• (GFD-2025-25909) [HOAKS] WHO Deklarasikan Pandemi Covid Baru pada 2025

    Sumber:
    Tanggal publish: 28/02/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebut menetapkan wabah coronavirus baru di China sebagai darurat kesehatan global pada Januari 2025.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut hoaks. Informasi itu menyesatkan dan tidak berdasar.

    Narasi WHO menetapkan wabah coronavirus baru di China sebagai darurat kesehatan global dibagikan oleh akun Facebook ini pada 5 Januari 2025.

    Berikut narasi yang dibagikan (diterjemahkan ke bahasa Indonesia):

    WHO Mendeklarasikan Wabah COVID Baru, Berpotensi Menyebar ke Berbagai Negara

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan wabah virus corona baru di Tiongkok sebagai keadaan darurat kesehatan global.

    WHO juga menyatakan kekhawatirannya bahwa virus ini dapat menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lemah.

    Pada sebuah konferensi pers di Jenewa, Direktur Jenderal WHO Tedros Ghebreyesus mengatakan bahwa komite epidemi organisasi tersebut hampir dengan suara bulat memutuskan untuk mendeklarasikan wabah ini sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC).

    Keputusan itu “hampir bulat,” kata Didier Houssin, ketua komite darurat, pada konferensi pers. Alasan utama dari deklarasi ini bukan karena apa yang terjadi di Cina, tetapi karena apa yang terjadi di negara-negara lain,” kata Tedros pada konferensi pers tersebut.

    Selama beberapa hari terakhir, Cina telah menghadapi peningkatan jumlah kasus dari wabah ini. Namun, sejauh ini belum ada korban jiwa yang dilaporkan, meskipun rumah sakit dan petugas kesehatan di China kewalahan.

    Screenshot Hoaks, WHO deklarasikan pandemi Covid baru pada 2025

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri, narasi yang dibagikan adalah pemberitaan lama tentang penetapan Covid-19 sebagai darurat kesehatan global pada 2020.

    Narasi yang sama ditemukan dalam artikel Science, 30 Januari 2020. Isi artikel asli dipotong-potong dan digabungkan untuk membuat narasi seolah-olah WHO menetapkan darurat kesehatan global pada 2025.

    Akan tetapi, WHO tidak mengeluarkan deklarasi semacam itu.

    Sementara itu, pada 7 Januari 2025, WHO menyebutkan tentang peningkatan kasus hMPV di China termasuk dugaan bahwa rumah sakit kewalahan.

    Namun, laporan tentang peningkatan kasus hMPV di China tersebut tidak diikuti dengan deklarasi darurat kesehatan global.

    Adapun hMPV adalah virus pernapasan yang umum ditemukan bersirkulasi di banyak negara pada musim dingin hingga musim semi.

    Kebanyakan orang yang terinfeksi hMPV memiliki gejala pernapasan bagian atas yang ringan yang mirip dengan flu biasa dan sembuh setelah beberapa hari.

    Berdasarkan data yang diterbitkan oleh China, yang mencakup periode hingga 29 Desember 2024, infeksi saluran pernapasan akut, influenza musiman, rhinovirus, RSV, dan hMPV, terutama di provinsi utara China menunjukkan peningkatan.

    WHO telah melakukan kontak dengan para pejabat kesehatan China dan belum menerima laporan tentang pola wabah yang tidak biasa.

    Pihak berwenang China melaporkan bahwa sistem perawatan kesehatan tidak kewalahan dan tidak ada pernyataan darurat atau tanggapan khusus.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi WHO menetapkan wabah coronavirus baru di China sebagai darurat kesehatan global adalah hoaks.

    Narasi yang dibagikan adalah pemberitaan lama tentang penetapan Covid-19 sebagai darurat kesehatan global pada 2020.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25908) [HOAKS] Prabowo Minta Kepala Daerah yang Tidak Ikut Retret untuk Mundur

    Sumber:
    Tanggal publish: 28/02/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Video pidato Presiden Prabowo Subianto yang diklaim meminta kepala daerah yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang tidak ikut retret untuk mundur beredar di jagat maya.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video yang beredar disebarkan dengan konteks keliru.

    Video yang menyebutkan Prabowo meminta kepala daerah dari PDI-P yang tidak ikut retret untuk mundur disebarkan oleh akun TikTok ini, ini, dan Facebook ini.

    Berikut teks yang tertera pada video:

    Presiden Prabowo Subianto Meminta Kepala Daerah Dari PDIP yang Tidak Ikut Retreat Silahkan Mundur

    Dalam video berdurasi 1 menit 23 detik itu, Prabowo mengatakan akan menindak pihak yang bandel dan dablek.

    Ia juga mengajak jajaran kabinet Merah Putih untuk mengoreksi diri dan bebas dari penyelewengan.

    Hasil Cek Fakta

    Video yang beredar bersumber dari pidato Prabowo saat Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) di Istora Senayan, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 Februari 2025.

    Klip yang beredar terdapat di kanal YouTube Harian Kompas.

    Prabowo mengatakan bahwa siapa yang tidak ikut aliran besar dalam pemerintahan akan ditindak.

    Kendati demikian pernyataan tersebut tidak ditujukan langsung kepada kepala daerah yang tidak ikut retret.

    Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menggelar retret kepala daerah terpilih pada pada 21-28 Februari 2025 di Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah.

    Dilansir Kompas.com, ada 53 kepala daerah yang tidak ikut retret. Sebanyak 47 di antaranya merupakan kader PDI-P.

    Ketidakhadiran kader PDI-P, berkaitan dengan instruksi Megawati Soekarnoputri yang meminta kepala daerah terpilih untuk tidak mengikuti retret.

    Menanggapi hal tersebut, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, mengatakan kepala daerah yang tidak dapat menghadiri retret dapat mengirim jajarannya sebagai pengganti.

    Selain itu, kepala daerah yang tetap berhalangan mengikuti pembekalan di Akmil, akan diminta mengikuti gelombang berikutnya.

    "Kepala daerahnya akan tetap kami minta untuk mengikuti rangkaian berikutnya. Kapan? Menunggu putusan MK (Mahkamah Konstitusi)," kata Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto pada Jumat (21/2/2025), dikutip dari Antara.

    Kesimpulan

    Pidato Prabowo saat Harlah ke-102 NU pada 5 Februari 2025, disebarkan dengan konteks keliru.

    Adapun pidato Prabowo tidak terkait langsung dengan retret kepala daerah di Akmil.

    Wamendagri mengatakan, kepala daerah yang tidak ikut retret akan tetap diminta mengikuti pembekalan di gelombang berikutnya.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25907) [HOAKS] Selebrasi Siuuu ala Ronaldo Dilarang di Liga Argentina

    Sumber:
    Tanggal publish: 27/02/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar unggahan yang menyebut selebrasi "siuuu" ala bintang sepak bola asal Portugal, Cristiano Ronaldo dilarang di liga Argentina.

    Pemain yang melakukan selebrasi itu diklaim akan diganjar kartu kuning oleh wasit. Namun, setelah ditelusuri narasi tersebut tidak benar atau hoaks. 

    Narasi yang mengeklaim selebrasi "siuuu" Cristiano Ronaldo dilarang di liga Argentina muncul di media sosial, salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini, ini, ini, dan ini.

    Akun tersebut membagikan gambar yang menampilkan seorang pemain diberi kartu kuning oleh wasit.

    Unggahan itu diberi keterangan:

    SELEBRASI SIUUU DI LIGA ARGENTINA DI LARANG ??KOCAK

    Sangking tak suka nya dengan Cristiano Ronaldo, Selebrasi SIUUU nya pun di anggap sebagai pelanggaran di Liga Argentina.

    Peraturan sudah jelas, tiada dewa selain Messi.

    #Cristianoronaldo#siu#cr7#argentina#messi

    SELEBRASI SIUUU DI LARANG DI LIGA ARGENTINA AUTO KENA KARTU KUNING

    Akun Facebook Tangkapan layar Facebook narasi yang mengeklaim selebrasi siuuu Ronaldo dilarang di Argentina

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri, gambar dalam unggahan yang menampilkan wasit sedang memberikan kartu kuning kepada pemain dengan jersei putih identik dengan unggahan di akun X ini.

    Gambar itu merupakan tangkapan layar video pada detik ke-19.

    Keterangan di video menyebut pemain itu mendapat kartu kuning karena melakukan selebrasi menari di depan suporter lawan selama 10 detik.

    Penelusuran lebih lanjut menemukan, video itu juga identik dengan unggahan di kanal YouTube liga Argentina ini.

    Video itu adalah momen ketika Club Atletico Tigre dan Club Atletico Platense bermain imbang 1-1 pada 2023 di kompetisi Copa Sur Finanzas 2023. 

    Pemain yang mendapat kartu kuning yakni bernama Ronaldo Martinez yang memperkuat Platense.

    Dikutip dari media pemeriksa fakta asal Ghana, Dubawa narasi yang mengeklaim liga sepak bola Argentina melarang selebrasi "siuuu" Cristiano Ronaldo tidak benar. 

    Diego Santonovich, juru bicara liga Argentina menyebutkan, pihaknya tidak pernah melarang pemain melakukan selebrasi "siuuu" ala Cristiano Ronaldo

    "Itu bohong, tidak ada seorang pun di Argentina yang melarang selebrasi ala Ronaldo. Dan tidak ada pemain yang pernah ditegur karena melakukan selebrasi tersebut," kata Santonovich.

    Menurut dia, selebrasi "siuuu" Cristiano Ronaldo dibolehkan di liga Argentina selama tidak menunjukkan tindakan provokasi langsung kepada suporter tim lawan.

    Kesimpulan

    Narasi yang mengeklaim selebrasi "siuuu" Cristiano Ronaldo dilarang di liga Argentina tidak  benar atau hoaks.

    Pemain dalam unggahan diberi kartu kuning karena melakukan selebrasi menari di depan suporter lawan. Pemain itu bernama Ronaldo Martinez yang berasal dari Club Atletico Platense. 

    Juru bicara liga Argentina, Diego Santonovich menyebut pihaknya tidak pernah melarang pemain untuk melakukan selebrasi "siuuu" Cristiano Ronaldo. Kartu kuning itu diberikan karena memprovokasi suporter lawan.

    Rujukan

  • (GFD-2025-25906) [KLARIFIKASI] Video Dirut Pertamina Patra Niaga Oplos Pertalite Jadi Pertamax Manipulasi AI

    Sumber:
    Tanggal publish: 27/02/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial, beredar video yang memperlihatkan Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, dan dinarasikan sedang mengoplos bahan bakar minyak RON 90 (Pertalite) menjadi RON 92 (Pertamax).

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video itu merupakan hasil manipulasi perangkat artificial intelligence (AI).

    Video yang menarasikan Dirut Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengoplos Pertalite menjadi Pertamax dibagikan oleh akun Instagram ini, serta akun Facebook ini dan ini.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Oplos Pertalite Jadi Pertamax! Modus Korupsi Dirut Pertamina Patra Niaga

    Dalam video yang dibagikan, tampak Riva Siahaan yang mengenakan rompi tahanan berwarna pink menuangkan BBM berwarna hijau ke wadah yang berisi BBM berwarna biru.

    Hasil Cek Fakta

    Setelah dicermati, terdapat watermark Antara Foto pada video tersebut.

    Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri situs Antara Foto dan menemukan foto Riva Siahaan saat ditahan Kejaksaan Agung (Kejagung). Foto itu diunggah pada Selasa (25/2/2025).

    Keterangan foto menyebutkan, Riva Siahaan ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023.

    Selain itu, ditemukan pula watermark PixVerse.ai pada video tersebut, yang menandakan konten tersebut dihasilkan melalui aplikasi PixVerse.ai.

    Adapun PixVerse.ai adalah aplikasi yang memanfaatkan AI generatif untuk menghasilkan video berdasarkan input foto dan perintah teks (prompt).

    Ini mengindikasikan foto Riva yang dinarasikan mengoplos BBM merupakan hasil manipulasi AI generatif menggunakan PixVerse.ai.

    Sementara itu, kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah yang melibatkan petinggi PT Pertamina Patra Niaga tengah menjadi sorotan.

    Sebagaimana diberitakan Kompas.com, Kejagung menetapkan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan (RS) sebagai tersangka dalam kasus tersebut

    Kejagung menyebutkan, PT Pertamina Patra Niaga diduga membeli Pertalite untuk kemudian "di-blending" atau dioplos menjadi Pertamax.

    Namun, pada saat pembelian, Pertalite tersebut dibeli dengan harga Pertamax.

    "Dalam pengadaan produk kilang oleh PT Pertamina Patra Niaga, Tersangka RS melakukan pembelian (pembayaran) untuk Ron 92 (Pertamax), padahal sebenarnya hanya membeli Ron 90 (Pertalite) atau lebih rendah kemudian dilakukan blending di Storage/Depo untuk menjadi Ron 92, dan hal tersebut tidak diperbolehkan," demikian keterangan Kejagung.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video Dirut Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengoplos Pertalite menjadi Pertamax adalah informasi yang keliru.

    Video itu merupakan hasil manipulasi, yang dibuat berdasarkan foto penahanan Riva Siahaan dan diolah menggunakan aplikasi AI generatif.

    Rujukan