• (GFD-2023-12411) [SALAH] AHY SERANG JOKOWI KELAKUAN ISTRINYA BEGINI !!

    Sumber: Youtube
    Tanggal publish: 27/04/2023

    Berita

    Akun Youtube POLEMIK POLITIKUS mengunggah video yang berjudul “AHY SERANG JOKOWI KELAKUAN ISTRINYA BEGINI !!”. Video tersebut diunggah pada tanggal 20 April 2023 dengan tampilan tumbnail dari BBC NEWS yang menampilkan perempuan dan laki-laki yang diciduk polisi dengan narasi: “ANISA POHAN TERTANGKAP BASAH, KABAR INI MENGEJUTKAN PARTAI DEMOKRAT”.

    Hasil Cek Fakta

    Tidak ditemukan informasi mengenai Annisa Pohan yang terjerat kasus asusila dan foto tumbnail merupakan hasil editan. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa video identik dengan video pidato Agus Harimurti Yudhoyono pada kegiatan pelantikan serentak pengurus DPC Partai Demokrat se-Provinsi Jawa Barat yang diunggah di akun Youtube Partai Demokrat pada tanggal 19 November 2022.

    Video lain yang dicuplik adalah Annisa Pohan yang sedang bersama Bunda Corla yang diunggah di akun Instagram pribadinya @annisayudhoyono pada tanggal 25 Januari 2023.

    Kesimpulan

    Konten yang dimanipulasi. Tidak ditemukan informasi mengenai Annisa Pohan yang terjerat kasus asusila dan foto tumbnail merupakan hasil editan. Video yang diunggah merupakan editan dari video AHY dalam kegiatan partai serta video kebersamaan Annisa Pohan dengan Bunda Corla yang diberi narasi menyesatkan.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12410) Menyesatkan, Klaim Sperma Pria yang Tak Ingin Disuntik Vaksin Covid-19 Berharga di Masa Depan

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/04/2023

    Berita


    Sebuah akun di Instagram  menyebarkan video berisi tangkapan layar sejumlah artikel tentang rencana Taipan Cina melelang sperma orang yang tidak disuntik vaksin Covid-19 melalui platform daring. Akun tersebut memberikan narasi di bagian awal sebagai berikut:
    Siap siap work from home nih. “sperm”, “Bitcoin”, dan “Gold”. Benarkah Sperma Pria yang Tak Divaksin Bakal Super Berharga di Masa Depan? Jika kabar ini benar dan sudah ada bukti, maka bagi anda yang belum di vaksin, sperma anda sangat berharga, dan siap2 jadi laki2 impian dimasa depan.”

    Berikutnya, pemilik akun menyertakan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 tidak berbahaya bagi sperma.

    Hasil Cek Fakta


    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan sejumlah riset telah membuktikan bahwa vaksin Covid-19 tidak mempengaruhi sperma pria. 
    Berita tentang taipan asal Cina yang akan mendonasikan spermanya memang benar terjadi dan telah dipublikasikan di sejumlah media seperti CNN Indonesia, Detik, dan Vonmagz. CNN Indonesia menulis lelang itu akan dilakukan oleh Guo Wengui, seorang taipan Cina yang diasingkan di Amerika Serikat (AS) baru-baru ini karena dugaan penipuan. Rencananya, lelang akan dilakukan pada awal Juni ini di platform Getter. Lelang sperma itu dilakukan berdasarkan anggapan yang menyatakan bahwa vaksin Covid-19 bisa menyebabkan kemandulan.
    Akan tetapi dalam berita tersebut, CNN juga menulis pernyataan editor kesehatan di NewsGuard John Gregory. John mengatakan bahwa Wengui menggunakan narasi palsu yang meyakini bahwa vaksin Covid-19 dapat merusak kesuburan.
    "Pemberi informasi anti-vaksin mendorong klaim itu, bahkan di tengah banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin tidak merusak kesuburan," kata Gregory. Wengui sendiri dikenal sebagai salah seorang kaum anti-vaksin. Ia berulang kali menyatakan bahwa vaksin adalah senjata biologis.
    Penelitian dari tim Departemen Urologi University of Miami Florida menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pada sperma 45 laki-laki sehat yang diteliti sebelum dan sesudah mereka mendapatkan dua kali dosis vaksin mRNA COVID-19. Hal itu karena vaksin mengandung mRNA dan bukan virus hidup, maka kecil kemungkinan vaksin akan mempengaruhi parameter sperma. 
    Penelitian berjudul “ Sperm Parameters Before and After COVID-19 mRNA Vaccination ” itu dipublikasikan di jurnal medis, JAMA, yang diterbitkan oleh Asosiasi Medis Amerika pada  pada 20 Juli 2021.  
    Dalam studi tersebut Penelitian tersebut dilakukan oleh sukarelawan sehat berusia 18 hingga 50 tahun pada 17 Desember 2020 hingga 12 Januari 2021. Para sukarelawan itu telah dijadwalkan mendapatkan  vaksinasi mRNA COVID-19 melalui brosur yang ditempelkan di seluruh rumah sakit universitas dan email internal. 
    Para peneliti menyampaikan hasil riset tersebut memiliki keterbatasan mengenai jumlah pria yang diteliti tergolong sedikit, tidak bisa menggeneralisasi di luar pria muda dan sehat, serta kelompok kontrol yang kurang. Selain itu, meskipun analisis air mani merupakan dasar dari evaluasi kesuburan pria, analisis ini merupakan prediktor yang tidak sempurna untuk potensi kesuburan.  
    Albert Hsu, MD, seorang ahli endokrinologi reproduksi di MU Health Care merekomendasikan vaksin COVID untuk pria yang mengkhawatirkan kesuburan mereka karena kemungkinan dampak penyakit COVID-19 terhadap sistem reproduksi. Beberapa penelitian telah menunjukkan virus SARS-COV-2 justru dapat mempengaruhi hormon pria yang diperlukan untuk produksi sperma normal, dan ada banyak laporan tentang pria yang mengalami nyeri testis atau skrotum setelah terkena penyakit COVID-19.

    Kesimpulan


    Hasil verifikasi unggahan yang mengklaim bahwa sperma pria yang tak divaksin berharga di masa depan adalah menyesatkan.
    Hasil riset menunjukan bahwa vaksin Covid-19 tidak berpengaruh terhadap kualitas sperma. Justru virus Covid-19 mampu mengganggu organ reproduksi pria yang terinfeksi hingga beberapa waktu ke depan.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12409) Menyesatkan, Video Berisi Klaim Wanita Hindu Setop Salat Idul Fitri Masjid Adams di Amerika Serikat

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/04/2023

    Berita


    Sebuah video beredar di WhatsApp yang mengklaim seorang wanita Hindu menghentikan ibadah salat Idul Fitri di sebuah masjid di Amerika Serikat. 
    Dalam video, tampak tiga laki-laki tengah menarik dan memaksa keluar seorang perempuan mengenakan kain mirip sari atau pakaian tradisional India, dari sebuah ruangan yang juga berisi banyak laki-laki lainnya tengah duduk berbaris.
    Suara yang terdengar adalah pria yang mengumandangkan takbir yang biasa dilakukan umat muslim saat hari raya Idul Fitri atau Idul Qurban. Keterangan yang disertakan menyatakan perempuan itu beragama Hindu dan peristiwa terjadi di Masjid Adams, negara bagian Virginia, Amerika Serikat (AS).
    Isi konten itu mengklaim bahwa perempuan tersebut berusaha menyetop atau membubarkan ibadah hari raya Idul Fitri April 2023 di masjid tersebut, dengan berdiri di mimbar khutbah. Kemudian petugas kepolisian berusaha mengeluarkannya dari dalam bangunan.

    Tak hanya tersebar di aplikasi pesan berantai, video dan klaim yang sama beredar di Facebook dalam unggahan ini dan ini yang telah dibagikan berulang kali, oleh akun Tiktok ini dan ini, serta di tweet ini dalam platform Twitter. Namun, benarkah klaim yang mulai tersebar tanggal 22 April 2023 itu?

    Hasil Cek Fakta


    Tim Cek Fakta Tempo menggunakan sumber-sumber terpercaya untuk memeriksa kebenaran klaim yang disematkan pada video tersebut. Salah satunya website resmi lembaga non-profit layanan ibadah muslim di AS, Adams Center.
    Ditemukan informasi valid bahwa video yang beredar itu memang kejadian di Masjid Adams, Virginia. Namun, perempuan yang berusaha menyetop peribadatan itu tidak beragama Hindu, melainkan beragama Islam, dan sedang mengalami masalah kesehatan mental.
    Melalui akun Instagram resmi mereka, pihak Adams Center menjelaskan insiden itu terjadi saat penyelenggaraan shalat Idul Fitri, Jumat, 21 April 2023. Mereka menjelaskan bahwa perempuan tersebut dan keluarganya sedang berjuang dengan kesehatan mental yang dialaminya.

    Mereka juga menyatakan telah bertemu keluarganya dan memberikan bantuan tambahan untuk penanganan masalah kesehatan mental itu. Adams Center meminta video itu dihapus di media sosial untuk mencegah timbulnya masalah tambahan bagi perempuan itu dan keluarganya.
    Di Facebook, pengurus Adams Center menanggapi komentar warganet yang masih yakin bahwa perempuan tersebut beragama Hindu. Adams Center menyatakan bahwa perempuan itu muslim dan merupakan salah satu anggota komunitas muslim yang mengikuti kegiatan keagamaan mereka.
    Verifikasi Video
    Video itu memperlihatkan sebuah ruangan dengan dengan lantai tertutup karpet berwarna hijau lumut dan dinding berwarna krem yang dilengkapi ornamen berwarna coklat. Ruangan itu sama dengan Masjid Adams cabang Virginia.

    Tampilan interior itu sama dengan yang terlihat di situs web Adams Center dan akun Instagram resmi yang terhubung dengan situs web tersebut. Interior yang sama juga bisa dilihat di foto-foto Google Maps untuk lokasi All Dulles Area Muslim Society (ADAMS) di Virginia.

    Kesimpulan


    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, bisa disimpulkan bahwa klaim video yang memperlihatkan perempuan Hindu yang menyetop dan membubarkan ibadah Idul Fitri April 2023 di Masjid Adams, Virginia, Amerika Serikat, adalah menyesatkan.
    Pengurus organisasi non-profit yang mengelola masjid itu, Adams Center, telah memberikan klarifikasi. Pengurus menyatakan bahwa perempuan beragama Islam tersebut memang merupakan salah satu anggota komunitasnya dalam kegiatan keagamaan yang mereka gelar. Serta tengah mengalami masalah kesehatan mental.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12408) Keliru, Klaim Vaksin Covid-19 dan Masker Tidak Berfungsi dalam Penularan Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 27/04/2023

    Berita


    Artikel yang diklaim berasal dari situs The Washington Times, beredar dengan klaim bahwa vaksin Covid-19 dan masker tidak berguna dalam mengurangi penularan Covid-19 maupun keparahan gejala Covid-19. 
    Artikel tersebut berjudul “Vaccine don’t work, masks don’t work: everything government told us about Covid-19 was wrong” dan diunggah di Facebook.

    Unggahan itu juga menyatakan semua klaim pemerintah terkait Covid-19 selama ini keliru. Konten itu telah beredar sejak tanggal 24 Maret 2023. Namun, benarkah klaim yang dinyatakan unggahan tersebut?

    Hasil Cek Fakta


    Tim Cek Fakta Tempo menelusuri artikel dengan judul yang sama di situs web The Washington Times, untuk mencari kebenaran klaim itu. Informasi dari sumber-sumber terpercaya juga digunakan untuk menguji kebenaran klaim unggahan tersebut.
    Gambar yang dibagikan akun Facebook tersebut merupakan tangkapan layar dari sebuah artikel opini yang ditulis oleh Joseph Curl dan diterbitkan oleh The Washington Times pada 1 Maret 2023. Opini adalah tulisan yang berisi ide atau gagasan dari seseorang.

    Selain itu, The Washington Times merupakan media yang dikategorikan cenderung bias kanan oleh tim penguji yang dihimpun Allsides.com, perusahaan yang secara rutin memberikan peringkat bias pada 1.400 media dan penulis, salah satunya The Washington Times.
    Menurut Allsides, bias media adalah kecenderungan media berita mengedepankan sudut pandang global, preferensi, ideologi politik, kepentingan perusahaan atau keuangan, kerangka moral, atau kecenderungan kebijakan. Hal itu berisiko, karena bisa berdampak mengurangi objektivitas media dalam memproduksi berita.
    Sementara bias kanan yang dilabelkan pada The Washington Times, merupakan kategori untuk perusahaan pers yang memproduksi berita berdasarkan pemikiran konservatif, tradisional, libertarian, atau sayap kanan dalam agenda kebijakan publik.
    Demikian juga menurut penilaian Ad Fontes Media, media untuk membela hak-hak minoritas dan LGBT yang berbasis di Amerika Serikat, menggolongkan The Washington Times sebagai media yang condong ke kanan.
    Sebuah pusat penelitian dan informasi progresif berbasis web di Amerika Serikat, Media Matters, juga menggolongkan The Washington Times dalam kategori koran konservatif. Perusahaan media tersebut tercatat kerap menampilkan konten rasis, anti-LGBTQ, serta mempromosikan teori konspirasi.
    Klaim 1: Vaksin Covid-19 tidak berfungsi selama pandemi Covid-19
    Fakta: Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) kualitas, keamanan, dan efikasi atau kemanjuran vaksin Covid-19 dalam mencegah penularan telah diuji secara klinis sebelum WHO setuju untuk diinjeksikan kepada masyarakat luas. 
    Setiap jenis vaksin memiliki tingkat efikasinya masing-masing. WHO akan memberikan izin bila setidaknya efikasi vaksin di atas 50 persen. WHO juga menyatakan vaksin berfungsi mencegah munculnya gejala pada kebanyakan orang yang tertular Covid-19.
    Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) juga melakukan studi lanjutan terkait efektivitas vaksin Covid-19. Salah satu temuannya menumpulkan menerima tiga dosis vaksin jenis mRNA mengurangi kasus rawat inap hingga 69 persen pada orang yang terjangkit Covid-19 masa varian Omicron BA.1/BA.2 dan 31% di masa BA.4/BA.5. 
    Penelitian itu dilakukan dengan pengumpulan informasi, dengan pengelompokan berdasarkan usia, jumlah dan jenis vaksin yang didapat, data perawatan, serta perbandingannya dengan jumlah populasi. Informasi tinjauan itu diperbarui terakhir pada 23 Maret 2023.
    Klaim 2: Masker tidak berfungsi  
    Fakta: Dilansir dari situs web institusi kesehatan internasional Mayo Clinic, beberapa jenis masker berfungsi membatasi sebaran percikan atau droplet dari dan ke mulut atau hidung. Hal itu yang bisa menularkan Covid-19. Yakni jenis masker medis, KN95, dan masker kain.
    Penerapan secara riil di masyarakat juga juga menyimpulkan bahwa intervensi protokol kesehatan, termasuk pemakaian masker pada masyarakat, membantu mengurangi penularan Covid-19, sebagaimana dalam penelitian Stanford Medicine dan Universitas Yale, Amerika Serikat (AS).
    Penelitian yang hasilnya dipublikasikan September 2021 itu berdasarkan data 350 ribu orang dari 600 desa di Bangladesh, dengan masa pemantauan selama delapan minggu. Hasilnya, kelompok yang diintervensi untuk melakukan protokol kesehatan, 11 persen lebih kecil risikonya terjadi penularan Covid-19.

    Kesimpulan


    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim yang mengatakan vaksin Covid-19 dan masker tidak berguna adalah keliru. 
    Manfaat keduanya dalam mengurangi penularan atau mencegah keparahan sakit terkait Covid-19 telah dibuktikan hasil penelitian. Sementara artikel The Washington Times yang digunakan untuk mendukung klaim, sesungguhnya adalah opini. Bukan berita.

    Rujukan