• (GFD-2021-8836) Sesat, Klaim Gunung Welirang di Jawa Timur Mengalami Erupsi

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/12/2021

    Berita


    Beberapa video yang memperlihatkan awan berwarna merah disertai petir yang disebut terjadi di sekitar Gunung Arjuno Welirang beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Gunung Welirang mengalami erupsi.
    Di Youtube, Video tersebut diunggah kanal ini pada 14 Desember 2021 dengan judul, “masih jawa timur || Gunung welirang erupsi. ya Allah ampunilah dosa2 kami.”
    Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan sebanyak 72 kali. Apa Benar gunung Welirang di Jawa Timur mengalami erupsi?
    Tangkapan layar unggahan video yang diklaim sebagai momen erupsi Gunung Welirang

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut dengan menggunakan tool InVid. Selanjutnya gambar-gambar hasil fragmentasi ditelusuri jejak digitalnya dengan menggunakan tool reverse image Google dan Yandex.
    Hasilnya, Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stamet Juanda, Teguh Tri Susanto fenomena awan berwarna merah disertai petir yang terjadi di gunung welirang bukanlah erupsi.
    Video yang identik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal KOMPASTV pada 13 Desember 2021 dengan judul, “Viral! Fenomena Langit Merah di Atas Gunung Welirang, Begini Penjelasan BMKG.”
    “Sejumlah video amatir warga mempelihatkan langit seperti membara di atas Gunung Welirang, Malang, Jawa Timur,” tulis kanal tersebut.
    Video identik lainnya juga diunggah kanal ONE-OFFICIAL pada hari yang sama dengan judul, “GUNUNG WELIRANG - FENOMENA AWAN CUMULONIMBUS - AWAN YANG MEMANCARKAN CAHAYA MERAH & KILAT.”
    Menurut kanal tersebut, fenomena cuaca ekstrem yang berasal dari awan Cumulonimbus (CB), lumrah ketika siangnya terik, maka biasanya sore hari muncul awan CB.
    Koordinator Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur Taufiq Hermawan juga mengatakan, fenomena langit merah dan petir tersebut merupakan hal biasa.
    Menurut Taufiq, awan merah itu salah satu contoh fenomena optik atmosfer. Taufiq menjelaskan, warna kemerahan pada awan langit di sekitarnya disebabkan oleh pembiasan cahaya matahari oleh partikel-partikel yang ada di atmosfer.
    "Sehingga menghasilkan energi yang rendah, gelombang panjang dan memunculkan warna kemerahan," kata Taufiq dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (14/12/2021).
    Semakin rendah posisi matahari dari garis cakrawala, jelas dia, maka semakin rendah cahaya merah yang dicapai. Taufiq menuturkan, fenomena langit kemerahan ini biasa terjadi pada sore menjelang malam hari.
    Dilansir dari CNN Indonesia, kejadian itu dilaporkan berlangsung sekitar pukul 18.00 WIB, Senin (13/12). Fenomena tersebut membuat warga heboh. Mereka pun khawatir gunung tersebut mengalami erupsi.
    "Seperti awan warnanya merah, terus terlihat juga kilat menyala-nyala, dari atas Welirang," kata Febri Arissandi, seorang mahasiswa pascasarjana di Batu, kepada CNNIndonesia.com.
    Gunung Welirang berstatus aktif dengan ketinggian 3.156 mdpl yang secara administratif terletak di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
    Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stamet Juanda, Teguh Tri Susanto mengatakan dari hasil pantauan pihaknya di wilayah Malang, Mojokerto, dan sekitarnya, fenomena tersebut adalah hal biasa dan bukan sebuah erupsi.
    "Fenomena awan yang terlihat berwarna merah, merupakan hal yang biasa terjadi. Hal tersebut merupakan salah satu contoh fenomena optik atmosfer," ujarnya.
    Teguh menjelaskan warna kemerahan pada awan dan langit di sekitarnya disebabkan pembiasan cahaya matahari oleh partikel-partikel yang ada di atmosfer sehingga menghasilkan energi yang rendah, gelombang panjang, dan memunculkan warna kemerahan.
    "Semakin rendah posisi matahari dari garis cakrawala, maka semakin rendah pula cahaya merah yang dicapai," ujarnya.
    Fenomena langit kemerahan ini biasanya memang terjadi pada sore menjelang malam hari. Berdasarkan radar BMKG Juanda terpantau banyak pertumbuhan awan Cumulonimbus di sekitar lokasi.
    "Awan cumulonimbus adalah satu-satunya jenis awan yang dapat menghasilkan petir. Sambaran kilat dari awan ini menambah cahaya kemerahan dari langit tersebut," katanya.
    Teguh berharap agar masyarakat tidak panik. Ia meminta tetap selalu memantau serta mencari informasi yang valid sehingga terhindar dari isu-isu yang tidak bertanggung jawab.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video yang memperlihatkan fenomena awan merah disertai kilatan petir yang disertai klaim bahwa Gunung Arjuno Welirang di Jawa Timur mengalami erupsi, menyesatkan. Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stamet Juanda, Teguh Tri Susanto fenomena awan berwarna merah disertai petir yang terjadi di gunung welirang bukanlah erupsi.
    Warna kemerahan pada awan dan langit di sekitarnya disebabkan pembiasan cahaya matahari oleh partikel-partikel yang ada di atmosfer sehingga menghasilkan energi yang rendah, gelombang panjang, dan memunculkan warna kemerahan. Saat enomena tersebut terjadi, radar BMKG Juanda memantau banyak pertumbuhan awan Cumulonimbus yang dapat menghasilkan petir.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8835) Keliru, Ini Bentuk Kristal Air Biasa dan Kristal Air Zamzam yang Berhasil Diabadikan Masaru Emoto

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 14/12/2021

    Berita


    Kolase foto dua bentuk kristal air temuan Masaru Emoto beredar di media sosial. Kolase foto tersebut dibagikan dengan klaim sebagai penampakan kristal air biasa  dan kristal air Zamzam.
    Di Twitter, gambar tersebut dibagikan akun ini pada 5 Desember 2021 disertai narasi, “Begini penampakan molekul air biasa dan molekul air Zamzam dilihat menggunakan mikroskop.”
    Hingga artikel ini dimuat, gambar tersebut telah mendapat 125 likes dan diretweet sebanyak 17 kali. Apa benar ini foto kristal air biasa dan air zamzam yang berhasil diabadikan Masaru Emoto?
    Cover Cek Fakta: Bentuk Kristal Air Biasa dan Kristal Air Zamzam yang Berhasil Diabadikan Masaru Emoto

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital gambar tersebut dengan menggunakan tool reverse image Google dan Yandex. Hasilnya, gambar pertama merupakan bentuk kristal air yang terbentuk setelah mendapat pengaruh dari music “Swan Lake” karya Tchaikovsky. Sementara foto kristal air yang kedua merupakan kristal air yang terbentuk setelah dibacakan doa dari seorang biksu Buddha.
    Gambar yang identik pernah dimuat situs masaru-emoto.net. Foto pertama merupakan wujud kristal air setelah mendapat pengaruh music “ Swan Lake ” Tchaikovsky. Sementara foto kristal air yang kedua merupakan kristal air yang terbentuk setelah dibacakan doa dari seorang biksu Buddha.
    Situs ini menampilkan sejumlah karya fotografi kristal air yang terbagi dalam empat kategori yakni air alami, pengaruh musik, pengaruh kata-kata dan kekuatan doa.
    Bentuk kristal air Zamzam temuan Masaru Emoto sendiri pernah dimuat situs nationalgeographic.grid.id pada 12 Mei 2021 dengan judul, “ Bentuk Asli Kristal Unik Air Zamzam dari Penelitian Masaru Emoto.” Keterangan foto menjelaskan bahwa molekul air Zamzam membentuk dua kristal.
    Dilansir dari nationalgeographic.grid.com, Masaru terkenal berkat paparan penelitian resonansi kristal air yang ditangkap melalui foto mikroskopis. Masaru mencoba membuktikan bahwa air tidak hanya berbicara tentang senyawa H20 saja. 
    Penelitiannya menunjukan bahwa pikiran, kata-kata, emosi, doa, dan musik memilik efek langsung pada pembentukan kristal air. Dan karena tubuh dan planet kita sebagian besar adalah air, pikiran dan kata-kata tidak hanya memengaruhi pikiran kita sendiri, tetapi juga dunia. 
    Eksperimen Masaru melibatkan pemaparan gelas berisi air ke berbagai kata, gambar atau musik. Kemudian membekukan air dan memeriksa kristal beku di bawah mikroskop. Penelitianya memperlihatkan bahwa kata-kata dan emosi positifm musik klasik dan doa positif yang diarahkan ke air menghasilkan kristal yang indah. 
    Dikutip dari laman flaska.eu, metode Dr Masaru Emoto didasarkan pada prinsip pembekuan berbagai sampel air 0,5 ml. Kemudian, potongan-potongan kecil es diekstraksi dari sampel dan digunakan sebagai apa yang disebut "benih" dari mana kristal air kemudian tumbuh.
    Kristal terbentuk pada suhu antara -5 dan 0 °C dalam berbagai bentuk berdasarkan kesimpulan Dr Emoto tentang kualitas air. Air dengan struktur internal yang hancur (karena pengaruh mekanis, kimia atau getaran) tidak membentuk kristal atau membentuk kristal dengan bentuk yang tidak beraturan. Mata air biasanya membentuk kristal heksagonal, yang sama dengan kristal air dari Flaska di foto.
    Dr Emoto telah menulis beberapa buku di antaranya yang paling terkenal adalah Messages from Water. Dalam buku tersebut, berbagai perairan dari seluruh dunia mengungkapkan wajah mereka masing-masing melalui foto kristal mereka.
    Namun, beberapa ilmuan meragukan hasil penelitian Masaru. Seorang profesor biokimia dan kesadaran publik, William Reville, bahkan menyebutnya sebagai pseudoscience.
    Keraguan itu didasarkan pada latarbelakang keilmuan Masaru yang merupakan lulusan dari departemen humaniora dan sains Universitas Yokohama dengan fokus Hubungan Internasional. Juga gelar doktor pengobatan alternatif yang ia dapatkan dari Open International University.
    Dilansir dari irishtimes.com, William mengatakan sangat tidak mungkin ada kenyataan di balik klaim Emoto. Bahkan sebuah studi triple blind tentang klaim Masaru gagal menunjukkan efek apapun. Juga, fenomena yang dia gambarkan belum pernah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah peer review, yang hampir pasti berarti bahwa efeknya tidak dapat ditunjukkan dalam kondisi yang terkendali.
    “Tapi, Anda mungkin berkata, mungkin tidak ada yang mencoba meniru efek ini di bawah kondisi yang terkendali. Saya sangat meragukan itu. Bagaimanapun, fenomena Emoto akan luar biasa, jika benar, dan demonstran dari fenomena tersebut akan mencapai ketenaran instan dan, mungkin, keberuntungan,” kata William.
    Menurut William banyak faktor dalam pekerjaan yang dijelaskan oleh Emoto tampaknya tidak terkontrol dengan baik – pembentukan kristal es diketahui dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti laju pendinginan. Juga, fotografer kristal diberitahu untuk memilih tampilan "paling menyenangkan", sangat meningkatkan kemungkinan subjektivitas yang mempengaruhi hasil.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, foto-foto kristal air temuan Masaru Emoto yang diklaim sebagai kristal air biasa dan kristal air Zamzam, keliru. Kedua foto tersebut memang merupakan hasil temuan Masaru, namun foto pertama bukanlah wujud kristal air biasa, melainkan kristal air yang diklaim Masaru telah mendapat pengaruh music “Swan Lake” Tchaikovsky. Sementara foto kristal air yang kedua merupakan kristal air yang terbentuk setelah dibacakan doa dari seorang biksu Buddha.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8834) Keliru, Video Angin Kencang di Merak, Banten

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 13/12/2021

    Berita


    Video yang diklaim video angin kencang di Merak, Banten, beredar di Facebook sejak 7 Desember 2021. Dalam video berdurasi 30 detik dalam posisi vertikal itu, tampak angin kencang yang berembus di sebuah ruas jalan. Terlihat juga atap rumah yang melayang dan ranting pepohonan yang terdampak. 
    “Detik² Angin Kencang di merak-banten,” tulis narasi akun yang mengunggah video itu. Teks Ini kejadian di Merak hari ini dalam warna merah disematkan di dalam video. 
    Pada detik ke-20, terdengar suara warga mengucapkan “Allahu akbar!”
    Tangkapan layar unggahan yang diklaim sebagai video angin kencang di Merak, Banten

    Hasil Cek Fakta


    Hasil pemeriksaan fakta Tempo menunjukkan, bahwa video angin kencang itu tidak terjadi di Merak, Banten. Melainkan di Dusun Mulyosari, Desa Wanutengah, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
    Tempo mendapatkan hasil tersebut setelah memfragmentasi video itu menjadi sejumlah gambar. Dari gambar kemudian ditelusuri dengan alat reverse image milik Google dan Yandex. Melalui cara tersebut, Tempo mendapatkan petunjuk dari sejumlah akun yang mengunggah video yang sama. 
    Kanal Akatha Pongcing di Youtube misalnya, mengunggah video tersebut pada 3 Desember 2021, dengan keterangan Angin Ribut Ds. Mulyosari Parakan. Video yang diunggah kanal Akatha berdurasi lebih panjang, yakni 1:40 menit, dan tanpa muatan teks merah bertuliskan Ini kejadian di Merak hari ini. 
    Berdasarkan petunjuk lokasi tersebut, Tempo kemudian membandingkan dengan pemberitaan media. Tempo mendapatkan sejumlah media menerbitkan video yang identik tentang angin kencang di Dusun Mulyosari, Temanggung, Jawa Tengah.  
    Kanal Inews di Youtube mempublikasikan video dengan isi sama pada 3 Desember 2021 dengan judul Angin Puting Beliung Terjang Kawasan Temanggung, Jawa Tengah, Belasan Rumah Rusak. 
    Tangkapan layar Kanal Inews di Youtube yang mempublikasikan video pada 3 Desember 2021 dengan judul Angin Puting Beliung Terjang Kawasan Temanggung, Jawa Tengah, Belasan Rumah Rusak
    Video yang sama juga dimuat di akun Instagram BPBD Kabupaten Temanggung pada 2 Desember 2021. BPBD Temanggung memberikan penjelasan, video tersebut adalah bencana angin puting beliung di Kelurahan Parakan Wetan dan sekitarnya, yang terjadi pada 2 Desember 2021 sekitar pukul 16.00 WIB.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan video yang diklaim angin kencang di Merak, Banten, pada 7 Desember 2021 adalah keliru. Faktanya, video tersebut bencana angin puting beliung di Kelurahan Parakan Wetan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah pada 2 Desember 2021, pukul 14.00 WIB.
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan

  • (GFD-2021-8833) Keliru, Video yang Diklaim Erupsi Gunung Semeru

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 09/12/2021

    Berita


    Video yang diklaim erupsi Gunung Semeru beredar di media sosial. Di Twitter, video itu menjadi viral karena telah dibagikan 5.723 kali dan ditonton 677,1 ribu kali.
    Berdurasi tujuh detik, video itu menampakkan letusan gunung yang melontarkan material vulkanik ke arah udara. Di sekitar gunung yang sedang erupsi itu terlihat pemandangan hutan dan air terjun.  
    “Semeru Mountain volcanic eruption from 2 days ago,” tulis akun World of Science yang mengunggah video itu pada 7 Desember 2021. 
    Klaim ini beredar di tengah momen Gunung Semeru yang menunjukkan aktivitas aktifnya sejak 4 Desember 2021. 
     Tangkapan layar unggahan video yang diklaim sebagai momen erupsi Gunung Semeru, 4 Desember 2021

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memeriksa klaim itu, Tempo memfragmentasi dua video itu menjadi dua gambar yakni gambar gunung yang erupsi dan gambar air terjun. Dengan menggunakan reverse image tool Tineye dan Bing, foto erupsi gunung tersebut identik dengan foto yang dimuat oleh situs Huffpost dalam artikel 10 Magnificent Drone Photos That Capture The World Like You've Never Seen It, edisi 6 Desember 2017. 
    Huffpost memberikan keterangan, bahwa foto itu adalah erupsi Gunung Calbuco, Puerto Montt, Chile. Situs Alamy Stock Photo juga memberikan keterangan: letusan gunung berapi Calbuco di Patagonia Chili, pada siang hari, April 2015. 
    Dengan petunjuk tersebut, Tempo kemudian menelusuri video erupsi Gunung Calbuco di Youtube. Hasilnya, video yang identik pernah diunggah oleh kanal Volcano Expedition pada 3 Mei 2021, dengan judul Calbuco volcano, Chile (2015).
    Tangkapan layar unggahan di kanal Volcano Expedition pada 3 Mei 2021, dengan judul Calbuco volcano, Chile (2015) 
    Dikutip dari BBC, erupsi Gunung Calbuco pada 2015 melontarkan kolom besar lava dan abu  beberapa kilometer ke udara. Gunung tersebut adalah salah satu yang paling aktif di Chili.
    Setelah mendapatkan petunjuk gunung yang erupsi itu, Tempo menelusuri gambar air terjun yang berada di bawah gunung tersebut. Dengan menggunakan reverse image tool milik Yandex, Tempo mendapatkan petunjuk, bahwa foto itu adalah Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, di Kampung Siji, Jl. Raya Sidomulyo, Besuk Cukit, Sidomulyo, Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. 
    Tempo juga mencari video Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang di Youtube yang identik dengan video yang beredar akun youtube  Trans7 Channel.
    tangkapan layar unggahan Pemandangan Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang. (Sumber: Youtube Trans7 Channel)

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan video yang diklaim erupsi Gunung Semeru adalah keliru. Video tersebut menggabungkan video erupsi Gunung Calbuco, Chile pada 2015 dan foto Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang. 
    Tim Cek Fakta Tempo

    Rujukan