• (GFD-2021-8502) Keliru, Kisah Mantan PM Jepang Yoshiro Mori yang Salah Ucap Bahasa Inggris saat Bertemu Obama

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 17/02/2021

    Berita


    Gambar yang berisi kisah tentang mantan Perdana Menteri Jepang Yoshiro Mori saat bertemu mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama beredar di Facebook. Kisah berjudul "English is difficult language for some" itu menyebut bahwa Mori melakukan kesalahan pengucapan dalam bahasa Inggris saat bercakap-cakap dengan Obama ketika bertemu di Washington DC, AS.
    Menurut kisah tersebut, sebelum bertemu Obama, Mori diberi pelatihan dasar percakapan dalam bahasa Inggris. Instruktur menyarankan Mori untuk bertanya "how are you?" atau "apa kabar?" ketika bersalaman dengan Obama. Dia bakal menjawab "I am fine, and you?" atau "saya baik-baik saja, dan kamu?". Mori pun diminta untuk mengatakan "me too" atau "saya juga".
    Namun, dalam pertemuannya dengan Obama, Mori melakukan kesalahan dengan melontarkan pertanyaan "who are you?" atau "siapa kamu?". Obama pun terkejut, tapi kemudian meresponsnya dengan gurauan, "Well, I'm Michelle's husband(Saya suami Michelle), ha-ha." Mori tetap menjawab "me too". Seketika, ruang pertemuan hening.
    Gambar itu dilengkapi dengan dua foto Mori, yang diambil pada 2008 dan pada 2018. Terdapat pula satu foto yang memperlihatkan seorang pria sedang bersalaman dengan Obama. Salah satu akun membagikan gambar tersebut pada 11 Februari 2021, di tengah kecaman publik terhadap Mori, Ketua Olimpiade Tokyo 2020, yang baru saja mengundurkan diri dari jabatannya ini.
    Gambar yang berisi klaim keliru terkait percakapan antara mantan Perdana Menteri Jepang Yoshiro Mori dan mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo melakukan penelusuran ke mesin pencari Google dengan menggunakan kata kunci “English is a difficult language for some”. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa percakapan antara Mori dan Obama dalam gambar tersebut bukanlah kisah nyata, melainkan humor politik atau anekdot. Anekdot ini pun merupakan hasil daur ulang.
    Dilansir dari organisasi cek fakta AS Snopes, terdapat kejanggalan dalam kisah itu, bahwa Yoshiro Mori melakukan perjalanan ke Washington DC untuk bertemu dengan Barack Obama. Masa jabatan Mori sebagai PM Jepang berakhir pada April 2001, hampir delapan tahun sebelum Obama menjadi Presiden AS. Ini menjadi petunjuk bahwa kisah di atas adalah hasil daur ulang.
    Menurut Snopes, kisah itu adalah daur ulang dari kisah yang pernah beredar pada pertengahan 2000, selama tahun terakhir Bill Clinton menjabat sebagai Presiden AS. Anekdot tersebut beredar dengan judul yang berbeda, yakni “This is a true story from the Japanese Embassy in US”. Anekdot ini menceritakan percakapan yang melibatkan Mori dan Clinton.
    Pada pertengahan 2009, ketika Obama menjabat sebagai Presiden AS, tokoh Clinton dalam kisah itu diubah menjadi Obama. Anekdot itu pun kembali beredar baru-baru ini, ketika Mori yang merupakan Ketua Olimpiade Tokyo 2020 menjadi pembicaraan publik setelah melontarkan pernyataan seksis dalam sebuah pertemuan komite Olimpiade bahwa wanita terlalu banyak bicara.
    Menurut Snopes, pada 2009, lelucon yang sama juga muncul di AS, namun dikaitkan dengan Kim Young-sam, yang menjabat sebagai Presiden Korea Selatan selama lima tahun pada 1993-1998. Kisah apokrif yang sama juga telah menyasar sejumlah politikus dari berbagai negara yang dalam tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya.
    Situs cek fakta Hoax or Fact juga telah menyatakan bahwa kisah itu tipuan. Pesan tersebut beredar setelah Yoshiro Mori bertemu dengan Bill Clinton pada 2000. Pada 2009, kisah itu kembali beredar, di era pemerintahan Barack Obama. "Kedengarannya lucu, tapi kejadian seperti itu tidak terjadi. Cerita tersebut adalah tipuan," demikian penjelasan Hoax or Fact.
    Menurut Hoax or Fact, Mori menjabat sebagai PM Jepang pada 2000-2001, sementara Obama menjabat sebagai Presiden AS sejak 2009. "Jadi, tidak ada kemungkinan bagi mereka untuk bertemu secara resmi, dan mengarah pada pembicaraan semacam itu."
    Clinton menjabat sebagai Presiden AS pada 1993-2001, dan Mori bertemu dengannya pada 5 Mei 2000, selama kunjungannya ke negara-negara G8. Pertemuan dan percakapan mereka didokumentasikan di situs American Presidency Project. Namun, di situ, tidak disebutkan kejadian semacam itu.
    Ketika ditanya apakah Mori bisa berbicara dalam bahasa Inggris, jawabannya adalah: "Perdana Menteri tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik." Jadi, percakapan dilakukan melalui penerjemah. "Karena itu, hal ini menunjukkan bahwa percakapan lucu antara Clinton (atau Obama) dan Mori tidak pernah benar-benar terjadi," demikian penjelasan Hoax or Fact.
    Terkait foto seorang pria yang sedang bersalaman dengan Obama, pria tersebut bukanlah Yoshiro Mori. Foto itu pernah dimuat dalam sebuah laporan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Jepang pada 2008. Foto ini memperlihatkan momen ketika Wakil PM Jepang Taro Aso bertemu dengan Presiden AS Barack Obama pada 24 Februari 2009 di Washington DC.
    Tempo kemudian mencari berita maupun foto tentang pertemuan antara Yoshiro Mori dan Barack Obama. Namun, tidak ditemukan berita bahwa Mori dan Obama pernah bertemu atau pun foto yang memperlihatkan keduanya dalam satuframedi sebuah pertemuan.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, kisah mantan PM Jepang Yoshiro Mori yang salah ucap bahasa Inggris saat bertemu mantan Presiden AS Barack Obama itu, keliru. Kisah tersebut hanyalah humor politik atau anekdot, yang merupakan hasil daur ulang dari kisah serupa yang beredar pada 2000. Ketika itu, tokoh dalam kisah tersebut adalah Mori dan mantan Presiden AS lainnya, Bill Clinton. Namun, dalam dokumentasi yang ada, tidak pernah disebutkan bahwa terjadi percakapan semacam itu antara Mori dan Clinton.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8501) Sebagian Benar, Judul Artikel bahwa SBY Ingin Bantu Ekonomi tapi Partainya Tidak di Dalam Pemerintahan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 17/02/2021

    Berita


    Gambar tangkapan layar artikel dari situs Bizlaw yang mengutip pernyataan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY beredar di Facebook. Artikel itu berjudul “Ancaman Krisis Ekonomi, SBY: Saya Ingin Membantu, Tapi Partai Saya Tidak Ada dalam Pemerintahan”. Artikel ini dimuat pada 12 Agustus 2020.
    Dalam gambar tangkapan layar tersebut, terdapat foto SBY yang mengenakan jaket berwarna biru. Salah satu akun membagikan gambar itu pada 13 Februari 2021. Akun tersebut menulis narasi, "Apa maksud UCAPANNYA yach? Apa ingin anaknya dipanggil untuk dijadikan MENbaperan?" Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan 64 reaksi dan 111 komentar.
    Gambar tangkapan layar sebuah unggahan di Facebook yang memuat artikel terkait pernyataan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo memeriksa artikel Bizlaw yang berjudul “Ancaman Krisis Ekonomi, SBY: Saya Ingin Membantu, Tapi Partai Saya Tidak Ada dalam Pemerintahan” tersebut. Hasilnya, ditemukan bahwa Bizlaw memang pernah memuat artikel dengan judul yang tersebut pada 12 Desember 2020.
    Pernyataan yang terdapat dalam judul ditemukan pada akhir artikel. Pernyataan itu berbunyi: "Bola di tangan pemerintah, istilahnyawe have given everything to this government, tinggal tolong ini semua digunakan dengan baik, rakyat membantu, saya pribadi ingin membantu meskipun tidak secara tidak langsung karena partai yang dulu saya pimpin tidak di pemerintahan," ujar SBY.
    Kutipan tersebut memang sedikit berbeda dengan yang digunakan dalam judul artikel. Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu menyebut “karena partai yang dulu saya pimpin tidak di pemerintahan”. Sementara dalam judul, pernyataan tersebut diubah menjadi “tapi partai saya tidak ada dalam pemerintahan”. Perubahan “karena” menjadi “tapi” menimbulkan persepsi yang berbeda.
    Tempo pun membandingkan isi artikel itu dengan pemberitaan yang dimuat oleh media lain. Pernyataan SBY tersebut pernah dimuat oleh beberapa media. Pernyataan itu dilontarkan dalam peluncuran buku "Monograf" di Cikeas, Bogor, pada 11 Agustus 2020.
    Kompas.com misalnya, mempublikasikan pernyataan SBY tersebut dalam beritanya yang berjudul "Ancaman Krisis Ekonomi, SBY: Jangan Salahkan Presiden Jokowi". Dalam berita ini, terdapat pernyataan SBY yang berbunyi sebagai berikut:
    "Bola di tangan pemerintah, istilahnyawe have given everything to this government, tinggal tolong ini semua digunakan dengan baik, rakyat membantu. Saya pribadi ingin membantu meskipun tidak secara tidak langsung karena partai yang dulu saya pimpin tidak di pemerintahan," ujar SBY.
    Kontan juga pernah memuat berita serupa dalam artikelnya yang berjudul "Ada ancaman krisis ekonomi, SBY: Jangan salahkan Presiden Jokowi". Dalam artikel tersebut, terdapat pula pernyataan SBY di bagian akhir berita, yang sama dengan yang dimuat oleh Kompas.com.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, judul artikel “Ancaman Krisis Ekonomi, SBY: Saya Ingin Membantu, Tapi Partai Saya Tidak Ada dalam Pemerintahan” sebagian benar. Judul ini memang berasal dari pernyataan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Namun, terdapat sedikit perbedaan dengan pernyataan asli SBY yang dilontarkan pada 11 Agustus 2020 itu, yakni "Saya pribadi ingin membantu meskipun tidak secara tidak langsung karena partai yang dulu saya pimpin tidak di pemerintahan”. Perubahan “karena” menjadi “tapi” menimbulkan kesalahan persepsi.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8500) Keliru, Tulisan yang Diklaim dari Anies tentang Beli Penghargaan dan Jabatan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 17/02/2021

    Berita


    Pesan berantai dengan judul "Ungkapan Hati Anies Baswedan" beredar di media sosial. Pesan itu diklaim ditulis sendiri oleh Gubernur DKI Jakarta tersebut. "Saya tidak pernah meminta apalagi membeli penghargaan, tapi mereka tau tentang kerja, tanggung jawab, dan ke ikhlasan saya, mereka yang memberikan penghargaan tersebut adalah orang jujur dalam menilai," demikian bunyi paragraf pertama pesan itu.
    Tulisan ini juga menyinggung soal Anies yang tidak pernah meminta atau mengharapkan sebuah jabatan. "Hutang kepada Allah adalah Ridho Nya untuk saya memangku jabatan, mereka yang nyinyir dan menilai negatif, syukuri aja anggap lah mereka saudara yang selalu mengingat kan kita."
    Pesan tersebut dilengkapi dengan foto Anies yang mengenakan jas yang tengah berbicara dalam sebuah forum. Di Facebook, pesan berantai itu dibagikan salah satunya oleh akun ini pada 12 Februari 2021. Di bagian akhir pesan tersebut, terdapat keterangan tambahan, "Copasss." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan seribu reaksi dan 230 komentar serta dibagikan 207 kali.
    Gambar tangkapan layar pesan berantai yang diklaim berasal dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. TGUPP Provinsi DKI Jakarta telah menyatakan pesan itu hoaks.

    Hasil Cek Fakta


    Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Provinsi DKI Jakarta telah membantah pesan berantai tersebut. Di situs Jala Hoaks (Jakarta Lawan Hoaks) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pada 15 Februari 2021, TGUPP menyatakan pesan berantai itu tidak benar.
    "Setelah dikonfirmasi, TGUPP Provinsi DKI Jakarta juga menyampaikan bahwa tulisan tersebut bukanlah tulisan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, dan mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati terhadap pesan hoaks yang semakin marak saat ini," demikian penjelasan di situs Jala Hoaks.
    Situs media Liputan6.com pun pernah memuat berita terkait pesan berantai yang diklaim berasal dari Anies Baswedan tersebut pada 16 Februari 2021. Menurut laporannya, Anies tidak pernah membuat tulisan semacam itu. "Tulisan tersebut dibuat oleh oknum yang tidak bertanggung jawab."
    Terkait foto yang digunakan untuk melengkapi pesan berantai itu, yakni foto Anies yang mengenakan jas yang tengah berbicara di sebuah forum, pernah dimuat oleh akun Facebook resmi Pemprov DKI Jakarta pada 30 Januari 2021. Foto itu diambil ketika Anies mengikuti Mayor's Forum.
    Menurut penjelasan Pemprov DKI Jakarta, forum yang digelar pada 25-26 Januari 2021 tersebut adalah bagian dari Climate Adaptation Summit 2021 (KTT Adaptasi Iklim) yang diselenggarakan oleh Belanda dan diikuti oleh lebih dari 50 negara.
    Anies bergabung dalam program 1000 Cities Adapt Now bersama para pemimpin dunia lainnya untuk berkolaborasi dalam percepatan adaptasi dampak perubahan iklim. Pemprov DKI Jakarta berupaya untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan ekologi di tingkat lokal.
    Penghargaan yang diterima Anies
    Dalam beberapa bulan terakhir, memang kerap diberitakan bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Pemprov DKI Jakarta menerima penghargaan. Yang terbaru, Anies masuk dalam jajaran "21 Heroes 2021" pilihan lembaga Transformative Urban Mobility Initiative (TUMI). TUMI merupakan lembaga nirlaba asal Jerman yang mendorong inisiatif kebijakan transportasi urban berkelanjutan di seluruh dunia.
    Dilansir dari CNN Indonesia, penghargaan "21 Heroes 2021" adalah hasil kajian TUMI untuk menghargai mereka yang berhasil melakukan terobosan terkait transportasi selama 2020, terutama di tengah pandemi Covid-19. Tak hanya Anies, deretan menteri transportasi di negara lain hingga pendiri Space X dan Tesla, Elon Musk, juga masuk dalam daftar 21 orang yang diberi penghargaan tersebut.
    Anies masuk deretan "21 Heroes 2021" TUMI karena keberhasilannya memperbaiki transportasi Jakarta di tengah pandemi Covid-19. Menurut TUMI, sejumlah pencapaian Anies adalah membuat jalur sepeda sepanjang 63 kilometer, meluncurkan bus listrik sebagai salah satu upaya mengurangi polusi udara, serta merenovasi stasiun KRL dan MRT untuk diintegrasikan dengan moda transportasi lain.
    Sebelumnya, pada awal 2021, seperti dilansir dari Kompas.com, Pemprov DKI Jakarta menerima Harmony Award 2020. Penghargaan itu diberikan oleh Kementerian Agama kepada mereka yang dianggap berhasil melakukan harmonisasi kehidupan beragama. Pada akhir 2020 pun, seperti dikutip dari Liputan6.com, Pemprov DKI Jakarta dan Anies meraih penghargaan Top Digital Awards.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, pesan berantai tentang membeli penghargaan dan jabatan yang diklaim ditulis oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu keliru. TGUPP Provinsi DKI Jakarta telah menyatakan bahwa pesan berantai tersebut hoaks. Tulisan itu bukan tulisan Anies, melainkan orang yang tidak bertanggung jawab.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8499) Keliru, Kisah Bocah yang Meninggal Karena Semut Masuk ke Otaknya Lewat Telinga

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 16/02/2021

    Berita


    Narasi bahwa ada seorang bocah yang meninggal karena semut masuk ke otaknya lewat telinga beredar di Facebook. Narasi itu terdapat dalam sebuah unggahan pada 13 Juni 2019, yang hingga kini masih terus mendapatkan interaksi. Narasi tersebut dilengkapi dengan dua foto berjenis makro yang memperlihatkan lubang telinga yang dimasuki semut.
    Dalam unggahan itu, tertulis bahwa semut bisa mencapai otak setelah masuk ke telinga. Semut-semut tersebut diklaim muncul setelah bocah itu tertidur dengan beberapa permen di mulutnya dan di samping tempat tidur. "Seorang anak kecil meninggal karena ahli bedah yang menembukan semut di otaknya! Ia menemukan sekelompok semut hidup di tengkoraknya."
    Gambar tangkapan layar sebuah unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru bahwa semut bisa masuk ke otak melalui telinga.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital dua foto yang melengkapi narasi itu denganreverse image tool Google. Hasilnya, ditemukan bahwa salah satu foto pernah dimuat oleh situs media Liputan6.com dalam artikelnya yang berjudul "Hiii... 'Ribuan' Semut Bersarang di Telinga Bocah Ini" pada 4 Februari 2016.
    Berita tersebut menjelaskan tentang ribuan semut yang ditemukan di telinga seorang bocah perempuan berusia 12 tahun di India. Shreya Darji, nama bocah perempuan itu, pertama kali datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit di gendang telinga pada Agustus 2015. Walaupun telah berupaya keras, dokter belum berhasil mengeluarkan semua semut di telinga bocah tersebut.
    Masalahnya, semut-semut itu berkembang biak di rongga telinga Shreya. Agar jumlah semut di dalam telinga Shreya tidak bertambah banyak, dokter pun memberikan obat tetes dan berharap perkembangbiakannya serangga itu bisa berhenti. "Kami telah melakukan scan pada anak ini. Hasilnya, semuanya normal," kata dokter bedah THT, Jawahar Talsania.
    Liputan6.com mengutip berita ini dari situs media asing, yakni Daily Mail dan Metro.co.uk. Namun, hingga akhir berita, tidak ditemukan penjelasan bahwa semut-semut itu telah menggerogoti otak Shreya dan menyebabkan bocah tersebut meninggal.
    Tempo pun membandingkan berita itu dengan berita dari media lain. Situs media Independent, yang mengutip Times of India, menjelaskan hal yang sama. Jawahar Talsania, dokter yang menangani kasus langka pada Shreya, mengatakan hasil tes seperti MRI dan CT scan tidak menunjukkan adanya kelainan. Telinga bocah itu tampak sehat.
    Kondisi kehidupan Shreya di rumahnya yang berada di distrik Banaskantha tidak dinyatakan sebagai penyebab masuknya semut-semut ke telinga bocah tersebut. "Keluarga menjalani kehidupan normal dan mereka memiliki lingkungan yang sehat sehingga kami bahkan tidak bisa menyalahkan kondisi kehidupan mereka," kata Jawahar. "Kami tak percaya semut-semut bertelur di dalam telinganya, karena kami tidak melihat ratu semut di sana. Kami benar-benar bingung."
    Narasi lama beredar kembali
    Situs organisasi cek fakta Amerika Serikat, Snopes, pernah memverifikasi narasi serupa yang beredar pada 1998. Narasi tersebut berbunyi:
    Insiden pertama: Seorang anak laki-laki meninggal setelah ahli bedah menemukan semut di otaknya! Rupanya bocah ini tertidur dengan beberapa permen di mulutnya atau dengan beberapa hal manis di sampingnya.
    Semut segera mendatanginya merangkak ke telinganya yang entah bagaimana berhasil masuk ke otaknya. Ketika dia bangun, dia tidak menyadari bahwa semut telah pergi ke kepalanya.
    Setelah itu, dia terus menerus mengeluhkan rasa gatal di sekitar wajahnya. Ibunya membawanya ke dokter, tetapi dokter tersebut tidak tahu apa yang salah dengan dirinya.
    Dia mengambil foto X-ray anak itu dan, dengan ngeri, ia menemukan sekelompok semut hidup di tengkoraknya. Karena semut masih hidup, dokter tidak dapat mengoperasinya karena semut terus bergerak. Anak laki-laki itu akhirnya meninggal.
    Insiden kedua: Insiden serupa lainnya terjadi di sebuah rumah sakit di Taiwan. Pria ini dirawat di rumah sakit dan terus-menerus diperingatkan oleh perawat untuk tidak meninggalkan bahan makanan di samping tempat tidurnya karena ada semut di sekitarnya.
    Dia tidak mengindahkan nasihat mereka. Semut akhirnya berhasil memasuki tubuhnya. Anggota keluarganya mengatakan bahwa pria itu terus-menerus mengeluh sakit kepala. Dia meninggal dan postmortem atau otopsi dilakukan padanya. Dokter menemukan sekelompok semut hidup di kepalanya.
    Snopes memberikan label keliru terhadap cerita tersebut. Menurut Snopes, terdapat sejumlah serangga yang mencari makan dengan menjadi parasit di jaringan hidup vertebrata. Meski tidak ada yang mencari manusia sebagai inang normal mereka, manusia kadang-kadang ditumpangi oleh parasit-parasit itu secara tidak sengaja.
    Biasanya, mereka masuk melalui luka atau selaput lendir dari lubang tubuh. Namun, Snopes tidak menemukan referensi tentang serangga parasit di telinga manusia. Hal ini tidak berarti kejadian tersebut tidak akan terjadi, namun infestasi semacam itu akan terbatas pada jaringan lunak di sekitar telinga bagian luar.
    Selain itu, serangga dan arthropoda lainnya memang berkeliaran di telinga manusia, tapi tidak untuk bertelur. Telinga manusia dapat menjadi perangkap yang efektif bagi makhluk kecil, yang akan mencoba mencari jalan keluar.
    Penjelasan dokter
    Dikutip dari situs kesehatan Alodokter, tidak benar bahwa serangga bisa masuk ke otak melalui telinga. Struktur telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar meliputi daun telinga, liang telinga luar, dan bagian luar dari gendang telinga. Serangga umumnya hanya bisa mencapai liang telinga luar.
    Hal ini tidak lepas dari peran kelenjar dan rambut-rambut kecil di liang telinga luar yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi benda asing, termasuk hewan-hewan kecil. Selain itu, antara telinga luar dan tengah dibatasi oleh gendang telinga serta antara telinga tengah dan dalam tertutup oleh koklea.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, narasi bahwa ada seorang bocah yang meninggal karena semut masuk ke otaknya, keliru. Narasi itu telah beredar setidaknya sejak 1998. Tidak benar bahwa serangga bisa masuk ke otak melalui telinga. Narasi tersebut pun tidak berkaitan dengan dua foto di atas. Foto itu terkait dengan kasus yang dialami Shreya Darji, bocah perempuan berusia 12 tahun asal India. Pada Agustus 2015, ribuan semut ditemukan di telinga Shreya. Namun, tidak ditemukan penjelasan bahwa semut-semut itu telah menggerogoti otak Shreya dan menyebabkan bocah tersebut meninggal.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan