• (GFD-2021-8726) Keliru, Terapi Uap Minyak Kayu Putih dan Serai Bisa Menghilangkan Sesak Napas Karena Virus

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 16/08/2021

    Berita


    Narasi yang mengklaim terapi pertolongan pertama sesak nafas karena virus beredar di Facebook. Klaim tersebut diunggah akun ini pada 23 Juli 2021 dengan menuliskan narasi : 
    “Terapi pertolongan pertama sesak nafas karena virus nganu....Siapkan panci kecil, air, serai dapur dan minyak kayu putih....Rebus serai dan tuangkan sedikit minyak kayu putih, hirup dalam dalam uap airnya yang beraroma serai dan minyak kayu putih.... lakukan berkali-kali, sampai sesak nafasnya terasa mulai plong....
    Lakukan terapi ini beberapa kali sehari....Terapi ini akan menghilangkan serangan sesak nafas karena nganu....
    Molekul air akan menambah kadar oksigenMolekul atsiri serai dan minyak kayu putih akan membunuh virus2 di permukaan dalam paru2 secara langsung... dan membantu atasi peradangan paru...Teknik ini untuk menambah oksigen dari molekul H2O dan memasukkan obat (atsiri serai dan minyak kayu putih)...
    Teknik memasukkan obat melalui uap air ke paru2 ini bisa juga dilakukan pada penderita asma yang sedang kumat....
    Insyaallah, tidak akan memerlukan ventilator asal rutin dan rajin terapi uapnya.... Sesak nafas akan cepat mereda.... Virus di paru2 akan mati....
    Demikian, boleh saudara sekalian share sebanyak-banyaknya dan lakukan sebagai pertolongan pertama bila mengalami kedaruratan sesak nafas karena nganu.... Semoga banyak yang tertolong.....Rakyat Indonesia kuat dan mampu mengatasi masalahnya sendiri…”
    Hingga artikel ini ditulis, telah mendapatkan 35 ribu kali respon, 963 komentar dan 4,2 ribu dibagikan.Lantas benarkan merebus sereh dan minyak kayu putih dan menghirupnya bisa menghilangkan sesak nafas karena virus?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim diatas, Cek fakta Tempo mula-mula menelusuri informasi terkait sistem kerja virus pada tubuh manusia dan kandungan minyak kayu putih dan serai. Dikutip dari alodokter, Virus agen infeksi berukuran kecil yang hidup dan berkembang biak dengan cara menempel pada sel inang. Ketika virus masuk ke dalam tubuh manusia, mereka akan menyerang sel-sel di tubuh dan berusaha menguasai sel-sel tersebut serta berkembang biak di dalam sel. Virus bisa merusak, membunuh, dan mengubah sel dalam tubuh. Virus juga dapat memicu terjadinya suatu penyakit.
    Untuk virus corona, dikutip dari Halodoc, ketika masuk ke dalam tubuh manusia akan menempel pada dinding sel-sel saluran pernapasan dan paru-paru, lalu masuk ke dalamnya untuk berkembang biak di sana.  Proses tersebut akan terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh. Setelah itu, sistem kekebalan tubuh atau sistem imun akan bereaksi dengan cara mengirim sel darah putih dan membentuk antibodi untuk melawan dan membunuh virus tersebut. Ketika terjadi reaksi perlawanan tubuh terhadap virus Corona, akan muncul beberapa gejala, misalnya demam. Gejala ini biasanya akan muncul dalam waktu 2–14 hari setelah terpapar virus Corona. Pada sebagian orang yang terinfeksi virus Corona, reaksi sistem imun tubuh akan berhasil melawan virus tersebut, sehingga gejalanya mereda dan orang tersebut sembuh dengan sendirinya.
    Sementara minyak kayu putih merupakan tanaman yang berasal dari Australia. Dalam bahasa latin tanaman ini dikenal dengan nama eucalyptus atau kayu putih. Berdasarkan arsip pemberitaan Tempo pada 14 Mei 2020, tanaman ini memiliki senyawa eucalyptol atau 1,8-cineole yang menjadi komponen kunci dari potensi antivirus Corona yang dimiliki ekaliptus (Eucalyptus sp.). 
    Senyawa tersebut telah diuji di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian dan menunjukkan kemampuan membunuh sekitar 80 persen virus, termasuk virus Corona. Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry, menerangkan bahwa proses uji diawali dengan mencari kecocokan antara bahan aktif dan potensi membunuh virus dari sekian banyak minyak atsiri yang ada.
    Proses uji ini dilakukan dengan cara penambatan molekul atau molecular docking melalui metode komputasi. "Dari sekian banyak minyak atsiri, salah satunya adalah minyak atsiri Eucalyptus yang di dunia ada 700 spesies," katanya seperti dikutip dari Tempo pada 11 Mei 2020.
    Proses uji mencari kecocokan melalui molecular docking itu dilanjutkan dengan uji in vitro di laboratorium Biosafety Level 3 (BSL-3). Senyawa aktif Eucalyptus bisa membunuh sekitar 80 persen virus seperti yang sudah diumumkannya beberapa hari sebelumnya.
    Pada 5 Mei 2020, Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Kementerian Pertanian, Evi Safitri, memang menyatakan, "Hasil uji in vitro, 60-80 persen virusnya mati. Tapi memang virusnya bukan (penyebab) Covid-19, kami coba ke virus Corona lain." Evi menerangkan, molecular docking adalah metode komputasi yang bertujuan meniru peristiwa interaksi suatu molekul ligan dengan protein yang menjadi targetnya pada uji in vitro.
    Dikutip dari Kompas, meski memiliki zat aktif yang bersifat anti bakteri, anti virus, dan anti jamur, namun minyak kayu putih belum sepenuhnya terbukti untuk membunuh virus corona. Inggrid Tania, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), mengatakan eucalyptus memang memiliki sejumlah zat aktif yang bersifat anti bakteri, anti virus, dan anti jamur. "Memang pernah ada penelitian eucalyptus efektif untuk membunuh virus betacorona, tetapi bukan virusnya Covid-19, SARS-CoV-2," kata dr Inggrid. 
    Ada penelitian bioinformatika tentang zat aktif eucalyptus terhadap virus SARS-CoV-2. Kendati demikian, penelitian ini hanya berupa molekular docking atau simulasi di komputer. Simulasi tersebut dilakukan dengan menyamakan molekul zat aktif pada eucalyptus dengan molekul protein virus SARS-CoV-2. "Memang kalau dari penelitian bioinformatika itu ada kecocokan dan bisa dijadikan kandidat (obat antivirus). Tetapi kalau disebut sebagai obat antivirus Covid-19, belum bisa," ujar Inggrid. 
    Dalam laman resmi Universitas Gadjah Mada, Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Rini Pujiarti., mengungkapkan klaim bahwa eucalyptus dapat membunuh virus Corona tidak bisa sepenuhnya dipercaya.Dikutip dari Jurnal-elektronik Universitas Atmajaya Jogjakarta, tanaman serai atau Cymbopogon citratus DC sendiri merupakan tumbuhan yang masuk ke dalam famili rumput-rumputan atau Poaceae. Tanaman ini dikenal dengan istilah Lemongrass karena memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering ditemukan tumbuh alami di negara-negara tropis.
    Tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5 m panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar, dan mempunyai aroma yang kuat. Tanaman serai dengan genus Cymbopogon meliputi hampir 80 spesies, tetapi hanya beberapa jenis yang menghasilkan minyak atsiri. 
    Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman serai antara lain pada daun serai dapur mengandung 0,4 persen minyak atsiri. Senyawa utama penyusun minyak serai adalah sitronelal, sitronelol, dan geraniol. Gabungan ketiga komponen utama minyak serai dikenal sebagai total senyawa yang dapat deasetilasi. Ketiga komponen ini menentukan intensitas bau harum, nilai, dan harga minyak serai. 
     Dilansir Kompas, Meski kandungan vitamin dalam serai relatif kecil namun serai mengandung berbagai mineral yang membantu dalam pengobatan medis. Serai umumnya dimanfaatkan dengan cara diolah menjadi minyak untuk mengobati sakit kepala dan nyeri muskuloskeletal. Ekstrak minyak sereh dimanfaatkan sebagai aromaterapi untuk mengobati nyeri otot, infeksi, pilek, atau gejala flu. Selain itu, daun serai juga bisa digunakan untuk mengobati penyakit berikut: hipertensi epilepsi sakit perut rematik kelelahan antiseptik batuk rematik demam diabetes
    Sementara berdasarkan arsip berita Tempo pada 29 Maret 2020, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Eka Ginanjar, membantah bahwa menghirup uap air panas bisa mematikan virus Corona Covid-19.Eka pun menilai tindakan tersebut tidak bermanfaat. "Karena virus ini ada di dalam sel tubuh walau masuknya memang secara droplet lewat sistem pernafasan," ujar Eka saat dihubungi Tempo pada Minggu, 29 Maret 2020.
    Menurut dokter spesialis penyakit dalam atau internis ini, belum ada penelitian kesehatan yang resmi yang bisa membuktikan apakah menghirup uap air panas dapat membunuh virus Corona. Sampai saat ini pun, belum ada metode yang resmi untuk melakukan penelitian tersebut.
    Eka justru khawatir masyarakat salah paham, mengira tips yang beredar di media sosial tersebut efektif. Hal itu menyebabkan masyarakat tidak lagi melakukan hal yang penting untuk mencegah penularan virus Corona, yaitu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau dengan hand sanitizer.
    Artikel cek fakta AFP yang berisi verifikasi atas klaim bahwa uap air panas bisa membunuh virus Corona Covid-19 pun memaparkan hal serupa. Para ahli yang diwawancarai AFP mengatakan bahwa hal

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim terapi uap minyak kayu putih dan serai bisa menghilangkan sesak nafas karena virus, keliru. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Eka Ginanjar, membantah bahwa menghirup uap air panas bisa mematikan virus.
    Organisasi Kesehatan Dunia bahkan menegaskan cara yang paling efektif untuk melindungi diri dari Covid-19 adalah rajin membersihkan tangan dengan sabun dan air atau pembersih berbasis alkohol, menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang yang batuk atau bersin, tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut, menutup mulut saat batuk dengan siku yang terlipat atau tisu, serta mengisolasi diri jika merasa tidak sehat.
    Bagi mereka yang terinfeksi hanya perlu mendapatkan perawatan untuk meredakan gejala. Sementara mereka yang memiliki gejala lebih serius harus dibawa ke rumah sakit.
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8725) Keliru, Klaim Megawati Mundur dari PDIP dan Menunjuk Jokowi Jadi Ketua Umum

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 13/08/2021

    Berita


    Sebuah video disertai klaim bahwa Megawati Soekarnoputri mundur dari PDIP beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Megawati Mundur dari PDIP dan menunjuk Jokowi sebagai ketua umum.
    Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 7 Agustus 2021. Akun inipun menuliskan narasi, “Mundur Dari PDIP ! Megawati Tunjuk Jokowi Gantikan Jadi Ketua Umum PDIP.”
    Hingga artikel ini dimuat, video berdurasi 10 menit tersebut telah mendapat 172 komentar dan dibagikan sebanyak 190 ribu kali.
    Apa benar ini video Megawati mundur dari PDIP dan menunjuk Jokowi sebagai ketua umum?
    Tangkapan layar video yang diklaim sebagai video Megawati mundur dari PDIP

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut dengan menggunkan tool InVid. Selanjutnya, gambar-gambar ditelusuri jejak digitalnya dengan menggunakan reverse image Google dan Yandex. Hasilnya, video di atas hanya berisi cuplikan beberapa pernyataan Megawati dalam sejumlah forum. Tidak ada sama sekali pernyataan Megawati yang menyebut dirinya mundur dari PDIP.
    Video yang identik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal POLITIK NUSANTARA pada 6 Agustus 2021 dengan judul, “Berita Terkini ~ Mundur Dari PDIP ! Megawati Tunjuk Jokowi Gantikan Jadi Ketua Umum PDIP.”
    Video di atas dimulai dengan gambar tangkapan layar Megawati pada Pelatihan Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami sekaligus peluncuran Bagunan PDI Perjuangan. Videonya pernah diunggah ke Youtube oleh kanal PDI Perjuangan pada 4 Agustus 2021 dengan judul, “PELATIHAN MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI - BAGUNA DPP PDI PERJUANGAN RABU, 4 AGUSTUS 2021.”
    Video selanjutnya merupakan cuplikan dari pidato Megawati saat peringatan HUT ke-44 PDI Perjuangan. Video yang identik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal BeritaSatu pada 10 Januari 2017 dengan judul, “Sambutan Megawati di HUT ke-44 PDI Perjuangan.”
    Cuplikan selanjutnya identik dengan video yang pernah diunggah ke Youtube oleh kanal PDI Perjuangan pada 30 Mei 2021 dengan judul, “Peresmian Kantor PDI Perjuangan, Tingkat DPD, DPC dan PAC.”
    Terdapat pula cuplikan video pidato Presiden Jokowi pada Global Healt Summit 2021. Video yang identik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal Sekretriat Presiden pada 21 Mei 2021 dengan judul, “Pidato Presiden Jokowi untuk Global Health Summit, 21 Mei 2021.”
    Video di atas juga disertai narasi yang dibacakan pengisi suara. Narasi tersebut bersumber dari tiga situs berbeda.
    Pada bagian awal naskah video yang dibacakan pengisi suara bersumber dari situs seword.com yang diunggah pada 4 Agustus 2021 dengan judul, ”Lelah, Megawati Siap Mundur, Pengganti: Prananda, Puan atau Jokowi?”
    Selanjutnya, pengisi suara juga mengutip artikel yang dimuat situs beritasatu.com yang dimuat pada 25 Februari 2021 dengan judul, “Pengamat: Berkat Jokowi Effect, Elektabilitas PDIP Makin Naik.”
    Berikut Kutipannya:
    "Membaca hasil survei dan melihat elektabilitas PDIP cenderung naik, membuat saya terkejut. Pasalnya, serangan ke partai ini datang bertubi-tubi akhir-akhir ini. Sang banteng dijadikan target," ujar pengamat politik dan pegiat media sosial, Kajitow Elkayeni.
    Menurut pengamatannya dari sisi intensitas serangan yang bermain di kubangan ini bukan main-main. Framing yang biasanya disasarkan ke Joko Widodo, kali ini merembet ke partai moncong putih.
    Dia pun mengungkapkan, serangan tersebut dalam upaya membusukkan PDIP dengan menyeret para pentolan seperti Herman Hery dan istilah ‘Madam' dalam kasus bansos adalah upaya sistematis untuk menghancurkan kredibilitas PDIP.
    "Namun yang mengejutkan, upaya untuk meredupkan pamor PDIP melalui kasus korupsi bansos, ternyata sia-sia. PDIP menjadi satu-satunya partai yang justru mengalami kenaikan elektabilitasnya," jelasnya.
    Diketahui, hasil survei Parameter menunjukkan bahwa PDIP memiliki elektabilitas tertinggi dibanding partai politik lainnya yaitu 25,1 persen. Sementara Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas PDIP sebagai partai teratas dengan 20,1 persen. Bahkan jika dilakukan semi terbuka, PDIP masih diposisi pertama 24,5 persen. Survei LSI juga menunjukkan PDIP paling dekat dengan rakyat sebesar 35,4 persen.
    Kemudian pada bagian akhir, naskah yang dibacakan pengisi suara mengutip artikel yang bersumber dari situs pikiranrakyat.com yang dimuat pada 19 Maret 2021 dengan judul, “Jokowi Disebut Pantas Jadi Ketum PDIP, Bang Arief: Apa Megawati Rela Dipimpin di Luar Trah Soekarno?”
    Berikut kutipannya:
    Seiring dengan isu tersebut, kini muncul isu yang menyebut jika Presiden Jokowi yang nantinya sudah tidak menjabat menjadi Presiden, akan menjadi Ketua Umum PDIP.
    “Muncul lagi satu isu tentang kemungkinan Pak Jokowi menggantikan MegawatiSoekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP” ujar Bang Arief.
    “Ini yang menarik namun kita lihat nanti apakah Ibu Mega (Megawati) rela kepemimpinan partai merah ini di luar trah Soekarno,” lanjut Bang Arief.
    Pernyataan Bang Arief tersebut menanggapi sebuah pemberitaan mengenai pernyataan Pengamat Politik Wempy Hadir.
    Pengamat Politik Wempy Hadir menuturkan bahwa Jokowi sangat cocok menggantikan posisi Megawati menjadi Ketua Umum PDIP.
    Terlebih, jika Presiden Jokowi sudah tidak menjabat menjadi Presiden kembali, Bang Arief menuturkan bahwa tidak mungkin Jokowi kembali membuka meubel kembali di Solo.
    Meskipun begitu, Bang Arief melihat keadaan saat ini di mana Presiden Jokowi tidak selalu beriringan dan satu pendapat dengan Megawati.
    Menurutnya, hal itu mungkin saja Megawati akan menyerahkan partainya kepada trah Soekarno kembali, yaitu anak-anaknya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan penelusuran fakta Tempo, video disertai narasi bahwa Megawati mundur dari PDIP dan menunjuk Jokowi sebagai ketua umum keliru. Tak ada sama sekali pernyataan Megawati yang menyebut dirinya mundur dari PDIP dan menunjuk Jokowi sebagai ketua umum. Video di atas hanya berisi cuplikan beberapa kegiatan Megawati dan Jokowi disertai opini dan pernyataan sejumlah pengamat politik.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8724) Keliru, Serbuan Burung Gagak dan Nyamuk Besar di Cina Gemparkan Arab

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 13/08/2021

    Berita


    Sebuah video berisi klaim berita serbuan burung gagak dan nyamuk-nyamuk besar di Cina menggemparkan Arab, diunggah pada 7 Agustus 2021. Serbuan gagak dan nyamuk itu disebut akan menimbulkan wabah penyakit baru setelah Covid-19 di Cina. 
    Narasi ini disampaikan pada detik ke-30 hingga satu menit pertama berbarengan dengan tampilan ilustrasi video ribuan burung yang terbang di langit sebuah kota. “Sekarang kita makin yakin dengan perkembangan terbaru di Cina, dan ini diberitakan di televisi arab, di Al Jazeera, bahwa gagak yang sangat banyak mendatangi negeri atau kota-kota Cina,” bunyi narasi video tersebut.
    Selain  gagak, serbuan nyamuk berukuran jumbo juga disebutkan memenuhi berbagai daerah di Cina. “Kemudian juga saat ini ada nyamuk-nyamuk yang berukuran besar-besar, memenuhi kota-kota, perkampungan-perkambangan, lembah-lembah, dan ini akan menimbulkan wabah penyakit baru. Luar biasa, berlapis-lapis yang dialami Cina." 
    Selanjutnya, narasi video berisi ceramah yang mengajak umat Islam untuk berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
    Tangkapan layar unggahan yang mengklaim serbuan burung gagak dan nyamuk besar di Cina Gemparkan Arab.

    Hasil Cek Fakta


    Dari hasil pemeriksaan, Tim Cek Fakta Tempo tidak menemukan pemberitaan di Al Jazeera maupun media Arab lainnya tentang serbuan gagak dan nyamuk berukuran besar di Cina ini. Sementara itu, narasi dan video yang ditampilkan pernah beredar pada Januari 2020, saat virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2 pertama kali mewabah di Wuhan, Cina. Namun ribuan burung di langit Cina tersebut tidak terkait dengan Covid-19. 
    Untuk menelusuri klaim tersebut, Tempo memasukkan berbagai kata kunci terkait serbuan gagak dan nyamuk jumbo di Cina dalam bahasa Inggris dan Arab ke mesin pencari Google. Termasuk menelusurinya di situs media Al Jazeera. Hasilnya, Tempo tidak menemukan pemberitaan mengenai hal tersebut pada 2021. 
    Beberapa artikel berbahasa Arab yang muncul, merujuk pada beberapa video viral pada Januari-Februari 2020 yang mengklaim ribuan gagak menyerbu Wuhan sebagai tanda kematian. Seperti yang dipublikasikan oleh situs Sky News Arab pada 14 Februari 2020. Namun klaim ini sudah dibantah oleh pemeriksa fakta AFP. Menurut AFP, video tersebut diambil oleh seorang pria bernama Hua Yi di Jalan Wencheng, Xining, Qinghai. Kawanan burung gagak itu menjadi fenomena yang biasa terjadi sejak dia pindah pada September 2019, di awal musim dingin. 
    Tempo juga menelusuri video-video kawanan burung yang dikompilasi dalam video di Facebook tersebut. Hasilnya, seluruh video itu pernah dimuat oleh kanal Epoch Times di Youtube pada 28 Januari 2020 dengan judul Video kawanan burung gagak di langit di Jingzhou, Hubei dan Video burung gagak di langit di Yichang, Hubei.
    Menurut organisasi nirlaba yang memeriksa bias media, Media Bias Fact Check, mengkategorikan pemberitaan Epoch Times cenderung bias karena memuat publikasi pseudosains, mempromosikan teori propaganda, konspirasi serta banyak gagal melakukan pemeriksaan fakta. 
    Video kawanan burung di langit Cina adalah bagian dari migrasi burung tahunan. Dikutip dari situs media Cina, Xinhua pada 2018 misalnya, ada 20 ribu burung terbang ke timur laut Cina untuk singgah di Cagar Alam Nasional Danau Xingkai, sebelum bermigrasi menuju lebih jauh ke selatan pada musim dingin. "Setiap tahun, dari pertengahan September hingga pertengahan November, burung migran dari Rusia singgah di cagar alam tersebut," kata Liu Huajin dari cagar alam.
    Total ada delapan rute migrasi burung di dunia. Tiga rute di antaranya melewati China.Terkait nyamuk berukuran jumbo
    Sedangkan terkait klaim serangan nyamuk berukuran jumbo juga tidak terjadi setelah Covid-19. Dikutip dari Cek Fakta Tempo, Sejak 2017, Beijing memang menghadapi peningkatan populasi nyamuk, terutama jenis nyamuk harimau Asia (Aedes albopictus). Nyamuk ini adalah salah satu spesies nyamuk paling invasif di dunia yang membawa penyakit demam berdarah, virus Zika, dan penyakit mematikan lainnya.
    Nyamuk harimau Asia menyumbang sekitar 14 persen dari total populasi nyamuk di Beijing pada 2017, hampir empat kali lipat ketimbang pada 2013. Pada Mei 2018, Beijing pun meluncurkan kampanye pengendalian nyamuk untuk mengurangi risiko penyakit menular seperti demam berdarah.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim berita serbuan burung gagak dan nyamuk-nyamuk besar di Cina yang menggemparkan Arab adalah keliru. Sebagian dari narasi ini disebarkan sejak akhir Januari 2020, ketika wabah SARS-CoV-2 terjadi di Wuhan, Tiongkok. Kawanan burung seperti dalam video adalah fenomena migrasi burung migran tahunan. Cina memang menjadi jalur migrasi berbagai jenis burung migran di musim dingin. Selain itu terkait klaim serangan nyamuk berukuran jumbo terjadi sejak 2017. 
    Tim CekFakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8723) Keliru, Klaim Lagu Bengawan Solo Dinyanyikan Pada Penutupan Olimpiade Tokyo 2020

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 11/08/2021

    Berita


    Pesan berantai berisi video yang diklaim merupakan penampilan lagu Bengawan Solo pada penutupan Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang, beredar. 
    Video yang dikirim bersamaan dengan narasi "Bengawan Solo pada Penutupan Olympiade 2021 di TOKYO" ini memang memperlihatkan seorang penyanyi yang menyanyikan lagu Bengawan Solo di atas panggung dengan diiringi sejumlah penari. Beberapa lirik lagu ini juga dinyanyikan dalam bahasa cina.
    Benarkah penampilan penyanyi dengan lagu Bengawan Solo ini berlangsung di upacara penutupan Olimpiade Tokyo 2020?
    Tangkapan layar unggahan yang mengklaim videopenampilan lagu Bengawan Solo di upacara penutupan Olimpiade Tokyo 2020

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula memfragmentasi video menjadi beberapa bagian foto tersebut dengan menggunakan tool InVid. Selanjutnya penelusuran dilakukan dengan menggunakan tools seperti reverse image tools Google dan Yandex.
    Hasilnya, video di atas merupakan video lawas yang pernah diunggah akun Youtube, Youpidou Channel pada 02 Oktober 2019. Akun dengan menambahkan keterangan “Esther Helen - Bengawan Solo (Indonesia) @Nanning International Folk Song Art Festival 2019”. Lagu Bengawan Solo ini sendiri dinyanyikan Esther Helen pada acara Nanning International Folk Song Art Festival 2019
    Esther Helen sendiri diketahui merupakan penyanyi dari ajang pencarian bakat China Got Talent 2019.  Ia menyanyikan lagu yang sama pada acara tersebut dengan salah satu penyanyi asal China, Cai Guoqing. Acara ini juga mengunggah videonya di akun Youtube Canxing Media Official Channel pada 20 Oktober 2019.
    Dikutip dari chinahighlights, Nanning International Folk Song Art Festival merupakan acara festival tahunan seni lagu rakyat yang diselenggarakan di Kota Nanning, China. Festival ini meliputi acara budaya, pariwisata, dan perdagangan bisnis.
    Penyanyi rakyat dari luar Guangxi serta dari negara lain selalu diundang ke Festival Seni ini. Semuanya penyanyi akan diminta untuk menampilkan lagu-lagu daerah mereka yang mendapatkan inspirasi dari banyak orang. Mereka tampil di panggung yang sama, bertukar pandangan dan keterampilan, serta berbagi lagu-lagu ceria yang mengalir dengan budaya etnik, modern, dan global. Sejak tahun 2004, acara ini telah diselenggarakan pada periode yang sama dengan Pameran China-ASEAN. Festival ini memainkan peran penting dalam komunikasi antara Guangxi dan provinsi lain, Cina dan negara lain.
    Sementara upacara penutupan Olimpiade Tokyo 2020 sendiri diselenggarakan pada Ahad, 08 Agustus 2021. Closing ceremony ini berlangsung di Stadion Olimpiade Tokyo pukul 18.00 hingga 21.00 WIB. Berdasarkan tayangan Champions TV yang dibagikan oleh vidio.com pada acara yang berdurasi 2 jam 15 menit 14 detik itu terlihat tidak ada lagu Bengawan Solo yang dinyanyikan di sepanjang acara penutupan. 

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, pesan berantai yang membagikan video diklaim merupakan pementasan lagu Bengawan Solo pada penutupan Olimpiade 2021 di Tokyo, Jepang, keliru. Video tersebut merupakan video lawas yang pernah diunggah pada 02 Oktober 2019 dan diketahui merupakan bagian dari acara Nanning International Folk Song Art Festival 2019. Dilansir dari ditayangkan Champions TV dan dibagikan oleh vidio.com pada acara yang berdurasi 2 jam 15 menit 14 detik itu terlihat tidak ada lagu Bengawan Solo yang dinyanyikan di sepanjang acara penutupan.
    TIM CEKFAKTA TEMPO

    Rujukan