• (GFD-2023-14366) Keliru, Omicron XBB 5 Kali di Singapura Lebih Berbahaya daripada Delta

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 11/12/2023

    Berita


    Sebuah teks beredar di Facebook dan aplikasi perpesanan WhatsApp berisi klaim tentang Omicron XBB, varian virus Covid-19 Omicron, sub varian XBB, yang lima kali lebih ganas daripada varian Delta yang beredar di Singapura.
    Saat menyerang manusia, virus tersebut dikatakan tidak mudah dideteksi, namun mematikan. Tes swab di bagian hidung dikatakan sering memberikan hasil negatif, padahal sebenarnya positif. Diklaim juga orang yang terjangkit tidak mengalami batuk maupun demam, melainkan mengalami nyeri sendi, sakit pada kepala, leher, punggung bagian atas, radang paru-paru, dan pada umumnya nafsu makan berkurang.

    Namun, benarkah narasi tentang berita dari Singapura terkait virus Corona atau Covid-19, sub varian Omicron XBB, lima kali lebih ganas daripada sub varian Delta?

    Hasil Cek Fakta


    Angka infeksi dan jumlah orang yang dirawat karena Covid-19 memang kembali meningkat di Singapura, varian yang menyebar adalah keturunan dari varian Omicron XBB, yakni EG.5 dan sub-garis keturunannya HK.3.
    Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung seperti dikutip dari Channel News Asia. Perkiraan kasus harian telah meningkat dari sekitar 1.000 kasus tiga minggu yang lalu menjadi 2.000 kasus dalam dua minggu terakhir.
    Akan tetapi klaim bahwa varian XBB Omicron lebih ganas adalah tidak benar. Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM dr Riris Andono Ahmad, MPH PhD, mengatakan tidak ada keterangan dari WHO ataupun jurnal ilmiah yang relevan, yang menyatakan Omicron XBB lebih ganas dari varian lain.
    Dia menjelaskan subvarian Omicron XBB memiliki sifatimmune escape, yang meningkatkan kemampuannya menginfeksi manusia. Hal itu menyebabkan penyebaran virus semakin meningkat pula.
    “Immune escapeadalah kemampuan virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh kita. Tubuh kita memproduksi antibodi untuk mengenali protein spesifik dari virus tadi. Apabila mutasi (virus) terjadi pada gen yang mengatur produksi protein, maka ada perubahan ekspresi protein yang tidak dapat dikenali oleh antibodi yang spesifik dengan protein sebelumnya,” kata Riris Andono pada Tempo, Jumat, 8 Desember 2023.
    Ia juga mengatakan bahwa sebagian hasil tes memang tidak berhasil mendeteksi keberadaan virus tersebut di tubuh manusia. Namun, yang menentukan tingkat keberhasilan tes sesungguhnya adalah jenis protein yang digunakan, dan tidak berdasarkan pengambilan sampel swab melalui mulut atau hidung.
    Gejala pada manusia yang terinfeksi subvarian Omicron XBB juga sama dengan subvarian Omicron lainnya, di antaranya batuk, pilek, demam, dan gejala lain yang serupa.
    Demikian juga mengenai virus Covid-19 subvarian Omicron XBB 1.5 yang saat ini mendominasi jumlah kasus aktif di Indonesia. Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dr. Dicky Budiman M.Sc.PH, mengatakan subvarian Omicron XBB 1.5 itu tidak lebih ganas dari varian sebelumnya. Kesimpulan ini tampak dari data yang dikumpulkan di negara-negara di Eropa, di mana surveilans atau pemantauan penyakit, dilakukan dengan sangat baik.
     “Sub varian yang saat ini ada, memang menjadi salah satu pemicu bertambahnya kasus infeksi. Tapi kalau dalam konteks keparahan, sebenarnya tidak ada penambahan yang signifikan,” kata Dicky pada Tempo, Jumat, 8 Desember 2023.
    Meskipun demikian, dia tetap mengimbau masyarakat untuk mencegah infeksi atau penularan virus Covid-19 tersebut, karena dikhawatirkan dampak infeksinya tetap merugikan, terutama potensi terjadinya long Covid.
    Masyarakat diimbau tetap menggunakan masker, rajin mencuci tangan, menjaga jarak dengan orang lain, dan memperbaiki kualitas udara. Rajin olahraga juga dianjurkan, termasuk sesekali mengkonsumsi suplemen vitamin.
    Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui website mereka, 27 Oktober 2022, menyatakan bahwa para pakar tidak menemukan perbedaan tingkat keparahan antara Omicron XBB dengan sub varian lainnya. Namun, potensi infeksi ulangnya yang dinilai lebih tinggi dibandingkan sub varian lain.
    Reuters, 12 November 2023, narasi yang mengatakan varian Covid-19 Omicron XBB lebih ganas daripada Delta adalah keliru. Omicron XBB tidak lebih ganas dari sub varian Omicron lainnya maupun Delta.
    Pesan beredar sejak 2022
    Pesan berantai berisi klaim varian Omicron XBB lima kali lebih ganas daripada varian Delta di Singapura, telah beredar sejak 2022. Pemerintah Singapura melalui siaran pers telah membantah narasi yang awalnya disebarkan website Thailand Medical News, 9 Oktober 2022. Padahal, narasi tersebut keliru.
    Dilansir Tempo, 27 Oktober 2022, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro menjelaskan tingkat keparahan Omicron XBB lebih rendah dibanding sub varian omicron lainnya.
    Ia juga mengutip data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, yang menyatakan gejala terjangkit Omicron XBB antara lain demam, merasa kedinginan, batuk, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, diare, dan sesak napas.

    Kesimpulan


    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan bahwa virus Covid-19 sub varian Omicron XBB lima kali lebih parah dari varian Delta di Singapura adalahkeliru.
    Meskipun saat ini terjadi lonjakan infeksi Covid-19 di Singapura yang disebabkan oleh keturunan varian Omicron XBB, yakni EG.5 dan sub-garis keturunannya HK.3, tapi telah banyak dibantah bahwa barian XBB Omicron lima kali lebih ganas daripada Delta.

    Rujukan

  • (GFD-2023-14365) [SALAH] Ilmuan Universitas Yale Mengembangkan Pemberian Vaksin mRNA Melalui Udara tanpa Disuntik

    Sumber: Gettr.com
    Tanggal publish: 11/12/2023

    Berita

    “Universitas Yale sedang mengembangkan teknologi untuk mengirimkan vaksin mRNA baru melalui udara”

    Hasil Cek Fakta

    Sebuah postingan di Gettr memberitakan informasi yang diklaim bahwa Universitas Yale sedang mengembangkan vaksin mRNA yang dapat diberikan melalui udara tanpa proses penyuntikan. Dalam postingan tersebut juga menunjukkan sebuah penelitian dari beberapa peneliti asal Universitas Yale mengenai pemberian vaksin dengan nanopartikel.

    Namun faktanya penelitian tersebut menemukan molekul mRNA yang diberikan secara langsung ke hidung dapat secara efektif memvaksinasi tikus dari virus Covid-19. Heewon Suh, salah satu penulis dari penelitian tersebut melalui AFP membantah klaim tersebut, ia menjelaskan bahwa pemberian vaksin melalui udara dengan teknik airbone tersebut tidak akan berhasil terhadap manusia.

    Selain itu, penelitian yang dijadikan rujukan tersebut juga tidak melibatkan manusia untuk dijadikan uji coba, sehingga tidak dapat dijadikan bukti yang membenarkan klaim tersebut.

    Dengan demikian, Universitas Yale mengembangkan vaksin dengan pemberian melalui udara adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Moch. Marcellodiansyah

    Faktanya klaim tersebut salah mengartikan penelitian yang menemukan bahwa molekul mRNA yang diberikan secara langsung ke hidung dapat secara efektif memvaksinasi tikus terhadap virus Covid-19. Peneliti menyebut bahwa teknik airbone yang memberikan vaksin melalui udara tidak akan berhasil pada manusia.

    Rujukan

  • (GFD-2023-14364) [SALAH] Video Ratusan Lumba-lumba Berenang di Lautan Setelah Erupsi Gunung di Meksiko

    Sumber: Twitter.com
    Tanggal publish: 11/12/2023

    Berita

    “#BREAKING #UPDATE – MUST SEE – A VIDEO captured in #Mexico shows a pack of hundreds of #Dolphins swimming in large pods as #Popocatepetl erupted earlier today. #naturaldisaster #eruption #VolcanicEruption #volcano #seismic #AnimalLovers #iceland #Japan #Etna #earthquake #Italy #Russia”

    Terjemahan:

    “#BREAKING #UPDATE – WAJIB DILIHAT – VIDEO yang diambil di #Meksiko menunjukkan ratusan #Lumba-lumba berenang dalam kelompok besar saat #Popocatepetl meletus hari ini. #bencana alam #letusan #Letusan Gunung Berapi #gunung berapi #seismik #Pecinta Hewan #iceland #Jepang #Etna #gempa bumi #Italia #Rusia”

    Hasil Cek Fakta

    Postingan di Twitter membagikan video yang menunjukkan sekumpulan lumba-lumba berenang di lautan, kejadian tersebut diklaim berada di Meksiko setelah erupsi gunung Popocatépetl pada November 2023.

    Namun faktanya video tersebut berlokasi di lepas pantai California selatan yang diambil pada Maret 2021. Video tersebut sudah terpublikasi oleh channel YouTube Dana Poin Whale Watching, dalam deskripsinya menyebut perilaku lumba-lumba berenang begitu cepat secara berkelompok disebut Dolphin Stampede. Sehingga tidak ada kaitannya dengan erupsi gunung di Meksiko pada November 2023.

    Dengan demikian, video ratusan lumba-lumba berenang di lautan setelah erupsi gunung di Meksiko adalah tidak benar dengan kategori Konteks yang Salah.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Moch. Marcellodiansyah

    Faktanya video tersebut berlokasi di lepas pantai California selatan yang diambil pada Maret 2021, tidak ada kaitannya dengan erupsi yang terjadi di Meksiko pada November 2023.

    Rujukan

  • (GFD-2023-14363) [SALAH] Video Prabowo Diteriaki “Anies Presiden” Saat Dampingi Jokowi di Solo

    Sumber: TikTok.com
    Tanggal publish: 11/12/2023

    Berita

    “Semua Teriak Anies Presiden, Prabowo Dibuat Malu Warga Solo”

    “Sabar ya pak Jokowi, pak Perabowo, rakyat menginginkan perubahan AMIN kalian yang legowo dah pada sepuh ,ngaso. AMIN …AMIN ..AMIN..AMIN”

    Hasil Cek Fakta

    Sebuah video di TikTok menunjukkan Prabowo mendampingi Presiden Jokowi yang diklaim sedang berada di Solo. Dalam video tersebut terdengar teriakkan “Anies Presiden” saat Prabowo dan Jokowi sedang menyapa warga.

    Namun faktanya video tersebut adalah hasil manipulasi. Dalam video asli tidak terdengar teriakkan warga menyebut “Anies Presiden”, hanya terdengar teriakkan warga yang memanggil Prabowo. Momen tersebut diambil saat Prabowo mendampingi Jokowi kunjungan di Pasar Bululawang di Kab. Malang, Jawa Timur, bukan di Solo.

    Dengan demikian, video Prabowo dan Jokowi Diteriaki “Anies Presiden” menyapa warga di Solo adalah tidak benar dengan kategori Konten yang Dimanipulasi.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Moch. Marcellodiansyah

    Faktanya video asli tidak terdengar suara teriakan warga yang menyebut “Anies Presiden”, yang terdengar adalah suara warga yang memanggil Prabowo. Video tersebut diambil pada saat kunjungan Presiden Jokowi di Pasar Bululawang di Kab. Malang, Jawa Timur, bukan di Solo.

    Rujukan