• (GFD-2023-12014) Cek Fakta: Tidak Benar Filipina Keluarkan Surat Penangkapan Bill Gates atas Rencana Pembunuhan dengan Vaksin

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 09/03/2023

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim Filipina keluarkan surat penangkapan Bill Gates atas rencana pembunuhan dengan vaksin. Informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 7 Maret 2023.
    Unggahan klaim Filipina keluarkan surat penangkapan Bill Gates atas rencana pembunuhan dengan vaksin tersebut berupa tulisan sebagai berikut.
    "(SP) Surat Perintah penangkapan BG dikeluarkan di Filipina untuk "Pembunuhan yang direncanakan" pada program vaksinasinya.
    https://newspunch.com/bill-gates-arrest-warrant-issued.../
    Filipina keluarkan SP penangkapan terhadap BG, di Indon...malah diberi karpet merah, diajak kerjasama 😜."
    Disertai dengan tangkapan layar artikel halaman situs NEWS PUNCH  berjudul,
    "Surat Perintah Penangkapan Bill Gates Dikeluarkan di Filipina Untuk 'Pembunuhan Terencana' Terkait Peluncuran Vaksin" 
    Benarkah klaim Filipina keluarkan surat penangkapan Bill Gates atas rencana pembunuhan dengan vaksin? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim Filipina keluarkan surat penangkapan Bill Gates atas rencana pembunuhan dengan vaksin, menggunakan Google Search dengan kata kunci 'bill-gates-arrest-philippines'.
    Unggahan tersebut mengarah pada sejumlah situs, salah satunya Politifact.com dalam artikel berjudul "Bill Gates isn’t wanted for ‘premeditated murder’ in the Philippines" yang dimuat pada 8 Maret 2023.
    Artikel situs Politifact.com menyebutkan, seorang juru bicara Gates mengatakan kepada PolitiFact bahwa tidak ada surat perintah yang dikeluarkan.
    Diane Desierto, seorang profesor hukum Universitas Notre Dame yang mengajar di Fakultas Hukum Universitas Filipina, lebih lanjut mengatakan kepada Reuters bahwa "Tidak ada Pengadilan Kejahatan Keji" di Filipina.
    Selain itu tidak ditemukan berita yang kredibel atau sumber lain yang menguatkan klaim bahwa pengadilan semacam itu ada, atau mengeluarkan surat perintah karena Gates dicurigai membunuh ratusan orang atau ribuan orang.
    Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul "Fact Check-Bill Gates was not issued an arrest warrant in the Philippines" yang dimuat situs Reuters.com, pada 7 Maret 2023.
    Dalam situs Reuters.com, seorang juru bicara Gates mengatakan kepada Reuters bahwa pengadilan Filipina tidak mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Gates karena vaksin COVID-19. Reuters juga belum dapat menemukan laporan berita yang kredibel untuk mendukung klaim tersebut.
    "Pengadilan khusus dibuat di bawah otoritas administratif Mahkamah Agung Filipina, dan saya belum melihat adanya keputusan Mahkamah Agung yang menciptakan pengadilan semacam itu," ujar Diane.
    "Kejahatan keji, dan kejahatan pada umumnya, diadili di Pengadilan Regional, karena tidak ada Pengadilan Kejahatan Keji yang dibuat oleh undang-undang," kata Mike Tiu, asisten profesor di Fakultas Hukum Universitas Filipina, mengatakan kepada Reuters melalui email.
    Penelusuran juga mengarah pada artikel situs berjudul "Did Philippines Issue Arrest Warrant For Bill Gates?!" yang dimuat situs Techarp.com.
    Situs Techarp.com menyebutkan, Newspunch adalah situs web berita palsu yang memanfaatkan pembuatan cerita mengejutkan namun palsu untuk menghasilkan tampilan halaman dan uang.
    Pada tahun 2014 Newspunch bernama Your NewsWire sebelum berganti nama pada November 2018. Laporan BuzzFeed 2017 mengidentifikasi NewsPunch sebagai sumber penyebaran berita palsu populer terbesar kedua di Facebook tahun itu. Artikel mereka sering dibantah sebagai berita palsu.

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com klaim Filipina keluarkan surat penangkapan Bill Gates atas rencana pembunuhan dengan vaksin tidak benar.
     

    Rujukan

  • (GFD-2023-12013) Keliru, Unggahan dengan Klaim TNI Bakar Laboratorium Senjata Cina

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 09/03/2023

    Berita


    Sebuah video berjudul “TNI Bakar Lab Senjata Cina - Xi Jinping Panik Bukan Main” dibagikan melalui salah satu akun YouTube pada 4 Maret 2023. Konten tersebut berisi sejumlah peristiwa, seperti ledakan, kebakaran dan juga menunjukkan beberapa tentara sedang membawa peralatan perang.
    Narator video mengatakan kepungan dan serang TNI di Wuhan mengincar laboratorium COVID-19 dan menghanguskan senjata biologis Cina. Panglima TNI, Yudo Margono memberikan komando baru kepada puluhan ribu personel TNI yang berada di Wuhan untuk memblokade dan menguasai semua sisi Wuhan, termasuk mengepung laboratorium COVID-19 di Cina 360 derajat. 

    Hingga saat ini, video tersebut telah disukai 907 pengguna YouTube, 186 komentar dan 38 ribuan kali ditonton. Namun, benarkah TNI bakar lab senjata Cina?

    Hasil Cek Fakta


    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan tidak ada peristiwa TNI membakar Laboratorium senjata Cina. Video tersebut sebenarnya berisi peristiwa berbeda-beda, seperti ledakan kereta tanker minyak di Lac-Mégantic, Quebec, Kanada pada 6 Juli 2013 dan ledakan depo Pertamina Plumpang di Koja, Jakarta Utara pada Jumat, 3 Maret 2023. 
    Untuk memverifikasi kebenaran klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo memfragmentasi video tersebut menjadi gambar pakai keyframe dan menelusurinya menggunakan Yandex Image Search dan Google Search.
    Video 1

    Pada awal video, pengunggah menampilkan ledakan dan kebakaran di pemukiman. 
    Sebenarnya, ledakan tersebut terjadi di dua lokasi. P ertama terjadi di Lac-Mégantic, Quebec, Canada pada 6 Juli 2013, ketika kereta tanker minyak tergelincir dan meledak. Peristiwa kedua di Koja, Jakarta Utara pada Jumat, 3 Maret 2023. Dikutip dari Detik, saat terjadi depo Pertamina Plumpang meledak.
    Video 2

    Potongan video menit ke-1:25 menunjukkan Presiden Cina, Xi Jinping. Momen ini merupakan saat dia berbicara pada upacara penutupan Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Cina yang berkuasa di Aula Besar Rakyat di Beijing, 22 Oktober 2022.
    Dikutip dari India Express, Kongres utama Partai Komunis China yang berkuasa mengakhiri sesi setelah memilih Komite Sentral partai dan mengeluarkan beberapa resolusi penting, termasuk amandemen Konstitusi untuk memberikan lebih banyak kekuasaan kepada Presiden Xi Jinping.
    Pertemuan tersebut dipimpin Xi, yang diperkirakan akan disahkan untuk masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya pada hari Minggu. Itu memilih Komite Pusat yang terdiri dari lebih dari 370 pemimpin senior.
    Jadi, Xi Jinping tidak membicarakan soal pembakaran yang dilakukan TNI dan tidak ada membicarakan soal bantuan 10.000 personil dari Amerika Serikat.
    Video 3

    Kemudian pada video menit ke-3:43, Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono, terlihat sedang memberikan keterangan. Pada momen ini, Yudo Margono tidak memberikan komando baru kepada puluhan ribu personel TNI yang berada di Wuhan untuk memblokade dan menguasai semua sisi Wuhan, termasuk mengepung lab COVID-19 di Cina.
    Faktanya, Laksamana Yudo Margono, menyikapi aksi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang membakar bangunan sekolah SMK Negeri Oksibil di Pegunungan Bintang Papua dan menembak pesawat logistik milik Trigana Air Ikaros nomor registrasi PK HVV dari Boven Digoel tujuan Oksibil.
    Potongan video Yudo Margono itu tayang pada Senin, 9 Februari 2023 di Kompas TV dengan judul Laksamana Yudo Margono Pastikan TNI akan Menindak Tegas KKB Papua. Saat itu, dia memastikan TNI akan melakukan penindakan tegas kepada kelompok bersenjata sehingga memberikan keamanan masyarakat Papua.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta, narasi dan video TNI bakar lab senjata Cina adalah keliru.
    Konten video tersebut tidak berkaitan dengan narasi konten video tersebut tidak berkaitan dengan narasi dan tidak ada peristiwa TNI membakar Laboratorium senjata Cina. Video tersebut sebenarnya berisi peristiwa berbeda-beda, seperti ledakan kereta tanker minyak di Lac-Mégantic, Quebec, Canada pada 6 Juli 2013 dan ledakan depo Pertamina Plumpang di Koja, Jakarta Utara pada Jumat, 3 Maret 2023.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12012) Menyesatkan, Kandungan Protein HIV dalam Salah Satu Merk Vaksin Covid-19

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 08/03/2023

    Berita


    Sebuah akun Facebook mengunggah konten dengan klaim bahwa salah satu jenis vaksin mengandung protein HIV. Informasi ini disebut berasal dari salah satu media internasional. 
    “Benarkah ada kandungan protein HIV dalam salah satu jenis vaksin? Sumbernya dari BBC loh, media besar, masa iya dia sebar hoax seperti yang disampaikan dalam video pendek ini,” demikian narasi yang menyertai unggahan tersebut.
    Dalam video tersebut, seorang perempuan mengatakan ada cuplikan berita yang dirilis media arus utama yang mengatakan bahwa protein HIV dimasukan ke dalam vaksin Covid-19. Dikatakan juga bahwa, BBC dalam videonya mengatakan protein HIV tersebut dimasukan kedalam vaksin. Dan secara bersamaan Moderna baru saja merilis bahwa vaksin HIV akan tersedia di masa mendatang.

    Benarkah klaim yang mengatakan ada kandungan protein HIV dalam salah satu jenis vaksin? Berikut pemeriksaan faktanya.

    Hasil Cek Fakta


    Pada bulan April 2021, ilmuwan University of Queensland (UQ), Australia, mengumumkan bahwa mereka telah merekayasa ulang vaksin COVID-19. Versi awal pengembangan vaksin ini menggunakan dua fragmen protein yang ditemukan pada HIV untuk menyatukan bagian kunci dari virus SARS-Cov-2, sehingga sistem kekebalan tubuh belajar mengenalinya. Vaksin yang dikembangan UQ ini masih dalam tahap penelitian dan pengembangan, sehingga memerlukan uji coba pada hewan dan uji klinis.
    Berdasarkan penelusuran Tempo, cuplikan video BBC yang disebutkan dalam video tersebut merupakan potongan video dokumenter berjudul “ Horizon Special: The Vaccine Horizon ”. Saat ini video tersebut tidak tersedia dikanal BBC, namun potongan video tersebut beredar melalui platform Rumble dan media sosial.
    Video tersebut merupakan potongan pernyataan Professor Keith Chappell, Ahli Virologi Molekuler, University of Queensland, Australia. Dalam potongan video tersebut, Keith mengatakan vaksin tersebut dikembangkan dengan menggabungkan virus, bahan kimia, dan “penjepit molekuler” dari fragmen kecil HIV. 
    Untuk memeriksa klaim ini, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri jurnal ilmiah, pernyataan resmi institusi kesehatan dan pakar, serta berita dari media-media yang kredibel.
    Klaim 1: Video BBC tentang protein HIV digunakan untuk membuat vaksin COVID-19.
    Fakta: BBC pada tanggal 8 Juli 2021 menayangkan film dokumenter berjudul Horizon Special: The Vaccine Horizon. Saat ini video tersebut tidak tersedia dan diberi keterangan “Sorry, this episode is not currently available”. Potongan video ini beredar melalui platform Rumble dan media sosial.

    Dilansir BBC, film dokumenter tersebut menceritakan, sejak tahun 2020 sekelompok kecil ilmuwan yang mencoba mengatasi  salah satu tantangan medis terbesar saat ini yaitu membuat vaksin melawan virus yang belum pernah dilihat siapapun. 

    Salah satu bagian dari film ini menampilkan penelitian yang dilakukan di University of Queensland, Australia. Professor Keith Chappell, salah satu peneliti UQ mengatakan mereka mengembangkan vaksin protein yang paling sederhana. Para ilmuwan menggunakan dua fragmen protein HIV untuk menyatukan bagian kunci dari virus SARS-Cov-2 agar sistem kekebalan tubuh mengenalinya.
    Dilansir ABC News, pada bulan April 2021, University of Queensland masih dalam proses penelitian vaksin COVID-19 sehingga tidak akan tersedia dalam waktu dekat. Pada bulan November 2022, dilansir ABC, vaksin tersebut batal diujicobakan pada manusia.
    Dilansir The Sydney Morning Herald, pada tanggal 11 Desember 2020, pemerintah Australia membatalkan kerjasama pengadaan vaksin Covid-19 yang dikembangkan University of Queensland  dan perusahaan farmasi CSL. Salah satu pertimbangan pemerintah terkait resiko keamanan vaksin.
    Klaim 2: Moderna merilis vaksin HIV
    Fakta: Pada tanggal 28 Januari 2022, perusahaan bioteknologi Moderna mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan uji klinis tahap awal dari vaksin mRNA HIV. Vaksin untuk HIV ini menggunakan metode dan teknologi yang sama seperti vaksin Covid-19.
    Dilansir IAVI, lembaga nirlaba internasional yang menginisiasi vaksin AIDS, pada tanggal 18 Mei 2022, IAVI dan Moderna meluncurkan uji klinis program pengembangan vaksin mRNA HIV pertama di Afrika. Uji coba fase pertama dilakukan di Rwanda dan Afrika Selatan.
    Dilansir National Institutes of Health, pada bulan Maret 2022, National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), telah meluncurkan uji klinis Fase 1 yang mengevaluasi tiga vaksin HIV eksperimental berdasarkan platform messenger RNA (mRNA). mRNA merupakan teknologi yang telah disetujui untuk digunakan dalam beberapa vaksin COVID-19. Uji Coba Vaksin HIV (HVTN) berbasis di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle. 
    Klaim 3: Pangeran Harry dari Kerajaan Inggris mengajukan semua orang yang telah divaksin untuk tes HIV
    Fakta: Pada tanggal 10 Februari 2022, dalam rangka National HIV Testing Week, Pangeran Harry jadi tamu dalam podcast yang dipandu Gareth Thomas yang disiarkan Tackle HIV.  Gareth merupakan mantan kapten rugby Wales, yang secara terbuka mengatakan bahwa ia mengidap HIV/AIDS.

    Dilansir Guardian, Harry mendesak orang-orang untuk mengetahui status dan menjalani tes HIV. Ia berharap dapat melanjutkan pekerjaan ibunya untuk membantu memberantas stigma dan kesalahpahaman seputar virus tersebut. “Lakukan tes HIV untuk melindungi orang lain dengan cara yang sama seperti untuk Covid,” kata Harry.

    Kesimpulan


    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa video yang yang diklaim ada kandungan protein HIV dalam salah satu vaksin adalah menyesatkan.
    Peneliti di University of Queensland pada tahun 2021 mengembangkan vaksin Covid-19 dengan menggunakan dua fragmen protein HIV untuk menyatukan bagian kunci dari virus SARS-Cov-2. Pengembangan vaksin ini tertunda setelah pemerintah Australia membatalkan kerjasama.

    Rujukan

  • (GFD-2023-12011) Cek Fakta: Hoaks Kelompok Anti-LGBT Dilarang Beli Kopi Starbucks

    Sumber: liputan6.com
    Tanggal publish: 08/03/2023

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan yang menyebut kelompok anti- LGBT dilarang membeli kopi Starbucks. Postingan ini beredar sejak beberapa waktu lalu.
    Salah satu akun ada yang mempostingnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 2 Juli 2017.
    Dalam postingannya terdapat gambar artikel dengan tulisan "Starbucks CEO: If You Support Traditional Marriage Don't Buy Our Coffee" atau dalam Bahasa Indonesia "CEO Starbucks: Jika Anda Mendukung Pernikahan Tradisional Jangan Beli Kopi Kami".
    Akun itu menambahkan narasi: "If you support traditional marriage, DON'T Buy our coffee". Camkan kata-katanya "Kalau kalian mendukung pernikahan traditional (pria dengan wanita-red), JANGAN BELI kopi kami". Berarti hanya orang yang MENDUKUNG LGBT lah yang membeli kopi mereka. Itu menurut nalar saya. Maaf kalau salah."
    Lalu benarkah postingan yang menyebut kelompok anti-LGBT dilarang membeli kopi Starbucks?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan mengetik kata kunci "CEO Starbucks marriage coffee fact check" di mesin pencarian Google. Hasilnya ada beberapa artikel yang membantah klaim tersebut.
    Salah satunya dari AP News dalam artikel "Post twists words of Starbucks CEO on marriage" yang diunggah 3 Februari 2023. Dalam artikel tersebut pihak Starbucks memberikan bantahan yang dikirim melalui email.
    "Pernyataan yang beredar di internet terkait pandangan kami pada konsumen adalah salah," bunyi pernyataan tersebut.
    AP News menjelaskan bahwa postingan pernyataan CEO Starbucks, Howard Schultz tersebut telah beredar sejak beberapa tahun lalu. Pernyataan itu merupakan salah interpretasi pada pidato Schultz pada tahun 2013 terkait dukungan Starbucks pada kelompok LGBT.
    "Ini bukan keputusan ekonomi. Dasar kami mendukung keputusan ini setelah melihat lebih luas dari kacamata kami. Kami memperkerjakan lebih dari 200 ribu dalam perusahaan ini dan sangat menghormati perbedaan," ujar Schultz.
    "Jika ada para pemegang saham yang tidak setuju pandangan ini maka Anda bisa menjual saham Starbucks dan membeli saham lain," katanya menambahkan.

    Kesimpulan


    Postingan yang menyebut kelompok anti-LGBT dilarang membeli kopi Starbucks adalah tidak benar.

    Rujukan