• (GFD-2024-22974) [PENIPUAN]: Pengakuan Sri Mulyani tentang obat herbal rekomendasi Dokter Terawan

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 26/09/2024

    Berita

    Hipertensi telah merenggut nyawa semua kerabat saya dan saya merasa bahwa saya akan segera mati juga. Namun berkat obat ini saya lupa akan tekanan darah tinggi, nyeri dada dan kelelahan kronis. Obat revolutioner baru telah menyelamatkan nyawa puluhan ribu orang Indonesia. Hal pertama yang akan anda alami, jika tidak mengkonsumsi obat ini adalah kematian akibat hipertensi, operasi yang mahal dan rumit atau hidup dalam siksaan………

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah video dengan narasi yang menyebutkan bahwa nyawa Sri Mulyani dan kerabatnya sembuh berkat obat hipertensi rekomendasi Dokter Terawan yang tidak dijual di apotek. Namun setelah dilakukan penelusuran klaim tersebut tidak benar.

    Faktanya, video yang dimaksud tampaknya merupakan hasil manipulasi atau deepfake, di mana teknologi kecerdasan buatan digunakan untuk mengubah atau memalsukan konten visual dan audio, terutama dalam wawancara dengan tokoh publik seperti Sri Mulyani. Tanda-tanda seperti gerakan bibir yang tidak wajar, wajah yang tampak tidak sinkron dengan audio, serta ketidakcocokan konten (seperti klaim terkait obat hipertensi yang tidak ada dalam wawancara asli) menjadi indikasi kuat bahwa video tersebut telah diedit.

    Selain itu, keterlibatan Dokter Terawan dalam video palsu juga memperkuat dugaan ini. Dokter Terawan seringkali dijadikan target manipulasi deepfake dalam isu-isu terkait kesehatan. Ini menandakan adanya pola pemalsuan untuk menyebarkan informasi salah, khususnya di bidang medis.

    Menurut laman Kementerian Kesehatan, seseorang dapat didiagnosis hipertensi apabila hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan tekanan sistol ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan diastol ≥ 90 mmHg pada lebih dari satu kunjungan. Hipertensi adalah kondisi umum yang prevalensinya pada orang dewasa berkisar antara 30-45%, dan meningkat seiring bertambahnya usia, dengan prevalensi lebih dari 60% pada orang yang berusia di atas 60 tahun.

    Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dr. Erwinanto, Sp. JP(K), FIHA, menegaskan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol dapat menjadi penyebab utama penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi adalah penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan. Pengendalian tekanan darah secara efektif dapat mengurangi risiko penyakit serius tersebut.

    Pencegahan hipertensi melibatkan pengendalian faktor risiko seperti merokok, diet tidak sehat, konsumsi garam berlebih, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan stres. Mengendalikan tekanan darah terbukti mengurangi risiko stroke sebesar 30-40% dan penyakit jantung koroner sebesar 20%. Dr. Erwinanto juga merekomendasikan pola makan sehat dengan sayur, buah, ikan, dan sedikit lemak jenuh serta gula, diiringi olahraga rutin dan pembatasan konsumsi garam hingga 5-6 gram per hari.

    Dengan demikian klaim tersebut tidak benar dengan kategori konten yang Dimanipulasi.

    Kesimpulan

    Video yang mengaitkan Sri Mulyani dengan pernyataan tentang obat hipertensi adalah keliru dan merupakan hasil deepfake. Video asli sebenarnya adalah wawancara Sri Mulyani dengan Patsy Widakuswara dari VOA yang membahas topik geopolitik dan tantangan yang dihadapi Indonesia sebagai tuan rumah KTT G-20 di Bali. Tidak ada pernyataan terkait obat hipertensi dalam wawancara asli tersebut.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22973) [SALAH] Alat Uji PCR Mengandung Etilen Oksida yang Menyebabkan Kanker

    Sumber: Facebook
    Tanggal publish: 26/09/2024

    Berita

    “MENGAPA BANYAK ORANG TIBA-TIBA TERKENA KANKER? UJI PCR MENGANDUNG ETILEN OKSIDA, KARSINOGEN! INI SALAH SATU ALASANNYA !!".

    "Jebakan batman, perangkap residu ada dimana2.

    Solusinya gak usah test.

    Gas etilen oksida merupakan zat berbahaya yang digunakan dalam produksi etilen glikol yang digunakan dalam berbagai produk. Misalnya obat-obatan, busa poliuretan, perekat, deterjen, tekstil, anti beku, dan pelarut.

    Sementara itu industri medis menggunakan etilena glikol (turunan etilen oksida) yang diproduksi dari fasilitas sterilisasi untuk mensterilkan peralatan medis, peralatan bedah, dan produk medis lainnya. Sayangnya, proses sterilisasi, penyimpanan, pemindahan dan penanganan etilen oksida dapat menyebabkan tempat kerja jadi beracun. Terutama jika pekerja terluka melalui kontak kulit atau polusi udara yang mengandung etilen oksida.

    Badan internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) mengklasifikasikan bahwa bahan kimia berbahaya etilen oksida sebagai karsinogenik. Bukti terbaru oleh Environmental Protection”.

    Hasil Cek Fakta

    Akun Facebook “Ila Farghob” mengunggah video yang memperlihatkan seorang pria meminta alat test PCR dan membacakan kandungannya di kotak kemasan alat test tersebut. Pria itu kemudian menjelaskan salah satu zat yang ia baca dari kotak kemasan tersebut yaitu Etilen Oksida dan menjelaskan kegunaan serta efek samping dari zat itu. Pada video itu juga dilengkapi narasi mengenai alat uji PCR yang mengandung etilen oksida yang bersifat karsinogenik dan di atasnya terdapat pertanyaan “mengapa banyak orang tiba-tiba terkena kanker?”. Ila Farghob juga menuliskan tambahan keterangan bahwa IARC (Badan internasional penelitian kanker) dan Environmental Protection telah menyatakan Etilen Oksida sebagai zat yang berbahaya. Tulisan dan video itu diunggah pada 25 Juli 2024.

    Berdasarkan hasil penelusuran, informasi tersebut menyesatkan. Melansir dari EPA (Environmental Protection Agency) AS, sekitar 50% alat medis, termasuk alat uji PCR dan SWAB, memang disterilkan dengan etilen oksida (EO), karena beberapa metode sterilisasi lain seperti panas, uap, atau radiasi belum tentu dapat ditoleransi oleh beberapa peralatan medis. Selain itu, EO juga dinilai paling efektif. EPA sendiri telah mempublikasikan regulasi penggunaan etilen oksida dengan mekanisme dan kadar yang aman.

    Selain itu, melansir dari wawancara surel pihak FactCheck.org dengan Stuart Batterman, seorang profesor kesehatan di Universitas Michigan, EO sebagian besar sudah hilang ketika alat-alat uji medis tersebut akan digunakan. Batterman juga mengatakan bahwa EO memang gas berbahaya apabila dihirup dalam konsentrasi tinggi dalam jangka waktu yang lama, namun alat uji SWAB dan PCR sudah tidak mengandung gas itu ketika dipasarkan dan akan digunakan oleh masyarakat.

    Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh akun Facebook “Ila Farghob” merupakan konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Konten yang menyesatkan. Alat uji PCR maupun SWAB memang disterilisasi dengan Etilen Oksida sebelum dipasarkan, namun gas EO sudah hilang ketika alat uji sudah dipasarkan untuk digunakan.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22972) [SALAH] TV One News: “PM Timor Leste Klaim Suara TOA Di NegaraNya Sangat Berisik dan Akan Dimusnahkan bila tidak bisa diatur volumenya”

    Sumber: Twitter
    Tanggal publish: 26/09/2024

    Berita

    “PM Timor Leste Klaim: Suara “TOA” Di NegaraNya Sangat Berisik dan Akan dimusnahkan bila tidak bisa diatur volumenya”.

    “Ya musnahkan ajalah TOA.. brisik & mengganggu.
    Kalo dibiarkan terus.. Nanti kuping jadi congek.. Subhanaallah”.

    Hasil Cek Fakta

    Akun Twitter @ProfOnline_id mengunggah tangkapan layar berita TV One News yang bertuliskan PM Timor Leste akan memusnahkan toa-toa masjid yang mengganggu dan apabila tidak bisa diatur volumenya. Cuitan dan foto yang diunggah pada 28 Juli tersebut telah disukai 292 orang, dikutip dan dibagikan ulang 43 kali, serta telah dilihat 17,300 kali.

    Ketika memasukkan judul berita tersebut di search bar web resmi TV One News, tidak ditemukan artikel dengan judul demikian. Bahkan ketika memasukkan keyword “PM Timor Leste klaim suara Toa di negaranya berisik” di pencarian Google, tidak ditemukan berita resmi atau klaim PM Timor Leste yang membahas mengenai Toa masjid di negaranya.

    Setelah menelusuri gambar tersebut dengan Google Lens, ditemukan gambar serupa yang juga digunakan oleh pengguna Twitter lain bernama @SammiSoh. Akun Twitter tersebut sebelumnya pernah menyebar hoaks yang berbau Islamofobia mengenai panitia PON Aceh yang memaksa salah satu atlit untuk memakai hijab.

    Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh akun Twitter @ProfOnline_id merupakan konten yang dimanipulasi.

    Kesimpulan

    Konten yang dimanipulasi. TV One News tidak pernah mengunggah berita demikian dan PM Timor Leste tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut.

    Rujukan

  • (GFD-2024-22971) [SALAH] Foto Pelabuhan Eilat, Israel pada 19 Juli 2024

    Sumber: Twitter
    Tanggal publish: 26/09/2024

    Berita

    “Penampakan pelabuhan Eliat Israel hari ini yang katanya hancur lebur akibat serangan rudal Houthi Yaman yang katanya hanya membutuhkan waktu 20 menit menurut salah satu orang islam model kontol @OmJ_JeNggot ini.. Masyaallah

    Namun sudah bbrp hari ini rudalnya belum nyampe”.

    Hasil Cek Fakta

    Akun Twitter @ProfOnline_id mengunggah foto yang diklaim sebagai pelabuhan Eilat, Israel. @ProfOnline_id juga menuliskan bahwa foto itu adalah kondisi pelabuhan Eilat yang masih tenang, tidak seperti yang diberitakan telah dihancurkan oleh rudal Houthi pada saat itu. Cuitan dan foto yang diunggah pada 19 Juli tersebut telah disukai 128 orang, dikutip dan dibagikan ulang 31 kali, serta telah dilihat 12,300 kali.

    Setelah menelusuri gambar tersebut dengan Google Lens, ditemukan beberapa artikel media berita Israel menggunakan foto yang sama persis. Di artikel yang ditulis The Times of Israel yang berjudul “Jordan to host Israel, Palestinians for Sunday summit in bid to restore calm”, terdapat keterangan bahwa foto itu merupakan pemandangan Kota Aqaba di Yordania yang terlihat dari Kota Eilat di Israel dan diambil pada 10 November 2019 oleh fotografer Moshe Shai.

    Selain itu, foto tersebut juga digunakan oleh media Israel lain di artikel yang setelah diterjemahkan ke Bahasa Inggris berbunyi “Chlorine gas leak in the port of Aqaba: at least 10 dead and hundreds more injured”. Pada keterangan foto itu juga tertulis pemandangan Kota Aqaba, diambil oleh fotografer Moshe Shai. Artikel ini dipublikasikan pada 28 Juni 2022.

    Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh akun Twitter @ProfOnline_id adalah konten yang menyesatkan.

    Kesimpulan

    Konten yang menyesatkan. Foto itu diambil oleh fotografer Israel pada November 2019, bukan pemandangan Pelabuhan Eilat pada 19 Juli 2024.

    Rujukan