• (GFD-2021-8500) Keliru, Tulisan yang Diklaim dari Anies tentang Beli Penghargaan dan Jabatan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 17/02/2021

    Berita


    Pesan berantai dengan judul "Ungkapan Hati Anies Baswedan" beredar di media sosial. Pesan itu diklaim ditulis sendiri oleh Gubernur DKI Jakarta tersebut. "Saya tidak pernah meminta apalagi membeli penghargaan, tapi mereka tau tentang kerja, tanggung jawab, dan ke ikhlasan saya, mereka yang memberikan penghargaan tersebut adalah orang jujur dalam menilai," demikian bunyi paragraf pertama pesan itu.
    Tulisan ini juga menyinggung soal Anies yang tidak pernah meminta atau mengharapkan sebuah jabatan. "Hutang kepada Allah adalah Ridho Nya untuk saya memangku jabatan, mereka yang nyinyir dan menilai negatif, syukuri aja anggap lah mereka saudara yang selalu mengingat kan kita."
    Pesan tersebut dilengkapi dengan foto Anies yang mengenakan jas yang tengah berbicara dalam sebuah forum. Di Facebook, pesan berantai itu dibagikan salah satunya oleh akun ini pada 12 Februari 2021. Di bagian akhir pesan tersebut, terdapat keterangan tambahan, "Copasss." Hingga artikel ini dimuat, unggahan itu telah mendapatkan seribu reaksi dan 230 komentar serta dibagikan 207 kali.
    Gambar tangkapan layar pesan berantai yang diklaim berasal dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. TGUPP Provinsi DKI Jakarta telah menyatakan pesan itu hoaks.

    Hasil Cek Fakta


    Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Provinsi DKI Jakarta telah membantah pesan berantai tersebut. Di situs Jala Hoaks (Jakarta Lawan Hoaks) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pada 15 Februari 2021, TGUPP menyatakan pesan berantai itu tidak benar.
    "Setelah dikonfirmasi, TGUPP Provinsi DKI Jakarta juga menyampaikan bahwa tulisan tersebut bukanlah tulisan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, dan mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati terhadap pesan hoaks yang semakin marak saat ini," demikian penjelasan di situs Jala Hoaks.
    Situs media Liputan6.com pun pernah memuat berita terkait pesan berantai yang diklaim berasal dari Anies Baswedan tersebut pada 16 Februari 2021. Menurut laporannya, Anies tidak pernah membuat tulisan semacam itu. "Tulisan tersebut dibuat oleh oknum yang tidak bertanggung jawab."
    Terkait foto yang digunakan untuk melengkapi pesan berantai itu, yakni foto Anies yang mengenakan jas yang tengah berbicara di sebuah forum, pernah dimuat oleh akun Facebook resmi Pemprov DKI Jakarta pada 30 Januari 2021. Foto itu diambil ketika Anies mengikuti Mayor's Forum.
    Menurut penjelasan Pemprov DKI Jakarta, forum yang digelar pada 25-26 Januari 2021 tersebut adalah bagian dari Climate Adaptation Summit 2021 (KTT Adaptasi Iklim) yang diselenggarakan oleh Belanda dan diikuti oleh lebih dari 50 negara.
    Anies bergabung dalam program 1000 Cities Adapt Now bersama para pemimpin dunia lainnya untuk berkolaborasi dalam percepatan adaptasi dampak perubahan iklim. Pemprov DKI Jakarta berupaya untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan ekologi di tingkat lokal.
    Penghargaan yang diterima Anies
    Dalam beberapa bulan terakhir, memang kerap diberitakan bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Pemprov DKI Jakarta menerima penghargaan. Yang terbaru, Anies masuk dalam jajaran "21 Heroes 2021" pilihan lembaga Transformative Urban Mobility Initiative (TUMI). TUMI merupakan lembaga nirlaba asal Jerman yang mendorong inisiatif kebijakan transportasi urban berkelanjutan di seluruh dunia.
    Dilansir dari CNN Indonesia, penghargaan "21 Heroes 2021" adalah hasil kajian TUMI untuk menghargai mereka yang berhasil melakukan terobosan terkait transportasi selama 2020, terutama di tengah pandemi Covid-19. Tak hanya Anies, deretan menteri transportasi di negara lain hingga pendiri Space X dan Tesla, Elon Musk, juga masuk dalam daftar 21 orang yang diberi penghargaan tersebut.
    Anies masuk deretan "21 Heroes 2021" TUMI karena keberhasilannya memperbaiki transportasi Jakarta di tengah pandemi Covid-19. Menurut TUMI, sejumlah pencapaian Anies adalah membuat jalur sepeda sepanjang 63 kilometer, meluncurkan bus listrik sebagai salah satu upaya mengurangi polusi udara, serta merenovasi stasiun KRL dan MRT untuk diintegrasikan dengan moda transportasi lain.
    Sebelumnya, pada awal 2021, seperti dilansir dari Kompas.com, Pemprov DKI Jakarta menerima Harmony Award 2020. Penghargaan itu diberikan oleh Kementerian Agama kepada mereka yang dianggap berhasil melakukan harmonisasi kehidupan beragama. Pada akhir 2020 pun, seperti dikutip dari Liputan6.com, Pemprov DKI Jakarta dan Anies meraih penghargaan Top Digital Awards.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, pesan berantai tentang membeli penghargaan dan jabatan yang diklaim ditulis oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu keliru. TGUPP Provinsi DKI Jakarta telah menyatakan bahwa pesan berantai tersebut hoaks. Tulisan itu bukan tulisan Anies, melainkan orang yang tidak bertanggung jawab.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8499) Keliru, Kisah Bocah yang Meninggal Karena Semut Masuk ke Otaknya Lewat Telinga

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 16/02/2021

    Berita


    Narasi bahwa ada seorang bocah yang meninggal karena semut masuk ke otaknya lewat telinga beredar di Facebook. Narasi itu terdapat dalam sebuah unggahan pada 13 Juni 2019, yang hingga kini masih terus mendapatkan interaksi. Narasi tersebut dilengkapi dengan dua foto berjenis makro yang memperlihatkan lubang telinga yang dimasuki semut.
    Dalam unggahan itu, tertulis bahwa semut bisa mencapai otak setelah masuk ke telinga. Semut-semut tersebut diklaim muncul setelah bocah itu tertidur dengan beberapa permen di mulutnya dan di samping tempat tidur. "Seorang anak kecil meninggal karena ahli bedah yang menembukan semut di otaknya! Ia menemukan sekelompok semut hidup di tengkoraknya."
    Gambar tangkapan layar sebuah unggahan di Facebook yang berisi klaim keliru bahwa semut bisa masuk ke otak melalui telinga.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri jejak digital dua foto yang melengkapi narasi itu denganreverse image tool Google. Hasilnya, ditemukan bahwa salah satu foto pernah dimuat oleh situs media Liputan6.com dalam artikelnya yang berjudul "Hiii... 'Ribuan' Semut Bersarang di Telinga Bocah Ini" pada 4 Februari 2016.
    Berita tersebut menjelaskan tentang ribuan semut yang ditemukan di telinga seorang bocah perempuan berusia 12 tahun di India. Shreya Darji, nama bocah perempuan itu, pertama kali datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit di gendang telinga pada Agustus 2015. Walaupun telah berupaya keras, dokter belum berhasil mengeluarkan semua semut di telinga bocah tersebut.
    Masalahnya, semut-semut itu berkembang biak di rongga telinga Shreya. Agar jumlah semut di dalam telinga Shreya tidak bertambah banyak, dokter pun memberikan obat tetes dan berharap perkembangbiakannya serangga itu bisa berhenti. "Kami telah melakukan scan pada anak ini. Hasilnya, semuanya normal," kata dokter bedah THT, Jawahar Talsania.
    Liputan6.com mengutip berita ini dari situs media asing, yakni Daily Mail dan Metro.co.uk. Namun, hingga akhir berita, tidak ditemukan penjelasan bahwa semut-semut itu telah menggerogoti otak Shreya dan menyebabkan bocah tersebut meninggal.
    Tempo pun membandingkan berita itu dengan berita dari media lain. Situs media Independent, yang mengutip Times of India, menjelaskan hal yang sama. Jawahar Talsania, dokter yang menangani kasus langka pada Shreya, mengatakan hasil tes seperti MRI dan CT scan tidak menunjukkan adanya kelainan. Telinga bocah itu tampak sehat.
    Kondisi kehidupan Shreya di rumahnya yang berada di distrik Banaskantha tidak dinyatakan sebagai penyebab masuknya semut-semut ke telinga bocah tersebut. "Keluarga menjalani kehidupan normal dan mereka memiliki lingkungan yang sehat sehingga kami bahkan tidak bisa menyalahkan kondisi kehidupan mereka," kata Jawahar. "Kami tak percaya semut-semut bertelur di dalam telinganya, karena kami tidak melihat ratu semut di sana. Kami benar-benar bingung."
    Narasi lama beredar kembali
    Situs organisasi cek fakta Amerika Serikat, Snopes, pernah memverifikasi narasi serupa yang beredar pada 1998. Narasi tersebut berbunyi:
    Insiden pertama: Seorang anak laki-laki meninggal setelah ahli bedah menemukan semut di otaknya! Rupanya bocah ini tertidur dengan beberapa permen di mulutnya atau dengan beberapa hal manis di sampingnya.
    Semut segera mendatanginya merangkak ke telinganya yang entah bagaimana berhasil masuk ke otaknya. Ketika dia bangun, dia tidak menyadari bahwa semut telah pergi ke kepalanya.
    Setelah itu, dia terus menerus mengeluhkan rasa gatal di sekitar wajahnya. Ibunya membawanya ke dokter, tetapi dokter tersebut tidak tahu apa yang salah dengan dirinya.
    Dia mengambil foto X-ray anak itu dan, dengan ngeri, ia menemukan sekelompok semut hidup di tengkoraknya. Karena semut masih hidup, dokter tidak dapat mengoperasinya karena semut terus bergerak. Anak laki-laki itu akhirnya meninggal.
    Insiden kedua: Insiden serupa lainnya terjadi di sebuah rumah sakit di Taiwan. Pria ini dirawat di rumah sakit dan terus-menerus diperingatkan oleh perawat untuk tidak meninggalkan bahan makanan di samping tempat tidurnya karena ada semut di sekitarnya.
    Dia tidak mengindahkan nasihat mereka. Semut akhirnya berhasil memasuki tubuhnya. Anggota keluarganya mengatakan bahwa pria itu terus-menerus mengeluh sakit kepala. Dia meninggal dan postmortem atau otopsi dilakukan padanya. Dokter menemukan sekelompok semut hidup di kepalanya.
    Snopes memberikan label keliru terhadap cerita tersebut. Menurut Snopes, terdapat sejumlah serangga yang mencari makan dengan menjadi parasit di jaringan hidup vertebrata. Meski tidak ada yang mencari manusia sebagai inang normal mereka, manusia kadang-kadang ditumpangi oleh parasit-parasit itu secara tidak sengaja.
    Biasanya, mereka masuk melalui luka atau selaput lendir dari lubang tubuh. Namun, Snopes tidak menemukan referensi tentang serangga parasit di telinga manusia. Hal ini tidak berarti kejadian tersebut tidak akan terjadi, namun infestasi semacam itu akan terbatas pada jaringan lunak di sekitar telinga bagian luar.
    Selain itu, serangga dan arthropoda lainnya memang berkeliaran di telinga manusia, tapi tidak untuk bertelur. Telinga manusia dapat menjadi perangkap yang efektif bagi makhluk kecil, yang akan mencoba mencari jalan keluar.
    Penjelasan dokter
    Dikutip dari situs kesehatan Alodokter, tidak benar bahwa serangga bisa masuk ke otak melalui telinga. Struktur telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar meliputi daun telinga, liang telinga luar, dan bagian luar dari gendang telinga. Serangga umumnya hanya bisa mencapai liang telinga luar.
    Hal ini tidak lepas dari peran kelenjar dan rambut-rambut kecil di liang telinga luar yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi benda asing, termasuk hewan-hewan kecil. Selain itu, antara telinga luar dan tengah dibatasi oleh gendang telinga serta antara telinga tengah dan dalam tertutup oleh koklea.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, narasi bahwa ada seorang bocah yang meninggal karena semut masuk ke otaknya, keliru. Narasi itu telah beredar setidaknya sejak 1998. Tidak benar bahwa serangga bisa masuk ke otak melalui telinga. Narasi tersebut pun tidak berkaitan dengan dua foto di atas. Foto itu terkait dengan kasus yang dialami Shreya Darji, bocah perempuan berusia 12 tahun asal India. Pada Agustus 2015, ribuan semut ditemukan di telinga Shreya. Namun, tidak ditemukan penjelasan bahwa semut-semut itu telah menggerogoti otak Shreya dan menyebabkan bocah tersebut meninggal.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8498) Sesat, Klaim Video Tsunami Ini Terkait Gempa Jepang pada Februari 2021

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 16/02/2021

    Berita


    Video amatir yang merekam peristiwa tsunami yang terjadi di sebuah wilayah pesisir pantai beredar di media sosial pada 14 Februari 2021. Video tersebut berisi teks yang mengaitkan tsunami itu dengan gempa Jepang bermagnitudo 8,9. Sebelumnya, memang terjadi gempa di Jepang pada 13 Februari 2021.
    "Magnitude 8.9 Earthquake in Japan," demikian teks yang tertulis dalam video yang dibagikan oleh sebuah akun TikTok tersebut. Di Facebook, video itu juga diunggah oleh akun ini dengan narasi, "Tsunami Jepang." Di kolom komentar, terdapat informasi bahwa peristiwa itu terjadi pada 14 Februari 2021.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang menyesatkan terkait gempa Jepang pada Februari 2021.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Lalu, gambar-gambar ini ditelusuri denganreverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan bahwa video itu adalah video lama, yang direkam pada Maret 2011, ketika tsunami melanda wilayah Tohoku, Jepang, setelah terjadi gempa dengan magnitudo 8,9.
    Video tersebut pernah diunggah oleh kanal YouTube John9612 pada 30 April 2011 dengan judul "New Tsunami Video: Onagawa engulfed by high water - Japan Earthquake 2011". Dalam keterangannya, tertulis bahwa video itu diambil oleh warga bernama Yoshinori Hara pada 11 Maret 2011 dari atas gedung yang berada di pelabuhan Onagawa, Prefektur Miyagi. Prefektur Miyagi merupakan salah satu perfektur yang berada di wilayah Tohoku.
    Tempo kemudian menelusuri perekam video itu, yakni Yoshinori Hara. Pria tersebut juga pernah mengunggah video di atas di kanal YouTube miliknya. Video itu baru diunggah pada 3 Oktober 2016. Kanal Yoshinori sendiri baru dibuat pada 2012. Video tersebut diberi judul "Onagawa Tsunami 311". Dalam keterangannya, Yoshinori menulis bahwa video itu diambil pada 11 Maret 2011 ketika tsunami menerjang Onagawa.
    Di kanal YouTube-nya, Yoshinori juga membuatplaylist yang diberi nama "Favorites". Playlist ini berisi sejumlah video yang memperlihatkan peristiwa tsunami. Salah satu video dalamplaylistitu adalah video yang diunggah oleh kanal YouTube John9612, yang merupakan video milik Yoshinori.
    Dilansir dari Britannica, gempa dan tsunami yang terjadi di Jepang pada 11 Maret 2011 itu kerap disebut sebagai "Great Sendai Earthquake" atau "Great Tohoku Earthquake". Peristiwa ini bermula ketika gempa terjadi di lepas pantai timur laut Pulau Honshu. Gempa tersebut memicu tsunami yang menghancurkan sejumlah wilayah Jepang, terutama Tohoku. Tsunami juga menyebabkan kecelakaan nuklir pada pembangkit listrik di sepanjang pantai.
    Gempa dengan magnitudo 8,9 terjadi pada pukul 14.46 waktu setempat. Pusat gempa terletak sekitar 130 kilometer di timur Kota Sendai, Prefektur Miyagi, dan berada di kedalaman sekitar 30 kilometer di bawah Samudera Pasifik bagian barat. Gempa ini disebabkan oleh pecahnya hamparan zona subduksi yang terkait dengan Palung Jepang, yang memisahkan Lempeng Eurasia dari bagian subduksi Lempeng Pasifik.
    Gempa pada 11 Maret 2011 itu juga dirasakan sampai ke Petropavlovsk-Kamchatsky, Rusia; Kao-hi, Taiwan; dan Beijing, Cina. Gempa tersebut pun menimbulkan serangkaian gelombang tsunami. Gelombang setinggi sekitar 33 kaki menerjang pantai dan membanjiri Kota Sendai. Menurut beberapa laporan, sebuah gelombang masuk ke daratan hingga sejauh 10 kilometer. Gempa ini juga menghasilkan gelombang setinggi 11-12 kaki di Kepulauan Hawaii.
    Gempa Jepang 13 Februari 2021
    Pada 13 Februari 2021, memang terjadi gempa Jepang dengan magnitudo 7,3. Gempa tersebut mengguncang pantai timur Jepang. Namun, berdasarkan arsip berita Tempo, yang mengutip Reuters, Badan Meteorologi Jepang tidak mengumumkan adanya potensi tsunami.
    Peristiwa itu melukai puluhan orang dan memicu pemadaman listrik. Namun, tidak terjadi kerusakan besar akibat gempa tersebut. Badan Meteorologi Jepang mencatat pusat gempa berada di lepas pantai prefektur Fukushima dengan kedalaman 60 kilometer.
    Dilansir dari Kompas.com, Kepala Badan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa Jepang pada 13 Februari tersebut mendapat julukan "gempa ulang tahun ke-10". Julukan itu muncul karena gempa yang dahsyat pernah terjadi di lokasi yang tak jauh dari Fukushima pada 11 Maret 2011.
    Menurut Daryono, meskipun berpusat di laut, gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami, karena kedalaman hiposenternya mendekatiintermediateatau menengah, yakni sekitar 54 kilometer. "Karena magnitudo gempa yang cukup besar dengan hiposenter yang relatif dalam menyebabkan spektrum guncangan kuat yang ditimbulkan melanda wilayah yang luas mencapai Kota Tokyo," katanya.
    Daryono juga menyebut bahwa gempa Fukushima ini masih merupakan rangkaian gempa susulan atauaftershocksdari gempa utama yang terjadi pada 11 Maret 2011. "Gempa Jepang ini ibarat menuntaskan urusan yang belum selesai secara keseluruhan saat peristiwa gempa besar pada 2011," ujarnya.
    Menurut Daryono, setelah terjadi deformasi yang hebat di zonamegathrustpada 2011, bagian slab lempeng yang menunjam lebih dalam kemungkinan masih menyimpan medan tegangan yang terakumulasi. "Medan tegangan itu belum rilis, sehingga baru dilepaskan dalam bentuk gempa besar tadi malam," tuturnya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, unggahan pada 14 Februari 2021 tersebut, yang berisi video gempa Jepang dengan magnitudo 8,9 yang disertai tsunami, menyesatkan. Video itu adalah video lama, yang direkam pada 11 Maret 2011, ketika tsunami melanda wilayah Tohoku, Jepang, setelah terjadi gempa dengan magnitudo 8,9. Peristiwa ini kerap disebut "Great Sendai Earthquake" atau "Great Tohoku Earthquake".
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2021-8497) Sesat, Klaim WHO Sebut Virus Corona Berasal dari Kepala Babi dan Bukan Kelelawar

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/02/2021

    Berita


    Narasi yang menyebut bahwa Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengklaim virus Corona Covid-19 bukan berasal dari kelelawar tapi dari kepala babi beredar di Facebook pada 14 Februari 2021. Narasi itu terdapat dalam sebuah gambar yang memuat teks "Bukan Kelelawar, WHO Klaim Virus Corona Berasal dari Kepala Babi”.
    Gambar tersebut dilengkapi dengan sebuah berita. Salah satu akun menulis narasi tambahan, “Waduh, jik min hampir tiap hari makan babi guling, tp msh sehat ampe skrg.” Klaim ini beredar setelah WHO mengunjungi Wuhan, Cina, selama satu bulan untuk menyelidiki asal-usul virus Corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2.
    Gambar tangkapan layar unggahan di Facebook yang berisi klaim yang tidak terbukti terkait asal-usul virus Corona Covid-19.

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, hingga artikel ini dimuat, WHO belum memberikan kesimpulan akhir dalam penyelidikannya tentang asal-usul munculnya virus Corona Covid-19, termasuk dari kepala babi beku.
    Pada 14 Januari-Februari 2021, tim WHO yang melibatkan peneliti dari 10 negara mengunjungi Wuhan, Cina, tempat ditemukannya kasus pertama Covid-19 pada akhir Desember 2019.
    Setelah menyelesaikan misinya, tim WHO yang dipimpin oleh Peter Ben Embarek itu menggelar konferensi pers pada 9 Februari 2021. Video konferensi pers tersebut disiarkan di kanal YouTube WHO dengan judul "LIVE from Wuhan: Media briefing on COVID-19 origin mission".
    Dalam konferensi pers ini, WHO menyampaikan beberapa pernyataan, yakni:
    Tempo kemudian membandingkan pernyataan itu dengan informasi yang dimuat dalam pemberitaan media. Dikutip dari Time, ketua tim penyelidikan WHO Peter Ben Embarek mengatakan bahwa temuan awal menunjukkan jalur yang paling mungkin dilewati oleh virus itu adalah dari kelelawar ke hewan lain dan kemudian ke manusia.
    Namun, hal tersebut masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. “Temuan ini menunjukkan hipotesis insiden laboratorium sangat tidak mungkin untuk menjelaskan masuknya virus ke populasi manusia,” katanya.
    Misi WHO itu dimaksudkan sebagai langkah awal dalam proses memahami asal-usul virus Corona Covid-19, yang menurut para ilmuwan mungkin telah ditularkan ke manusia melalui hewan liar, seperti trenggiling atau tikus bambu. Menurut Embarek, penularan langsung dari kelelawar ke manusia atau melalui perdagangan produk makanan beku juga dimungkinkan.
    Kunjungan tim WHO ke Wuhan tersebut membutuhkan waktu berbulan-bulan dalam hal negosiasi. Pemerintah Cina baru menyetujui kunjungan itu di tengah tekanan dunia internasional dalam pertemuan Majelis Kesehatan Dunia WHO pada Mei 2020 lalu, di mana Beijing terus menolak desakan untuk penyelidikan yang sangat independen.
    Dikutip dari situs sains Nature, tim WHO tersebut mengajukan dua hipotesis, yang dipromosikan oleh pemerintah dan media Cina, bahwa asal-usul virus Corona Covid-19 mungkin berasal dari hewan di luar Tiongkok dan bahwa, begitu menjangkiti manusia, virus ini dapat menyebar melalui satwa liar beku dan barang kemasan dingin lainnya.
    Klaim soal kepala babi
    Klaim bahwa virus Corona Covid-19 berasal dari kepala babi muncul setelah otoritas kesehatan Cina menyatakan menemukan SARS-CoV-2 di makanan beku impor. Mereka pun mengaitkan munculnya Covid-19 di negara itu dengan kepala babi serta makanan laut.
    Dikutip dari South China Morning Post  (SCMP), beberapa ilmuwan top Cina juga menduga Sars-CoV-2 mungkin tiba di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, lokasi wabah pertama yang diketahui di dunia, melalui impor makanan beku atau yang disebut sebagai transmisi rantai dingin.
    “SARS-CoV-2 dapat bertahan dalam kondisi yang ditemukan dalam makanan beku, kemasan dan produk rantai dingin,” kata Liang Wannian, pejabat Komisi Kesehatan Nasional Cina yang menjadi wakil Tiongkok dalam misi WHO di Wuhan. Ia juga menyebut virus itu mungkin telah menyebabkan infeksi di luar negeri sebelum terjadinya wabah di Wuhan, tapi tidak teridentifikasi.
    Sebelumnya, pada November 2020, seperti dikutip dari Reuters, Cina mencatat 22 kasus baru Covid-19, di mana dua di antaranya terjangkit virus tersebut dari kepala babi beku yang diimpor dari Amerika Utara. Ini terlacak ke sebuah kontainer dari Amerika Utara, yang dibersihkan oleh kedua pria yang terinfeksi itu.
    Akan tetapi, teori transmisi rantai dingin ini masih diragukan oleh sejumlah ahli, salah satunya Daniel Lucey, spesialis penyakit menular di Georgetown University Medical Center. Dia mengatakan rute makanan beku tidak tampak seperti "penjelasan yang sah" dan masih memerlukan studi perbandingan.
    “Kenapa Wuhan dulu? Dari semua pasar makanan laut di Cina, Asia, dan seluruh dunia, bagaimana kemasan rantai dingin akhirnya menyebabkan wabah pertama kali di Wuhan?" kata Lucey seperti dikutip dari SCMP.
    Dale Fisher, dokter penyakit menular di National University of Singapore, mengatakan "masuk akal" bagi tim WHO untuk mempertimbangkan teori tersebut. “Namun, teori rantai dingin benar-benar muncul pada gagasan bahwa ada wabah yang terjadi di pabrik pengolahan daging di negara lain. Tapi sangat tidak mungkin ada penyebaran penyakit yang meluas terjadi sebelum Wuhan," katanya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, narasi bahwa WHO mengklaim virus Corona Covid-19 bukan berasal dari kelelawar tapi dari kepala babi, menyesatkan. Hingga artikel ini dimuat, WHO belum memaparkan kesimpulan akhirnya tentang asal-usul virus Corona Covid-19. Dalam konferensi persnya pada 9 Februari 2021, WHO menawarkan dua hipotesis, bahwa virus Corona Covid-19 bisa saja berasal dari hewan di luar Wuhan dan bahwa, begitu menjangkiti manusia, ia dapat menyebar lewat satwa liar beku atau barang kemasan dingin lainnya, yang dikenal dengan transmisi rantai dingin. Namun, WHO tidak secara spesifik menyebut kepala babi terkait dengan transmisi tersebut. Narasi bahwa virus Corona Covid-19 berasal dari kepala babi muncul setelah ditemukannya virus tersebut pada kepala babi beku dari Amerika Utara pada November 2020. Namun, dugaan itu masih diselidiki hingga kini.
    TIM CEK FAKTA TEMPO
    Anda punya data/informasi berbeda, krit

    Rujukan