini untuk melakukan aksi damai [selanjutnya] di Gedung DPR/MPR, supaya pengamanan juga jangan cuma dari kepolisian," tutur Abdul saat dihubungi, Rabu (25/9).
    Ratusan mahasiswa itu berkumpul sejak sore hari. Hingga pukul 19.30 WIB, mereka belum mau membubarkan diri. Abdul mengatakan para mahasiswa tetap ingin bertemu dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
    "Keinginan mereka mau ketemu Panglima TNI, tapi belum ada fasilitas dari dalam (Mabes TNI). Sudah negosiasi dengan Mabes TNI tapi mereka tetap mau ketemu hari ini," tutur Abdul.
    Sementara dikutip dari arsip berita Tempo pada 25 September 2019, Kapuspen TNI Mayor Jenderal Sisriadi mengatakan mahasiswa tak berunjuk rasa di depan Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timur. Menurut Sisriadi, pengunjuk rasa berada cukup jauh yaitu sekitar 500 meter dari depan Mabes TNI.
    Sisradi menuturkan dirinya sempat berada di kemacetan di jalan menuju tempat kerjanya tersebut. "Saya enggak lihat ada orang rame-rame demo, tapi memang macet. Ya kan karena jalannya sempit juga," ujar dia saat dihubungi, Rabu, 25 September 2019.
    Meski begitu, Sisriadi mengetahui adanya sejumlah mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa di jalanan arah Mabes TNI. "Kata orang ya 500 meter dari Mabes TNI. Tapi itu artinya mereka pintar, di peraturan kan memang tidak boleh berdemo di depan Mabes TNI," kata Sisradi.
    Sebelumnya, massa yang mengaku sebagai mahasiswa dari sejumlah universitas di wilayah Bandung Raya, Jawa Barat, menggelar aksi di dekat Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Mereka berharap bisa beraudiensi dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Sisradi pun angkat bicara. TNI tak akan ikut-ikutan dalam aksi demonstrasi tersebut.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim dalam gambar berjudul "Maklumat TNI Untuk Rakyat Indonesia" di atas, bahwa Kapuspen TNI Mayor Jenderal TNI Sisriadi menyebut bahwa mahasiswa bisa meminta didampingi Kodam saat berdemonstrasi, menyesatkan. Pernyataan Sisriadi itu diucapkan dalam konteks adanya permintaan pendampingan dari demonstran yang mengaku sebagai mahasiswa dari sejumlah universitas di Bandung dan Jakarta yang berkumpul di dekat Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Sisriadi merespons permintaan itu dengan mengatakan bahwa pendampingan mahasiswa dalam berdemonstrasi dilakukan di level Kodam dan hanya jika dalam kondisi dibutuhkan oleh Polri.
    IBRAHIM ARSYAD
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8155) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Foto-foto Tommy Soeharto Saat Evaluasi Demo Tolak RUU HIP?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 29/06/2020

    Berita


    Foto-foto Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto yang sedang makan bersama dengan sejumlah orang di emperan toko beredar di media sosial. Foto-foto itu diklaim sebagai foto-foto Tommy saat mengevaluasi jalannya demontrasi yang menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP).
    Foto-foto tersebut memang beredar saat DPR sedang membahas RUU HIP. RUU ini menuai banyak kritik. Sejumlah pihak mendesak agar RUU HIP dibatalkan lantaran di dalam draf RUU tersebut tidak terdapat Ketetapan MRPS Nomor 25 Tahun 1966 tentang Pembubaran PKI. Pada 24 Juni 2020, demo RUU HIP digelar oleh massa beratribut Front Pembela Islam (FPI) di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
    Di Facebook, foto-foto Tommy tersebut diunggah salah satunya oleh akun Puun Baduy, yakni pada 24 Juni 2020. Akun ini pun menulis narasi, "20.02 Netizen Memang Joss Gandoss, I Love You Full. EVALUASI Habis Aksi, siapa dapat apa dan berapa.....eit jangan ngiri ya. Jatah Para Elit Gaessss... Fahamkan Sayang Orderan Sapa Demo Pancasila Tapi yang di Kibarkan Bendera Khilaf ah #ParaMafiaLagiGalau Neo ORBA."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Puun Baduy.
    Apa benar foto-foto di atas adalah foto-foto Tommy Soeharto saat mengevaluasi demo RUU HIP?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto di atas denganreverse image toolSource. Hasilnya, ditemukan bahwa foto itu telah beredar di internet sejak 2017, jauh sebelum adanya demo RUU HIP pada 24 Juni 2020.
    Salah satu situs yang pernah memuat foto tersebut adalah situs Jakartasatu.com, yakni pada 3 September 2017. Foto itu terdapat dalam artikel yang berjudul “Tommy Suharto Makan Gudeg”. Foto tersebut diberi keterangan, "Malam keakraban antara Tommy Suharto dan tukang parkir, pengamen, pemilik toko dll."
    Dilansir dari Jakartasatu.com, pada 2 September 2017, Tommy Soeharto mendatangi sebuah warung nasi gudeg yang terletak di Jalan Gajah Mada. Tommy ditemani satu ajudan dan dua petinggi Partai Berkarya. Saat itu, Tommy mengenakan kemeja kotak-kotak putih-biru tua.
    Foto dari peristiwa yang sama namun dengan sudut pengambilan gambar yang berbeda juga pernah dimuat di situs Kini.co.id. Foto tersebut dimuat pada 3 September 2017 dalam artikel yang berjudul "Tommy Soeharto Mengaku Tak Tertarik Nyapres".
    Foto itu diberi keterangan, "Hutomo Mandala Putra atau biasa disapa Tommy Soeharto bertemu tokoh Tionghoa Lieus Sungkarisma di kawasan Gajah Mada, Jakarta Barat, Sabtu (2/9) malam. "Demo RUU HIP
    Unjuk rasa untuk menolak pembahasan RUU HIP diinisiasi oleh Persaudaraan Alumni atau PA 212. Dilansir dari CNN Indonesia, Ketua Umum PA 212 Slamet Ma'arif mengatakan pihaknya telah melayangkan surat pemberitahuan untuk menggelar demonstrasi pada 24 Juni 2020.
    Slamet mengatakan unjuk rasa tersebut akan berlangsung secara besar-besaran di Jakarta. Dia mengklaim bahwa sudah ada lebih dari 100 ormas yang sepakat menolak RUU HIP. Mereka tergabung dalam Aliansi Nasional Anti-Komunis. Beberapa di antaranya adalah PA 212, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, dan Front Pembela Islam (FPI).
    Dikutip dari Kompas.com, unjuk rasa itu dimulai sekitar pukul 13.00 WIB. Para demonstran menghendaki agar RUU HIP ditarik dari Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2020. Sebanyak 12 orang perwakilan massa telah direima oleh Wakil Ketua DPR Sufmu Dasco Ahmad.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa foto-foto di atas adalah foto-foto Tommy Soeharto saat mengevaluasi demo RUU HIP keliru. Foto tersebut telah beredar di internet sejak 2017, jauh sebelum adanya demo RUU HIP pada 24 Juni 2020. Foto-foto itu diambil ketika Tommy sedang makan nasi gudeng di kawasan Gajah Mada, Jakarta Barat.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8154) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video FKPPI Bandung yang Kumpul di Monas untuk Tolak RUU HIP?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/06/2020

    Berita


    Sebuah video yang diklaim sebagai video Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri (FKPPI) Bandung yang berkumpul di Monas, Jakarta, untuk menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP) viral di media sosial.
    Video berdurasi sekitar 2,5 menit itu memperlihatkan ratusan orang yang berseragam loreng khas FKPPI berlari-lari kecil mengelilingi lapangan. Terdengar suara pria dalam video itu yang berkata, “Inilah Jawa Barat, siap melorengkan Monas. Saksikan, NKRI harga mati bagi kami, anak-anak TNI-Polri.”
    Di Facebook, video itu dibagikan salah satunya oleh akun Julinar Sinaga pada 20 Juni 2020 dengan narasi “FKPPI dari Bandung sudah berkumpul di Monas, siap siaga segala kemungkinan terjadi apabila RUU HIP disyahkan oleh DPR. Revolusi jihad mati syahid atau hidup mulia, bela negara dari ancaman Komunisme..!”.
    Adapun di YouTube, video itu dibagikan salah satunya oleh kanal TV Swasta dengan judul “Ratusan Anggota FKPPI Bandung Siap Lorengkan Monas Tolak RUU HIP”.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Julinar Sinaga.
    Apa benar video di atas merupakan video FKPPI Bandung yang berkumpul di Monas untuk menolak RUU HIP?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo memasukkan kata kunci “FKPPI Jawa Barat ke Monas” dalam kolom pencarian Facebook. Hasilnya, ditemukan video yang sama yang diunggah oleh akun Erwin Nuryadin ke grup PD-X Keluarga Besar FKPPI Jawa Barat pada 9 Desember 2017. Akun itu memberikan narasi “Monas menjadi lautan loreng KB FKPPI. Mantap Saudaraku, sudah saatnya kita berikan Yang terbaik buat Ibu Pertiwi.”
    Tempo kemudian mengecek video lain di grup PD-X Keluarga Besar FKPPI Jawa Barat yang dibagikan pada Desember 2017. Hasilnya, ditemukan video lain yang masih berkaitan dengan video unggahan akun Erwin Nuryadin. Video tersebut dibagikan oleh akun Muhammad Farid pada 12 Desember 2017 dengan keterangan "Pasukan Peserta Apel Kebangsaan Bela Negara dari Jawa Barat bergerak menuju Monas setelah Subuh berjamaah di Istiqlal".
    Berdasarkan petunjuk waktu dan lokasi dalam kedua video itu, Tempo menelusuri pemberitaan media tentang kegiatan Apel Kebangsaan Bela Negara FKPPI di Monas pada Desember 2017 tersebut.
    Berdasarkan arsip berita Tempo, Apel Kebangsaan Bela Negara FKPPI itu memang benar dilaksanakan di Monas pada 9 Desember 2017. Acara itu dihadiri oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, serta sejumlah menteri.
    Dalam apel kebangsaan yang dihadiri oleh FKPPI berbagai daerah itu, Jokowi diangkat sebagai anggota kehormatan. Mendapat gelar tersebut, Jokowi mengucapkan rasa terima kasihnya. Ia juga menyatakan bangga bisa berdiri di hadapan keluarga besar FKPPI.
    Menurut Jokowi, para purnawirawan di FKPPI telah berjasa bagi keamanan dan kemerdekaan Indonesia. "Saya bangga berdiri di sini, di depan keluarga besar FKPPI yang sudah 39 tahun berkomitmen memperkokoh NKRI dan menegakkan Pancasila," ujar Jokowi.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video FKPPI Bandung yang berkumpul di Monas untuk menolak RUU HIP keliru. Video itu merupakan video saat FKPPI Jawa Barat menghadiri Apel Kebangsaan Bela Negara di Monas pada 9 Desember 2017.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8153) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Pria di Samping Bung Karno dalam Foto Ini Ayah Rizieq Shihab?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/06/2020

    Berita


    Foto hitam putih yang memperlihatkan Presiden RI pertama, Sukarno, bersama tiga pria beredar di media sosial. Salah satu pria dalam foto itu, yakni yang berada di samping Bung Karno yang dilingkari biru, diklaim sebagai Hussein bin Muhammad Shihab atau ayah dari Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Muhammad Rizieq Shihab.
    Di bawah foto tersebut, terdapat narasi yang berbunyi, "Ingat sejarah biar tidak di tipu mereka. Yg di lingkaran Warna biru adalah Habib Husen Bin Syihab ayahanda dari Habib Riziq Syihab yg membantu memproklamatorkan kemerdekaan NKRI untuk memperoleh pengakuan Kedaulatan dari Negara-negara Arab (Timur Tengah)."
    Salah satu akun yang membagikan foto itu adalah akun Facebook Pedongkelan Bangkit, yakni pada 22 Juni 2020. Akun ini pun menuliskan narasi, "Ingatlah sejarah wahai saudaraku." Hingga artikel ini dimuat, unggahan akun tersebut telah disukai lebih dari 250 kali dan dibagikan sebanyak 146 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Pedongkelan Bangkit.
    Apa benar pria di samping Bung Karno yang dilingkari biru dalam foto di atas adalah ayah Rizieq Shihab, Hussein bin Muhammad Shihab?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri foto unggahan akun Pedongkelan Barat dengan reverse image tool Source. Hasilnya, ditemukan bahwa pria di samping Bung Karno yang dilingkari biru dalam foto itu bukanlah ayah Rizieq Shihab, Hussein bin Muhammad Shihab.
    Foto tersebut pernah dimuat di situs resmi Majelis Hikmah Alawiyah pada 14 Agustus 2019 dalam artikelnya yang berjudul "APB Mercusuar Kabar Proklamasi RI ke Dunia Internasional". Artikel ini sama sekali tidak menyinggung soal Hussein bin Muhammad Shihab.
    Artikel ini menjelaskan tentang maklumat dari Presiden Sukarno dalam Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 19 Agustus 1945. Maklumat tersebut mengisyaratkan agar kabar kemerdekaan Indonesia disebarluaskan ke dunia internasional.
    Dua pekan setelah maklumat Bung Karno itu, yakni pada 2 September 1945, Kantor Berita Arabian Press Board (APB) berdiri. APB kemudian berkantor di Gang Tengah Nomor 19, Jakarta Pusat. Pendirinya merupakan seorang pemuda peranakan Arab yang bernama Muhammad Asad Shahab.
    Foto yang sama juga pernah dimuat di situs Detik.com pada 17 Agustus 2017 dalam artikelnya yang berjudul "Asad Shahab dan APB Kabarkan Proklamasi RI ke Timur Tengah". Foto tersebut diberi keterangan "(Kiri ke Kanan) M. Asad Shahab, Presiden Sukarno, serta dua pendiri APB, Muhammd Alhabsyi dan M. Dhya Shahab. (Foto: Koleksi A. Mutalib Shahab)".
    Dilansir dari Detik.com, sebagai salah satu jurnalis yang hadir dalam Sidang PPKI pada 19 Agustus 1945, Muhammad Asad Shahab membatin bahwa dirinya bisa berbuat sesuatu seperti yang diharapkan Presiden Sukarno. Aktif di dunia jurnalistik sejak 1936 membuatnya punya banyak jaringan hingga luar negeri, khususnya Timur Tengah. Pada 1938-1942, dia tercatat sebagai kontributor media berbahasa Arab, al-Mughatttan, di Mesir.
    Bersama kakaknya, M. Dzya Shahab dan sahabatnya, Husein Alhabsyi, dia lalu berembug tentang perlunya membentuk kantor berita berbahasa Arab. Hal ini ditempuh sebab saat itu sudah ada dua kantor berita, yaitu Antara yang jangkauannnya bersifat lokal dan Domei yang dikontrol oleh Jepang.
    "Kalau kantor berita khusus berbahasa Arab belum ada, padahal ayah (Asad) punya banyak jaringan di negara-negara Timur Tengah," kata A. Mutalib Shahab, putra kedua Asad kepada Detik.com di kediamannya pada 16 Agustus 2017. Beberapa waktu lalu, ia merilis biografi ayahnya yang bertajuk "Sang Penyebar Berita Proklamasi RI". Asad dkk sepakat menamai kantor berita yang dimaksud dengan "Arabian Press Board (APB)".
    APB resmi berdiri 19 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan atau pada 2 September 1945. Kata Arabian, menurut wartawan senior Solichin Salam di koran Angkatan Bersenjata terbitan 1 September 1993, sengaja digunakan untuk menarik perhatian dunia Islam serta negara-negara di Timur Tengah. Hal itu juga sekaligus dimaksudkan untuk mengelabui sekutu dan Belanda.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pria di samping Bung Karno yang dilingkari biru dalam foto di atas adalah ayah Rizieq Shihab, Hussein bin Muhammad Shihab, keliru. Pria di sebelah Presiden Sukarno itu bernama Muhammad Asad Shahab, seorang jurnalis yang merupakan pendiri kantor berita Arabian Press Board (APB). Melalui APB, Asad dan rekan-rekannya menyebarkan berita Proklamasi RI ke dunia internasional, khususnya negara-negara Timur Tengah.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan