• (GFD-2021-8761) Keliru, Klaim Wanita Melahirkan 18 Bayi Kembar

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 15/09/2021

    Berita


    Pesan berantai yang menunjukan video wanita tampak bergaya mengambil swafoto di depan cermin dengan perut membengkak ekstrem diklaim sebagai wanita yang melahirkan 18 bayi kembar sekaligus beredar di aplikasi pengiriman pesan. 
    Dalam video yang berdurasi 2.21 menit itu, terlihat beberapa menunjukkan seorang wanita berambut pirang hamil sedang berswafoto didepan cermin dan kemudian dilanjutkan dengan bagian tenaga kesehatan yang sedang bekerja melakukan operasi caesar membantu proses persalinannya. Operasi caesar sendiri adalah proses melahirkan bayi yang dilakukan dengan cara menyayat bagian perut hingga rahim ibu. Pada akhir video terlihat seorang pria duduk di sofa dikelilingi bayi.
    Lantas benarkan wanita ini melahirkan 18 bayi kembar sekaligus?
    Tangkapan layar unggahan dengan klaim seorang perempuan melahirkan 18 bayi kembar

    Hasil Cek Fakta


    Untuk membuktikan klaim di atas, Cek Fakta Tempo mula-mula menelusuri foto wanita hamil yang berswafoto tersebut dengan menggunakan tools seperti reverse image tools Google, TinEye Reverse Image Search dan Yandex. Hasilnya, wanita tersebut diketahui merupakan Catherine Bridge dari Amerika Serikat.Foto dalam video yang beredar itu sebelumnya ditemukan di postingan jejaring sosial online artis pada 21 Agustus 2015 dan gambar pada bagian video itu telah dimanipulasi secara digital. 
    Dikutip dari Cek Fakta AFP, pemberitaan serupa terkait Catherine Bridge yang melahirkan belasan bayi sekaligus ini pertama kali terbit di sebuah situs web satir World Daily News Report pada Februari 2014. Situs ini menulis berita dengan judul berita “USA: MOTHER GIVES BIRTH TO 17 BABIES AT ONCE!”
     Paragraf pengantar artikel satir tentang wanita yang melahirkan 17 bayi sekaligus menyatakan sebagian: “Seorang wanita Amerika telah benar-benar menghancurkan Rekor Dunia sebelumnya untuk kelahiran bayi terbanyak dalam kehamilan tunggal dengan melahirkan tujuh belas bayi selama 29 jam akhir pekan lalu di Indianapolis Memorial Hospital."
    Menurut artikel ini, Catherine Bridges dan suaminya telah berusaha untuk memiliki anak selama bertahun-tahun. Akhirnya memutuskan mengikiuti program medis di sebuah klinik kesuburan di Rhodes Island, tahun lalu.
    Meski demikian situs web ini menyertakan halaman penafian ini dengan mencatat bahwa artikel mereka bersifat 'satir dan fiksi'. 
    Menurut laporan Rappler, hingga saat ini rekor dunia wanita melahirkan anak terbanyak dipegang Nadya Suleman, yang melahirkan 8 bayi pada 26 Januari 2009. Suleman sendiri dikenal sebagai "Octomom" mengandung 6 anak laki-laki dan dua perempuan melalui fertilisasi in vitro.
    Sebelum Suleman, pemegang rekor untuk kategori tersebut adalah Nkem Chukwu, yang melahirkan anak kembar delapan pada tahun 1998. Anak kembar delapan Suleman melampaui tingkat kelangsungan hidup anak kembar delapan Chukwu, itulah sebabnya mereka memecahkan rekor sebelumnya.
    Sementara berdasarkan hasil pencarian gambar dengan menggunakan Google, pria yang duduk di sofa dikelilingi banyak bayi diketahui sebagai Robert Biter, seorang dokter kandungan dan ginekolog. Fotonya pertama kali digunakan untuk sebuah artikel di HuffPost. 

    Kesimpulan


    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta Tempo, video wanita yang ber-swafoto di depan cermin dengan perut membengkak ekstrem diklaim sebagai wanita yang melahirkan 18 bayi kembar sekaligus adalah keliru. Hasil penelusuran foto tersebut diketahui merupakan foto lawas yang sebelumnya ditemukan di postingan jejaring sosial online artis pada 21 Agustus 2015. Foto dalam video tersebut telah dimanipulasi secara digital.
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8760) Benar, Eropa Tambahkan Gangguan Saraf Langka Dalam Daftar Efek Samping Vaksin AstraZeneca

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/09/2021

    Berita


    Sebuah unggahan berisi klaim bahwa vaksin AstraZeneca memiliki efek samping baru beredar di media sosial. Unggahan tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Otoritas Obat Eropa telah menambahkan daftar baru efek samping vaksin Astrazeneca yaitu Guillain Barre Syndrome atau gangguan kerusakan saraf langka.
    Di Instagram, unggahan tersebut dibagikan akun ini pada 11 September 2021. berikut narasi lengkapnya:
    “Eropa telah menambahkan daftar efek samping penggunaan vaksin AstraZeneca. Efek sampingnya adalah gangguan kerusakan saraf langka yaitu guillain barre syndrome (GBS). Berikut ini selengkapnya! Otoritas obat Eropa (EMA) menyebut ada hubungan kausal antara GBS dan suntikan vaksin AstraZeneca. Disebutkan bahwa sudah ada 833 kasus sindrom langka guillain barre syndrome dari 592 juta dosis vaksin AstraZeneca yang diberikan di seluruh dunia berdasarkan data 31 Juli 2021. Walau begitu, EMA sendiri mengklaim bahwa kasus GBS ini sebagai efek yang sangat jarang. Ini artinya manfaat vaksin itu sendiri lebih besar ketimbang efek sampingnya yang memang sangat jarang terjadi. Tak hanya EMA, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) juga mengatakan hal yang sama bisa terjadi jika menggunakan vaksin Johnson & Johnson. Pasalnya kedua vaksin tersebut memiliki teknologi yang sama yaitu vektor virus yang belakangan dikaitkan dengan efek samping pembekuan darah langka. Walau begitu, EMA dan juga FDA tetap mengklaim bahwa penggunaan vaksin lebih baik dan lebih banyak manfaatnya ketimbang tidak vaksin sama sekali.”
    Dalam unggahan tersebut juga terdapat teks yang menyebutkan bahwa efek samping baru vaksin Astrazeneca. Eropa telah menambahkan daftar efek samping penggunaan vaksin AstraZeneca. Efek sampingnya adalah gangguan kerusakan saraf langka yaitu Guillain Barre Syndrome (GBS).
    Apa benar Eropa telah menambahkan Gangguan Saraf Langka dalam daftar efek samping Vaksin AstraZeneca?
    Tangkapan layar unggahan dengan klaim gangguan saraf langka masuk dalam daftar efek samping Vaksin AstraZeneca

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula menelusuri pemberitaan terkait melalui sejumlah media kredibel dengan menggunakan kata kunci “Efek samping baru vaksin AstraZeneca,” pada mesin pencari Google. Hasilnya, regulator obat-obatan Eropa (EMA) telah menambahkan gangguan kerusakan saraf yang sangat langka, sindrom Guillain-Barré, sebagai kemungkinan efek samping dari vaksin COVID-19 AstraZeneca.
    Dilansir dari situs World Health Organisation ( WHO ), pada 13 dan 20 Juli 2021, subkomite COVID-19 dari Komite Penasihat Global WHO untuk Keamanan Vaksin (GACVS) bertemu secara virtual untuk membahas laporan langka Sindrom Guillain-Barré (GBS) setelah vaksinasi dengan vaksin Janssen dan AstraZeneca COVID-19. Kedua vaksin menggunakan platform adenovirus sebagai tulang punggungnya.
    Untuk Vaxzevria (vaksin AstraZeneca COVID-19 yang diproduksi di Eropa, Pharmacovigilance Risk Assessment Committee (PRAC) dan Badan Obat Eropa (EMA) mengeluarkan pernyataan pada 9 Juli yang merekomendasikan penambahan peringatan untuk meningkatkan kesadaran akan GBS setelah vaksinasi, meskipun mereka tidak dapat mengkonfirmasi atau mengesampingkan hubungan dengan vaksin.
    Dilansir dari situs Ema, informasi produk akan diperbarui dengan sindrom Guillain-Barré (GBS) sebagai efek samping dari Vaxzevria. Nyeri pada kaki dan lengan atau perut dan gejala seperti influenza juga telah dimasukkan dalam informasi produk sebagai efek samping.
    “Peringatan untuk meningkatkan kesadaran akan kasus sindrom Guillain-Barré (GBS) yang dilaporkan setelah vaksinasi disertakan dalam informasi produk Vaxzevria setelah PRAC pada Juli 2021,” dilansir dari Ema 22 Juli 2021.
    GBS adalah peradangan saraf yang serius, yang dapat menyebabkan hilangnya perasaan dan gerakan sementara (kelumpuhan) dan kesulitan bernapas.
    PRAC terus memantau GBS dan pada September 2021 menilai data tambahan yang diminta dari pemegang izin edar dan hasil dari tinjauan literatur ilmiah. Sebanyak 833 kasus GBS telah dilaporkan dengan Vaxzevria di seluruh dunia pada 31 Juli 2021, sementara sekitar 592 juta dosis Vaxzevria telah diberikan kepada orang-orang di seluruh dunia pada 25 Juli 2021.
    Dilansir dari Reuters, regulator obat-obatan Eropa (EMA) telah menambahkan gangguan kerusakan saraf yang sangat langka, sindrom Guillain-Barré, sebagai kemungkinan efek samping dari vaksin COVID-19 AstraZeneca.
    Badan Obat Eropa mengatakan hubungan kausal antara GBS dan suntikan AstraZeneca, yang dikenal sebagai Vaxzevria, disebut sebagai “kemungkinan yang masuk akal" setelah 833 kasus GBS dilaporkan dari 592 juta dosis vaksin yang diberikan di seluruh dunia pada 31 Juli.
    EMA mengkategorikan efek samping sebagai "sangat jarang", frekuensi terendah dari kategori efek samping yang dimilikinya, dan telah menekankan bahwa manfaat dari suntikan lebih besar daripada risikonya.
    Badan Pengawas Obat dan Makanan AS telah menambahkan peringatan tentang sindrom Guillain-Barré sebagai kemungkinan efek samping dari suntikan Johnson & Johnson (JNJ.N). Kedua vaksin menggunakan teknologi vektor virus, dan juga telah dikaitkan dengan pembekuan darah yang langka.
    EMA juga menandai beberapa efek samping lain yang tidak terlalu parah pada vaksin dari Johnson & Johnson (JNJ.N), Moderna serta suntikan AstraZeneca.
    Sindrom Sindrom Guillain-Barre bukan hal baru di dunia medis. Sejak satu abad lalu, sindrom Guillain Barré kerap dikaitkan dengan infeksi virus atau bakteri. Namun ini adalah penyakit autoimun yang tergolong langka.
    "Benar (ini penyakit langka)," ungkap dokter kepala divisi saraf tepi RS PON Aldy Novriansyah kepada CNNIndonesia.com.
    Sindrom Guillain-Barre adalah kelainan langka di mana sistem kekebalan tubuh menyerang saraf. Sistem imunitas tubuh berbalik menyerang saraf dan mengakibatkan kelumpuhan. Kelemahan dan kesemutan pada bagian ekstremitas biasanya merupakan gejala pertama.
    "(GBS) Itu suatu peradangan terjadi di akar saraf tulang belakang, mulai dari leher sampai tangan dan kaki. Utamanya di situ, tapi bisa juga meluas sampai ke saraf kranial," ungkapnya.
    "Ini merupakan bagian dari autoimun. Jadi awalnya itu biasanya kebanyakan sebagian besar dari suatu proses infeksi apapun, tapi yang paling banyak infeksi pencernaan, jadi dari infeksi itu memicu timbulnya suatu antibodi. Hanya saja akhirnya pada beberapa orang tertentu antibodi yang malah menyerang saraf,” jelas Aldy.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa Eropa telah menambahkan Gangguan Saraf Langka dalam daftar efek samping Vaksin AstraZeneca benar. Namun, regulator obat-obatan Eropa (EMA) mengkategorikan efek samping tersebut sebagai "sangat jarang”. Merupakan frekuensi terendah dari kategori efek samping yang dimilikinya. EMA juga menekankan bahwa manfaat dari suntikan vaksin AstraZeneca lebih besar daripada risikonya.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8759) Keliru, Klaim Pemberitaan Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Menewaskan 176 Penumpang

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/09/2021

    Berita


    Sebuah tautan mengabarkan peristiwa kecelakaan pesawat sriwijaya diklaim telah menewaskan 176 orang beredar. Berita ini diberi judul “Innalillahi 176 Orang Tewas di dalam pesawat sriwijaya , Dua Pesawat Tabrakan saat Sedang Mengudara pada 10 September 2021” dan tayang di blog media insegnia pada tanggal 10 September 2021. 
    Dalam berita ditulis telah terjadi tabrakan dua pesawat saat mengudara pada 10 september 2021 dan sedikitnya 176 orang dikabarkan meninggal. Tragedi kecelakaan pesawat itu terjadi di Wilayah Zagreb.
    Tangkapan layar unggahan artikel blog tentang tabrakan dua pesawat di udara pada 10 September 2021.

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula menelusuri pemberitaan terkait kecelakaan pesawat sriwijaya yang menewaskan 176 orang pada 10 September 2021, melalui sejumlah media massa kredibel. Hasilnya tidak ditemukan satupun pemberitaan terkait peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya Air pada 10 September 2021.
     Berdasarkan hasil penelusuran, peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya Air di sepanjang tahun 2021 hanya terjadi pada Sabtu 06 Januari 2021, bukan pada 10 September 2021. Dikutip dari CNBC, pesawat Sriwijaya Air yang mengalami kecelakaan adalah pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 jurusan Jakarta-Pontianak yang  hilang kontak dengan menara kendali setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Pesawat jenis Boeing 737-524 ini membawa setidaknya 50 penumpang yang terdiri dari 12 orang kru kabin.
    Dilansir dari dokumen pemberitaan TEMPO, pesawat Sriwijaya Air yang jatuh itu bukan disebabkan karena tabrakan dengan pesawat lain namun diduga akibat karena sistem autothrottle yang berfungsi sebagai pergerakan sistem pengatur daya atau gas tak berfungsi secara baik. Pesawat ini terdeteksi jatuh setelah sempat melewati ketinggian 11 ribu kaki sebelum kemudian hilang kontak. Pesawat Sriwijaya Air ini membawa 62 orang. Sebanyak 50 orang merupakan penumpang dan 12 lainnya adalah kru. Pesawat semestinya dijadwalkan tiba di Pontianak pukul 15.50 WIB.
    Dikutip dari liputan 6, sepanjang 2021 setidaknya ada lima peristiwa kecelakaan pesawat di Indonesia, yaitu pada 09 Januari 2021 pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan kepulauan seribu. Kurang dari 3 bulan sejak kecelakaan pesawat Sriwijaya Air, pesawat kargo B737-400 Trigana Air tergelincir di Bandara Halim Perdanakusuma pada Sabtu, 20 Maret 2021.
    Lalu pada 17 Februari, pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 642 mengalami rusak mesin saat terbang dari Makassar menuju Gorontalo sehingga harus kembali ke Makassar. Tak berselang lama pada 06 Maret 2021, pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan  ID-6803 rute Jambi-Jakarta mendadak harus Return To Base (RTB) ke Jambi karena roda depan pesawat bermasalah sehingga pesawat terhenti di tengah runway dan mengakibatkan bandara ditutup sementara.
    Pada 8 Maret 2021, pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID-6561 rute Palu - Jakarta mengalami penundaan keberangkatan karena ditemukan garis yang melengkung pada permukaan lapisan kaca kokpit di bagian kiri.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, tautan yang mengabarkan peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya karena tabrakan saat sedang mengudara pada 10 September 2021 dan menewaskan 176 orang penumpang, keliru. Berdasarkan hasil penelusuran, peristiwa kecelakaan pesawat Sriwijaya Air di sepanjang 2021 hanya terjadi pada Sabtu 06 Januari 2021, bukan pada 10 September 2021.
    Pesawat Sriwijaya Air yang mengalami kecelakaan adalah pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 jurusan Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan kepulauan seribu. Pesawat Sriwijaya Air ini membawa 62 orang. Sebanyak 50 orang merupakan penumpang dan 12 lainnya adalah kru. 
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8758) Tidak Terbukti, Klaim Seorang Wanita di Afrika Selatan Melahirkan 10 Bayi Kembar Sekaligus

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 13/09/2021

    Berita


    Klaim yang menyebutkan bahwa seorang wanita di Afrika Selatan melahirkan 10 bayi kembar beredar di internet. Klaim tersebut dibagikan dengan narasi bahwa seorang wanita di Afrika Selatan melahirkan 10 bayi sekaligus memecahkan rekor dunia.
    Di internet, klaim tersebut diunggah blog ini pada 3 Agustus 2021 dengan judul, “wanita Afrika selatan Melahirkan 10 Bayi, Memecahkan Rekor Dunia.” Berikut narasi lengkapnya:
    “Seorang wanita dari Afrika Selatan dilaporkan telah melahirkan 10 bayi sekaligus, memecahkan Rekor Dunia Guinness yang dipegang oleh wanita dari Mali, Malian Halima Cisse – yang melahirkan sembilan anak di Maroko bulan lalu. Tara Halima melahirkan kembar 9, Gosiame Thamara Sithole yang berusia 37 tahun diyakini telah melahirkan 10 bayi sekaligus di sebuah rumah sakit di Pretoria, Afrika Selatan, pada 7 Juni lalu. Sithole awalnya mengira dia akan memiliki delapan bayi, menurut New York Post. Tetapi ketika dia melahirkan pada Senin (7/6) malam, Sithole dan keluarganya terkejut melihat 10 bayi muncul – dua lebih banyak dari hasil pemindai. Sithole, yang sudah menjadi ibu dari anak kembar berusia enam tahun, dilaporkan melahirkan tujuh anak laki-laki dan tiga perempuan melalui operasi caesar pada hari Senin. “Semua ada tujuh anak laki-laki dan tiga perempuan. Dia hamil tujuh bulan dan tujuh hari. Saya bahagia. Saya emosional,” suaminya, Teboho Tsoetsi, mengatakan kepada Pretoria News setelah kelahiran decuplets. Sithole, dari Gauteng, mengatakan kehamilannya wajar dan tidak menjalani perawatan kesuburan.”
    Blog tersebut dalam artikelnya juga mencantumkan kolase foto seorang perempuan yang tengah hamil tua bersama seorang pria sedang duduk di sofa.
    Apa benar seorang wanita di Afrika Selatan melahirkan 10 bayi kembar sekaligus?
    Tangkapan layar unggahan artikel blog dengan klaim Wanita Afrika melahirkan 10 bayi

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula menelusuri pemberitaan terkait melalui sejumlah media massa kredibel. Hasilnya, Pemerintah Provinsi Gauteng menegaskan bahwa tidak ada catatan rumah sakit tentang kelahiran Gosiame Thamara Sithole, ibu asal Afrika Selatan yang mengaku telah melahirkan 10 bayi.
    Kisah seorang perempuan di Afrika Selatan berusia 37 tahun yang memecahkan rekor Guinness World dengan melahirkan 10 bayi kembar bermula dari pemberitaan media setempat pada Selasa (9/6).
    Situs berita IOL menuliskan Gosiame Thamara Sithole, warga asal Tembisa East di Johannesburg, melahirkan tujuh bayi laki-laki dan tiga bayi perempuan melalui operasi caesar di salah satu rumah sakit di Pretoria.
    Dilansir dari BBC, klaim bahwa wanita Afrika Selatan Gosiame Sithole melahirkan 10 bayi awal bulan ini tidak benar, menurut penyelidikan resmi.
    Tidak ada rumah sakit di provinsi Gauteng yang memiliki catatan kelahiran decuplet, kata pemerintah provinsi.
    Tes medis menunjukkan bahwa Sithole bahkan belum hamil baru-baru ini, katanya. Pria berusia 37 tahun itu sekarang ditahan di bawah undang-undang kesehatan mental untuk observasi dan akan diberikan dukungan.
    Pernyataan itu tidak merinci alasan di balik pembuatan cerita tersebut.
    Menurut IOL, mereka menghadiri gereja yang sama dengan Rampedi di mana dia diperkenalkan kepada mereka pada bulan Desember. Pada bulan Mei diduga dia mewawancarai pasangan yang mengatakan mereka mengharapkan delapan bayi - pemotretan menunjukkan Ms Sithole tampak hamil besar.
    Kelahiran kejutan 10 bayi diumumkan oleh Pretoria News pada 8 Juni mengutip Tsoetsi sebagai sumbernya. Dia kemudian mengatakan telah menerima pesan teks dari rekannya yang memberi tahu dia tentang hal itu, menambahkan bahwa dia tidak diizinkan di rumah sakit karena pembatasan virus corona.
    Rampedi juga mengandalkan pesan WhatsApp - dan tidak mendapatkan konfirmasi independen dari rumah sakit tentang cerita tersebut.
    Walikota setempat mereka kemudian mengkonfirmasi kelahiran - yang mana ketika media lain, termasuk BBC, menerbitkan cerita - tetapi seorang juru bicara pemerintah kemudian mengatakan politisi hanya memiliki kata-kata keluarga dan belum ada yang melihat bayi.
    Sumbangan mulai membanjiri pasangan dan bayi mereka yang dilaporkan, dijuluki "Thembisa 10", termasuk 1 juta rand ($70.000; £50.000) dari ketua IOL Iqbal Survé.
    Namun cerita itu menimbulkan kecurigaan setelah Pretoria News awalnya gagal mengungkapkan rumah sakit tempat bayi-bayi itu dilahirkan dan serangkaian rumah sakit di Gauteng keluar untuk menyangkal keterlibatan mereka.
    Editor Pretoria News, Piet Rampedi, telah menulis permintaan maaf kepada karyawan atas reaksi keras publik terkait "Tembisa 10" seperti dilansir dari news24.com, 22 Juni 2021.
    Dalam email yang dikirim ke pemimpin redaksi Media Independen, Aneez Salie, yang telah dilihat News24, Rampedi mengatakan bahwa dia penuh dengan "kesedihan dan penyesalan", tetapi tetap pada kenyataan bahwa Gosiame Sithole sedang hamil dan melahirkan.
    Kisah Rampedi tentang apa yang disebut "Tembisa 10" baru-baru ini menarik perhatian lokal dan internasional setelah surat kabar itu mengklaim seorang wanita telah melahirkan decuplets dan, sebagai hasilnya, memecahkan rekor dunia.
    Departemen kesehatan nasional mempertahankan minggu lalu tidak ada catatan pengiriman decuplet di Gauteng. Sithole dibawa ke rumah sakit untuk evaluasi kejiwaan.
    Dalam emailnya, Rampedi menulis:
    Saya minta maaf atas kerusakan reputasi yang diakibatkan oleh cerita tersebut terhadap grup, perusahaan, dan kolega saya secara umum. Saya sepenuhnya menyadari bahwa cerita, dan tanggapan umum, menempatkan semua rekan saya dalam posisi canggung dan di bawah tekanan publik yang besar.
    Dia melanjutkan: "Terus terang, cerita itu memberi para pencela kesempatan untuk menghina integritas profesional tidak hanya saya sendiri, tetapi juga rekan-rekan saya di grup. Untuk itu, saya sangat menyesal. Sangat disayangkan. Dan saya akan ingin meminta maaf kepada Anda, rekan-rekan saya dan kelompok," katanya.
    Rampedi mengatakan, meskipun dia mendukung Sithole, dia bisa berbuat lebih banyak untuk memverifikasi beberapa fakta dalam cerita itu.
    "Meskipun saya mendukung kenyataan bahwa Sithole hamil, beberapa aspek dari cerita tersebut dapat ditangani secara berbeda. Bisakah saya menangani cerita dengan lebih baik? Pasti! Terutama proses verifikasi. Sejujurnya, saya tidak pernah memperlakukan cerita decuplets sebagai penyelidikan sama sekali. Saya tidak menggunakan alat investigasi atau daftar periksa," tulis email itu.
    Dilansir dari Kompas.com, Pemerintah Provinsi Gauteng menegaskan bahwa tidak ada catatan rumah sakit tentang kelahiran Gosiame Thamara Sithole, ibu asal Afrika Selatan yang mengaku telah melahirkan 10 bayi.
    Bahkan, menurut penyelidikan pemerintah setempat, Sithole dinyatakan tidak hamil. Dilansir NY Post, pihaknya mengaku sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh dengan semua rumah sakit di daerah tersebut demi membuktikan kebenaran klaim Sithole. Tapi ternyata, Sithole yang mengaku mengalami "decuplet" alias melahirkan 10 bayi sekaligus, terbukti berbohong.
    “Tidak ada rumah sakit di provinsi ini, baik pemerintah maupun swasta, yang memiliki catatan kelahiran seperti itu di fasilitas mereka,” kata pemerintah. Saat ini, Sithole, yang berusia 37 tahun, masih menjalani evaluasi psikiatri 72 jam, yang saat ini diperpanjang sampai seminggu.
    "Sekarang telah ditetapkan oleh praktisi medis bahwa Mrs Sithole tidak melahirkan bayi dalam beberapa waktu terakhir," ungkap pernyataan itu. "Juga telah ditetapkan bahwa dia tidak hamil belakangan ini."
    Pemerintah Gauteng juga sudah memerintahkan jaksa negara untuk melakukan tindakan hukum terhadap surat kabar yang yang menyebarkan berita bohong, Pretoria News. Media ini menuliskan bahwa “pemerintah berusaha menutupi kelalaian medis” dengan menahan Sithole.
    "Tuduhan ini salah, tidak berdasar, dan hanya merusak reputasi baik Rumah Sakit Akademik Steve Biko dan Pemerintah Provinsi Gauteng," tambah pernyataan itu. Pemerintah mengaku "sangat prihatin dengan perilaku surat kabar tersebut, khususnya Editor Pretoria News, Piet Rampedi.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa seorang wanita di Afrika Selatan melahirkan 10 bayi kembar sekaligus, tidak terbukti. Pemerintah Provinsi Gauteng menegaskan bahwa tidak ada catatan rumah sakit tentang kelahiran Gosiame Thamara Sithole, ibu asal Afrika Selatan yang mengaku telah melahirkan 10 bayi.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan