• (GFD-2024-22970) CEK FAKTA: KPK Temukan Gudang Uang Milik Gibran Rakabuming Raka? Ternyata Hoaks - TIMES Indonesia

    Sumber:
    Tanggal publish: 26/09/2024

    Berita

    TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sebuah video di YouTube beredar luas dengan judul provokatif yang mengklaim bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berhasil menemukan gudang penyimpanan uang milik Wakil Presiden Terpilih, Gibran Rakabuming Raka. Video tersebut menyebutkan penemuan uang tanpa menyebut lokasi atau jumlah pasti yang ditemukan. Narasi dalam video berbunyi: 

    “BERITA TERKINI ~ GUDANG PENYIMPANAN UANG GIBRAN DI TEMUKAN.?? ~ KABAR AKURAT”.

    https://youtu.be/P-gyFcPP_hE

    Apakah benar KPK menemukan sejumlah uang di gudang milik Gibran?

    Hasil Cek Fakta

    Setelah dilakukan penelusuran, klaim dalam video tersebut ternyata tidak sesuai dengan isi narasi sebenarnya. Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta TIMES Indonesia dalam video tersebut tidak ada pembahasan mengenai KPK menemukan uang di gudang milik Gibran. 

    Video yang tercantum dalam unggah tersebut hanya menampilkan narator yang membacakan artikel dari Kompas.com berjudul “Ketika Bocil 9 Tahun Teriak ke Gibran: ‘Korupsi Tuh Diberantas, Judi Jangan Cuma Diungkap’...”.
    Sumber: Ketika Bocil 9 Tahun Teriak ke Gibran "Korupsi Tuh Diberantas, Judi Jangan Cuma Diungkap"...

    Dalam artikel tersebut, diceritakan seorang bocah berusia 9 tahun bernama Davi yang berteriak memberikan aspirasinya kepada Gibran dalam sebuah acara. Bocah tersebut meminta agar korupsi diberantas lebih tegas dan mendesak penanganan pelaku judi online. Tidak ada pembahasan mengenai temuan uang atau gudang terkait Gibran.

    Hingga saat ini, tidak ada informasi resmi yang menguatkan klaim bahwa KPK menemukan gudang penyimpanan uang milik Gibran Rakabuming Raka di Solo atau tempat lain.

    Kesimpulan

    Klaim bahwa KPK menemukan sejumlah uang di gudang penyimpanan Gibran Rakabuming Raka adalah hoaks. Narasi dalam video di YouTube tersebut tidak sesuai dengan judulnya, dan hanya memuat informasi dari artikel yang tidak terkait dengan penemuan uang oleh KPK. Misinformasi/disinformasi tersebut termasuk dalam kategori Misleading Content atau Konten Menyesatkan.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22969) Hoaks Foto Nelayan Papua Menangkap Hewan Misterius

    Sumber:
    Tanggal publish: 26/09/2024

    Berita

    tirto.id - Belum lama ini beredar kompilasi gambar yang diklaim sebagai dokumentasi nelayan Papua menangkap hewan misterius. Foto ini salah satunya disebarkan oleh akun Facebook “Erenzh Pulalo” di sebuah grup Facebook “PAPUA DALAM BERITA”.

    Dalam unggahannya, akun “Erenzh Pulalo” menyertakan tiga foto. Dua foto pertama menunjukkan seorang laki-laki sedang memegang hewan mirip Axolotl, dan foto terakhir menampilkan hewan tersebut diangkat oleh sebuah alat.

    “Nelayan Papua menangkap hewan yang belum pernah terlihat sebelumnya.@sorotan @pengikut,” begitu bunyi takarir yang disematkan.

    Per Kamis (26/9/2024), foto-foto yang diunggah pada Kamis (25/7/2024) ini sudah dibagikan ke 234 orang, dan mendapat 216 reaksi emoji, serta 184 komentar.

    Jika menengok kolom komentar, kebanyakan warganet terlihat tak mempercayai informasi yang disebarkan dan beberapa tampak mempertanyakan lokasi Papua yang dimaksud. Seorang warganet mengomentari, gambar yang beredar adalah palsu dan dibuat oleh teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

    Narasi ini pun disebarkan oleh beberapa akun Facebook lain, seperti ini dan ini. Tirto bahkan menemukan foto dengan klaim yang sama disebarkan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Thailand.

    Lantas, bagaimana kebenaran foto-foto tersebut?

    Hasil Cek Fakta

    Langkah pertama yang dilakukan Tim Riset Tirto yakni menelusuri asal muasal gambar yang beredar dengan memanfaatkan Google Image. Dari pencarian itu kami menemukan foto identik diunggah oleh laman Facebook “Astral Infernum Productions” pada Selasa (23/7/2024).

    Akun tersebut hanya memberi keterangan dalam Bahasa Inggris berbunyi “saya menginginkannya” dan sama sekali tak menyinggung soal nelayan Papua.

    Dalam keterangan profilnya, akun “Astral” menyebut dirinya sebagai animator dan pembuat film dengan bantuan AI, yang berfokus pada genre fiksi ilmiah dan fiksi ilmiah horror.

    Pemilik laman turut menanggapi komentar warganet dengan mengatakan bahwa mereka akan memandai fotonya di kemudian hari, ketika diberi tahu kalau foto ini telah ramai disebarkan dengan konteks yang salah.

    Akun “Astral” yang di YouTube menggunakan nama “Astral Infernum – AI Arts”, juga mengunggah potret makhluk ini dalam bentuk video.

    Untuk memastikan penggunaan AI dalam gambar ini, Tirto juga mencoba melakukan pengecekan lewat situs deteksi AI, Hive Moderation. Hasilnya, kemungkinan foto yang beredar dibuat oleh Generated AI (Gen AI) mencapai 99,9 persen.

    Tirto pun tak menjumpai pemberitaan dari media kredibel yang menyatakan adanya penemuan hewan semacam Axolotl di Papua, baik di berbagai Provinsi Papua di Indonesia, maupun Papua Nugini.

    Perlu diketahui, Axolotl termasuk dalam golongan hewan amfibi yang terancam punah. Menukil National Geographic, ukuran Axolotl bisa mencapai 12 inci. Sementara informasi yang tertera di situs San Diego Zoo menyebut kalau Axolotl bisa tumbuh hingga 18 inci alias sepanjang 45 cm, tidak seperti foto yang beredar yang menunjukkan ukuran Axolotl hampir sebesar manusia.

    Warna Axolotl di alam liar sebagian besar cokelat keabu-abuan. Sedangkan Axolotl yang berwarna lebih terang, terutama yang bertubuh putih dan insang merah muda, biasanya dikembangbiakkan sebagai hewan peliharaan.

    Namun di sebagian besar negara, spesies ini tidak dapat diperdagangkan lintas batas internasional, sebagian karena kekhawatiran bahwa mereka akan diburu dari alam liar. Axolotl ilegal untuk dimiliki di beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS) karena alasan yang sama.

    Meskipun populasi penangkarannya ada di mana-mana, Axolotl liar terancam punah. Amfibi tersebut pernah menghuni danau dataran tinggi di sekitar Kota Meksiko, tetapi degradasi habitat telah membatasi mereka hanya di beberapa pedalaman di daerah tersebut

    Kesimpulan

    Hasil penelusuran fakta menunjukkan kompilasi foto yang diklaim sebagai dokumentasi nelayan Papua menangkap hewan misterius merupakan hasil rekayasa teknologi buatan (Artificial Intelligence/AI).

    Foto identik sebelumnya diunggah oleh laman Facebook “Astral Infernum Productions” pada Selasa (23/7/2024). Dalam keterangan profilnya, akun itu menyebut dirinya sebagai animator dan pembuat film dengan bantuan AI, yang berfokus pada genre fiksi ilmiah dan fiksi ilmiah horror.

    Hasil penelusuran lewat situs deteksi AI, Hive Moderation, juga menunjukkan besarnya kemungkinan foto yang beredar dibuat oleh Generated AI (Gen AI), yakni mencapai 99,9 persen.

    Jadi, bisa disimpulkan gambar yang beredar di media sosial soal tangkapan hewan langka oleh nelayan Papua bersifat altered photo (foto yang dimanipulasi).

    Rujukan

  • (GFD-2024-22968) Taylor Swift Tak Kehilangan Followers Usai Dukung Kamala Harris

    Sumber:
    Tanggal publish: 26/09/2024

    Berita

    tirto.id - Calon presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dan Kamala Harris, telah melakukan adu gagasan dalam debat kedua Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

    Debat yang digelar Selasa (10/9/2024) waktu AS itu merupakan kali pertama Trump dan Harris berada dalam satu panggung, setelah Joe Biden, yang kini menjabat sebagai Presiden AS, memutuskan mundur dari kursi pencapresan dan digantikan Kamala Harris.

    Pasca debat Pilpres AS ini, musisi kenamaan AS, Taylor Swift, sontak mendeklarasikan dukungan terhadap Harris. Lewat unggahan Instagramnya, Rabu (11/9/2024), Taylor Swift menyatakan dirinya akan memberikan suara untuk Harris dan pasangannya, Tim Walz, dalam Pilpres AS tahun ini.

    Swift mengatakan, ia memilih Harris karena kandidat presiden yang diusung Partai Demokrat itu telah memperjuangkan hak-hak perempuan dan kelompok LGBTQ+. Harris juga disebut Swift sebagai pemimpin yang tegas dan berbakat.

    Dukungan Swift ini juga dilaporkan sejumlah media, salah satunya AP News.

    Sebagai solois yang punya banyak penggemar, deklarasi dukungan politik Swift ini menuai beragam respons dari warganet. Narasi di media sosial menyebut bahwa Swift kehilangan pengikut Instagram usai menyatakan dukungan politiknya. Akun Instagram bernama “anthonyaguerolive” (arsip) salah satunya, menyebarkan klaim bahwa Swift kehilangan 17 juta pengikut, disertai foto tangkapan layar profil Instagram Taylor Swift.

    “Taylor Swift memiliki 301 Juta pengikut Instagram minggu lalu. Dia mendukung Kamala Harris 5 hari yang lalu. Sekarang dia hanya memiliki 284 Juta pengikut. Dia kehilangan 17 Juta pengikut dengan mendukung Kamala,” tulis akun pengunggah dalam Bahasa Inggris, Senin (16/9/2024).

    Sampai Kamis (26/9/2024), postingan ini sudah meraup ratusan impresi berupa 915 likes. Tirto juga menemukan narasi serupa beredar di Threads (arsip) dan Facebook (arsip).

    Namun, benarkah klaim tersebut?

    Hasil Cek Fakta

    Untuk memverifikasi narasi yang berseliweran, Tim Riset Tirto mencoba memasukkan kata kunci “Taylor Swift lose followers after Harris endorsement” ke mesin perambah Google.

    Hasil pencarian teratas menunjukkan artikel beberapa lembaga pemeriksa fakta yang telah menyatakan informasi ini tidak benar, seperti lembaga USA Today dan Reuters, yang berbasis di AS.

    Dukungan Swift memang menuai kritik dari beberapa pihak, termasuk mantan Presiden AS, Donald Trump. Trump menulis unggahan Truth Social, Minggu (15/9/2024), dan menyatakan bahwa ia membenci Taylor Swift.

    Kendati demikian, klaim tentang Swift kehilangan 17 juta pengikut setelah dukungannya terhadap Harris tidak bisa dibuktikan. Tirto juga tak menemukan sumber resmi atau pemberitaan kredibel yang mengonfirmasi narasi ini.

    Menurut situs Social Blade (situs analitik media sosial), Swift justru memperoleh tambahan pengikut setelah deklarasi tersebut. Situs itu menunjukkan bahwa Swift memperoleh lebih dari 250 ribu pengikut pada 11 September 2024, hari di mana ia menyatakan dukungan kepada Harris, dan memperoleh sekira 46 ribu pengikut pada hari berikutnya.

    Swift diketahui terus memperoleh ribuan pengikut setiap hari hingga 16 September, namun sehari setelahnya ia kehilangan sekitar 1.500 pengikut. Kendati sesekali kehilangan followers, selama 30 hari terakhir (dari 27 Agustus 2024 sampai 25 September 2024), secara umum Swift telah mendapat tambahan 303 ribu pengikut di Instagramnya.

    Per Kamis (26/9/2024), jumlah pengikut Instagram Swift mencapai 284 juta orang.

    Meskipun unggahan yang beredar mengklaim bahwa Swift memiliki 301 juta pengikut sebelum dukungannya terhadap Harris, grafik di Social Blade memperlihatkan bahwa ia tidak pernah memiliki lebih dari 284 juta pengikut, selama Desember 2019 – Agustus 2024.

    Seperti dilaporkan Reuters, CEO Social Blade, Jason Urgo, mengatakan bahwa jumlah pengikut Swift telah mencapai 284.139.769 pengikut pada 8 Mei 2024, yang kemudian turun ke "kisaran 203 juta pengikut hingga 11 September, ketika ia kembali ke kisaran 284 juta pengikut."

    Urgo juga menyebut bahwa “perubahan pengikut setelah unggahan [dukungan Harris] justru meningkat, bukan menurun”.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, klaim tentang Taylor Swift kehilangan 17 juta pengikut setelah deklarasi dukungannya terhadap calon presiden AS, Kamala Harris, tidak bisa dibuktikan Tirto juga tak menemukan sumber resmi atau pemberitaan kredibel yang mengonfirmasi narasi ini.

    Menurut situs Social Blade (situs analitik media sosial), Swift justru memperoleh tambahan pengikut setelah deklarasi tersebut. Situs itu menunjukkan bahwa Swift memperoleh lebih dari 250 ribu pengikut pada 11 September 2024, hari di mana ia menyatakan dukungan kepada Harris, dan memperoleh sekira 46 ribu pengikut pada hari berikutnya.

    Dengan demikian, narasi soal Swift kehilangan pengikut setelah mendukung Harris bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

    Rujukan

  • (GFD-2024-22967) [HOAKS] Bill Gates Mempersenjatai AI untuk Bungkam Penolak Vaksin

    Sumber:
    Tanggal publish: 26/09/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Pendiri Microsoft, Bill Gates, disebut akan mempersenjatai kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk membungkam orang-orang yang menolak vaksin.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut hoaks.

    Narasi Bill Gates akan mempersenjatai AI untuk membungkam penolak vaksin dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada September 2024.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Bill Gates Berencana Menggunakan AI untuk Membungkam Siapapun yang Menentang Agenda Vaksinnya

    Dia bersikeras bahwa kritik terhadap narasi vaksin resmi harus disensor untuk memengaruhi orang-orang yang ragu-ragu agar percaya bahwa suntikan eksperimental aman dan efektif.

    Gates mendorong AI untuk membungkam semua suara yang menentang narasi arus utama.

    Hasil Cek Fakta

    Setelah dicermati, terdapat watermark "CNBC Make It" pada video tersebut. Ini mengindikasikan video tersebut merupakan produk CNBC.

    Kemudian, Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri video itu dengan kata kunci "bill gates cnbc make it". Hasilnya, video tersebut memang dipublikasikan CNBC pada 21 September 2024.

    Dalam video tersebut, Bill Gates berbagi tentang definisi kesuksesan, permasalahan generasi muda saat ini, termasuk soal teknologi.

    Dia membandingkan pengembangan perangkat lunak pada 1970-an dengan pengembangan perangkat lunak AI saat ini.

    Namun, Bill Gates tidak mengatakan tentang mempersenjatai AI untuk membungkam penolak vaksin.

    Dia berbicara tentang dilema dalam melindungi kebebasan berbicara sembari memerangi misinformasi yang berbahaya.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi Bill Gates akan mempersenjatai AI untuk membungkam penolak vaksin adalah hoaks.

    Narasi itu disertai video Bill Gates yang dipublikasikan CNBC, 21 September 2024. Namun, Gates tidak mengatakan tentang mempersenjatai AI untuk membungkam penolak vaksin.

    Bill Gates berbicara tentang dilema dalam melindungi kebebasan berbicara sembari memerangi misinformasi yang berbahaya.

    Rujukan