• (GFD-2025-28275) [HOAKS] Anjuran Mematikan Alat Elektronik karena Radiasi Kosmik

    Sumber:
    Tanggal publish: 04/08/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar narasi yang mengeklaim Bumi terpapar radiasi kosmik berbahaya sehingga dianjurkan untuk mematikan perangkat elektronik.

    Namun berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut hoaks dan telah berulang kali beredar. Setidaknya hoaks ini sudah ada sejak 2017.

    Narasi yang mengeklaim Bumi akan terpapar radiasi kosmik dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini, pada Minggu (3/8/2025).

    Narasi yang dibagikan:

    Malam ini antara jam 00:30pagi hingga 3.30pagi pastikan off hp, laptop dll dan jauhkn dr badan anda. TV Singapore tlh mengumumkn berita tersebut.

    Tlg beritahu keluarga dan sahabat2 anda. Malam ini antara jam 00:30 pagi hingga 3.30 pagi bumi kita akan menghadapi radiasi yg paling tinggi.

    Pancaran cahaya Cosmic akan melintasi dekat dgn bumi. Oleh itu off hp dll dan jauhkn dr badan anda sbb akn menyebabkan kita mendapat efek radiasi yg berbahaya....

    Boleh lihat di google dan NASA dan berita BBC. Bagikan pesan ini kpd org2 lain yg penting bagi keluarga ,Teman,Sahabat, dan juga anak istri anda. Anda blh menyelamatkan nyawa banyak orang dengan berbuat demikian...

    Semoga bermanfaat Aamiin...

    Screenshot Hoaks, anjuran mematikan alat elektronik karena radiasi kosmik

    Hasil Cek Fakta

    Narasi Bumi terpapar radiasi kosmik berbahaya sehingga perangkat elektronik harus dimatikan telah beredar sejak 2017.

    Dilansir Tribunnews, 27 Juli 2018, narasi tersebut beredar dalam bentuk pesan berantai WhatsApp, dan sering muncul ketika ada fenomena alam seperti gerhana.

    Kepala Bagian Humas Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Jasyanto menegaskan, informasi dalam pesan berantai itu hoaks.

    "Itu hoaks, tidak benar," kata Jasyanto.

    Narasi serupa juga beredar di India pada Agustus 2022. Namun, narasi tersebut dibantah oleh Badan Antariksa India atau ISRO.

    "Pesan itu tampaknya tipuan dan tidak ada bukti yang kredibel tentang peristiwa semacam itu. Selain itu, tidak ada hubungan yang diketahui tentang modulasi sinar kosmik saat ponsel digunakan," demikian bantahan ISRO.

    Menurut ISRO, Bumi terus terpapar sinar kosmik, tetapi medan magnet atmosfer bertindak sebagai pelindung sehingga Bumi tidak mengalami dampak buruk sinar tersebut.

    Pesan berantai itu juga mencatut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Namun, imbauan mematikan perangkat elektronik untuk menghindari radiasi kosmik tidak ditemukan di situs resmi maupun akun media sosial lembaga tersebut.

    Kesimpulan

    Narasi yang mengeklaim Bumi terpapar radiasi kosmik berbahaya sehingga alat elektronik perlu dimatikan merupakan hoaks berulang.

    Hoaks itu telah beredar sejak 2017 dalam bentuk pesan berantai, dan kerap muncul ketik ada fenomena alam seperti gerhana.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28274) [HOAKS] Penyelundupan 30 Ton Ginjal Berkedok Pengiriman Sayur ke Kamboja

    Sumber:
    Tanggal publish: 04/08/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial, beredar sebuah video yang menginformasikan mengenai penyelundupan 30 ton organ ginjal berkedok pengiriman sayur ke Kamboja.

    Narator dalam video menyebutkan, polisi mencegat sebuah truk dari Jepara menuju Medan.

    Setelah ditelusuri Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau merupakan hoaks.

    Informasi mengenai penyelundupan 30 ton ginjal berkedok pengiriman sayur ke Kamboja disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut teks yang tertera dalam video berdurasi sekitar 5 menit, yang diunggah salah satu akun pada Sabtu (2/8/2025):

    Tertangkap, mobil box angkut 30 ton ginjal manusia

    di duga, milik TKI ygn hilng skitar 2000 psang ginjal siap kirim

    akun Facebook Tangkapan layar konten manipulatif di sebuah akun Facebook, Sabtu (2/8/2025), mengenai penyelundupan 30 ton ginjal berkedok pengiriman sayur ke Kamboja.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com memastikan keaslian video menggunakan Hive Moderation.

    Tools tersebut dapat membantu mengecek campur tangan akal imitasi atau artificial intelligence (AI) dalam suatu konten audio, video, gambar, bahkan teks.

    Sampel suara narator teridentifikasi memiliki probabilitas 99,8 persen dihasilkan oleh AI.

    Sejauh ini tidak ada pemberitaan mengenai kasus jual beli ginjal ke Kamboja mencapai 30 ton.

    Adapun video yang beredar di Facebook merupakan potongan dari unggahan di kanal YouTube Bicara Saja yang diunggah pada 17 Juli 2025.

    Video aslinya berdurasi 53 menit. Namun di bagian awal, pembuat video sudah memberi disclaimer atau penafian bahwa konten itu fiksi.

    Berikut penafiannya:

    Video ini dibuat untuk tujuan hiburan semata. Cerita, tokoh, dan kejadian dalam video ini adalah fiksi atau telah didramatisasi. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau peristiwa dengan kejadian nyata, itu semua semata-mata kebetulan dan tidak disengaja. Penonton diharapkan untuk menyikapi konten ini dengan bijak.

    Namun disclaimer itu tidak disertakan dalam unggahan di Facebook sehingga mengaburkan kejernihan informasinya.

    Adapun mengenai kasus jual beli ginjal ke Kamboja, pernah terjadi pada 2023.

    Sebagaimana diwartakan Kompas.com, Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Judha Nugraha menyampaikan, Indonesia telah mengirim nota diplomatik kepada Kamboja menyusul adanya tindak pidana perdagangan orang (TPPO) penjualan ginjal jaringan internasional.

    Sebelumnya, tim gabungan dari Polda Metro Jaya dan Mabes Polri menangkap 12 tersangka sindikat jual beli ginjal ke Kamboja.

    Mereka memberangkatkan korban donor untuk kemudian diambil ginjalnya ke Kamboja.

    Namun kasus ini telah diselesaikan secara komprehensif atas kerja sama pemerintah Indonesia dan Kamboja.

    Kesimpulan

    Video penyelundupan 30 ton ginjal berkedok pengiriman sayur ke Kamboja merupakan konten manipulatif.

    Unggahan di media sosial bersumber dari konten kisah fiktif di YouTube. Suara narator dalam video juga teridentifikasi dihasilkan AI.

    Kasus jual beli ginjal ke Kamboja pernah terjadi pada 2023, tetapi tidak ada catatan kasus atau mengenai pengiriman 30 ton ginjal.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28273) [HOAKS] Tautan Pendaftaran PKH Mengatasnamakan Kominfo

    Sumber:
    Tanggal publish: 04/08/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar tautan yang diklaim sebagai akses untuk mendaftar program bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH). 

    Tautan itu berada dalam unggahan yang tayang pada akhir Juli 2025, dan mengatasnamakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

    Akan tetapi, berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, tautan tersebut hoaks.

    Tautan mengatasnamakan Kominfo yang diklaim untuk pendaftaran bansos PKH dibagikan oleh akun Facebook ini pada 31 Juli 2025.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    BANSOS PKH 2024-2025

    Anggaran 28,31 T untuk 10jt keluarga di seluruh Indonesia.

    Bagi yang belum menerima bansos PKH langsung daftar kan diri anda sekarang juga melalui tautan resmi dari KOMINFO,

    Link pendaftaran di bawah

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menemukan sejumlah kekeliruan pada informasi yang dibagikan oleh akun Facebook tersebut.

    Pertama, Kominfo sudah tidak eksis dan berganti nama menjadi Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Selain itu, PKH dikelola oleh Kementerian Sosial (Kemensos). 

    Kemudian, Kompas.com juga menemukan indikasi phishing atau pencurian data pribadi. Biasanya, pelaku akan memancing korban untuk memberikan data pribadinya.

    Tautan itu mengarah ke situs yang meminta pengunjung memasukkan data diri dan nomor akun Telegram.

    Informasi itu jelas keliru. Sebab, syarat utama untuk memperoleh berbagai jenis bantuan dari Kemensos adalah terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

    Sebagaimana diberitakan Kompas.com, pendaftaran DTKS dapat dilakukan secara online via aplikasi Cek Bansos atau secara offline melalui kelurahan/desa.

    Dokumen yang dibutuhkan antara lain, Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), serta alamat email dan nomor telepon. 

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, tautan mengatasnamakan Kominfo yang beredar di Facebook dan diklaim untuk pendaftaran bansos PKH adalah hoaks.

    Tautan tersebut terindikasi phishing dan mengarah ke situs yang meminta pengunjung memasukkan data diri serta nomor akun Telegram.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28272) [KLARIFIKASI] Video Kapal Terempas Ombak Ini Bukan akibat Gempa Rusia

    Sumber:
    Tanggal publish: 04/08/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Gempa berkekuatan magnitudo 8,7 berpusat di Semenanjung Kamchatka, Rusia terjadi pada Selasa (29/7/2025) pukul 23.24 waktu setempat atau Rabu (30/7/2025) pukul 06.24 WIB.

    Peristiwa itu kemudian dijadikan narasi untuk sejumlah informasi keliru, terutama di media sosial.

    Di media sosial, sebuah video menampilkan sebuah kapal terombang-ambing di laut, lantas terempas ombak hingga terbalik. Pengguna media sosial, menyebutkan ombak itu terbentuk akibat gempa Rusia.

    Namun, setelah ditelusuri Tim Cek Fakta Kompas.com, video itu disebarkan dengan narasi keliru.

    Video kapal terempas ombak akibat gempa Rusia disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Sabtu (2/7/2025):

    Gempa Dahsyat di Rusia Gempa Rusia 8,7 Setelah gempa besar berkekuatan 8,7 melanda Semenanjung Kamchatka Rusia, gelombang tsunami kini kemungkinan besar menuju Hawaii dan pesisir Pasifik yang lebih luas.

    Hasil Cek Fakta

    Jejak digital video dapat ditelusuri dengan metode reverse image search. Tangkapan layar video dicek melalui pencarian gambar di Google.

    Hasil pencarian mengarahkan ke sejumlah video dk kanal YouTube KHOU 11 dan KGW News.

    Peristiwa dalam video merupakan rekaman penjaga pantai Oregon, Amerika Serikat (AS) saat hendak melakukan penyelamatan.

    Kejadian itu diwartakan sejumlah media, seperti The Guardian dan Fox San Antonio.

    Seorang pria bernama Jericho Labonte mencuri kapal di Pantai Oregon pada Jumat, 3 Februari 2023 pagi.

    Ketika kapalnya berada di dekat Cape Disappointment, ia dihadang runtutan ombak besar, lantas mengirimkan panggilan darurat atau mayday melalui kapal.

    Penjaga pantai menerbangkan helikopter untuk melakukan penyelamatan.

    Kapal sempat terbalik sebelum kapal sempat dievakuasi. Ketika berhasil diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit lokal, baru diketahui bahwa ia memiliki catatan kriminal.

    Pria itu kemudian ditangkap pihak berwenang karena terlibat kasus pelecehan dan tindakan kriminal lainnya.

    Kesimpulan

    Video detik-detik penyelamatan kapal di Oregon, AS menggunakan helikopter disebarkan dengan konteks keliru.

    Seorang pria mencuri kapal di Pantai Oregon pada 3 Februari 2023, lalu mengirimkan panggilan darurat karena kapalnya dihadang ombak besar.

    Peristiwa dalam video tidak ada kaitannya dengan gempa yang berpusat di Semenanjung Kamchatka, Rusia pada Rabu (30/7/2025).

    Rujukan