• (GFD-2025-27314) [HOAKS] Jokowi Mengaku Penyakit Kulitnya Akibat Azab Sering Berbohong

    Sumber:
    Tanggal publish: 09/06/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Mantan presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tengah mengalami masalah pada kulitnya. Kabar itu sempat ramai diperbincangkan di media sosial.

    Kemudian, muncul unggahan yang mengeklaim Jokowi mengaku penyakit kulit yang dideritanya merupakan azab karena sering berbohong.

    Namun, setelah ditelusuri konten itu merupakan hasil manipulasi. Klaim itu hoaks dan perlu diluruskan informasinya.

    Tangkapan layar judul artikel Jokowi mengaku terkena penyakit kulit karena azab sering berbohong salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Akun tersebut membagikan tangkapan layar artikel berjudul "Jokowi Akui Kurapnya Buka saja di Muka tetapi Dekat selangkangan lebih Banyak ini Azab Saya Sering Bohong".

    Artikel itu diklaim terbitkan oleh media Gelora News pada 3 Juni 2025.

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com di Google Search, tidak ditemukan informasi Jokowi mengaku mengalami penyakit kulit akibat terkena azab sering berbohong.

    Penelusuran lebih lanjut menggunakan Google Lens menemukan, foto dalam artikel identik dengan unggahan di laman Gelora News ini.

    Judul aslinya yakni "Heboh Jokowi Sakit Kulit, Dokter Tifa: Autoimun atau Hiperkortisolisme?".

    Artikel tersebut memuat komentar penggiat media sosial, dokter Tifauzia Tyassuma soal penyakit kulit yang dialami Jokowi. Menurut Tifa, kemungkinan Jokowi terkena penyakit autoimun atau hiperkortisolisme. 

    Sebagaimana diberitakan Kompas.com , Jokowi mengatakan, ia hanya mengalami alergi kulit biasa. Menurut Jokowi gejala alergi muncul setelah dirinya kembali dari kunjungan kenegaraan di Vatikan beberapa waktu lalu.

    "Kan sudah disampaikan alergi biasa. Alergi biasa waktu ke Vatikan kemarin," ujar Jokowi  Jumat (6/6/2025).

    Sebelumnya, ajudan Jokowi, Kompol Syarif Fitriansyah, juga menyebut alergi kulit tersebut diduga akibat penyesuaian tubuh usai kunjungan ke Vatikan.

    "Bapak saat ini sedang pemulihan dari alergi kulit pasca-pulang dari Vatikan," ujar Syarif, Kamis (5/6/2025). 

    Kesimpulan

    Tangkapan layar judul artikel Jokowi mengaku mengalami penyakit kulit karena azab sering berbohong merupakan hasil manipulasi. Artikel aslinya berjudul "Heboh Jokowi Sakit Kulit, Dokter Tifa: Autoimun atau Hiperkortisolisme?".

    Artikel itu memuat komentar penggiat media sosial, dokter Tifauzia Tyassuma yang menduga Jokowi terkena penyakit autoimun atau hiperkortisolisme.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27313) Cek Fakta: Tidak Benar Dalam Foto Ini Najwa Shihab Ditangkap Polisi

    Sumber:
    Tanggal publish: 10/06/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim foto Najwa Shihab ditangkap Polisi, informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 8 Juni 2025.
    Unggahan klaim foto Najwa Shihab ditangkap Polisi menampilkan sosok perempuan berbaju hitam berwajah identik dengan Najawa Shihab dan kedua tangan dilipat ke belakang dan di kanan kirinya terdapat dua orang mengenakan seragam coklat bertuliskan "POLRI" pada bagian dada sebelah kiri dan sejumlah lencana.
    Foto tersebut diberi keterangan sebagai berikut.
    "Barusaja di tinggal suaminya,kini najwa sihab di amankan pihak berwajib ini sangat menyedihkan bagi seluruh indonesia..."
    Benarkah klaim foto Najwa Shihab ditangkap Polisi? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim foto Najwa Shihab ditangkap Polisi, dengan menjadikan foto tersebut sebagai bahan penelusuran menggunakan Google Image.
     
     
    Penelusuran mengarah pada sejumlah situs yang memuat foto yang identik dengan klaim, di antaranya artikel berjudul "ART Bobol Rekening Majikan Rp73,9 Juta: Buat Bayar Utang, Kabur Jadi Pemandu Karaoke" situs kompas.tv yang memuat foto yang terdepat sejumlah unsur yang identik dengan klaim.
    Unsur yang identik dalam foto yang dimuat artikel situs kompas.tv di antaranya adalah dua orang mengenakan seragam coklat bertuliskan "POLRI" pada bagian dada sebelah kiri dan sejumlah lencana. Namun, wajah perempuan dalam foto tersebut bukan Najwa Shihab.Artikel situs kompas.tv memberi keterangan foto tersebut sebagai berikut.
    "Seorang asisten rumah tangga (ART), Yunita Sari (baju tahanan oranye) membobol rekening milik majikannya di salah satu rumah wilayah Pancoran, Jakarta Selatan, senilai Rp73,9 juta. (Sumber: Kompas.com/Dokumentasi Polsek Pancoran.)"
     Penelusuran juga mengarah pada artikel berjudul "Pembantu Rumah Tangga Jadi LC Karaoke Usai Curi Uang Rp73 Juta Milik Majikannya di Jaksel" yang dimuat situs voi.id, pada 4 Maret 2024.
    Foto yang dimuat situs voi.id juga terdapat unsur identik dengan foto klaim di antaranya adalah dua orang mengenakan seragam coklat bertuliskan "POLRI" pada bagian dada sebelah kiri dan sejumlah lencana. Namun, wajah perempuan dalam foto tersebut bukan Najwa Shihab.
     
     
     
     

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim foto Najwa Shihab ditangkap Polisi tidak benar.
    Foto tersebut hasil editan, dalam foto aslinya adalah seorang asisten rumah tangga (ART) yang ditangkap Polisi karena membobol rekening milik majikannya di salah satu rumah wilayah Pancoran, Jakarta Selatan, senilai Rp73,9 juta.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27312) Menyesatkan: Klaim 80 Persen Perempuan Penderita Kanker Paru Karena Asap Dapur

    Sumber:
    Tanggal publish: 10/06/2025

    Berita

    SEBUAH akun di media sosial Instagram [arsip] mengunggah video tentang kanker paru pada perempuan. Video tersebut menyampaikan informasi bahwa lebih dari 80% wanita dengan kanker paru ternyata tidak pernah merokok. Penelitian menunjukkan penyebab utamanya adalah asap masakan (cooking fume) dari proses menggoreng dan menumis, terutama di dapur yang kurang ventilasi.

    Masyarakat diminta berhati-hati. Seorang ibu rumah tangga berusia 40-an yang rajin olahraga didiagnosa kanker paru-paru stadium 2. Untuk menjaga kesehatan, pastikan ventilasi saat memasak dan lakukan pemeriksaan paru-paru dengan CT scan dosis rendah secara rutin.



    Lalu benarkah 80 persen kanker paru pada perempuan bukan karena rokok tapi asap dapur?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi klaim itu dengan menelusuri jurnal dan artikel kredibel serta wawancara ahli. Faktanya, memang ada peningkatan 80-90 persen wanita Tionghoa dan India-Amerika yang tidak merokok tapi mengalami kanker paru-paru. Namun tidak ada studi yang menyebut penyebab tunggalnya karena asap dari dapur yang kurang ventilasi.

    Data 80 persen yang dikaitkan dengan kanker paru-paru pada perempuan yang tidak merokok, disebutkan dalam artikel NBC News edisi 8 Maret 2024. NBC merujuk sebuah studi di California yang terbit pada 9 Oktober 2023, terkait tingkat kanker paru-paru pada perempuan.

    Temuan dari studi tersebut bahwa tingkat kanker paru-paru menurun pada semua kelompok kecuali wanita Asia Amerika yang bukan perokok yang lajunya malah meningkat sebesar 2 persen per tahun. 

    Meskipun kanker paru-paru secara tradisional dikaitkan dengan rokok, sebanyak 20 persen kasus di AS terjadi pada mereka yang tidak pernah merokok setiap tahun. Di antara wanita Asia Amerika yang menderita kanker paru-paru, lebih dari 50 persen tidak pernah merokok. Sedangkan untuk wanita Tionghoa dan India Amerika yang menderita kanker paru-paru, persentase yang tidak merokok meningkat, hingga 80 persen hingga 90 persen.

    Para peneliti sedang menelusuri penyebabnya. Hingga saat ini, penelitian terhadap wanita bukan perokok di Asia telah mengidentifikasi faktor risiko seperti asap minyak goreng, asap rokok, polusi udara, dan pemanas ruangan dengan batubara, tetapi tidak ada penelitian yang difokuskan pada wanita Asia Amerika. 

    Studi sebelumnya tahun 2019 menemukan, orang Asia Amerika menghirup 73% lebih banyak partikel polusi kecil daripada orang kulit putih Amerika. Sehingga kemungkinan besar karena paparan yang lebih besar terhadap emisi konstruksi, industri, dan kendaraan di tempat tinggal mereka.

    Polusi udara juga dapat menyebabkan perubahan genetik sehingga pasien Asia memiliki tingkat mutasi reseptor faktor pertumbuhan epidermal penyebab kanker tertinggi, yang menyebabkan sel-sel sehat membelah tak terkendali dan tumbuh menjadi tumor.

    Asap dapur juga berpotensi menyebabkan kanker paru-paru

    Dosen yang juga peneliti genetik kanker dari Universitas Yarsi, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, PhD., mengatakan bahwa perempuan yang tidak merokok punya risiko terkena kanker paru ketika terpapar asap masakan di dapur. 

    “Terutama apabila ventilasinya buruk,” kata Ahmad kepada Tempo, Rabu, 4 Juni 2025.

    Menurut Ahmad, sudah banyak penelitian yang mengkaji hubungan paparan asap masakan dengan risiko kanker paru pada orang yang tidak merokok. 

    Dikutip dari situs BBC, kanker paru-paru pada orang yang tidak pernah merokok lebih umum terjadi pada wanita. Wanita yang tidak pernah merokok dua kali lipat kemungkinan terkena kanker paru-paru dibandingkan pria yang tidak pernah merokok. Selain anatomi paru-paru dan paparan lingkungan, sebagian jawabannya mungkin terletak pada mutasi genetik yang lebih umum terjadi pada wanita, terutama pada wanita Asia. Salah satu yang paling umum adalah mutasi yang dikenal sebagai EGFR.

    Penelitian juga telah mengungkapkan, selain radon dan asap rokok dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru pada orang tidak merokok, paparan asap masakan atau kompor yang membakar kayu atau batu bara di ruangan yang berventilasi buruk juga dapat meningkatkan risiko ini. Karena wanita secara tradisional menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan, mereka sangat rentan terhadap jenis polusi udara dalam ruangan ini. 

    Namun, polusi udara luar ruangan merupakan faktor yang bahkan lebih signifikan dalam perkembangan kanker paru-paru. Faktanya, polusi udara luar ruangan merupakan penyebab kedua terbanyak dari semua kasus kanker paru-paru setelah merokok. Penelitian telah mengungkapkan bahwa orang yang tinggal di daerah yang sangat tercemar lebih mungkin meninggal karena kanker paru-paru daripada mereka yang tidak. 

    Partikel dengan diameter kurang dari 2,5 mikron (sekitar 30% dari lebar rambut manusia), yang biasanya ditemukan dalam asap kendaraan dan asap bahan bakar fosil, tampaknya memainkan peran penting. Dan yang menarik, penelitian telah menunjukkan hubungan yang kuat antara kadar PM2.5 yang tinggi dan kanker paru-paru pada individu yang tidak pernah merokok dan yang membawa mutasi EGFR.

    Kanker paru-paru adalah kanker yang paling umum di seluruh dunia dan penyebab utama kematian akibat kanker. Pada tahun 2022, sekitar 2,5 juta orang didiagnosis dengan penyakit ini dan lebih dari 1,8 juta meninggal. 

    Meskipun kanker paru-paru yang berhubungan dengan tembakau masih menjadi penyebab mayoritas diagnosis di seluruh dunia, tingkat merokok telah menurun selama beberapa dekade . Karena jumlah perokok terus menurun di banyak negara di seluruh dunia, proporsi kanker paru-paru yang terjadi pada orang yang tidak pernah merokok terus meningkat. Antara 10 dan 20% diagnosis kanker paru-paru sekarang dilakukan pada orang yang tidak pernah merokok.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim 80 persen kanker paru pada perempuan bukan karena rokok tapi asap dapur adalah menyesatkan.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27311) CEK FAKTA: Benarkah DPR Bahas Kasus Ijazah Palsu Jokowi dan Minta Kapolri Dinonaktifkan?

    Sumber:
    Tanggal publish: 10/06/2025

    Berita

    Sebuah video beredar di platform X (sebelumnya Twitter) yang memperlihatkan sidang anggota DPR RI yang dinarasikan membahas ijazah palsu Joko Widodo (Jokowi) dan penonaktifkan sementara Kapolri. 

    Dalam video tersebut terlihat anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Demokrat, Benny K. Harman, tengah berbicara dalam sebuah forum resmi. Dalam video itu, Benny tampak menyampaikan kritik terhadap kepolisian dan menyebut nama Mahfud MD selaku Menkopolhukam.

    Video tersebut disertai narasi yang menyebut DPR membahas dugaan ijazah palsu Presiden Jokowi, dan menyarankan agar Kapolri dinonaktifkan sementara agar penanganan kasus lebih objektif dan transparan.

    Narasi yang beredar:
    “Asyeeek Kasus Ijazah Palsu Mulyono, Sampai Di DPR.
    DPR Menyarankan Kapolri Dinonaktifkan Sementara.
    Karena Kapolri & Mulyono 11-12, Sama2 Tukang Tipu Alias Pembohong.”

    Benarkah DPR membahas dugaan ijazah palsu Jokowi dalam rapat seperti yang dinarasikan dalam unggahan tersebut?

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta TIMES Indonesia menemukan bahwa video tersebut bukan rekaman baru dan tidak berkaitan dengan isu ijazah palsu Joko Widodo (Jokowi). Video yang digunakan dalam unggahan tersebut diambil dari rapat Komisi III DPR RI pada Agustus 2022, di mana topik utama adalah penanganan kasus kematian Brigadir J.

    Video identik juga dapat ditemukan di kanal YouTube Tribunnews berjudul:

    “Anggota Komisi III DPR RI Benny K Harman Usul Kapolri Dinonaktifkan & Diambil Alih Kemenko Polhukam”
    (Sumber: Anggota Komisi III DPR RI Benny K Harman Usul Kapolri Dinonaktifkan & Diambil Alih Kemenko Polhukam | YouTube/Tribunnews -- diunggah pada 22 Agustus 2022)

    Dalam video tersebut, Benny mengkritisi pernyataan dan penanganan Kepolisian dalam kasus kematian Brigadir J (Nofriansyah Yoshua Hutabarat). Ia menyatakan bahwa publik merasa dibohongi oleh informasi dari kepolisian dan mengusulkan agar penanganan kasus tersebut diambil alih oleh Kemenko Polhukam untuk menjamin transparansi.

    Tidak ada satu pun pernyataan dalam video itu yang membahas dugaan ijazah palsu Presiden Jokowi. Nama "Mulyono" pun tidak disebut. Maka, mengaitkan pernyataan Benny dalam video itu dengan isu ijazah palsu adalah bentuk penyesatan konteks.

    Kesimpulan

    Klaim bahwa DPR membahas kasus ijazah palsu Joko Widodo (Jokowi) dan meminta Kapolri dinonaktifkan adalah tidak benar. Video yang digunakan merupakan rekaman lama dari rapat Komisi III DPR RI pada 2022 yang membahas kasus Brigadir J, bukan isu ijazah palsu Jokowi.

    Konten tersebut merupakan disinformasi dengan kategori Misleading Content atau konten menyesatkan. Video lama digunakan dalam konteks baru untuk menyebarkan informasi menyesatkan dan membangun narasi yang tidak sesuai dengan fakta.

    Tim Cek Fakta TIMES Indonesia mengimbau para warganet untuk selalu memeriksa konteks dan tanggal video yang beredar. Informasi yang diambil di luar konteks aslinya bisa menjadi alat disinformasi yang berbahaya bagi ruang publik.

    Rujukan