• (GFD-2021-8825) Keliru, Foto Anak Korban Penculikan di Gorontalo

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 01/12/2021

    Berita


    Kolase foto yang memperlihatkan seorang bocah tengah mendapatkan perawatan medis akibat luka dibagian jari tangannya beredar di media sosial. Foto-foto tersebut dibagikan dengan narasi bahwa anak tersebut merupakan korban penculikan di Gorontalo dan tangannya terluka saat meloloskan diri.
    Di Facebook, kolase foto tersebut dibagikan akun ini pada 26 Oktober 2020. Berikut narasi lengkapnya:
    “As.di impor masikan kpd org2 tua,agar memperhatikan anak jika tidak ad di rumah,penculikan anak sudah meraja leleh,kejadian ini terjadi di ilomata,kb.gorontaloh,anak in di culik dengan mengunakan mobil,untungnya anak ini bisa meloloskan diri dari penculikan,lihat tangan anak ini,terluka krn berusaha untuk meloloskan diri dri penculikan.berhati hatilah kita semua sebelum akan terjadi sesuatu kpd kita semua.”
    Hingga artikel ini dimuat kolase foto tersebut telah dibagikan lebih dari 8.200 kali dan mendapat 10 komentar. Apa benar ini foto anak korban penculikan di Gorontalo?
    Tangkapan layar unggahan dengan klaim foto anak korban penculikan di Gorontalo

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri jejak digital foto tersebut dengan menggunakan tool reverse image Google. Hasilnya, anak tersebut bukanlah korban penculikan. Tangannya luka akibat terkena pecahan botol saat bermain dengan teman-temannya.
    Kolase foto yang identik pernah dimuat situs  detotabuan.com  pada 27 Oktober 2020 dengan judul, “Kabar Percobaan Penculikan Anak di Pinolosian Ternyata Hoax.”
    Namun, narasi paa kolase foto yang dimuat situs ini menyebutkan bahwa lokasi kejadian yakni di Ilomata, (Kecamatan Pinolosian, Kabupaten Bolaang Mangondow Selatan, Sulawesi Utara).
    Kolase foto yang disertai narasi narasi penculikan, juga membuat heboh netizen di Sulawesi Utara. Tidak terkecuali warga di Bolaang Mangondow Selatan (Bolsel).
    Mendapat inormasi tersebut, Polres Bolsel bersama 2 anggota Polsek Pinolosian langsung menuju lokasi yang disebutkan.
    “Setelah menerima informasi, pukul 16.40 Wita Piket Reskrim bersama Anggota Sat IK bersama 2 anggota Polsek Pinolosian mendatangi TKP dan rumah korban untuk melakukan penyelidikan dan Pulbaket kebenaran berita yang beredar di medsos tentang adanya informasi penculikan anak,” ujar Kasat Reskrim Polres Bolsel, IPTU, Sahroni Rasyid.
    Korban anak berinisial M (7) dan orang tuanya kemudian di arahkan menuju Polsek Pinolosian untuk membuat laporan polisi.
    “Setelah korban (M) berada di Polsek, kemudian dilakukan interogasi oleh Piket Reskrim Res Bolsel dan mendapatkan keterangan bahwa korban luka korban bukan karena akan di culik, namun korban sedang bermain sambil berlari, lalu jatuh tersungkur ketanah dan jari telunjuk kiri dari korban kena pecahan beling yang mengakibatkan luka robek,” ujarnya.
    Pada pukul 17:00 WITA,  Satuan Reserse dan Kriminal (Satreskrim) langsung menggelar pemeriksaan dengan mengkonfirmasi langsung ke anak yang diduga menjadi korban penculikan.
    “Dari pengakuan bocah tersebut, bahwa dia bersama teman-temannya sedang bermain. Saat itu dia berlari dan jatuh, kemudian jari tangannya terkena pecahan botol. Karena takut akan dimarahi orang tuanya, sehingga dia mencari alasan, bahwa kejadian yang menimpa dirinya karena akan  diculik orang, dan tangannya terluka akibat melawan,” terang Anggota Satreskrim Polres Bolsel, Bripka Rekky H Madoa, saat dikonfirmasi detiksulawesi, Senin (26/10/2020).
    “Sampai saat ini tidak ada laporan penculikan anak yang masuk di Polres maupun Polsek Pinolosian," ujar Kasat Reskrim Polres Bolsel, IPTU, Sahroni Rasyid, Selasa (27/10/2020) ketika dihubungi Tribun Manado.
    "Jadi berita penculikan itu tidak benar atau hoax,” tegasnya.
    Kapolres Bolsel AKBP Yuli Kurnianto menghimbau masyakarat agar tidak mudah menyebarkan/membagikan informasi yang belum pasti kebenarannya.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, kolase foto seorang seorang bocah tengah mendapatkan perawatan medis akibat luka dibagian jari tangannya yang diklaim sebagai korban penculikan,keliru. Kapolres Bolsel AKBP Yuli Kurnianto memastikan bahwa inormasi tersebut merupakan hoaks.
    Anak tersebut terluka pada bagian tangannya akibat terkena pecahan botol. Karena takut akan dimarahi, anak itupun mengarang cerita dengan mengaku bahwa ia menjadi korban penculikan. Lokasi kejadian juga bukan di Gorontalo, melainkan di Bolaang Mangondow Selatan, Sulawesi Utara.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8824) Menyesatkan, Video Gempa Bumi di Jambi pada 29 November 2021

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 01/12/2021

    Berita


    Sebuah video hasil rekaman CCTV yang memperlihatkan suasana kepanikan disebuah warung internet beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa Jambi gempa dahsyat hari ini.
    Di Youtube video tersebut dibagikan kanal ini pada 29 November 2021 dengan judul, “ Sumatera Terbelah!! Jambi Gempa Dahsyat Hari Ini, Warga Berhamburan.”
    Berikut narasi lengkapnya:
    “Gempa Jambi Hari Ini. Gempa banyuasin. Gempa bumi dengan magnitudo 4.7 yang ikut dirasakan di Kota Jambi, terjadi Selasa (29/11/2021) pukul 16.07 WIB. Warga Kota Jambi yang merasakan getaran gempa ini banyak yang berhampuran ke luar dari rumah. Demikian juga pekerja di kantor, tidak sedikit yang keluar dari gedung untuk menghindari kemungkinan negatif.”
    Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan lebih dari 25.500 kali dan mendapat 25 komentar. Apa benar ini rekaman video gempa di Jambi pada 29 November 2021?
    Tangkapan layar unggahan video yang diklaim sebagai Video Gempa Bumi di Jambi pada 29 November 2021

    Hasil Cek Fakta


    Video tersebut merupakan rekaman peristiwa gempa di Pidie Jaya, Aceh, pada 25 Februari 2017.
    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut dengan menggunakan tool InVid. Selanjutnya gambar-gambar hasil fragmentasi ditelusuri jejak digitalnya dengan menggunakan reverse image tools Google dan Yandex.
    Video yang identik dengan kualitas yang lebih baik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal Khalikul Lc pada 25 Februari 2017 dengan judul, “ Gempa Bumi Pidie Jaya Aceh Terekam CCTV.
    Video identik lainnya juga pernah diunggah ke Youtube oleh kanal BUKIT Tuber pada 11 Januari 2018 dengan judul, “ Rekaman CCTV Gempa Di Indonesia 2017.”
    Dalam video rekaman CCTV tersebut terlihat dengan jelas catatan waktu peristiwa gempa yakni 2017-02-25.
    Dilansir dari  Detik.com, gempa berkekuatan 4,5 skala Richter mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh pada 25 Februari 2017.
    Titik pusat gempa berada di 5,14 LU 96,22 BT dan berjarak 18 kilometer barat laut Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya. Belum ada informasi terkait kerusakan dan korban yang ditimbulkan gempa ini.
    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, pada Sabtu, (25/2/2017) gempa terjadi pukul 15.01 WIB. Pusat gempa berada pada kedalaman 10 kilometer.
    Dikutip dari  Serambinews.com, menyusul terjadinya gempa bumi, Sabtu (25/2) sekitar pukul 15.20 WIB, warga  Pidie Jaya (Pijay) kembali tersentak. Mereka yang berada dalam rumah, pertokoan atau sejenisnya berhamburan keluar untuk menghindari hal-hal yang tak diingini.
    Kendati guncangannya tidak seberapa dan berlangsung dalam waktu relatif singkat (hanya beberapa detik), namun cukup membuat warga terkejut.
    Terlebih lagi mereka yang saat kejadian kebetulan sedang dalam pertokoan atau rumah berkontruksi permanen serta bertingkat.
    Begitu merasakan guncangan, spontan terkejut dan berucap, “gempa, gempa,” ucap sejumlah warga sambil berlarian keluar.
    Setelah kondisinya terlihat aman, warga pun kembali beraktivitas, walau sebagian mereka kelihatan agak pucat dan trauma.
    Berdasarkan arsip berita Tempo, gempa dengan kekuatan 4,7 Magnitudo mengguncang timur laut Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan pada pukul 16.07 WIB.
    "Gempa yang terjadi di 54 kilometer Timur Laut Musi Banyuasin tersebut terjadi di kedalaman 10 kilometer," ujar Kepala Stasiun  BMKG  Jambi Ibnu Sulistyono, Senin, 29 November 2021.
    "Hingga saat ini belum ada laporan adanya kerusakan akibat gempa tersebut," tutur Ibnu Sulistyono.
    Dampak gempa yang terjadi di Timur Laut  Musi Banyuasin  tidak dirasakan di wilayah Provinsi Jambi. Meskipun jarak antara Timur Laut Musi Banyuasin tersebut lebih dekat ke Ibu Kota Provinsi Jambi dari pada ke Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan.
    Dikutip dari Merdeka.com, gempa yang terjadi tersebut merupakan  gempa dangkal. Tepatnya terjadi pada lokasi 2.28 Lintang Selatan dan 104.14 Bujur Timur. Gempa tersebut terjadi akibat aktivitas sesar lokal di Timur Laut Banyu Asin Provinsi Sumatera Selatan.
    Gempa dirasakan oleh masyarakat sekitar 2 mmi, di mana guncangan gempa seperti guncangan kendaraan dengan beban yang cukup berat saat melintas.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video yang diklaim sebagai rekaman peristiwa gempa bumi di Jambi pada 25 November 2021 menyesatkan. Rekaman CCTV video tersebut merupakan peristiwa gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada 25 Februari 2017.
    Menurut Kepala Stasiun  BMKG  Jambi Ibnu Sulistyono, gempa bumi memang terjadi pada 29 November 2021 di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, pada pukul 16.07 WIB. Meskipun titik gempa lebih dekat dengan Jambi, namun dampak gempa tidak dirasakan warga Jambi.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2021-8823) Keliru, Dokter Asal Malaysia Dr. Chai Koh Meow Meninggal setelah Mendapat Vaksin Booster Pfizer

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 01/12/2021

    Berita


    Narasi tentang seorang dokter Malaysia Dr. Chai Koh Meow yang meninggal karena vaksin booster mRNA, beredar di Facebook, 23 November 2021. Narasi ini mengambil sumber dari situs berbahasa Mandarin, sinchew.com. 
    Unggahan itu menulis bahwa Chai Koh Meow meninggal setelah menerima vaksin booster Pfizer, untuk melengkapi vaksin pertamanya yang menggunakan Sinovac. 
    “Seorang dokter Malaysia berusia 58 tahun, Dr. Chai Koh Meow, deputi direktur Departemen Kesehatan Malaysia, menerima suntikan vaksin booster Covid buatan Pfizer hari Selasa yang lalu, sebagai tambahan ke atas vaksin Sinovac yang diterimanya terdahulu, meninggal dunia setelah mengalami gejala-gejala tubuh menjadi tidak nyaman seperti demam (colds) dan rasa sakit (soreness),” demikian isi narasi tersebut. 
    Tangkapan layar unggahan dengan klaim dokter Malaysia Dr. Chai Koh Meow meninggal setelah mendapat vaksin booster Pfizer

    Hasil Cek Fakta


    Otoritas Malaysia telah memberikan penjelasan atas meninggalnya senior Asisten Direktur Utama Kementerian Kesehatan, Dr. Chai Koh Meow. Menurut Direktur Umum Kesehatan Tan Sri, Noor Hisham Abdullah, Chai Koh menerima vaksin booster Covid-19 pada 9 November 2021. Setelah suntikan vaksin tersebut, tidak ada laporan dia mengalami efek samping serius. 
    “Dia tetap menjalankan tugas hingga 16 November 2021,” kata Noor Hisham, dikutip dari kantor berita Malaysia, Bernama, edisi 18 November 2021.
    Otoritas Kesehatan Malaysia kemudian melakukan post-mortem terhadap jenazah Chai Koh. Dikutip dari New Straits Times 26 November 2021, hasil post-mortem itu menunjukkan bahwa Dr. Chai meninggal karena gagal jantung, bukan efek vaksin Covid-19 seperti spekulasi yang beredar di media sosial.
    Post-mortem adalah data-data fisik yang diperoleh melalui identifikasi personal setelah korban meninggal. 
    “Berdasarkan laporan post-mortem, Dr Chai meninggal karena hemoperikardium karena penyakit arteri koroner dan infark miokard,” kata Noor Hisham. 
    Noor juga menyatakan, "Kami ingin menyampaikan belasungkawa kepada keluarga mendiang Dr Chai dan berterima kasih kepada saudaranya karena mengizinkan kami membagikan hasil post-mortem (dengan publik).
    Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin mengatakan dia berharap klarifikasi itu bisa mengakhiri spekulasi tentang kematian Dr Chai.
    Dia mengatakan tidak ada hubungan langsung antara vaksin Covid-19 dan kematian berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kementerian. “Kami pasti akan membagikan temuan, jika ada kasus kematian terkait dengan vaksin,” katanya. 
    "Kami berharap dengan (penjelasan) ini, kami dapat menghentikan spekulasi apa pun dan mendesak masyarakat untuk menggunakan dosis booster (untuk meningkatkan cakupan kekebalan)," katanya, seraya menambahkan bahwa penelitian juga menemukan bahwa manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim yang menyebut seorang dokter Malaysia Dr. Chai Koh Meow yang meninggal karena vaksin booster mRNA, adalah keliru. Berdasarkan hasil post-mortem Kementerian Kesehatan Malaysia, diketahui bahwa Dr. Chai meninggal karena gagal jantung.
    Tim Cek Fakta Tempo
  • (GFD-2021-8822) Keliru, 2.620 Bayi Meninggal setelah Mendapatkan Vaksin Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 29/11/2021

    Berita


    Informasi yang menyebut 2.620 bayi meninggal setelah mendapatkan vaksin Covid-19, menyebar di Twitter pada 26 November 2021. Salah satu akun membagikannya berupa tangkapan layar situs dengan artikel berbahasa Inggris dengan judul “2.620 babies dead after vaccination and reports of terrible side effects”. 
    Artikel itu memuat dua foto bayi, yang salah satunya terlihat mengalami ruam di sekujur tubuh. Pada bagian isi, terdapat penjelasan bahwa jumlah 2.620 tersebut adalah kasus keguguran yang dicatatkan dalam Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) atau  Sistem Pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan Vaksin milik Pemerintah Amerika Serikat. 
    Artikel tersebut telah dibagikan 52 kali di saat munculnya tagar untuk setop paksaan vaksin Covid-19 di Twitter pada pekan lalu. 
    Tangkapan layar unggahan dengan klaim 2.620 Bayi Meninggal setelah Mendapatkan Vaksin Covid-19

    Hasil Cek Fakta


    Hasil pemeriksaan fakta Tempo menunjukkan, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa vaksin Covid-19 telah menyebabkan 2.620 bayi meninggal di Amerika Serikat karena vaksin Covid-19.  
    Tempo menelusuri situs VAERS dan tidak menemukan keterangan terkait sebanyak 2.620 bayi meninggal setelah mendapatkan vaksin Covid-19. Data yang tertera di situs VAERS, menyebutkan bahwa 2.620 adalah akumulasi dari kasus keguguran (aborsi) dini, aborsi spontan, kematian janin, dan kematian bayi prematur.  
    Akan tetapi Pemerintah Amerika Serikat memberikan disclaimer bahwa laporan VAERS tidak dapat digunakan untuk menentukan apakah vaksin menyebabkan atau berkontribusi pada kejadian atau penyakit yang merugikan. Sebab, semua pihak --termasuk penyedia layanan kesehatan, produsen vaksin, dan masyarakat dapat mengirimkan laporan ke sistem. 
    Dengan sistem pelaporan yang terbuka, memberikan potensi adanya informasi yang tidak lengkap, tidak akurat, kebetulan, atau tidak dapat diverifikasi. Sebagian besar, laporan ke VAERS bersifat sukarela, yang berarti bahwa laporan tersebut bias. Ini menciptakan batasan khusus tentang bagaimana data dapat digunakan secara ilmiah.  
    Dikutip dari Associated Press, VAERS sering disalahartikan oleh para pendukung anti-vaksin, dan distribusi vaksin COVID-19 telah membawa lebih banyak perhatian ke sistem pengawasan. 
    Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat pada 11 Agustus 2021, telah menerbitkan laporan vaksin Covid-19 aman untuk perempuan hamil. 
    Menurut CDC, tim analis mereka tidak menemukan peningkatan risiko keguguran pada 2.500 wanita hamil (berusia sebelum 20 minggu kehamilan) yang menerima vaksin Covid-19 berbasis mRNA . Angka keguguran secara umum terjadi sekitar 11-16 persen kehamilan, tidak berbeda dengan tingkat keguguran setelah menerima vaksin Covid-19 sekitar 13 persen.  
     “CDC mendorong semua orang hamil atau orang yang berpikir untuk hamil dan mereka yang menyusui untuk mendapatkan vaksinasi untuk melindungi diri dari COVID-19,” kata Direktur CDC Dr. Rochelle Walensky. 
    “Vaksin aman dan efektif, dan tidak pernah lebih mendesak untuk meningkatkan vaksinasi karena kita menghadapi varian Delta yang sangat menular dan melihat tingkat keparahan yang terjadi di antara orang hamil yang tidak divaksinasi.” 

    Kesimpulan


    Dari hasil pemeriksaan fakta di atas, Tempo menyimpulkan klaim bahwa 2.620 bayi meninggal setelah mendapatkan vaksin Covid-19 adalah keliru. Sumber angka 2.620 ini berasal dari angka berbagai jenis keguguran dan kelahiran prematur yang dicatatkan dalam Sistem Pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan Vaksin milik Pemerintah Amerika Serikat (VAERS). 
    Namun pemerintah Amerika Serikat sendiri memberikan disclaimer bahwa data VAERS tidak dapat digunakan untuk menentukan apakah vaksin menyebabkan atau berkontribusi pada kejadian atau penyakit tertentu. Sebab, semua pihak --termasuk penyedia layanan kesehatan, produsen vaksin, dan masyarakat dapat mengirimkan laporan ke sistem. 
    Dengan sistem pelaporan yang terbuka, memberikan potensi adanya informasi yang tidak lengkap, tidak akurat, kebetulan, atau tidak dapat diverifikasi. Sementara CDC telah merilis laporan bahwa vaksin Covid-19 aman digunakan untuk perempuan hamil. 
    Tim Cek Fakta Tempo