• (GFD-2025-28433) Cek Fakta: Tidak Benar Pesan Berantai Program MBG Diganti ke Bantuan Pra-Lansia

    Sumber:
    Tanggal publish: 14/08/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan pesan berantai peralihan program MBG ke bantuan pra-lansia. Postingan itu beredar sejak awal pekan ini.
    Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 11 Agustus 2025.
    Berikut isi postingannya:
    "BERITA TERKINI
    Beruntungnya yang sudah berusia di atas 50 tahun, pengalihan program makan gratis ke santunan Pra-lansia.
    BANTUAN PRA-LANSIA PROGRAM PEMERINTAH YG BARU UNTUK SELURUH MASYARAKAT PEMEGANG BPJS YANG BERUMUR DI ATAS 50 TAHUN (Katagori Pra Lansia ke atas)
    Sesuai dengan Keppres No. 212/Keppres/RI/III/2025 bahwa semua warga masyarakat yang sudah berusia di atas 50 tahun, akan menerima Tunjangan Lansia, langsung masuk rekening sebesar Rp 2.600.000, per bulannya per Kartu Keluarga (KK) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para Pra-Lansia sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya
    SYARAT² :
    1. Fotokopi KK
    2. Fotokopi Kartu ATM / Buku Rekening
    3. Fotokopi KTP Kepala Keluarga
    4. Masing-masing rangkap 2.
    5. Pendaftaran melalui bank terdekat sesuai Buku Rekening yang dimiliki. (BRI, MANDIRI, BNI, BPD, BCA, BUKOPIN, dll )
    6. Bila data sudah teregistrasi maka akan dicairkan pada awal bulan berikutnya dan dikirimkan notifikasi bahwa dana telah masuk.
    7. Dana yang sudah ditransfer ke rekening dapat dicairkan langsung.
    Program ini mulai dilaksanakan per1 Agustus 2025. Bertepatan dengan bulan Kemerdekaan Republik Indonesia.Hal ini merupakan komitmen terbaru dari Menteri Keuangan, diperkuat oleh Pernyataan Presiden di hadapan semua Kepala Daerah se-Indonesia.
    Selain itu, beliau juga mempertegas akan memperbarui APBN 2025 untuk direvisi memberikan "Bantuan Langsung" kepada masyarakat yang memasuki Usia Lanjut. Ternyata benar, rezeki itu datangnya tak diduga-duga.
    Mari kita semua senantiasa bersyukur dan berterima kasih.Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, tulisan di atas dapat digolongkan dalam :
    A. Ngelindur
    B. Cerita mimpi
    C. Cerita khayal
    D. Kesambet
    E. Semua jawaban benar
    Pilihlah jawaban yang kamu anggap paling benar!
    Selamat mengerjakan......!!!!🙏😄🙏Maaf, saya sendiri juga tadi serius bacanya...."
    Akun itu menambahkan narasi, "mohon di baca dengan seksama...."
    Lalu benarkah postingan pesan berantai peralihan program MBG ke bantuan pra-lansia?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan bahwa pesan berantai tersebut merupakan pesan satir atau komedi.
    Hal ini terlihat dalam kalimat akhir dalam pesan berantai yang merupakan penjelasan bahwa pesan berantai itu hanya merupakan candaan.
    Meski demikian banyak yang menyebarkan ulang pesan berantai ini di media sosial maupun aplikasi percakapan tanpa mengetahui konteks aslinya sehingga perlu diklarifikasi.
    Di sisi lain tidak ada informasi kredibel bahwa program MBG akan dihentikan dan digantikan oleh program bantuan pra-lansia.
    Hingga Juli 2025 sudah ada 8,2 juta penerima manfaat MBG. Anggaran yang dihabiskan juga sudah mencapai Rp 7,9 triliun dari APBN.

    Kesimpulan


    Postingan pesan berantai peralihan program MBG ke bantuan pra-lansia adalah tidak benar. Pesan berantai ini merupakan konten satir atau parodi namun harus tetap diklarifikasi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28432) Cek Fakta: Hoaks Artikel Yaqut Cholil Qoumas Minta KPK Periksa Jokowi Terkait Kasus Kuota Haji

    Sumber:
    Tanggal publish: 14/08/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan artikel Yaqut Cholil Qoumas meminta KPK memeriksa Jokowi terkait kasus kuota haji. Postingan itu beredar sejak tengah pekan ini.
    Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 13 Agustus 2025.
    Dalam postingannya terdapat cuplikan layar artikel dari Gelora News berjudul:
    "Yaqut Cholil Qiemas Meminta Kepada Ketua KPK Periksa Juga Jokowi Dia Memberi Perintah dan Menerima Juga Uang Kuota Haji"
    Lalu benarkah postingan artikel Yaqut Cholil Qoumas meminta KPK memeriksa Jokowi terkait kasus kuota haji?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel yang identik dengan postingan. Kesamaan terdapat pada foto yang dipakai dan tanggal artikel diunggah.
    Namun dalam artikel asli yang diunggah Geloranews.com berjudul "Dagang Kuota Surga".
    Artikel ini tidak membahas permintaan Yaqut pada KPK untuk memeriksa mantan presiden Jokowi. Artikel ini merupakan opini terkait kasus kuota haji yang menjerat mantan menteri agama tersebut.

    Kesimpulan


    Postingan artikel Yaqut Cholil Qoumas meminta KPK memeriksa Jokowi terkait kasus kuota haji adalah tidak benar. Faktanya judul artikel dalam postingan merupakan hasil suntingan.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28431) Keliru: Video Pelatih Hewan Laut Jessica Radcliffe Tewas Dimangsa Paus Orca

    Sumber:
    Tanggal publish: 14/08/2025

    Berita

    SEJUMLAH video berisi klaim tentang tewasnya pelatih hewan laut Jessica Radcliffe, menjadi viral di media sosial seperti X [arsip] dan Facebook akun 1, akun 2 [arsip]. 

    Narasi dalam video mengatakan, Jessica tewas setelah diserang paus Orca yang ia latih pada 8 Agustus 2025. Peristiwa itu terjadi saat pelatih berusia 23 tahun itu, sedang menjalani pertunjukan langsung di Pacific Blue Marine Park. “Detik-detik Jessica dimakan lumba-lumba. Sejinak-jinaknya hewan apapun pasti ada sisi jahatnya, RIP,” tulis sejumlah akun. 



    Benarkah cerita dan video saat pelatih Jessica Radcliffe dimangsa paus Orca?

    Hasil Cek Fakta

    Untuk memverifikasi kejadian itu, Tempo menelusurinya menggunakan mesin pencarian Google, pemberitaan media kredibel, dan alat pendeteksi kecerdasan buatan. Hasilnya, video tersebut dibuat dengan teknologi akal imitasi (AI). Lokasi kejadian dan pelatih bernama Jessica Radcliffe juga hanya rekaan.

    Secara kasat mata, video pelatih laut yang dimangsa paus Orca menunjukkan sejumlah kejanggalan. Kejanggalan semacam ini, sering terjadi pada visual yang dihasilkan dengan kecerdasan buatan.

    Kejanggalan pertama, petugas yang berada di sekitar kolam terlihat berbeda-beda. Pada beberapa detik, empat orang terlihat mengenakan kostum berwarna kuning dan biru. Namun pada detik berikutnya, berwarna kombinasi hitam dan biru. Dalam versi video yang lebih panjang, juga terlihat petugas berseragam merah, yang berubah berseragam hitam pada detik berikutnya. 



    Kejanggalan kedua, mereka juga tak tampak panik atau bergegas menolong. Hanya terlihat bergerak menyorongkan badan ke depan, seperti bersorak.

    Tempo juga menganalisis video menggunakan dua alat pendeteksi AI. Keduanya menyatakan adanya manipulasi AI. Pertama dengan DeepFake-o-Meter, sebuah pelantar akses terbuka yang didukung oleh Universitas di Buffalo, New York dan National Science Foundation. Dua alat deteksinya, TALL dan AVSRDD, menyatakan 100 persen hasil manipulasi AI.



    Kedua, Tempo juga membuat potongan-potongan gambar dari video yang beredar. Alat WasitAI mendeteksinya sebagai buatan AI.



    The International Business Times yang mengutip pemeriksa fakta dari Vocal Media, melaporkan bahwa mereka tidak menemukan penyebutan Jessica Radcliffe dalam catatan ketenagakerjaan taman laut, basis data publik, atau liputan berita yang valid hingga pencarian laporan keselamatan laut resmi. 

    Para pakar AI menyebut bahwa video-video palsu itu diduga terinspirasi oleh Alexis Martínez pada tahun 2009 dan kematian Dawn Brancheau pada tahun 2010. Martínez, 29 tahun, adalah seorang pelatih orca di Loro Parque di Kepulauan Canary yang terlibat dalam insiden dengan seekor paus bernama Keto. Ia dilarikan ke rumah sakit dan meninggal karena pendarahan internal dan cedera.

    Sementara itu, Dawn Brancheau dibunuh oleh seekor orca di SeaWorld Orlando. Rambut pelatih berusia 36 tahun itu diseret ke dalam air, kemudian paus bernama Tilikum tersebut berulang kali menabraknya di depan penonton. Kematian Brancheau dikisahkan dalam film dokumenter Blackfish tahun 2013.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa pelatih hewan laut bernama Jessica Radcliffe meninggal dimangsa paus Orca pada 8 Agustus 2025 adalah keliru. 

    Video tersebut dibuat dengan teknologi akal imitasi (AI). Lokasi kejadian dan pelatih bernama Jessica Radcliffe juga rekaan belaka.

    Rujukan

  • (GFD-2025-28430) Keliru: 10 Ribu Warga Jakarta Ikut Demo di Pati

    Sumber:
    Tanggal publish: 14/08/2025

    Berita

    SEBUAH video beredar di Facebook [arsip] dengan narasi bahwa 10 ribu warga Jakarta bersiap ikut demo ke Pati. Video ini beredar di tengah demonstrasi warga Kabupaten Pati untuk mendesak Bupati Pati Sudewo mundur, setelah menaikkan Pajak Bumi Bangunan sebesar 250 persen.

    Dalam video yang beredar 12 Agustus 2025, tampak lautan manusia di sebuah ruangan. Video itu diberi narasi: “warga jakarta siap bantu warga Patih 10 ribu orang siap demo turunkan bupati Pati dari jabatannya.”



    Hingga tulisan ini dibuat, terdapat 484 komentar dan 8.400 pengguna menyukai unggahan tersebut. Lalu, benarkah ada 10 ribu warga Jakarta bersiap mengikuti aksi menuntut Bupati Pati turun di Pati?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi konten dengan pencarian gambar terbalik dan sumber-sumber pemberitaan kredibel. Hasilnya, meski memang benar ada demonstrasi ribuan warga mendesak Bupati Pati mundur, namun video tersebut bukan warga Jakarta yang akan berpartisipasi dalam demonstrasi di Pati.

    Video yang sama sudah beredar sejak 1 Januari 2024, diunggah oleh akun Tiktok @jkt.info. Dalam keterangannya, peristiwa tersebut adalah antrian mengular warga yang ingin masuk ke Stasiun MRT Bundaran HI, usai merayakan malam tahun baru 2024.



    Video dengan sudut pengambilan yang sama juga diambil oleh akun @acidado_. Dalam video yang diunggah pada 1 Januari 2024 dini hari itu, ia memberi keterangan “POV malam tahun baru ke HI. Rame poll”. 

    Nuansa di sekitar keramaian memperlihatkan arsitektur dan penanda jalan yang sama, yakni Stasiun MRT Bundaran HI.

    Duduk Perkara Demo Pati Menuntut Bupati Pati Sudewo

    Dilansir dari Tempo, unjuk rasa warga Pati berawal dari kebijakan Pemerintah Kabupaten Pati yang menaikkan tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) hingga 250 persen. Walaupun kenaikan tarif itu masih masuk batas maksimal dan tidak diberlakukan untuk seluruh objek pajak--karena ada yang kenaikannya hanya 50 persen--warga tetap menolak.

    Masyarakat juga menilai pernyataan Bupati Pati Sudewo yang mempersilakan warga Pati untuk berunjuk rasa, menyakiti hati masyarakat. “Siapa yang akan melakukan penolakan? Silakan lakukan,” kata Sudewo dikutip dari video pendek yang tersebar di media sosial. Ia bahkan menantang masyarakat untuk tak hanya mengerahkan 5 ribu pendemo, bahkan atau 50 ribu massa berdemonstrasi. “Saya tidak akan mengubah keputusan, tetap maju,” ucap dia.

    Warga Pati akhirnya melakukan aksi donasi dengan mengumpulkan air mineral kemasan dos di sepanjang jalur trotoar depan pendopo Kabupaten Pati. Donasi juga terus mengalir hingga air mineral dengan kemasan dos ditempatkan di kawasan Alun-alun Pati.

    Pada Rabu pagi, 13 Agustus 2025, massa peserta demo Pati berdatangan memenuhi Alun-Alun Pati. Mereka menuntut Bupati Pati Sudewo mengundurkan diri buntut sejumlah keputusannya yang ditentang masyarakat.

    Peserta demo diperkirakan mencapai ribuan orang dan berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Pati. Mereka datang naik sepeda motor hingga mobil bak terbuka. Sepanjang perjalanan ke lokasi unjuk rasa, mereka mengibarkan bendera dan spanduk bertulisan berbagai tuntutan.

    Meski begitu, Bupati Pati Sudewo mengatakan enggan mundur. Menurutnya, ia telah dipilih oleh rakyat secara konstitusional dan secara demokratis. Mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu sempat meminta maaf di depan massa aksi dan mengatakan bakal memperbaiki cara kepemimpinannya.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim 10 ribu warga Jakarta bersiap mengikuti aksi menuntut Bupati Pati turun di Pati adalah keliru.

    Rujukan