• (GFD-2021-8744) Keliru, WHO Mengakui Vaksin Nusantara Aman Digunakan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 30/08/2021

    Berita


    Unggahan dengan klaim bahwa Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui vaksin Nusantara asal Indonesia, diunggah di beberapa situs dan beredar di Facebook dalam sepekan terakhir. Vaksin Nusantara besutan mantan Menteri Kesehatan Terawan Putranto itu disebut mendapat pengakuan WHO setelah merilis jurnal terkait vaksin tersebut di situs resminya, clinicaltrials.gov.
    Dalam postingan yang beredar, memuat tangkapan layar dari situs Jaktimnews.com berjudul Masih Digantung Pemerintah, WHO Justru Telah Akui Vaksin Nusantara Aman Digunakan, Tinggal Tunggu Ijin BPOM. Artikel itu dipublikasikan pada 22 Agustus 2021.
    Selain tangkapan layar, akun yang mengunggah gambar itu menyertakan isi artikel yang tertulis:
    Organisasi kesehatan dunia atau WHO, telah mengakui keamanan Vaksin Nusantara yang digagas dr Terawan Agus Putranto. Namun, Vaksin Nusantara ini masih menunggu ijin resmi Badan Pemeriksa Obat dan Makanan ( BPOM ).
    Diakuinya Vaksin Nusantara oleh WHO, setelah merilis jurnal terkait Vaksin Nusantara di situs resminya, clinicaltrials.gov.
     Tangkapan layar unggahan klaim bahwa vaksin Nusantara telah diakui WHO

    Hasil Cek Fakta


    Hasil penelusuran Tempo, menunjukkan bahwa publikasi hasil penelitian di situs clinicaltrial.gov bukan berarti menunjukkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengakui vaksin Nusantara untuk Covid-19. Sebab situs clinicaltrial.gov adalah website database yang memuat hasil penelitian.
    Mula-mula, Tempo mengecek keaslian tangkapan layar tersebut di situs Jaktimnews.com. Namun thumbnail tautan Masih Digantung Pemerintah, WHO Justru Telah Akui Vaksin Nusantara Aman Digunakan, Tinggal Tunggu Ijin BPOM, telah berisi artikel dan judul yang berbeda. Saat dibuka, artikel tersebut memuat judul Vaksin Nusantara Masih Digantung Pemerintah, Tinggal Tunggu Izin BPOM.
    Pada bagian isi, juga terdapat perbedaan. Pada artikel yang dimuat, tidak ada tulisan terkait WHO telah mengakui keamanan vaksin Nusantara.
    Belum ada penjelasan apakah redaksi mengubah judul dan isi berita tersebut. Tempo sudah berupaya meminta konfirmasi dari redaksi Jaktimnews.com sejak Jumat 27 Agustus lalu melalui email. Tapi hingga Senin sore, 30 Agustus, belum ada jawaban. Nomor telepon yang tertera dalam situs juga tidak bisa dihubungi.
    Tentang situs clinicaltrials.gov
    Hasil riset vaksin Nusantara yang termuat dalam situs clinicaltrials.gov itu berjudul Preventive Dendritic Cell Vaccine, AV-COVID-19, in Subjects Not Actively Infected With COVID-19 yang diunggah pada 16 Agustus 2021. Riset ini dilakukan oleh PT AIVITA Biomedika Indonesia, Rumah Sakit Kariadi dan RSPAD Gatot Soebroto.
    Riset itu berisi tentang uji klinis fase 2 kandidat vaksin Covid-19 menggunakan sel dendritik autologus dan limfosit (DCL) yang sebelumnya diinkubasi dengan sejumlah protein lonjakan SARS-CoV-2.
    ClinicalTrials.gov adalah website yang menyediakan database informasi bagi publik tentang studi medis yang dilakukan pada manusia atau studi intervensi terkait berbagai penyakit dan kondisi. Situs ini dikelola oleh National Library of Medicine (NLM) di National Institutes of Health (NIH), Amerika Serikat.
    Menurut Epidemiologi dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman, situs clinicaltrials.gov berisi database riset-riset yang telah dilakukan. Tapi dengan dimuatnya hasil riset di situs tersebut, bukan berarti sebuah vaksin akan disetujui oleh WHO. “Itu (penelitian vaksin Nusantara) masih riset, belum tentu berhasil,” kata Dicky dihubungi Tempo, Jumat 27 Agustus 2021.
    Terkait Klaim WHO mengakui vaksin Nusantara
    Dalam dokumen vaccine tracker and landscape pengembangan kandidat vaksin Covid-19 yang dibuat WHO, kandidat vaksin tipe Dendritic cell vaccine AV-COVID-19 yang dikembangkan Aivita Biomedical (sponsor vaksin Nusantara) berada di urutan 51. Dokumen tersebut memuat 112 kandidat vaksin lain dari berbagai negara yang sedang dikembangkan atau diuji.
    Dalam keterangannya kepada Tempo, Tim Komunikasi WHO menegaskan bahwa dokumen lanskap hanya bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pandemi virus corona baru. Pencantuman produk atau entitas tertentu dalam dokumen lanskap tidak menunjukkan persetujuan atau pengesahan dari WHO.
    “Pencantuman produk atau entitas tertentu dalam dokumen lanskap ini bukan merupakan, dan tidak boleh dianggap atau ditafsirkan sebagai, persetujuan atau pengesahan oleh WHO atas produk atau entitas tersebut,” tulis WHO kepada Tempo, Senin 30 Agustus 2021.
    Selain itu WHO menyatakan, tidak membuat pernyataan dan jaminan mengenai keakuratan, kelengkapan, kesesuaian untuk tujuan tertentu, kualitas, keamanan, kemanjuran, dapat diperjualbelikan dan/atau tidak melanggar informasi apa pun yang disediakan dalam dokumen lanskap ini dan/atau produk apa pun yang dirujuk di dalamnya.
    Tahapan pengembangan vaksin
    Pengembangan vaksin baru membutuhkan sejumlah tahapan kesepakatan internasional. Dikutip dari Pusat Pencegahan dan Penanganan Penyakit Amerika Serikat, CDC, tahapan pengembangan vaksin baru adalah tahap eksplorasi, tahap pra-klinis, perkembangan klinis, peninjauan dan persetujuan peraturan, manufaktur dan kontrol kualitas.
    Dalam tahapan klinis atau uji coba pada manusia memuat sejumlah fase. Selama Fase I, sekelompok kecil orang menerima vaksin percobaan. Pada Fase II, studi klinis diperluas dan vaksin diberikan kepada orang-orang yang memiliki karakteristik (seperti usia dan kesehatan fisik) yang serupa dengan mereka yang menjadi sasaran vaksin baru tersebut. Pada Fase III, vaksin diberikan kepada ribuan orang dan diuji kemanjuran dan keamanannya. Banyak vaksin menjalani studi formal Fase IV yang sedang berlangsung setelah vaksin disetujui dan dilisensikan.
    Vaksin Nusantara sendiri masih berada di Fase II dan masih harus menjalani fase III dengan uji pada lebih banyak orang. Padahal pada April lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan vaksin Nusantara belum bisa lanjut ke tahap uji klinis selanjutnya karena beberapa syarat belum terpenuhi di antaranya Cara Uji Klinik yang Baik (Good Clinical Practical), Proof of Concept, Good Laboratory Practice dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (Good Manufacturing Practice). Berdasarkan hal itu, BPOM belum mengeluarkan izin Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis fase II untuk vaksin Nusantara.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah mengakui vaksin Nusantara asal Indonesia adalah keliru. Pencantuman nama kandidat vaksin tipe Dendritic cell vaccine AV-COVID-19 yang dikembangkan Aivita Biomedical (sponsor vaksin Nusantara) pada dokumen vaccine tracker and landscape yang dibuat WHO, tidak menunjukkan persetujuan atau pengesahan dari badan PBB tersebut.
    Demikian juga dengan hasil riset yang dimuat di situs clinicaltrials.gov, tidak menunjukkan bahwa vaksin Nusantara disetujui WHO. Sebab clinicalTrials.gov merupakan website yang menyediakan database informasi bagi publik tentang studi medis yang dilakukan pada manusia atau studi intervensi terkait berbagai penyakit dan kondisi.
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8743) Sesat, Pria Keluar Gua Setelah 20 Tahun Hanya Untuk Mendapatkan Vaksin Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 30/08/2021

    Berita


    Foto seorang pria berambut putih dan berjenggot berdiri di tepi gua, diklaim sebagai seorang pria yang keluar dari persembunyiannya setelah 20 tahun, hanya untuk mendapatkan vaksin Covid-19 beredar di Instagram. Foto tersebut diunggah akun ini pada 21 Agustus 2021. 
    Pada unggahannya akun ini menambahkan narasi sebagai berikut:
    “Setelah 20 tahun bertapa di sebuah gua, pria asal Serbia yang bernama Panta Petrovic keluar dari persembunyiannya untuk mendapatkan vaksin Covid-19. Petrovic takut virus corona yang menyebabkan Covid-19 itu datang ke gua dan menginfeksi dirinya.
    "Itu (virus) tidak memilih. Itu akan datang ke sini, ke gua saya juga", kata pria berusia 70 tahun itu kepada AFP. Petrovic mengaku tak paham dengan orang-orang yang menolak vaksin. Petrovic yang sudah bertapa mengasingkan diri selama dua dekade itu mengaku yakin dengan kekuatan vaksin melindungi dari Covid-19. Dia mengajak agar semua orang mau divaksinasi agar pandemi bisa segera berakhir. #faktanyagoogle #fgtrivia”
    Hingga artikel ini ditulis unggahannya sudah mendapat respons 33 ribu disukai. 

    Hasil Cek Fakta


    Untuk membuktikan klaim di atas, cek fakta TEMPO mula-mula menelusuri informasi terkait sosok Panta Petrovic, pria asal Serbia yang tinggal di gua selama 20 tahun. 
     Hasilnya informasi terkait dengan pria ini pernah diunggah AFP dalam bentuk video pendek di akun twitternya pada 14 Agustus 2021, dengan menambahkan narasi dalam bahasa Inggris jika diterjemahkan berarti, vidoe hampir dua puluh tahun yang lalu, Panta Petrovic pindah ke gua gunung kecil di Serbia untuk menghindari masyarakat. 
    Tahun lalu, dalam salah satu kunjungannya ke kota, dia mengetahui ada pandemi yang sedang berkecamuk. Sekarang, dia telah mendapatkan suntikan Covid-19 dan mendesak semua orang untuk melakukan hal yang sama.
    Dikutip dari The Mirror, Panta Petrovic adalah pria yang berasal dari Kota Pirot, Serbia. Dulunya Ia bekerja sebagai buruh di pasar gelap di beberapa negara. Ia memilih tinggal di Gua setelah menyadari jika dirinya lebih senang mengasingkan diri dari masyarakat. Ia pun mengenang kalau tetap tinggal di Kota pasti dihadapkan dengan perdebatan atau konflik, baik dengan istri, tetangga, atau polisi. Saat memutuskan untuk tinggal di gua, Petrovic menyumbangkan semua uang yang dihasilkannya dari kerja di luar negeri kepada masyarakat untuk mendanai pembangunan tiga jembatan kecil di Pirot.
    Selama di Gua, Ia lebih banyak memakan jamur dan ikan dari sungai setempat, tetapi juga kerap pergi ke kota untuk mencari sisa makanan.
    Dilansir dari dailystar, selama memisahkan diri dari masyarakat 20 tahun, Panta Petrovic mengaku tak mengetahui tentang virus COVID-19. Ia baru mengetahui tentang COVID-19 saat perjalanannya ke Kota pada suatu hari. Ia terkejut dan terpukul saat mengetahui dengan sebaran virus COVID-19 di Kotanya.  Saat melakukan perjalanan yang tidak biasa ke supermarket lokal, Panta Petrovic kemudian mendapat kesempatan suntikan vaksin setelah mengetahui apa itu COVID-19.
    Dilansir dari france24, dalam salah satu kunjungannya ke kota, pria berambut gimbal dengan jenggot panjang itu menemukan bahwa ada wabah virus yang sedang berkecamuk. Setelah vaksin melawan Covid-19 tersedia, Ia memilih untuk disuntik. Panta Petrovic juga mendesak semua orang untuk melakukan hal yang sama.

    Kesimpulan


    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta Tempo, foto seorang pria berambut putih dan berjenggot berdiri di tepi gua, diklaim sebagai seorang pria yang keluar dari persembunyiannya setelah 20 tahun bertapa di gua *hanya* untuk mendapatkan vaksin Covid-19, sesat. Pria yang diketahui bernama Panta Petrovic ini memang diketahui sudah 20 tahun memilih tinggal di gua dan hampir tak pernah keluar.
    Namun beberapa kali ia keluar dan berkunjung ke kota tempatnya tinggal dulu. Pada satu kunjungannya, ia mengetahui sedang ada virus yang menyebar. Ia sempat mencari tahu terkait Covid-19 yang tengah menjadi pandemi ini. Ia pun mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 saat berkunjung ke supermarket lokal. 
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8742) Keliru, Foto Perbedaan Penampilan Perempuan Afghanistan Tahun 1970 dan 2021

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/08/2021

    Berita


    Dua foto dengan klaim sebagai kondisi dan penampilan perempuan Afghanistan beredar di twitter. Foto pertama memperlihatkan sekelompok wanita dengan rok pendek terlihat memegang buku dan sambil membaca di sebuah bangku diklaim sebagai foto perempuan Afghanistan tahun 1970. 
    Foto kedua memperlihatkan sekelompok wanita menggunakan burkak biru tengah duduk berjajar sambil mengasuh anak diklaim sebagai penampilan perempuan Afganistan tahun 2021. Foto itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran atas hak-hak perempuan di Afghanistan setelah kembalinya Taliban.
    Foto-foto tersebut dibagikan akun ini pada 16 Agustus 2021 dengan narasi dalam bahasa Inggris jika diterjemahkan berarti “2 gambar wanita Kabul & 2 realitas mereka 1970 - 2021 Wanita Afghanistan melakukan perjalanan kembali ke masa lalu dan hanya Tuhan yang tahu kesengsaraan apa yang akan terbentang di depan mereka ..”
    Hingga artikel ini ditulis, unggahannya telah  34 kali di retweet dan 113 disukai. Benarkah foto tersebut adalah kondisi perempuan di Afghanistan?
    Tangkapan layar foto yang diklaim sebagai perbandingan penampilan perempuan Afghanistan. (Kiri: 1970, Kanan: 2021)

    Hasil Cek Fakta


    Untuk membuktikan klaim di atas, Cek Fakta Tempo mula-mula menelusuri foto-foto tersebut dengan menggunakan tools seperti reverse image tools Google, TinEye Reverse Image Search dan Yandex.
    Hasilnya, foto itu diketahui merupakan kondisi perempuan di dua negara berbeda. Foto pertama merupakan foto mahasiswa perempuan dari Universitas Teheran, Iran pada tahun 1971. Foto ini muncul pada dokumentasi foto sejarah Iran dengan judul “ Once Upon a Time in Tehran ”. 
    Foto yang memperlihatkan sekelompok wanita dengan rok pendek terlihat memegang buku dan sambil membaca di sebuah bangku itu diberi judul : Ruang tunggu mahasiswa Universitas Teheran pada tahun 1971. Universitas Teheran dibuka untuk wanita pada tahun 1934, ketika perguruan tinggi itu didirikan, jauh sebelum sebagian besar universitas di Amerika Serikat mengintegrasikan wanita ke dalam kelas. Setelah revolusi, perempuan masih diizinkan untuk hadir universitas, tetapi mereka duduk di area terpisah.
    Dikutip dari BBC, sebelum revolusi terjadi, banyak kaum perempuan di Iran sudah menjalani dunia pendidikan tinggi, termasuk mengenakan pakaian gaya Barat, seperti jins ketat, rok mini dan atasan lengan pendek. Mahasiswa perempuan di Teheran, Iran di waktu itu bahkan selalu meluangkan waktu berkumpul pada hari Jumat bersama keluarga. Namun setelah revolusi terjadi, pemimpin tertinggi Iran yang baru, Ayatollah Ruhollah Khomeini, menerapkan kebijakan bahwa semua perempuan di Iran harus mengenakan jilbab.
    Sementara foto kedua, yang memperlihatkan sekelompok wanita yang menggunakan burkak biru duduk sambil mengasuh anak merupakan foto jepretan fotografer AFP, A. Majeed. Foto itu diambil pada 19 Juni 2012 dan tidak terkait dengan kondisi perempuan Afganistan saat pendudukan ibukota kabul oleh milisi Taliban pada Agustus 2021. 
    Foto karya A.Majeed ini diberi judul, ' Wanita Afghanistan dan Anak-anak Mereka ' ini diambil di pusat pendaftaran Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di pinggiran Peshawar pada 19 Juni 2012, saat mereka bersiap untuk kembali ke negara asal mereka setelah melarikan diri dari perang saudara dan pemerintahan Taliban. Sekitar 20 persen dari populasi di Afghanistan adalah pengungsi. Dari mereka yang berada di luar negeri, ada 1,7 juta warga Afghanistan di Pakistan dan satu juta di Iran. 
    Untuk kumpulan foto karya A.Majeed yang lain dapat dilihat di sini

    Kesimpulan


    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta TEMPO, dua foto yang diklaim merupakan kondisi dan penampilan perempuan Afganistan pada tahun 1970 dan 2021, Keliru. Foto pertama yang memperlihatkan sekelompok wanita dengan rok pendek terlihat membaca buku merupakan foto mahasiswa perempuan dari Universitas Teheran, Iran pada tahun 1971. Foto ini muncul pada dokumentasi foto sejarah Iran dengan judul “Once Upon a Time in Tehran”.
    Sedangkan. foto kedua yang memperlihatkan sekelompok wanita mengenakan burkak biru tengah duduk sambil mengasuh anak merupakan foto jepretan fotografer AFP, A. Majeed. Foto itu diambil pada 19 Juni 2012 dan tidak terkait dengan kondisi perempuan Afganistan saat pendudukan ibukota kabul oleh milisi Taliban pada Agustus 2021. 
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8741) Keliru, Indonesia Aman dari Ledakan Asteroid PDV 2021 dan Jadi Tempat Mengungsi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 26/08/2021

    Berita


    Sebuah video yang mengklaim bahwa ilmuwan ruang angkasa mengatakan asteroid akan menabrak bumi pada Oktober 2021 diunggah pada 8 Agustus 2021. Dalam video itu dujga disebutkan Indonesia bakal menjadi wilayah yang aman.
    Video berdurasi 0:48 detik itu berjudul 'Sebagian Besar Penduduk Dunia akan Mengungsi ke Indonesia sebagai Dampak Asteroid'. Di dalamnya memuat gabungan video serta narator yang menyatakan:
    “Para ahli ruang angkasa menemukan asteroid 2021-PDV akan menabrak bumi dan Indonesia adalah wilayah paling aman. Ahli ruang angkasa akan membahas dampak ledakan asteroid PDV pada Konferensi Ketahanan Planet.”

    Hasil Cek Fakta


    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan, asteroid PDV-2021 akan menabrak bumi hanyalah skenario fiktif. Skenario tersebut dibuat untuk mendukung latihan tanggap darurat yang dilakukan selama Konferensi Pertahanan Planet International Academy of Astronautics (IAA) 2021 secara virtual di Wina, Austria, 26 April–30 April 2021.  
    Menurut European Space Agency, setiap dua tahun para ahli asteroid dari seluruh dunia berkumpul untuk membuat skenario bahwa dampak asteroid sudah dekat. Selama menyusun skenario dampak selama satu pekan, peserta tidak tahu bagaimana situasi akan berkembang dari satu hari ke hari berikutnya, tetapi harus membuat rencana berdasarkan pembaruan harian yang diberikan kepada
    Skenario lengkap mengenai hal itu tertuang pada laporan berjudul The 2021 PDC Hypothetical Asteroid Impact Scenario, pada website Center for NEO Studies (CNEOS) yang didukung oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
     Menurut CNEOS, Skenario tersebut dimulai dari penemuan asteroid  pada 19 April 2021 dengan magnitudo tampak 21,5 yang diberi nama PDC 2021. Sehari setelah  ditemukan, sistem pemantauan dampak Sentry JPL serta sistem CLOMON ESA,  mengidentifikasi beberapa tanggal di masa depan ketika asteroid ini berpotensi berdampak pada Bumi. 
    Kedua sistem setuju bahwa dampak potensial yang paling mungkin terjadi adalah pada 6 bulan lagi yakni pada 20 Oktober 2021. Tetapi kemungkinan dampak itu rendah, peluangnya sekitar 1 dibanding 2500.  
    Sangat sedikit yang diketahui tentang sifat fisik PDC 2021. Ukuran khususnya sangat tidak pasti. Berdasarkan rata-rata magnitudo visual semu, magnitudo absolut (intrinsik) asteroid diperkirakan H = 22,4 +/- 0,3. Jika albedo (reflektifitas) PDC 2021 adalah 13%, nilai rata-rata tipikal, nilai H ini menyiratkan ukuran asteroid rata-rata sekitar 120 meter. Tetapi albedo yang sebenarnya tidak diketahui dan ukuran asteroid dapat berkisar dari yang terkecil 35 meter hingga 700 meter.
    Berdasarkan perkiraan ini, kemungkinan energi yang dilepaskan saat tumbukan dapat berkisar dari 1,2 Mt hingga 13 Gt (setara dengan TNT). Bahaya utama adalah ledakan udara yang menyebabkan tekanan berlebih ledakan yang mungkin mencapai tingkat yang tidak dapat dipertahankan. Dalam skenario itu, asteroid akan berdampak di benua Eropa. 

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan video yang diklaim sebagian besar penduduk dunia akan mengungsi ke Indonesia sebagai dampak ledakan asteroid PDV 2021 adalah keliru. Ledakan asteroid PDV 2021 hanyalah bagian dari skenario latihan tanggap darurat yang dilakukan selama Konferensi Pertahanan Planet International Academy of Astronautics (IAA) 2021 secara virtual di Wina, Austria, 26 April–30 April 2021. Skenario maupun asteroid PDV 2021 hanyalah fiktif yang digunakan selama konferensi ini.
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan