• (GFD-2021-8738) Keliru, Vaksin Asal Cina sebagai Senjata Pemusnah Massal

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 25/08/2021

    Berita


    Video berjudul Ulama Bongkar Vaksin Senjata Pemusnah Massal diunggah oleh salah satu kanal Youtube pada 18 Agustus 2021. Video berdurasi 8:10 menit ini berisi klaim bahwa vaksin asal Cina digunakan untuk membantai orang Indonesia.
    Secara utuh, unggahan tersebut berisi gabungan dari beberapa video, di antaranya video pernyataan seorang pria diduga ulama, video pelaksanaan vaksinasi dan video kedatangan tenaga kerja dari Cina.
    Pada bagian awal, pria yang disebutkan sebagai anak Kiai Haji Maimoen Zubair menyebutkan bahwa Cina ingin menguasai Indonesia.
    “Cina memang ingin menguasai Indonesia, menggantikan orang pribumi dengan mereka. Tidak dengan perang, tapi dengan vaksin,” katanya.
    Unggahan ini beredar di tengah upaya pemerintah meningkatkan program vaksinasi Covid-19. Hingga 24 Agustus 2021, video itu ditonton lebih dari 422 ribu kali.
    Tangkapan layar video dengan klaim vaksin asal cina merupakan senjata pemusnah massal

    Hasil Cek Fakta


    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan, vaksin Sinovac asal Cina yang digunakan oleh Indonesia bukanlah senjata pemusnah massal. Badan Kesehatan Dunia telah merekomendasikan penggunaan vaksin Covid-19 karena terbukti aman dan efektif untuk mencegah keparahan sakit atau meninggal akibat Covid-19.
    Menurut Badan Kesehatan Dunia ( WHO ), vaksin telah menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahun. Vaksin bekerja dengan melatih dan mempersiapkan sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan virus dan bakteri yang menjadi targetnya. Setelah vaksinasi, jika tubuh kemudian terkena kuman penyebab penyakit tersebut, tubuh segera siap untuk menghancurkannya, mencegah penyakit.
    Seperti vaksin lainnya, vaksin Covid-19 yang direkomendasikan penggunaannya oleh WHO, terbukti aman dan efektif untuk mencegah keparahan sakit atau meninggal akibat COVID-19. Ini adalah salah satu bagian dari penanganan COVID-19, selain tindakan pencegahan utama dengan menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, menutupi batuk atau bersin di siku, sering membersihkan tangan, memakai masker, dan menghindari ruangan atau ruangan yang berventilasi buruk.
    Setiap vaksin diproses dengan cukup ketat. Sebelum menerima validasi dari WHO dan badan pengatur nasional, vaksin COVID-19 harus menjalani pengujian ketat dalam uji klinis untuk membuktikan bahwa vaksin tersebut memenuhi tolok ukur keamanan dan kemanjuran yang disepakati secara internasional. 
    Keamanan Vaksin Sinovac
    Sejumlah negara seperti Brasil dan Indonesia, menggunakan vaksin Sinovac asal Cina yang dikembangkan oleh Sinovac atau China National Pharmaceutical Group. Kelompok Ahli Penasihat Strategis Badan Kesehatan Dunia (SAGE) untuk Imunisasi pada 2 Juni 2021, menyatakan, merekomendasikan penggunaan vaksin Sinovac. Rekomendasi itu berdasarkan penilaian data kualitas, keamanan dan kemanjuran vaksin secara menyeluruh.
    Hasil aman vaksin digunakan untuk orang berusia 18 tahun ke atas hingga usia 60 tahun. Sedangkan data keamanan vaksin untuk orang yang berusia di atas 60 tahun, masih terbatas karena sedikitnya jumlah peserta dalam uji klinis.
    Di Brasil, sesuai hasil uji coba fase 3 menunjukkan bahwa dua dosis, yang diberikan dengan selang waktu 14 hari, memiliki kemanjuran 51% terhadap infeksi SARS-CoV-2 yang bergejala. Vaksin Sinovac juga memiliki kemanjuran 100% terhadap COVID-19 yang parah, dan 100% terhadap rawat inap mulai 14 hari setelah menerima dosis kedua. 
    Kementerian Kesehatan juga telah mengkaji cepat efektivitas vaksinasi Sinovac terhadap infeksi Covid-19. Kajian cepat dilakukan pada periode 13 Januari-18 Maret 2021 melibatkan lebih dari 128 ribu tenaga kesehatan di DKI Jakarta, dengan usia di atas 18 tahun.
    Hasil kajian cepat menunjukkan, vaksin Sinovac dosis lengkap bisa mengurangi risiko COVID-19 sebanyak 94% dan mencegah sekitar 96% risiko perawatan. Selain itu, juga mencegah sebesar 98% kematian karena COVID-19. 

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, video dengan klaim bahwa vaksin Sinovac asal Cina menjadi senjata pemusnah massal adalah keliru. Badan Kesehatan Dunia telah merekomendasikan penggunaan vaksin Covid-19 karena terbukti aman dan efektif untuk mencegah keparahan sakit atau meninggal akibat Covid-19. Hasil kajian cepat Kemenkes terhadap 128 ribu tenaga kesehatan di DKI Jakarta, menunjukkan vaksin Sinovac dosis lengkap bisa mengurangi risiko COVID-19 sebanyak 94% dan mencegah sekitar 96% risiko perawatan. Selain itu, juga mencegah sebesar 98% kematian karena COVID-19.
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8737) Keliru, Milisi Taliban Membantai Rakyat Afghanistan Pasca Menduduki Ibu Kota Kabul

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 24/08/2021

    Berita


    Potongan video diklaim sebagai aksi pembantaian rakyat Afganistan oleh milisi taliban pasca pendudukan Ibu Kota Kabul beredar pada aplikasi percakapan. Video berdurasi 51 menit tersebut memperlihatkan sekelompok milisi bertopeng dan bersenjata sedang menembaki puluhan orang yang dalam keadaan terikat secara brutal.
    Video tersebut dibagikan dengan menambahkan narasi “Kaget lihat didor sadis dan kejam... Kasian orang2 afganistan tdk berdosa...padahal mereka beragama Islam juga dan Sholat pastinya lihat Tembak2 terus menerus sambil menghabiskan peluru... Jahanam Taliban Teroris”. 
    Video dan narasi ini beredar di tengah kondisi negara Afghanistan yang kini dikuasai kelompok nasionalis Taliban setelah Amerika Serikat dan NATO menarik pasukannya. Benarkah video tersebut adalah aksi pembantaian milisi taliban terhadap rakyat Afghanistan pasca pendudukan Ibu Kota Kabul ?
    Tangkapan layar video yang diklaim sebagai momen pembantaian milisi Taliban kepada warga Afghanisatan 

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula memfragmentasi video diatas menjadi beberapa bagian foto dengan menggunakan tool InVid. Selanjutnya foto hasil fragmentasi ditelusuri dengan menggunakan tools seperti reverse image tools Google dan Yandex.
    Hasilnya, video tersebut merupakan video lawas yang tidak terkait dengan kondisi Afghanistan saat ini. Potongan video ini pernah beredar di Youtube yang diunggah oleh akun Samuel José Moreno Calderón pada 20 Mei 2014. Pada unggahannya itu dituliskan keterangan dalam bahasa spanyol yang jika diterjemahkan berarti “Ayah kita!!! Jangan dilihat!!!”; 
    Tak hanya itu, video serupa juga pernah beredar di Vimeo yang diunggah oleh akun Santhosh Santhu pada 28 Agustus 2014. Vimeo sendiri adalah situs layanan berbagi video yang memungkinkan penggunanya untuk mengunggah, berbagi, dan menonton video. Situs ini diciptakan oleh Jake Lodwick dan Zach Klein pada November 2004 serta berkantor pusat di New york, Amerika Serikat. 
    Laporan media berbahasa spanyol LA Gazzetta DF menyebutkan, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang terjadi di Kota Aleppo, Suriah 350 kilometer utara Damaskus. Sumber militer di sana mengkonfirmasi pembantaian itu dilakukan Front Al Nusra atau atau Jabhat al-Nusra-kelompok milisi dan cabang Al Qaeda yang sedang bertempur di Suriah melawan Presiden Bashar Assad. Serangan mortir oleh kelompok itu dan afiliasi lainnya telah merenggut nyawa lebih dari 100 penduduk sipil Aleppo, 
    Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti dikutip dari CNBC Indonesia, bahwa sebanyak 900 ribu warga Suriah harus mengungsi akibat terjadinya perang. Di Provinsi Aleppo sendiri ada 1,5 juta  dari sekitar 3 juta orang yang sudah mengungsi dari bagian lain negara itu. Serangan yang dimulai akhir tahun lalu telah menyebabkan perpindahan tunggal terbesar warga sejak konflik dimulai pada 2011. Perang tersebut setidaknya sudah menewaskan lebih dari 380 ribu orang sejak meletus hampir sembilan tahun lalu. 

    Kesimpulan


    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta TEMPO, video diklaim sebagai aksi pembantai rakyat Afganistan oleh milisi Taliban pasca pendudukan ibukota kabul, keliru. Video tersebut diketahui merupakan video lawas yang tidak berkaitan dengan kondisi Afghanistan saat ini. Video itu pernah diunggah di youtube pada Mei 2014.
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8736) Keliru, Klaim Video Bangsawan Inggris Saat Memberi Makan Rakyat Hongkong

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/08/2021

    Berita


    Sebuah video yang memperlihatkan dua orang wanita melemparkan benda ke arah kerumunan anak-anak beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi, bangsawan Inggris memberi makan rakyat Hongkong dengan cara dilempar.
    Di Instagram video tersebut dibagikan akun ini pada 19 Agustus 2021. Akun inipun menuliskan narasi, ”Circa 1903. Saat itu Hong Kong masih dikuasai oleh Inggris. Hong Kong baru dikembalikan pada pemerintahan Tiongkok pada tahun 1997, dengan syarat Hong Kong harus dijadikan wilayah berideologi kapitalis.”
    Dalam video berdurasi 42 detik tersebut terdapat narasi berbunyi, “Video pilu ketika bangsawan Inggris memberi makan ke rakyat Hongkong dengan cara dilempar”.
    Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 400 ribu kali dan disukai lebih dari 850 akun. Apa benar ini video bangsawan Inggris saat memberi makan rakyat Hongkong?
    Tangkapan layar unggahan yang dklaim sebagai video bangsawan Inggris saat memberi makan rakyat Hongkong

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut dengan menggunakan tool Invid. Selanjutnya gambar-gambar hasil fragmentasi ditelusuri jejak digitalnya dengan menggunakan reverse image tools Google, Bing dan Yandex.
    Hasilnya, film tersebut dibuat oleh Gabriel Veyre, di Indochina Prancis (Vietnam saat ini), antara April 1899 dan Maret 1900.
    Video yang identik dengan kualitas gambar yang lebih baik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal Early Cinema pada 17 Februari 2020 dengan judul, “Vietnamese Children (1900) - by Gabriel Veyre”.
    Menurut Early Cinema, video tersebut merupakan film karya dari Gabriel Veyre (1871–1936). Video direkam di Vietnam yang sebelumnya protektorat Annam, Indochina Prancis. Video tersebut diperkirakan direkam antara April 1899 dan Maret 1900.
    Film ini menggambarkan dua wanita (istri dan putri gubernur jenderal Paul Doumer) melemparkan koin kecil di depan anak-anak Annamite.
    Selama perjalanannya di Indocina Prancis, Gabriel Veyre memproduksi 39 film. Film-film tersebut ditugaskan oleh pemerintah Prancis untuk ditayangkan di Pameran Paris 1900.
    Dari publikasi BluRay: "Lumière, Le cinématographe 1895-1905", Collection Institut Lumière, 2015
    Video yang sama juga pernah diunggah ke Youtube oleh kanal 317East32nd pada 13 November 2006 dengan judul, “Lumière Brothers - Indochina: Children Gathering Coins”.
    Menurut kanal tersebut, terdapat komentar yang tidak terlalu halus tentang kolonialisme di sini, jika Anda memilih untuk melihatnya seperti itu. Film Lumière kuat lainnya dari 19th Century.
    Catatan: The Kino Films DVD merilis film ini pada 1996 dengan judul “Children Gathering Rice Thrown by Western Women,” mungkin karena ketika narator Bertrand Tavernier mengatakan “coins” kedengarannya agak seperti “grains.”
    Pada kenyataannya, para wanita melempar uang yang sama dengan hari ini dan melihat anak-anak bergegas untuk mengumpulkannya. Ini adalah kegiatan yang jauh lebih terpuji daripada melempar nasi, dan saya berterima kasih kepada pemirsa atas koreksinya.
    Video identik lainnya juga pernah diunggah ke Youtube oleh kanal mapanomo dengan judul, “ Indochina.”
    “Kolonialisme lama. Lumière Archive, pandangan yang mungkin diambil oleh Gabriel Veyre pada akhir abad ke-19, salah satu juru kamera paling berbakat yang disewa oleh Lumière bersaudara, yang memiliki kontrak untuk Meksiko, Venezuela, Guyana, dan Antillen. Dia kembali ke Prancis untuk melakukan perjalanan lain yang membawanya ke Timur,” bunyi keterangan video tersebut.
    Dilansir dari lumiere.com, Anak-anak annamese mengumpulkan sapèques di depan pagoda wanita. Anak-anak bergegas mengambil koin yang dilemparkan oleh dua wanita kepada mereka.
    Ada keterangan foto Gabriel Veyre (koleksi Jacquier / Veyre) yang memungkinkan untuk mengenali Nyonya dan Nona Doumer. Kedua wanita itu melempar sappeques dengan cepat ke anak-anak pribumi.
    Koin-koin dengan lubang di tengahnya untuk memudahkan pengangkutannya dengan tali, memiliki nilai yang sangat kecil, seperti yang dapat kita lihat dengan membaca kesaksian seorang pengelana Prancis saat itu: “[...] selalu begitu merepotkan, selalu digantung di tengah dalam rosario yang berat, ia terus memutuskan dari waktu ke waktu tautannya untuk menyebar di tanah, sehingga perlu untuk mengumpulkan satu demi 600 dari mesin cuci kecil ini untuk menaikkan hanya nilai 18 sous Prancis ... ”(dalam Régis Antoine, L'Histoire curieuse des monnaies koloniales, ed. ACL, Paris, 1986, hlm. 117).

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim bangsawan Inggris saat memberi makan rakyat Hongkong, keliru. Benda yang dilemparkan dua orang wanita ke arah kerumunan anak-anak bukanlah makanan, melainkan koin.
    Video tersebut merupakan film karya Gabriel Veyre yang direkam di Vietnam yang kala itu merupakan protektorat Annam, Indochina Prancis. Video tersebut diperkirakan direkam antara April 1899 dan Maret 1900. Dua orang wanita yang melemparkan koin kepada anak-anak dalam film tersebut adalah istri dan putri gubernur jenderal Paul Doumer.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8735) Keliru, Video Milisi Taliban Menari untuk Merayakan Kemenangan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/08/2021

    Berita


    Sebuah video sekelompok pria bersenjata tengah menari diklaim sebagai milisi Taliban yang sedang merayakan kemenangannya, diunggah ke Youtube pada 19 Agustus 2021. Berdurasi 1:02 menit, video itu menampakkan sejumlah pria berjoget sambil memegang senjata laras panjang.  
    “Tentara Taliban menari, merayakan kemenangannya merebut kembali negara Afganistan yang sudah 20 tahun dikuasai Amerika 2001-2021,” demikian keterangan pada video itu.
    Video ini beredar setelah Taliban menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul, pada 15 Agustus lalu. 

    Hasil Cek Fakta


    Hasil pemeriksaan fakta oleh Tempo menunjukkan, video tersebut bukan tentara Taliban yang menari untuk merayakan kemenangannya atas Afganistan. 
    Untuk memverifikasi video tersebut, Tempo memfragmentasi video ke dalam sejumlah gambar, lalu menelusurinya dengan reverse image tool milik Google dan Yandex. Melalui cara ini, Tempo mendapatkan satu kanal Youtube yang mempublikasikan video tersebut pada 3 April 2021. 
    Video itu diunggah oleh kanal  pie- pieceofinformation dan diberi judul When You invite Your PUBG friends On Your Wedding| Pakhtoon culture| Sorosh Moheb - Afshari Remix. Kanal ini memberikan lokasi di Peshawar, ibu kota negara Pakistan.
    Namun beberapa komentar, menyebut bahwa event dalam video ini bukan di Peshawar, melainkan di Bannu, sebuah kota di Distrik Bannu, di Khyber Pakhtunkhwa selatan, Pakistan.
    Dalam keterangannya tertulis beberapa kata antara lain tarian pernikahan Pashto, Attan, tarian senjata, budaya Pakhtoon, lagu pashto. 
    Dengan petunjuk itu, Tempo menelusuri Youtube dengan kata kunci “Pashto Bannu Wedding Dance” dan menemukan beberapa kanal mengunggah video yang sama. 

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan video yang diklaim tentara Taliban menari merayakan kemenangannya merebut Afghanistan, adalah keliru. Video ini adalah tarian dalam acara pernikahan yang berlangsung di Kota Bannu, Pakistan, pada sekitar akhir Maret 2021. 
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan