• (GFD-2024-19981) PDIP resmi usung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta pada 16 Mei, benarkah?

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/05/2024

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan video YouTube menarasikan bahwa PDIP telah resmi mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024 mendatang.

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “J0K0WI GEMETER4N PDIP GEGERKAN PUBLIK,DIAM2 MAK MEGA SIAPKAN ANIES LAWAN ANAK EMAS JKW”

    Namun, PDIP resmi usung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta pada 16 Mei?

    Hasil Cek Fakta

    Dilansir dari ANTARA (https://www.antaranews.com/berita/4099017/pdip-sebut-ahok-anies-berasal-dari-akar-rumput-yang-jauh-beda), Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan partainya masih mencermati nama-nama tokoh yang diusulkan untuk diusung sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta pada Pilkada serentak 2024.

    Hasto mengatakan hal itu menanggapi pertanyaan terkait peluang PDI Perjuangan memasangkan dua mantan gubernur DKI Jakarta yakni Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai calon gubernur - wakil gubernur DKI Jakarta.

    Hasto tak memungkiri Ahok dan Anies adalah tokoh yang diusulkan kepada PDI Perjuangan untuk diusung sebagai kepala daerah di Jakarta. Menurut dia, mereka merupakan sosok yang mencerminkan karakter Indonesia.

    Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah DPD PDIP DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak, menyebut PDIP tidak membatasi Ahok ataupun Anies untuk mendaftar, terutama sebelum Rakernas PDIP yang digelar pada akhir Mei mendatang.

    Namun, sejauh ini, baik Ahok maupun Anies keduanya belum mendaftarkan diri sebagai calon gubernur ke DPC atau DPD PDI Perjuangan.

    Terkait keputusan siapa yang akan pasti dicalonkan pada Pilgub DKI, kata Gilbert, akan disampaikan setelah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) DPP PDIP di akhir Mei 2024.

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: Indriani

    Copyright © ANTARA 2024

    Rujukan

  • (GFD-2024-19980) [KLARIFIKASI] Tidak Benar Gaji Ke-13 PNS Akan Dihentikan

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/05/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar narasi yang mengeklaim gaji ke-13 untuk pegawai negeri sipil (PNS) akan dihentikan.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut tidak tepat.

    Narasi gaji ke-13 PNS akan dihentikan dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada Jumat (17/5/2024). Berikut narasi yang dibagikan:

    Gaji ke 13 untuk PNS akan dihentikanNikmat keberlanjutan

    Hasil Cek Fakta

    Pemberian gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada PNS diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun 2024 yang disahkan pada 13 Maret 2024.

    Menurut peraturan tersebut, PNS yang sedang cuti atau di luar tanggungan negara tidak termasuk dalam penerima gaji ke-13.

    Ketentuan itu juga berlaku untuk PNS yang diberikan tugas, baik dalam atau luar negeri, dan menerima gaji dari tempat penugasannya.

    Dikutip dari laman Kementerian Keuangan (Kemenkeu), penyaluran gaji ke-13 yang merupakan bantuan pendidikan akan dilaksanakan mulai Juni 2024.

    Anggaran THR dan Gaji ke-13 secara umum telah teralokasi dalam APBN dan APBD Tahun Anggaran 2024 melalui anggaran pada Kementerian/Lembaga (K/L), Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN), serta Transfer ke Daerah (TKD).

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi soal gaji ke-13 PNS akan dihentikan tidak tepat.

    Penyaluran gaji ke-13 akan dilaksanakan mulai Juni 2024. Merujuk pada PP Nomor 14 Tahun 2024, terdapat golongan PNS yang tidak akan menerima gaji ke-13.

    Menurut peraturan tersebut, PNS yang sedang cuti atau di luar tanggungan negara tidak termasuk dalam penerima gaji ke-13.

    Ketentuan itu juga berlaku untuk PNS yang diberikan tugas, baik dalam atau luar negeri, dan menerima gaji dari tempat penugasannya.

    Rujukan

  • (GFD-2024-19979) Keliru, Video Seorang Ibu Jalani Suntik Mati Karena Telantarkan Anaknya

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/05/2024

    Berita



    Video seorang perempuan dalam kondisi berbaring di ranjang dengan dua orang petugas memborgol kak?nya lalu menjalani suntik mati karena telah menelantarkan anaknya hingga tewas, beredar di Facebook [ arsip ].

    "Masih ingat dgn kasus baby jaiylin yg tewas karna ditinggal ibu nya liburan 10 hari, kini ibu nya di jatuhi hukuman suntik mat1," tulis pengunggah video. Di Facebook, video tersebut dibagikan akun ini pada 9 Mei 2024. 



    Hingga artikel ini dimuat, video nite telah disaksikan lebih dari 14 juta kali dan mendapat 174 komentar. Apa benar ini video seorang ibu yang disuntik mati karena telah menelantarkan anaknya? 

    Hasil Cek Fakta



    Untuk memverifikasi video di atas, Tim Cek Fakta Tempo terlebih dahulu memfragmentasi video dengan menggunakan tool InVid. Selanjutnya penelusuran dilakukan dengan menggunakan reverse image Google. Hasilnya, perempuan dalam video tersebut adalah Valentina Gloria, yang didiagnosis menderita penyakit mental parah, ditahan setelah Gloria meludahi perawat saat menerima perawatan di rumah sakit pada 2019.

    Video identik dengan kualitas gambar yang lebih back pernah diunggah ke YouTube oleh kanal Hannah Critchfield pada 1 Agustus 2019 dengan judul, "Jail Video Gloria DR18038106 3".



    Mengutip situs azcentral.com, memuat video serupa, perempuan yang terbaring di ranjang dalam video itu bernama Valentina Gloria yang didiagnosis menderita penyakit mental parah. Valentina Gloria ditahan setelah Gloria meludahi perawat saat menerima perawatan di rumah sakit.

    Menurut National Center on Disability and Journalism, Valentina Gloria, seorang wanita berusia 19 tahun yang telah didiagnosis menderita beberapa penyakit mental, telah ditahan di Penjara Buckeye Bawah Maricopa County selama hampir enam bulan, sejak Februari tahun ini. Kini Vagelina Gloria, ibu Valentina, memohon pembebasan putri remajanya.

    Ada yang mengatakan kasus Valentina memberikan contoh bagaimana sistem hukum kita mengkriminalisasi penyakit mental. Kesulitannya juga menyoroti kegagalan sistem peradilan pidana kita dalam menyediakan layanan kesehatan mental yang berkualitas bagi mereka yang membutuhkannya.

    Dengan dukungan dari Puente Arizona, sebuah organisasi keadilan migran yang berbasis di Phoenix, Vagelina menulis surat kepada Jaksa Wilayah Maricopa Bill Montgomery, meminta agar dia membatalkan tuntutan terhadap Valentina dan membebaskannya dari tahanan polisi. 

    Valentina Gloria, seorang wanita muda dengan penyakit mental serius dan gangguan spektrum autisme, menghabiskan sembilan bulan di penjara karena meludahi petugas selama episode kesehatan mental.

    Gloria telah dibebaskan sementara dan dipindahkan ke fasilitas kesehatan mental, namun masih menghadapi dakwaan atas tindakan tersebut. Sebelum dibebaskan, dia memperoleh dua tuntutan pidana tambahan.

    Karena dakwaannya masih tetap ada, ketakutannya akan penuntutan dalam kasus publik juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Maricopa County menangani warga yang sakit jiwa dalam sistem peradilan pidana.

    Kesimpulan



    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, video dengan klaim seorang ibu yang disuntik mati karena telah menelantarkan anaknya adalah keliru. 

    Perempuan dalam video tersebut adalah Valentina Gloria (19 tahun) yang didiagnosis menderita penyakit mental parah. Dalam video itu Gloria tidak disuntik mati, melainkan ditahan setelah meludahi perawat saat menerima perawatan di rumah sakit pada 2019. Setelah menjalani penahanan selama 9 bulan, Gloria telah dibebaskan sementara dan dipindahkan ke fasilitas kesehatan mental.

    Rujukan

  • (GFD-2024-19978) Menyesatkan, Mengaitkan Efek Samping Vaksin AstraZeneca dengan Prediksi Lenyapnya Seluruh Umat Manusia pada 2025

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/05/2024

    Berita



    Sebuah akun di Facebook [ arsip ] mengunggah video yang mengaitkan ramalan tentang lenyapnya seluruh umat manusia pada 2025 dengan efek samping vaksin AstraZeneca yang baru-baru ini diakui oleh perusahaan tersebut di Pengadilan Tinggi Inggris.

    Ramalan tersebut sebelumnya disampaikan dalam obrolan Mongol, seorang standup comedian yang tayang di YouTube Narasi Misteri pada 2 Januari 2023. Pada video ini, Mongol menceritakan tentang klaim kelompok Satanik, yang pernah diikutinya, terkait adanya penyakit yang bisa menghilangkan umat manusia pada tahun 2025.

    Narator video lain kemudian menghubungkan pernyataan Mongol itu dengan efek samping vaksin AstraZeneca yang dapat menyebabkan pembekuan darah. “......kalau dihubungkan dengan berita yang trending saat ini, yaitu tentang kasus bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca bisa membuat darah beku,......apakah ucapan mengol itu ada hubungannya dengan berita vaksin yang dapat membekukan darah ini?”



    Benarkah efek samping vaksin AstraZeneca dapat melenyapkan seluruh umat manusia pada 2025?

    Hasil Cek Fakta



    Dilansir Telegraph, perusahaan AstraZeneca memang telah mengakui untuk pertama kalinya dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-nya dapat menyebabkan efek samping yang jarang terjadi yakni menyebabkan Thrombosis with Thrombocytopenia Syndrome (TTS), sindrom dimana seseorang dapat mengalami pembekuan darah dan jumlah trombosit darah yang rendah. 

    Akan tetapi sejak 2021, European Medicine Agency telah mengingatkan bahwa kasus pembekuan darah tersebut sangat jarang terjadi dan orang yang mendapatkan efek samping diminta untuk melaporkan gejalanya. Manfaat vaksin masih lebih besar dibandingkan risiko bagi penerimanya. Vaksin AstraZeneca efektif mencegah Covid-19 dan mengurangi rawat inap dan kematian.

    Menurut Michael Head, Senior Research Fellow in Global Health, University of Southampton, dalam artikelnya di The Conversation, lebih dari dua miliar dosis Astrazeneca telah didistribusikan ke setidaknya 170 negara, dengan sekitar 50 juta dosis diberikan di Inggris. Namun sebagian besar vaksin merupakan dosis pertama dan kedua – hanya sedikit di atas 56.000 dosis AstraZeneca yang telah diberikan sebagai dosis booster pada Mei 2022. Sebagian besar dosis ketiga yang diberikan di Inggris adalah Pfizer (30,1 juta dosis) dan Moderna (9,4 juta).

    Setelah efek samping mengenai pembekuan darah mendapatkan pemberitaan yang luas, keraguan menggunakan Astrazeneca menurun. Meskipun demikian, Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan Inggris, Badan Obat Eropa, dan Organisasi Kesehatan Dunia terus merekomendasikan vaksin tersebut, berdasarkan catatan keamanan dan efektivitasnya.

    Beberapa negara dengan ekonomi maju beralih ke vaksin berbasis mRNA. Namun vaksin Astrazeneca cukup penting bagi negara berpendapatan rendah karena masalah pasokan, biaya, dan logistik. Misalnya, vaksin hanya memerlukan penyimpanan rutin di lemari es, dibandingkan dengan vaksin mRNA yang perlu dibekukan. AstraZeneca adalah produk yang aman dan efektif, serta tetap menjadi alat penting untuk mendukung respons global terhadap pandemi ini.

    Penelitian terbaru terhadap lebih dari 99 juta orang di Australia, Argentina, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Selandia Baru, dan Skotlandia juga mengkonfirmasi betapa jarangnya komplikasi vaksin yang diketahui, dan para peneliti mengkonfirmasi bahwa manfaat vaksin Covid-19 masih “jauh lebih besar daripada risiko”.

    Para peneliti yang bekerja sebagai bagian dari Jaringan Data Vaksin Global menggunakan data layanan kesehatan elektronik yang tidak teridentifikasi untuk membandingkan tingkat 13 kondisi antara lain di otak, darah, dan jantung pada mereka yang telah menerima vaksin Pfizer, Moderna, atau AstraZeneca dengan tingkat yang diharapkan dari kondisi tersebut di populasi sebelum pandemi.

    Penelitian yang dipublikasikan di The Guardian itu mengkonfirmasi dengan tingkat akurasi yang tinggi adanya hubungan yang diketahui antara vaksin mRNA (Pfizer dan Moderna) dengan efek samping yang jarang terjadi, yaitu miokarditis (radang otot jantung) dan perikarditis (pembengkakan kantong tipis yang menutupi jantung). Hal ini juga mengkonfirmasi sindrom Guillain-Barré (di mana sistem kekebalan menyerang saraf) dan trombosis sinus vena serebral (sejenis bekuan darah di otak) sebagai efek samping langka yang terkait dengan vaksin AstraZeneca.

    Demikian juga pada studi kedua yang menganalisis kumpulan data terpisah dari 6,8 juta warga Australia yang menerima vaksin AstraZeneca. Hasilnya menunjukkan menunjukkan risiko yang sangat kecil terhadap ensefalomielitis akut diseminata, yaitu 0,78 kasus untuk setiap juta dosis, dan 1,82 kasus per juta dosis untuk mielitis transversa.

    Vaksin Astrazeneca telah ditarik

    The Independent menuliskan bahwa produsen AstraZeneca telah menarik vaksin Covid-19  yang mereka produksi di seluruh dunia. Hal ini dilakukan beberapa bulan setelah ditemukan bahwa vaksin tersebut dapat menyebabkan cedera yang jarang terjadi namun mengancam jiwa. 

    Di Indonesia, vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak digunakan lagi dalam program vaksinasi/imunisasi, berdasarkan rekomendasi BPOM.

    Kesimpulan



    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim yang mengaitkan efek samping vaksin AstraZeneca dengan prediksi lenyapnya seluruh umat manusia pada 2025 adalah menyesatkan. 

    Kasus pembekuan darah tersebut sangat jarang terjadi. Manfaat vaksin masih lebih besar dibandingkan risiko bagi penerimanya. Vaksin AstraZeneca efektif mencegah COVID-19 dan mengurangi rawat inap dan kematian.

    Rujukan