• (GFD-2022-9133) Menyesatkan, Nigeria Menghancurkan Satu Juta Dosis Vaksin Covid-19 atas Desakan Kekuatan Rakyat

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/02/2022

    Berita


    Video yang memperlihatkan sebuah truk menumpahkan dus-dus berisi kemasan vaksin Covid-19 yang selanjutnya digilas dengan bulldozer, beredar di media sosial. Video tersebut dibagikan dengan narasi bahwa pemerintah Nigeria menghancurkan lebih dari 1 juta dosis vaksin atas desakan kekuatan rakyat.
    Di Facebook, video berdurasi 35 detik tersebut dibagikan akun ini pada 21 Januari 2021. Akun inipun menuliskan narasi, “Nigeria menghancurkan lebih dari 1 juta vaksin, orang-orang ini tidak bodoh. Kekuatan rakyat.”
    Hingga artikel ini dimuat, video tersebut telah disaksikan sebanyak 50 kali dan mendapat 2 komentar. Apa benar Pemerintah Nigeria menghancurkan satu juta dosis vaksin Covid-19 atas desakan rakyat?
    Tangkapan layar unggahan video dengan klaim Nigeria Menghancurkan Satu Juta Dosis Vaksin Covid-19 Atas Desakan Kekuatan Rakyat

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menggunakan tool InVid. Selanjutnya penelusuran dilakukan dengan menggunakan reverse image tools Google dan Yandex. Hasilnya, pemerintah Nigeria menghancurkan lebih dari 1 juta dosis vaksin merek AstraZeneca karena vaksin tersebut telah kadaluarsa.
    Video yang identik dengan durasi lebih panjang serta kualitas gambar yang lebih baik pernah dimuat ke Youtube oleh kanal africanews pada 23 Desember 2021 dengan judul, “ Nigeria destroys 1M expired Covid 19 vaccines.
    “Lebih dari satu juta vaksin Covid 19 dihancurkan di Nigeria,” bunyi keterangan video tersebut.
    Video identik lainnya juga diunggah ke Youtube oleh kanal Kantor Berita Reuters pada hari yang sama dengan judul, “ Nigeria destroys 1 million donated vaccines with short shelf life.”
    Nigeria menghancurkan lebih dari satu juta dosis vaksin AstraZeneca yang kadaluwarsa. Kehancuran itu terjadi lebih dari seminggu setelah otoritas kesehatan mengatakan beberapa dosis yang disumbangkan oleh negara-negara Barat yang kaya memiliki umur simpan yang hanya tersisa beberapa minggu untuk memberikan suntikan.
    Sementara kanal Youtube Kantor Berita AP mengunggah video yang identik pada 28 Desember 2021 dengan judul, “ Nigeria destroys around 1M expired COVID vaccines.
    Menurut kantor berita AP, pada 22 Desember 2021 pihak berwenang di Nigeria menghancurkan lebih dari satu juta dosis kedaluwarsa vaksin AstraZeneca COVID-19, Rabu, bahkan ketika tingkat vaksinasi negara Afrika Barat itu hampir dua kali lipat dalam satu minggu terakhir di tengah lonjakan infeksi yang dikonfirmasi.
    Dosis kadaluwarsa - berjumlah 1.066.214 - dihancurkan di tempat pembuangan sampah di ibu kota Nigeria, Abuja, seminggu setelah negara itu mengatakan tidak akan lagi menerima sumbangan vaksin COVID-19 dengan umur simpan yang pendek.
    Direktur Administrasi Makanan dan Obat-obatan Nasional Profesor Mojisola Adeyeye mengatakan mereka "adalah salah satu dari sedikit lembaga di Afrika yang menguji vaksin kami sebelum digunakan" dan bahwa mereka telah memberi tahu para donor tentang fakta ini.
    Vaksinasi juga meningkat pesat di negara terpadat di Afrika, yang telah menetapkan tujuan ambisius untuk memvaksinasi penuh 55 juta dari 206 juta warganya sebelum Februari 2022, meskipun sejauh ini hanya 2% yang telah menerima dua dosis.
    Negara Afrika Barat itu telah mengalami lonjakan infeksi yang dikonfirmasi sejak mendeteksi varian omicron yang sangat menular pada akhir November, mencatat peningkatan 500% dalam jumlah kasus dalam dua minggu terakhir, menurut Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria.
    2.123 infeksi COVID-19 baru yang dikonfirmasi Nigeria pada hari Selasa adalah penghitungan harian tertinggi sejak Januari tahun ini dan tertinggi kedua sejak pandemi.
    Berdasarkan arsip berita Tempo, Nigeria pada Rabu, 22 Desember 2021, menghancurkan lebih dari satu juta dosis  vaksin virus corona  merek AstraZeneca, yang sudah kadaluarsa. Penghancuran vaksin kadaluarsa ini untuk meyakinkan masyarakat Nigeria kalau vaksin yang sudah lewat batas waktu penggunaannya pasti tidak akan dipakai lagi.
    Penghancuran vaksin kadaluarsa ini dilakukan sepekan setelah otoritas kesehatan  Nigeria  mengatakan ada sejumlah dosis vaksin Covid-19 yang disumbangkan dari negara-negara kaya di Barat, yang masa berlaku penggunaannya tinggal beberapa pekan lagi.
    Pemberitaan Reuters pada 7 Desember 2021 menyebut ada sekitar satu juta dosis vaksin virus corona di Nigeria diperkirakan akan segera habis masa berlakunya pada November 2021.
    Vaksin virus corona merek AstraZeneca yang sudah kadaluarsa itu, dibuang di tempat pembuangan di Kota Abuja. Sebuah bulldozer dikerahkan untuk menghancurkan vaksin tersebut, yang dibungkus dalam dus-dus dan plastik. Penghancuran vaksin yang sudah kadaluarsa tersebut disaksikan pula oleh wartawan dan otoritas kesehatan Nigeria.
    Faisal Shuaib, Direktur National Primary Health Care Development Agency di Nigeria mengatakan kurangnya suplai vaksin virus corona di wilayah Afrika, telah memaksa Nigeria untuk mengambil beberapa dosis karena tahu betul masa penggunaan vaksin virus corona tersebut tidak lama.
    “Kami telah sukses menarik sekitar 1.066.214 dosis  vaksin virus corona  AstraZeneca yang sudah habis masa berlakunya. Kami harus menepati janji untuk tetap transparan pada masyarakat Nigeria. Penghancuran hari ini adalah sebuah kesempatan bagi masyarakat Nigeria untuk yakin pada program imunisasi massal kami,” kata Shuaib.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan narasi pemerintah Nigeria menghancurkan 1 juta dosis vaksin Covid-19 atas desakan kekuatan rakyat,menyesatkan. Pemerintah Nigeria menghancurkan lebih dari 1 juta dosis vaksin merek AstraZeneca karena vaksin tersebut telah kadaluarsa. Penghancuran vaksin kadaluarsa tersebut dilakukan di tempat pembuangan sampah di ibu kota Nigeria, Abuja pada pada 22 Desember 2021.
    Otoritas kesehatan  Nigeria  mengatakan sejumlah dosis vaksin Covid-19 yang disumbangkan dari negara-negara kaya di Barat, saat tiba di Nigeria masa berlaku penggunaannya tinggal beberapa pekan. Penghancuran vaksin kadaluarsa ini untuk meyakinkan masyarakat Nigeria kalau vaksin yang sudah lewat batas waktu penggunaannya pasti tidak akan dipakai lagi.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2022-9132) Keliru, 10 Negara telah Menganggap Covid-19 hanya Flu Biasa dan Membatalkan Semua Prosedur Wajib Karantina

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 03/02/2022

    Berita


    Informasi yang menyebut 10 negara telah menganggap Covid-19 hanya flu biasa dan membatalkan semua prosedur wajib karantina, beredar di Facebook sepanjang akhir Januari 2022. 
    “Negara-negara berikut mengumumkan pembatalan semua prosedur Wajib Karantina, Tes Corona, dan Vaksin, dan menganggap Corona hanya flu musiman,” demikian isi informasi tersebut.
    Sepuluh negara yang disebut yakni Turki, Brasil, Inggris, Swedia, Spanyol, Republik Ceko, Meksiko, El Salvador, Jepang dan Singapura.
    Selain berisi informasi tersebut, isi pesan berikutnya tentang Covid-19 hilang dengan berkumur air garam. “Ilmuwan Jerman meyakinkan Kementerian Kesehatan Jerman : jika semua orang berdehem beberapa kali sehari dengan berkumur dengan larutan air garam semi-panas, maka virus akan sepenuhnya dihilangkan di seluruh Jerman dalam waktu seminggu.”
    Tangkapan layar unggahan dengan klaim 10 negara telah menganggap Covid-19 hanya flu biasa dan membatalkan semua prosedur wajib karantina

    Hasil Cek Fakta


    Tidak ada bukti-bukti kredibel yang menunjukkan bahwa 10 negara tersebut telah menganggap Covid-19 sebagai flu biasa. Meski ada persamaan, namun Covid-19 memiliki perbedaan dengan flu biasa. Juga tidak benar bahwa berkumur dengan air garam hangat bisa menyembuhkan Covid-19.
    Seruan agar Covid-19 saat ini diperlukan seperti flu biasa berkembang di Eropa, salah satunya oleh Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez. Dikutip dari C NBC, dia meminta UE untuk memperdebatkan kemungkinan memperlakukan virus sebagai penyakit endemik. Namun seruan itu muncul di tengah melonjak kasus Covid-19 di Eropa. 
    Prancis, misalnya, telah melaporkan lebih dari 300.000 kasus harian baru dalam beberapa hari terakhir dan Jerman melaporkan 80.430 infeksi baru pada hari Rabu, rekor tertinggi dalam satu hari sejak pandemi dimulai.
    Di Inggris, seperti dilaporkan oleh BBC, jumlah keseluruhan kasus yang dikonfirmasi pada Senin pekan ini melonjak hampir 850.000 karena infeksi ulang dan kasus yang sebelumnya tidak teridentifikasi dimasukkan dalam total.
    Data kasus harian Covid-19 di Inggris
    Sampai artikel ini ditulis, belum ada negara termasuk dari daftar 10 negara tersebut yang secara resmi memperlakukan Covid-19 seperti flu biasa. Beberapa negara masih mewajibkan karantina, tes Covid-10 dan vaksin. Negara seperti Brazil misalnya, masih mewajibkan warga telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 lengkap dan hasil tes negatif jika melakukan perjalanan ke Brazil melalui udara. Jika belum atau dikecualikan mendapatkan vaksin, maka seseorang harus melakukan karantina sendiri selama 14 hari. 
    Inggris memberlakukan wajib vaksin bagi pendatang dengan salah satu vaksin yang disetujui di Inggris. Termasuk wajib tes Covid-19 bagi mereka yang berusia 12 tahun saat datang dari luar negeri. Syarat perjalanan ke Inggris bisa dibaca di laman pemerintah United Kingdom.  
    Pemerintah Swedia juga memberlakukan kebijakan isolasi bagi warganya yang memiliki gejala atau positif Covid-19. Selain itu, mulai 28 Desember, semua turis yang memasuki Swedia harus menunjukkan bukti tes Covid-19 negatif terlepas dari status vaksinasi mereka.
    Covid-19 berbeda dengan flu biasa
    Menurut WHO, Covid-19 dan influenza disebabkan oleh virus yang berbeda, dan ada beberapa perbedaan dalam hal siapa yang paling rentan terhadap keparahan penyakit.  
    Selain itu, vaksin yang dikembangkan untuk COVID-19 tidak melindungi terhadap influenza, dan demikian pula, vaksin flu tidak melindungi dari COVID-19.  
    Dari segi tingkat kematian, WHO memperkirakan bahwa 290.000 hingga 650.000 orang meninggal karena terkait flu setiap tahun di seluruh dunia.
    Sedangkan menurut WorldoMeter, hingga 3 Februari 2022 pukul 09:10 GMT, Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 385 juta orang dan 5,7 juta di antaranya meninggal sejak 2020. Ini menunjukkan, Covid-19 menyebabkan kematian lebih tinggi dibandingkan flu biasa.
    Data kematian akibat Covid-19 hingga 3 Februari 2022 dari WorldoMeter
    Berkumur air garam bunuh Covid-19
    Narasi ini pernah beredar pada Mei 2020. John Hopkins Medicine membantah bahwa berkumur dengan air garam bisa membantu melindungi dari virus Corona. Menurut John Hopkins Medicine, berkumur dengan air garam memang bisa meredakan sakit tenggorokan, yang merupakan salah satu gejala Covid-19. Namun, pasien Covid-19 tidak hanya mengalami gejala tersebut.
    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa air garam bisa menghilangkan virus Corona di dalam tubuh. WHO mengakui ada sedikit bukti bahwa membilas hidung dengan saline atau air garam bisa membantu seseorang pulih lebih cepat dari flu biasa. Namun, membilas hidung secara teratur belum terbukti dapat mencegah infeksi pernapasan.
    Artikel Cek Fakta Tempo terkait klaim ini bisa dibaca di tautan berikut, Fakta atau Hoaks: Benarkah Campuran Air Hangat dan Garam bisa Hilangkan Virus Corona Covid-19.

    Kesimpulan


    Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim bahwa 10 negara telah menganggap Covid-19 hanya flu biasa dan membatalkan semua prosedur wajib karantina, adalah keliru.
    TIM CEK FAKTA TEMPO

    Rujukan

  • (GFD-2022-9131) [SALAH] Raja Salman Meninggal Dunia

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 03/02/2022

    Berita

    Beredar sebuah postingan video yang diunggah oleh akun Facebook Rwr Maulana Muhammad pada 23 Januari 2022. Postingan tersebut menyebutkan bahwa Raja Salman telah meninggal.

    NARASI:
    Raja Salman Telah meninggal .
    Tapi tidak ada kabar jam berapa ?
    Dalam Berita Ini Di sebut wafatnya raja Al Haramain.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, kabar meninggalnya Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud tidak benar. Belum ada konfirmasi maupun bantahan dari pemerintah Saudi dan media resmi Saudi.

    Dikutip dari detik.com KJRI Jeddah memastikan berita tersebut hoax. “Sejauh yang kami tahu, itu hoax,” ujar Konsul Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) Jeddah Eko Hartono.

    Rumor meninggalnya Raja Salman berasal dari media Iran, yakni Mehr News Agency. Namun artikel tersebut tidak mencantumkan sumber apapun saat membahas meninggalnya Raja Salman, sehingga kabar tersebut menjadi simpang siur.

    “Beberapa sumber-sumber berita mengklaim bahwa Salman bin Abdulaziz Al Saud Raja Arab Saudi telah meninggal. Namun, beberapa sumber-sumber berita mengumumkan bahwa laporan-laporan kematian Raja Salman dari Arab Saudi tidak benar,” ujar Mehr News Agency.

    Kabar meninggalnya Raja Salman bukanlah pertama kalinya beredar di media sosial. Pada 2020 kabar meninggalnya Raja Salman ramai beredar sebanyak dua kali melalui WhatsApp dan Facebook.

    Dengan demikian, informasi atas meninggalnya Raja Arab Salman bin Abdulaziz Al Saud tidak benar, dan masuk ke dalam kategori konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Hasil periksa fakta Arief Putra Ramadhan

    KJRI Jeddah memastikan berita tersebut hoax. Belum ada konfirmasi maupun bantahan dari pemerintah Saudi dan media resmi Saudi mengenai kabar meninggalnya Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud.

    Rujukan

  • (GFD-2022-9130) [SALAH] Atlet Rugby Jordan Michallet Meninggal karena Vaksin Covid-19

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 03/02/2022

    Berita

    Akun Facebook dengan nama pengguna “Pat Conlon” (https://www.facebook.com/pconlon3) mengunggah sebuah tautan berita mengenai meninggalnya atlet rugby asal Perancis, Jordan Michallet. Dalam unggahan tersebut juga disertai dengan narasi yang menyatakan bahwa penyebab kematian Michallet adalah vaksin Covid-19.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan hasil penelusuran, penyebab kematian Michallet adalah bukan karena vaksin Covid-19. Melansir dari media asal Perancis “Le Parisien”, hasil investigasi kepolisian setempat menemukan bahwa Michallet menabrakkan mobilnya ke pembatas jalan di Kota Rouen, Perancis, pada pukul 01.00 waktu setempat. Sekitar 20 menit kemudian, seorang saksi melihat Michallet jatuh dari lantai 4 sebuah gedung yang terletak di sekitar wilayah tersebut.

    Dengan demikian, narasi yang diunggah oleh akun Facebook dengan nama pengguna “Pat Conlon” tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten yang Menyesatkan/Misleading Content.

    Kesimpulan

    Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini.

    Bukan karena vaksin Covid-19. Berdasarkan laporan dari media “Le Parisien”, Jordan Michallet meninggal karena jatuh dari lantai 4 sebuah gedung di Kota Rouen.

    Rujukan