• (GFD-2020-8199) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Seragam Tentara Cina yang Dicuci di Kelapa Gading?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 24/07/2020

    Berita


    Video yang memperlihatkan deretan puluhan seragam militer di sebuah gantungan baju beredar di media sosial. Seragam tersebut diklaim sebagai seragam tentara Cina yang sedang dicuci di sebuah penatu di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
    “Baju-baju komunis nih. Komunis tentara Cina nyuci di Kelapa Gading nih. Di laundry Kelapa Gading menerima pakaian seragam tentara Cina. Enggak tahu maksudnya apa ini tentara Cina nyuci baju di Kelapa Gading nih. Pasukannya udah banyak dia nih. Siap perang kayaknya nih. Banyak bajunya nyuci di laundry Kelapa Gading nih. Satu batalion kayaknya nih,” demikian narasi yang terdengar dalam video itu.
    Di Facebook, video berdurasi 1 menit 7 detik tersebut diunggah salah satunya oleh akun Ceu Edoh, yakni pada 21 Juli 2020. Akun ini pun menuliskan narasi, “Baju tentara china ape korea nih mohon penjelasan yang tau soal ini. Di cuci Laundry di Kelapa Gading....”
    Apa benar seragam militer dalam video tersebut merupakan seragam tentara Cina yang sedang dicuci di Kelapa Gading?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri beberapa emblem yang masih melekat pada seragam militer tersebut. Hasilnya, ditemukan bahwa emblem pada seragam militer itu identik dengan emblem pada seragam tentara Korea Selatan.
    Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
    Emblem seragam yang terlihat di video (kiri) sama dengan salah satu emblem militer Korea Selatan (kanan).
    Emblem seragam yang terlihat di video (kiri) sama dengan beberapa emblem militer Korea Selatan (kanan).
    Sejumlah emblem militer Korsel itu juga ditemukan dijual di situs jual-beli Ebay. Salah satu emblem yang berbentuk segitiga yang dijual diberi keterangan “ROK Republic of Korea Army 55th Homeland Reserve Division patch B”.
    Huruf yang dipakai dalam name tag seragam militer tersebut juga merupakan aksara Hangeul atau aksara Korea. Salah satuname tagyang terlihat dalam video itu, yang nama latinnya hanya tertulis "Kim", merupakan aksara Korea dari nama "Kim Se-kwang".
    Name tag yang terlihat dalam video dengan aksara Korea.
    Di Twitter, Teguh Santosa, dosen jurusan Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, juga memastikan bahwa seragam militer dalam video tersebut merupakan seragam tentara Korsel. "Sepengamatan saya, itu seragam bekas tentara Korsel," ujar pengampu mata kuliah Politik Asia Timur ini.
    Dalam cuitannya di Twitter, Teguh juga mengunggah gambar tangkapan layar video itu yang menunjukkan name tag dengan aksara Hangeul. "Ini salah satu indikasinya," ujar Teguh.
    Namun, pola kamuflase seragam tersebut identik dengan seragam militer Korsel terdahulu. Terhitung sejak 25 Agustus 2014, tentara Korsel telah mengganti motif kamuflase seragamnya, yakniwoodland, dengan pola kamuflase baru yang disebut pola granit.
    Dalam sejumlah pemberitaan sebelum Agustus 2014, ditemukan foto-foto militer Korsel yang masih menggunakan seragam dengan motif lama tersebut. Salah satu situs yang pernah memuatnya adalah The Korea Herald. Dalam artikelnya pada 9 April 2014, The Korea Herald memuat foto para tentara Korsel yang sedang berbaris yang mengenakan seragam dengan motif lama.
    Tempo pun menemukan bahwa motif kamuflase seragam tentara Cina sangat berbeda dengan pola kamuflase seragam dalam video di atas. Berikut foto seragam tentara Cina yang pernah dimuat oleh situs Army Recognition :
    Gambar tangkapan layar foto tentara Cina dengan seragamnya yang dimuat di situs Army Recognition.
    Dilansir dari berita di situs Korea, Zum.com, pada 20 April 2019, di tengah perdebatan soal larangan penjualan seragam militer oleh pemerintah, seragam tentara Korsel model lama sangat mudah ditemukan di Pasar Dongmyo di Jongno-gu, Seoul.
    "Seragam militer itu tahan lama dan memiliki banyak kantong sehingga banyak orang mencarinya sebagai pakaian kerja. Namun, karena Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa tindakan keras akan diambil terhadap mereka yang menjual seragam militer, kami juga dalam kondisi kontraksi," kata salah satu pedagang di pasar itu, Park Young-soo.
    Seragam militer bekas pun banyak ditemukan di Indonesia. Dilansir dari Vice.com, Pasar Senen merupakan salah satu sentra pakaian bekas di Indonesia. Setiap toko pakaian bekas di pasar ini punya spesialisasi baju bekas tertentu, termasuk seragam militer.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa seragam militer dalam video di atas merupakan seragam tentara Cina yang sedang dicuci di Kelapa Gading, keliru. Seragam dalam video itu merupakan seragam lama/bekas tentara Korea Selatan. Hal ini terlihat dari emblem yang melekat pada seragam tersebut yang merupakan emblem militer Korsel serta aksara Korea yang tertulis pada name tag di seragam itu.
    ZAINAL ISHAQ | ANGELINA ANJAR SAWITRI
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8198) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Operasi Usus yang Berisi Mi Instan yang Tak Bisa Dicerna?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/07/2020

    Berita


    Video yang diklaim sebagai video operasi usus yang berisi mi instan beredar di media sosial. Menurut klaim itu, mi instan tersebut tak bisa dicerna sehingga harus dikeluarkan dengan cara dioperasi. Di Facebook, video ini dibagikan salah satunya oleh akun Wajah Informasi, yakni pada 27 Juni 2020.
    Dalam video berdurasi tiga menit itu, terlihat dua tenaga medis yang sedang mengeluarkan benda menyerupai mi dari usus seorang pasien. Di bagian akhir video, tertulis narasi bahwa video ini diambil oleh dokter Harish Shukla dari Rumah Sakit Apollo, India.
    "Beliau mengungkapkan bahwa sistem pencernaan atau usus kita tidak bisa mencerna secara cepat makanan sejenis mi atau spaghetti. Ini adalah salah satu operasi penyumbatan mi atau spaghetti di dalam usus. Semoga kita bijak dalam makan mie. Salam Sehat!" demikian narasi di bagian akhir video tersebut.
    Hingga artikel ini dibuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 6.300 kali dan dikomentari lebih dari 600 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Wajah Informasi.
    Apa benar video di atas merupakan video operasi usus yang berisi mi instan yang tak bisa dicerna?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula mencari jejak digital video di atas dengan memasukkan kata kunci "video operasi usus karena makan mi instan" di mesin perambah Google. Hasilnya, ditemukan sejumlah situs yang memuat gambar tangkapan layar video tersebut.
    Situs Detik.com misalnya, pernah memuat gambar tangkapan layar video itu pada 26 Oktober 2017 dalam artikelnya yang berjudul "Isu Hoax Banyak Makan Mi Sebabkan Penyumbatan Usus". Detik.com menulis, menurut penelusuran oleh Indonesian Hoaxes, video tersebut telah beredar sejak 2013.
    Namun, video itu diberi keterangan bahwa aktivitas dalam video tersebut merupakan operasi pengangkatan cacing parasit. "Setelah dilakukan penelusuran, ditemukan bahwa video itu bukanlah video operasi penyumbatan mi atau spaghetti, melainkan operasi diangkatnya intestinal parasite (parasit usus)," demikian penjelasan dari Indonesian Hoaxes.
    Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi hepatologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, mengatakan mi dan sejenisnya merupakan bahan makanan yang mengandung tepung, lemak, dan protein. Karena itu, mi tentu akan hancur bila dicerna.
    Hanya saja, seseorang tidak disarankan mengkonsumsi mi terlalu sering. Pasalnya, menurut pakar gizi teknologi pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Made Astawan, gizi yang terkandung dalam mi tidak sempurna.
    Organisasi cek fakta India, Alt News, pun pernah memverifikasi video tersebut yang juga beredar di India. Berdasarkan penelusuran Alt News, video itu pernah diunggah pada 24 Agustus 2015 oleh seorang dokter India, Paresh Ruparel, di kanal YouTube-nya. Video itu diberi keterangan, "Beberapa cacing gelang di usus kecil, operasi pembedahan dilakukan".
    Alt News pun menghubungi Ruparel, yang merupakan dokter bedah umum. Dia mengatakan, "Ini jelas bukan mi, tidak mungkin, ini terlalu utuh. Setelah masuk ke perut, mi akan berubah menjadi cair karena getah lambung. Ini adalah cacing gelang yang umum ditemukan dalam sistem pencernaan manusia. Video ini, dan yang serupa lainnya, telah banyak beredar di media sosial, tapi klaim itu tidak benar."
    Dilansir dari The Quint, saat dihubungi pada 26 Juli 2018, seorang juru bicara Rumah Sakit Apollo membantah bahwa salah satu dokter mereka membuat video semacam itu. Faktanya, tidak ada dokter bernama Harish Shukla yang bekerja di rumah sakit tersebut.
    Hal ini juga ditemukan oleh Jawa Pos. Dalam laporannya pada 23 Oktober 2017, Jawa Pos menemukan bahwa tidak ada nama Harish Shukla dalam database dokter di situs resmi Rumah Sakit Apollo. Untuk memastikannya, Jawa Pos pun menghubungi layanan pelanggan Rumah Sakit Apollo. Petugas layanan itu menyatakan bahwa tidak ada dokter di rumah sakitnya yang bernama Harish Shukla.
    Dikutip dari CNN Indonesia, ahli gizi dari IPB, Hardinsyah, mengatakan mi instan bukanlah makanan yang berbahaya. Menurut dia, mi instan yang sudah memiliki label Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) aman dikonsumsi. Ia pun menampik anggapan bahwa bahan pengawet yang terdapat dalam mi instan tidak aman. "Selagi dikemas dan ada izin Badan POM-nya, tidak lebih batas kadaluarsanya, itu berarti aman," kata Hardinsyah.
    Anggapan bahwa mi instan sulit dicerna dan akan mengembang di usus juga tidak dibenarkan oleh Hardinsyah. Menurut dia, jika hal tersebut benar adanya, badan akan terasa lemas setelah makan mi. "Buktinya, setelah makan, Anda merasa berstamina kan. Berarti dicerna oleh tubuh," ujarnya. "Kalau setelah makan lemas, organ tubuh pasti ada yang tidak benar, insulin tidak berguna dengan baik atau makanan tidak dicerna dengan baik."
    Hardinsyah justru mengatakan yang seringkali membuat mi menjadi tidak sehat dikonsumsi adalah cara penyajian dan konsumsinya. Orang sering menganggap makan mi cukup untuk memenuhi asupan makanan setiap hari karena membuat perut cukup kenyang. Tapi, Hardinsyah menegaskan, mengandalkan mi instan sebagai satu-satunya sumber makanan tidak dibenarkan.
    Tubuh masih butuh asupan nutrisi lain untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang setiap hari. "Panduan gizi seimbang itu berarti, nikmatilah aneka ragam makanan setiap hari. Sumber karbohidrat sudah dari mi, berarti harus ditambah sayur, serat, dan protein.Tapi, ini bukan untuk mengajarkan setiap hari makan mi. Itu juga tidak sehat," katanya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video operasi usus yang berisi mi instan yang tak bisa dicerna keliru. Video itu merupakan video operasi pengangkatan cacing yang ditemukan di usus. Harish Shukla, yang diklaim sebagai dokter di Rumah Sakit Apollo, India, yang merekam video itu, juga tidak ada di database dokter rumah sakit tersebut. Sejumlah ahli pun mengatakan mi instan, setelah masuk ke perut, akan tercerna oleh getah lambung.
    IBRAHIM ARSYAD
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8197) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Wanita Bercadar Ini Warga Palestina yang Ikut Perang?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/07/2020

    Berita


    Sebuah foto yang memperlihatkan beberapa wanita bercadar hitam yang mengangkat senjata beredar di media sosial. Para wanita itu juga mengenakan rompi loreng. Para wanita dalam foto tersebut diklaim warga Palestina yang ikut berperang.
    Di Facebook, foto itu diunggah salah satunya oleh akun Fhiraa, yakni pada 19 Juli 2020. Akun ini menuliskan narasi, "Wanita bercadar di palestina sibuk berperang sedangkan wanita bercadar di indonesia sibuk selfie dengan caption Istiqomah tanpa batas. Astaghfirullah.”
    Hingga artikel ini dimuat, foto tersebut telah dibagikan lebih dari 4.400 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Fhiraa.
    Apa benar wanita bercadar dalam foto tersebut merupakan wanita Palestina yang ikut berperang?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital foto unggahan akun Fhiraa denganreverse image tool Source. Hasilnya, ditemukan bahwa foto tersebut pernah dimuat situs Mosnad.com pada 14 Oktober 2015 dengan judul "Taiz merayakan revolusi 14 Oktober".
    Situs Yemennewsgate.net juga pernah memuat foto itu pada tanggal yang sama, yakni 14 Oktober 2015, dalam artikelnya yang berjudul “Parade khidmat Perlawanan Rakyat Taiz pada peringatan ulang tahun Oktober”.
    Artikel itu menceritakan parade militer yang digelar oleh Perlawanan Rakyat Taiz di Yaman dalam rangka peringatan Revolusi 14 Oktober. Sejumlah Brigade Al-Jaid dan Perlawanan berpartisipasi dalam parade militer itu, termasuk batalion pasukan khusus wanita yang lulus minggu lalu.
    Upacara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh, termasuk Sheikh Hammoud al-Mikhlafi, pemimpin Perlawanan Rakyat Taiz.Parade militer ini mengejutkan semua orang yang menyaksikannya dalam hal mobilisasi dan organisasi, terlepas dari pengepungan yang dilakukan terhadap Taiz oleh milisi Houthi dan Saleh pada 14 Oktober 2015.
    Parade militer ini juga diberitakan oleh Sky News Arabia. Sky News Arabia menulis, terlepas dari pengepungan oleh milisi Houthi, Perlawanan Rakyat dan Dewan Militer Taiz menyelenggarakan parade militer yang meriah pada hari peringatan Revolusi 14 Oktober melawan pendudukan Inggris di Yaman Selatan.
    Ratusan warga menghadiri parade militer yang digelar di Jalan Jamal di Taiz itu. Dalam pidatonya di parade tersebut, Kepala Dewan Militer Taiz, Brigadir Jenderal Sadiq Ali Sarhan, mengatakan bahwa "kepemimpinan politik bertekad menghancurkan pengepungan, membebaskan Taiz dan semua provinsi dari milisi kudeta pemberontak, dan mencapai impian negara yang beradab."
    Dilansir dari Anydayguide.com, 14 Oktober merupakan hari libur nasional yang penting di Yaman yang disebut Hari Pembebasan. Pada hari tersebut, warga Yaman memperingati pemberontakan melawan Inggris di Yaman selatan yang akhirnya mengarah pada kemerdekaan Yaman Selatan.
    Yaman Selatan menjadi protektorat Inggris pada 1869. Hal ini dikenal sebagai Protektorat Aden. Sementara Yaman Utara, saat itu, adalah bagian dari Kekaisaran Ottoman. Setelah Perang Dunia I, Yaman Utara memperoleh kemerdekaan, sedangkan Yaman Selatan tetap di bawah kendali Inggris.
    Bangkitnya nasionalisme Arab pada 1960-an mendorong kelompok nasionalis Yaman Selatan untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Pada 14 Oktober 1963, Front Pembebasan Nasional dan Front Pembebasan Pendudukan Yaman Selatan memulai perjuangan bersenjata melawan kontrol Inggris atas wilayahnya. Hal ini dikenal sebagai Aden Emergency. Pemberontakan ini berlangsung selama 4 tahun.
    Pada 30 November 1967, Yaman Selatan akhirnya mendapatkan kemerdekaan dari Inggris. Ketika Yaman Utara dan Yaman Selatan dipersatukan menjadi satu negara, Republik Yaman, 14 Oktober ditetapkan sebagai hari libur nasional. Hari Pembebasan ini biasanya dirayakan dengan pidato resmi, unjuk rasa, dan parade di seluruh negeri.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa wanita bercadar yang mengangkat senjata dalam foto di atas merupakan warga Palestina yang ikut berperang, keliru. Wanita bercadar dalam foto tersebut adalah prajurit batalion pasukan khusus wanita Yaman dalam parade militer yang memperingati Revolusi 14 Oktober di Taiz, Yaman, pada 2015.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8196) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Warung di Bali Ini Berlabel Halal Tapi Menjual Babi Guling?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 22/07/2020

    Berita


    Sebuah foto yang memperlihatkan papan nama sebuah warung makan yang berlabel halal tapi menjual babi guling beredar di media sosial. Di Facebook, foto tersebut diunggah salah satunya oleh akun Nian Antono, yakni pada 21 Juli 2020.
    Di papan nama warung makan yang berwarna hijau itu, tercantum tulisan "Warung Makan Banyuwangi Babi Guling H. Roni". Di bawah tulisan "Banyuwangi", tertera label halal. Di papan nama itu, tertulis pula alamat warung tersebut, yakni Jalan Tangkuban Perahu Nomor 171 Padang Sambian Kelod.
    Akun Nian Antono kemudian menuliskan narasi, “Warung makan Banyuwangi lokasi di Denpasar. Ada logo halal tapi jualan babi guling. Yg jual pak Haji. Klo Di Jawa bisa didemo bersilit silit.” Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah direspons lebih dari 180 kali dan dibagikan sebanyak 88 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Nian Antono.
    Apa benar warung makan di Bali tersebut berlabel halal tapi menjual babi guling?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo menelusuri alamat yang tertera di papan nama warung itu, yakni Jalan Tangkuban Perahu Nomor 171, dengan Google Maps. Hasilnya, ditemukan bahwa benar Warung Makan Banyuwangi H. Roni tersebut terletak di alamat itu, yang berada di Denpasar, Bali.
    Namun, menurut dokumentasi Google Street View pada September 2018, tidak terdapat teks “Babi Guling” pada papan nama warung tersebut. Dalam bidang segi lima berwarna hijau muda di bagian tengah papan nama itu, hanya terdapat teks "H. Roni" yang diapit oleh gambar sendok dan garpu.
    Dokumentasi Warung Makan Banyuwangi H. Roni di Denpasar, Bali, di Google Street View pada September 2018. Tidak terdapat teks “Babi Guling” dalam papan nama warung makan tersebut. 
    Untuk mendapatkan dokumentasi terbaru, Tempo memeriksa halaman Facebook Warung Makan Banyuwangi H. Roni. Sebuah foto yang memperlihatkan bagian depan warung itu pernah diunggah oleh akun Abdul Basit pada 27 Januari 2020. Terlihat bahwa tidak ada perubahan pada papan nama antara dokumen Google Street View pada September 2018 dengan foto unggahan akun Abdul Basit pada Januari 2020. Papan nama Warung Makan Banyuwangi H. Roni dalam foto unggahan akun Abdul Basit tidak memuat teks “Babi Guling”.
    Gambar tangkapan layar foto unggahan akun Facebook Abdul Basit pada 27 Januari 2020. Lewat pembesaran maksimum pada bagian papan nama warung, terlihat bahwa tidak tertera teks “Babi Guling” di papan nama itu.
    Dalam daftar menu Warung Makan Banyuwangi H. Roni yang diunggah oleh seorang warganet di situs Tripadvisor.com pun, tidak tertera menu babi guling. Warung tersebut hanya menyediakan masakan olahan ayam, ikan, rawon sapi, dan soto ayam.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Warung Makan Banyuwangi H. Roni berlabel halal tapi menjual babi guling keliru. Papan nama warung tersebut yang diunggah oleh akun Facebook Nian Antono adalah hasil suntingan. Papan nama Warung Makan Banyuwangi H. Roni yang asli tidak memuat teks “Babi Guling”. Demikian juga yang terlihat pada daftar menu warung ini, tidak tercantum menu babi guling, hanya menu olahan ayam, ikan, rawon sapi, dan soto ayam.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan