• (GFD-2020-8215) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Pria di Foto Ini Ayah Jokowi dan Komandan Underbow PKI?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 05/08/2020

    Berita


    Foto yang diklaim sebagai foto ayah Presiden Joko Widodo atau Jokowi beredar di media sosial. Dalam foto itu, pria tersebut mengenakan seragam militer dengan bagde palu arit di bagian kerah. Menurut klaim yang tertulis dalam foto itu, pria tersebut merupakan komandan underbow Partai Komunis Indonesia (PKI).
    "Ini lho bapaknya Jokowi, yg namanya Widjiatno !!Dokumen Negara sudah di buka!Jokowi asli PKI Tulen!Ganyang jokowi PKI," demikian narasi yang tertulis dalam foto tersebut. Terdapat pula tulisan "Dokumen Negara Rahasia", "Komandan Underbow Pki 1965" dan "Widjiatno" dalam foto itu.
    Di Facebook, foto tersebut diunggah salah satunya oleh akun Echa Valen di grup Jurnal Politik, Ketika Oposisi Bicara pada 1 Agustus 2020. Akun ini pun menulis narasi, "Bapake asli keluar". Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah direspons lebih dari 100 kali dan dibagikan sebanyak 66 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Echa Valen.
    Apa benar pria dalam foto tersebut adalah ayah Presiden Jokowi dan merupakan komandan underbow PKI?

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, pria berseragam militer dalam foto tersebut bukanlah ayah Presiden Jokowi yang bernama Widjiatno dan komandan underbow PKI. Pria tersebut merupakan Jenderal Wang Zhen, Komandan Brigade ke-359 Cina.
    Fakta itu didapatkan lewat pencarian foto pria tersebut dengan reverse image tool Source dan Yandex Image. Melalui pencarian ini, Tempo terhubung dengan perpustakaan online Universitas Wisconsin-Mulwaukee ( UWM Libraries ) yang menyimpan foto pria itu dalam berbagai pose.
    Dalam keterangan UWM, foto pria tersebut dalam unggahan akun Echa Valen diambil pada 1944 oleh Harrison Forman dengan catatan “China at War”. Pria dengan pose senyum lebar itu menggunakan topi dan seragam yang sama. Namun, tidak terdapat badge palu arit di kerah seragamnya.
     Dalam foto asli Wang Zhen (kiri) di perpustakaan online UWM, tidak terdapat badge palu arit sebagaimana yang terlihat dalam foto unggahan akun Echa Valen (kanan).
    Karakter seragam yang sama pun terlihat dalam foto Wang Zhen dengan pose lainnya. Salah satunya adalah dua foto saat Wang Zhen tengah bersama Wu Man Yu, Pahlaman Buruh Nomor Satu Wilayah Perbatasan, di Yenan. Oleh Forman, dua foto tersebut diambil di lokasi dan tahun yang sama dengan foto di atas.
     Foto-foto saat Jenderal Wang Zhen sedang bersama Wu man-yu, seorang aktivis buruh, di Yenan pada 1944. Di kerah seragam Wang Zhen, tidak terdapat logo palu arit.
    Dikutip dari Independent, Wang Zhen adalah politikus yang lahir pada 1908 dan bergabung dengan Partai Komunis Tiongkok pada 1927. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian, Wakil Perdana Menteri, hingga Wakil Presiden Cina pada 1988-1993. Wang Zhen meninggal pada 12 Maret 1993.
    Ayah kandung Jokowi
    Dikutip dari Detik.com, nama ayah kandung Jokowi adalah Wijiatno Notomiharjo. Menurut buku "Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi, Kisah Perempuan Pengajar Kesederhanaan", Notomiharjo tinggal bersama kakeknya di Kampung Klelesan, Desa Giriroto, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, semasa melajang.
    Sementara itu, menurut arsip pemberitaan Tempo, ayah Notomiharjo atau kakek kandung Jokowi bernama Lamidi Wiryo Miharjo. Dikutip dari Detik dan Tempo, Lamidi merupakan Kepala Desa Kragan, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah. Ia menjabat sejak 1950 hingga 1980-an.
    Adapun nama ibu kandung Jokowi adalah Sujiatmi. Dikutip dari laman Tirto, Sujiatmi lahir di desa tempat Notomiharjo tinggal bersama kakeknya, yakni Desa Giriroto. Menurut buku "Jokowi dari Bantaran Kalianyar ke Istana", Sujiatmi menikah dengan Notomiharjo pada 1959.
    Setelah menikah, Notomiharjo dan Sujiatmi berbisnis kayu di daerah Srambatan, Surakarta. Bisnis kayu ini awalnya dilakoni Notomiharjo bersama ayah Sujiatmi, Wirorejo, yang lebih dulu menekuni bisnis tersebut. Pada 1962, Notomiharjo dan Sujiatmi memulai bisnis kayu sendiri setelah pindah ke Kampung Cinderejo Lor, Kelurahan Gilingan, Banjarsari, Surakarta.
    Saat tragedi 1965, tetangga-tetangga Notomiharjo di kampung sebelah, Kampung Cinderejo, diciduk tentara karena terkait dengan PKI. Namun, keluarga Notomiharjo tidak ikut diciduk karena tidak ada bukti keterlibatan dengan PKI maupun organisasi sayapnya. Pada 1970-an, keluarga Notomiharjo pindah ke Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Manahan, Banjarsari, Surakarta, karena terkena penggusuran untuk pembangunan terminal truk dan perluasan Pasar Pring.
    Ketika reformasi 1998, Notomiharjo mulai tertarik ikut partai politik. Ia sempat menjadi anggota satuan tugas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Menurut Sujiatmi dalam bukunya, Notomiharjo juga pernah menggantikan ketua ranting sebuah partai nasionalis di kampungnya. Namun, hanya sekitar dua tahun, karena Notomiharjo meninggal pada 2000.
    Menurut salah satu penulis buku "Jokowi dari Bantaran Kalianyar ke Istana", Wawan Mas'udi, sejarah asal-usul Jokowi dilacaknya mulai dari kakek-nenek serta kedua orangtuanya. "Kami mendatangi kampung-kampung tempat asal usul keluarganya dan mengumpulkan beberapa sumber," ujarnya.
    Wawan pun mengatakan, fakta bahwa kakek Jokowi dari ayahnya, Lamidi Wiryo Miharjo, adalah Kepala Desa Kragan telah membantah fitnah bahwa Jokowi merupakan keturunan dari simpatisan PKI. "Orde baru tidak mungkin membiarkan orang yang tersangkut PKI jadi kepada desa," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada itu.
    Bahkan, Lamidi juga dipercaya oleh keluarga Presiden ke-2 RI, Suharto, untuk menjadi juru kunci sebuah makam yang berada di desa itu. "Makam RA Tisnaningsih yang merupakan leluhur dari Hartinah Suharto," tuturnya. Sementara kakek Jokowi dari ibunya, Wirorejo, merupakan seorang pedagang bambu dan kayu.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa pria berseragam militer dalam foto di atas adalah ayah Presiden Jokowi dan komandan underbow PKI keliru. Pria itu adalah Jenderal Wang Zhen, politikus Tiongkok yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Cina pada 1988-1993. Dalam foto Wang Zhen yang asli pun, tidak terdapat badge palu arit di kerah seragam. Dengan demikian, foto itu juga merupakan hasil suntingan.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cekfakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8214) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Pembacaan Alquran oleh Erdogan di Hagia Sopia?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 04/08/2020

    Berita


    Video yang memperlihatkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sedang membacakan ayat-ayat Alquran di sebuah masjid beredar di media sosial. Video tersebut diklaim sebagai video pembacaan Alquran oleh Erdogan di Hagia Sophia. Video ini menyebar setelah, pada 11 Juli 2020, Erdogan mengumumkan bahwa Museum Hagia Sophia kembali berstatus sebagai masjid.
    Di Facebook, video tersebut diunggah akun Kangpri Tual pada 18 Juli 2020. Dalam video berdurasi 1 menit 44 detik tersebut, Erdogan yang mengenakan jas hitam itu membacakan ayat-ayat Alquran menggunakan pengeras suara. Selain dihadiri sejumlah pejabat, peristiwa itu juga disaksikan oleh para pengunjung yang memadati masjid tersebut.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Kangpri Tual.
    Namun, apa benar video di atas adalah video pembacaan Alquran oleh Erdogan di Hagia Sophia?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video di atas dengan tool InVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya dengan reverse image tool Yandex dan Google. Hasilnya, ditemukan bahwa masjid dalam video tersebut bukanlah Hagia Sophia.
    Video yang sama dengan kualitas yang lebih tinggi pernah diunggah oleh kanal TVNET di MRchannel pada 15 Juli 2019. Video itu diberi judul dalam bahasa Turki yang artinya "Presiden Erdoham membaca Alquran" dan keterangan "Presiden Erdogan membaca Alquran di Masjid Millet dalam semangat para martir 15 Juli.”
    Video tersebut juga pernah dimuat oleh situs media berbahasa Turki, Yenisafak, pada 15 Juli 2019 dengan judul “Bacaan Alquran untuk para martir kita dari Presiden Erdogan”. Dalam keterangannya, tertulis bahwa video itu merupakan video saat Erdogan membaca Alquran dalam upacara yang digelar untuk para martir setiap 15 Juli.
    Kantor berita Turki Anadolu Agency pun pernah mengunggah video tersebut ke YouTube pada 15 Juli 2019 dengan judul “Presiden Erdogan membaca Alquran untuk para martir 15 Juli”. Dalam keterangannya, Anadolu Agency menulis, "Presiden Recep Tayyip Erdogan menghadiri acara yang diadakan di Masjid Bestepe Millet. Presiden Erdogan membaca Alquran di sini untuk para martir".
    Dilansir dari Anadolu Agency, memperingati tiga tahun upaya kudeta FETO pada 15 Juli 2016, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan penetapan tanggal 15 Juli sebagai hari libur nasional. Di Turki, tanggal 15 Juli memang diperingati sebagai Hari Demokrasi dan Persatuan Nasional yang diramaikan dengan berbagai acara untuk menghormati para martir yang gugur melawan para pemberontak.
    FETO dan pemimpinnya yang berbasis di Amerika Serikat, Fetullah Gulen, mengatur upaya kudeta yang berhasil dikalahkan pada 15 Juli 2016, menyebabkan 251 orang tewas dan sekitar 2.200 lainnya terluka. Ankara juga menuduh FETO berada di balik kampanye jangka panjang untuk menggulingkan negara melalui infiltrasi institusi Turki, khususnya militer, polisi dan pengadilan.
    Dilansir dari Hurriyet Daily News, sebagai bagian dari upacara pada 15 Juli 2019, Presiden Recep Tayyip Erdogan bertemu untuk pertama kalinya dengan para veteran dan kerabat para martir di depan Istana Kepresidenan. Mereka kemudian berbaris ke sebuah monumen yang didirikan untuk memperingati tanggal 15 Juli, disertai dengan Lagu Kebangsaan 15 Juli.
    Erdogan meletakkan bunga di Monumen Martir tersebut dan berdoa bagi mereka yang binasa. Setelah meninggalkan bunga di Monumen Martir, Erdogan menghadiri sebuah acara di Masjid Bestepe Millet di mana para peserta acaranya membacakan ayat-ayat Alquran. Erdogan kemudian menghadiri sesi khusus 15 Juli yang diadakan di parlemen, yang menyatukan anggota parlemen untuk memperingati upaya kudeta.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas adalah video pembacaan Alquran oleh Presiden Erdogan di Hagia Sophia keliru. Video tersebut diambil di masjid Masjid Bestepe Millet pada 15 Juli 2019 dalam rangka Hari Demokrasi dan Persatuan Nasional Turki.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8213) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Warga Palestina Diserang Pasukan Israel Saat Salat Idul Adha 2020?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 04/08/2020

    Berita


    Kanal YouTube Januar Ali mengunggah video yang diklaim sebagai video pasukan Israel yang menyerang warga Palestina saat salat Idul Adha di Masjid Al Aqsa. Video ini diunggah pada 31 Juli 2020, bertepatan saat umat muslim di Indonesia merayakan Idul Adha.
    Video berdurasi sekitar 7 menit itu memperlihatkan momen saat ribuan orang menggelar salat berjamaah di sebuah masjid. Setelah salat usai, pasukan dengan seragam hitam yang bersenjata lengkap membubarkan jemaah yang berada di masjid itu. Beberapa kali, terdengar suara tembakan dan orang-orang yang berteriak.
    Kanal Januar Ali memberikan judul terhadap video itu "VIRAL NEW PAGI,,, detik detik Israel serang palestina lagi sholat idul adha di masjid al,aqsa". Adapun dalam keterangannya, kanal itu menulis, "Israel serang palestina pagi hari yang sedang sholat idul adha di masjid Al Aqsa."
    Gambar tangkapan layar video unggahan kanal YouTube Januar Ali.
    Apa benar warga Palestina diserang pasukan Israel saat salat Idul Adha 2020?

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, video itu memang menunjukkan penyerangan warga Palestina oleh pasukan Israel di Masjid Al Aqsa. Namun, peristiwa itu terjadi setahun lalu atau saat Idul Adha 2019, bukan saat Idul Adha 2020.
    Tempo mendapatkan fakta itu setelah memfragmentasi video yang diunggah kanal Januar Ali menjadi sejumlah gambar dengan tool InVID. Gambar-gambar tersebut kemudian ditelusuri kembali dengan reverse image tool Google untuk mendapatkan jejak digital video itu.
    Lewat cara ini, Tempo mendapatkan petunjuk dari situs MSN yang pernah memuat video yang sama, namun bagian awalnya saja yang berdurasi sekitar 1 menit, pada 11 Agustus 2019. Situs MSN memberi keterangan terhadap video itu dalam bahasa Turki yang artinya: "Serangan polisi Israel dengan gas air mata ke Palestina di Harem-i Sharif".
    Gambar bagian awal video unggahan kanal Januar Ali (kiri) sama dengan video yang dimuat situs MSN (kanan).
    Tempo kemudian menggunakan petunjuk dari MSN itu untuk melakukan pencarian lanjutan di YouTube. Hasilnya, Tempo mendapatkan video yang sama dengan kualitas yang lebih tinggi yang dipublikasikan oleh Al Jazeera TV dalam program talk show-nya. Video itu berjudul “Analysis: Israeli police fire tear gas at Palestinians at Al-Aqsa".
    Sama halnya dengan video di situs MSN, video itu diunggah pada 11 Agustus 2019. Isi video Al Jazeera, tepatnya pada menit 4:42 hingga 5:15, sama dengan isi video unggahan kanal Januar Ali pada menit 4:54 hingga 5:35, di mana tampak sejumlah pria yang merekam penyerangan itu.
    Gambar dari video unggahan kanal Januar Ali (kiri) dan gambar dari video Al Jazeera (kanan).
    Al Jazeera memberikan keterangan bahwa polisi Israel menembakkan gas air mata, peluru karet, dan granat suara untuk mengusir jemaah Palestina dari kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur. Sebelumnya, ribuan warga Palestina berkumpul di masjid tersebut untuk merayakan hari pertama Idul Adha. Hari itu bertepatan dengan hari libur Yahudi Tisha B'av, yang biasanya diikuti dengan peningkatan kunjungan orang Yahudi ke situs suci tersebut.
    Menurut Anadolu Agency, sebanyak 37 warga Palestina terluka setelah pasukan Israel menyerang para jemaah di Masjid Al-Aqsa dengan peluru karet, gas air mata, dan pentungan. Media Israel menyebut polisi hanya mencegah pemukim menyerbu Masjid Al Aqsa. Polisi Israel menilai kehadiran ribuan jemaah Palestina itu akan meningkatkan kemungkinan terjadinya bentrokan.
    Wakaf Islam di Yerusalem memutuskan salat Idul Adha saat itu ditunda menjadi pukul 7.30, bukan 6.30 seperti yang telah dijadwalkan, untuk mengatasi pemukim yang menyerbu kompleks masjid itu. Israel menduduki Yerusalem Timur selama Perang Arab-Israel 1967, sebelum akhirnya menduduki seluruh wilayah kota pada 1980.
    Negara itu bahkan mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara yang "abadi dan tidak terbagi". Yerusalem masih menjadi poros konflik perselisihan Timur Tengah yang telah berlangsung selama puluhan tahun, di mana warga Palestina mengharapkan Yerusalem Timur pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video Warga Palestina yang diserang pasukan Israel saat salat Idul Adha 2020 di Masjid Al Aqsa menyesatkan. Video itu memang memperlihatkan penyerangan jemaah Palestina oleh pasukan Israel di Masjid Al Aqsa, namun saat Idul Adha 2019.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8212) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Parade Militer Pasukan Arab Saudi untuk Pengamanan Haji 2020?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 04/08/2020

    Berita


    Video yang memperlihatkan sebuah parade yang diikuti oleh ribuan tentara bersenjata lengkap, kendaraan-kendaraan militer, serta helikopter beredar di media sosial. Video tersebut diklaim sebagai video parade pasukan keamanan Arab Saudi untuk pengamanan ibadah haji 2020.
    Di Facebook, video berdurasi 9 menit itu dibagikan salah satunya oleh akun Zaydil, yakni pada 19 Juli 2020. Akun itu pun menuliskan narasi, “Parade pasukan keamanan Arab Saudi untuk pengamanan Haji tahun ini.”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Zaydil.
    Apa benar video itu adalah video parade pasukan kemanan Arab Saudi untuk pengamanan haji 2020?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi beberapa gambar dengan tool InVID. Gambar-gambar tersebut kemudian ditelusuri dengan reverse image tool Yandex dan Google. Hasilnya, ditemukan jejak digital video itu yang telah beredar sejak tiga tahun yang lalu, yakni pada 2017.
    Video tersebut pernah diunggah oleh kanal YouTube Rusland Trad pada 10 September 2017. Video itu diberi judul “Hajj military parade - Mecca, Saudi Arabia 2017”. Dalam keterangannya tertulis, "Parade militer pasukan keamanan yang akan memastikan keamanan selama haji, diadakan di Mekah di hadapan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. (23.08.2017)."
    Video dari peristiwa yang sama juga pernah diunggah ke YouTube oleh kanal WhatisISLAM Urdu pada 11 September 2017 dengan judul “Crown Prince Muhammad Bin Salman inspects Haj security forces.2017”.
    Parade militer pasukan Arab Saudi untuk pengamanan haji 2017 ini pun pernah disiarkan oleh stasiun televisi Indonesia, tvOne, yang diunggah di kanal YouTube-nya, tvOnenews, pada 25 Agustus 2017. Video itu diberi judul “Parade Militer Kesiapan Pengamanan Haji 2017”.
    Selain itu, parade militer tersebut pernah diberitakan oleh sejumlah media. The National misalnya, menulis pada 24 Agustus 2017 bahwa parade tersebut merupakan pertunjukan terbesar kekuatan militer Arab Saudi sejak parade ini mulai diadakan di Mekah bertahun-tahun yang lalu. Dalam parade itu, ribuan pasukan elit kerajaan berpartisipasi.
    Acara yang diadakan setiap tahun dalam pekan menjelang permulaan haji ini memperlihatkan pasukan yang berbaris dalam formasi dan tank-tank yang meluncur di jalanan Mekah serta helikopter yang terbang di atas parade. Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman hadir dalam pawai tersebut. Acara ini pun disaksikan ratusan penonton.
    Keamanan dan stabilitas selama haji adalah salah satu kekhawatiran terbesar Arab Saudi ketika jutaan umat muslim berkumpul di Mekah untuk ziarah tahunan. Sekitar 2-3 juta umat muslim dari seluruh dunia diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Mekah untuk haji pada 2019, yang akan dimulai pada 30 Agustus 2017.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video tersebut merupakan video parade militer pasukan Arab Saudi untuk pengamanan haji 2020, menyesatkan. Parade militer dalam video itu memang digelar oleh pasukan Arab Saudi, namun untuk pengamanan haji pada 2017.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan