KOMPAS.com - Informasi mengenai kecelakaan pesawat yang membawa jemaah haji asal Mauritania beredar di media sosial pada Mei 2025.
Pesawat yang membawa 210 penumpang itu diklaim jatuh di Laut Merah dalam perjalanan menuju Mekkah, Arab Saudi.
Narasi itu disertai gambar pesawat terbakar yang beredar luas di media sosial.
Tim Cek Fakta Kompas.com melakukan penelusuran digital dan mendapati informasi itu palsu atau merupakan hoaks.
Foto pesawat yang mengangkut jemaah haji asal Mauritania terbakar disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, ini, ini, dan ini.
Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Rabu (28/5/2025):
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun,,
Pesawat penumpang haji Mauritania jatuh di Laut Merah, dalam perjalanan menuju Mekkah Suci, lebih dari 210 penumpang haji syahid dalam genggaman kecelakaan pesawat, Innalillahi Wainna Ilaihiajiun.
Semoga Allah menerima semua syahid jemaah haji sebagai tamu Jannatul Ferdaus, Amin.
(GFD-2025-27236) [HOAKS] Foto Pesawat Jemaah Haji Asal Mauritania Jatuh dan Terbakar
Sumber:Tanggal publish: 31/05/2025
Berita
Hasil Cek Fakta
Tidak ada pesawat asal Mauritania yang mengalami kecelakaan di Laut Merah pada Mei 2025.
Pemerintah Mauritania memberangkatkan jemaah haji menggunakan Mauritania Airlines.
Khaama Press mewartakan, Direktur Haji di Kementerian Urusan Islam Mauritania, El Waly Taha memastikan bahwa semua jemaah haji yang diberangkatkan selamat.
Jemaah haji diberangkatkan melalui tiga penerbangan Mauritania Airlines, masing-masing pada 23, 24, dan 25 Mei 2025.
Pihak maskapai memastikan semua penerbangan beroperasi dengan lancar. Tidak ada kendala serius, apalagi kecelakaan.
Foto pesawat yang terbakar telah beredar di media sosial setidaknya sejak delapan tahun lalu.
Dilansir Fact Crescendo, foto serupa diunggah di situs web Vanguardngr pada 24 Agustus 2017.
Foto itu dikaitkan dengan kecelakaan latihan pesawat Angkatan Udara Nigeria.
Pemerintah Mauritania memberangkatkan jemaah haji menggunakan Mauritania Airlines.
Khaama Press mewartakan, Direktur Haji di Kementerian Urusan Islam Mauritania, El Waly Taha memastikan bahwa semua jemaah haji yang diberangkatkan selamat.
Jemaah haji diberangkatkan melalui tiga penerbangan Mauritania Airlines, masing-masing pada 23, 24, dan 25 Mei 2025.
Pihak maskapai memastikan semua penerbangan beroperasi dengan lancar. Tidak ada kendala serius, apalagi kecelakaan.
Foto pesawat yang terbakar telah beredar di media sosial setidaknya sejak delapan tahun lalu.
Dilansir Fact Crescendo, foto serupa diunggah di situs web Vanguardngr pada 24 Agustus 2017.
Foto itu dikaitkan dengan kecelakaan latihan pesawat Angkatan Udara Nigeria.
Kesimpulan
Foto pesawat yang mengangkut jemaah haji asal Mauritania terbakar merupakan hoaks.
Tidak ada kecelakaan pesawat Mauritania Airlines yang memberangkatkan jemaah haji pada 23-25 Mei 2025.
Kementerian Urusan Islam Mauritania memastikan semua jemaah selamat sampai di Tanah Suci.
Tidak ada kecelakaan pesawat Mauritania Airlines yang memberangkatkan jemaah haji pada 23-25 Mei 2025.
Kementerian Urusan Islam Mauritania memastikan semua jemaah selamat sampai di Tanah Suci.
Rujukan
- https://www.facebook.com/photo/?fbid=4133824253518947&set=a.1400356413532425
- https://www.facebook.com/photo/?fbid=730358792984022&set=a.113049501381624
- https://www.facebook.com/photo/?fbid=2409507926082070&set=a.170421726657379
- https://www.facebook.com/photo/?fbid=1960544704776382&set=a.107220250108846
- https://www.facebook.com/photo/?fbid=9767649543289543&set=a.178072862247307
- https://www.facebook.com/photo/?fbid=1077922157718008&set=a.289329013243997
- https://www.facebook.com/photo/?fbid=2421212731592055&set=a.241640582882625
- https://www.khaama.com/fact-check-mauritania-haj-flight-crash-off-red-sea-is-fake-news/
- https://afghanistan.factcrescendo.com/an-old-picture-of-a-burning-plane-has-been-shared-as-a-photo-of-a-nepalese-yeti-crashed-plane/
- https://archive.org/details/
- httpswww.vanguardngr.com201708breaking-airforce-trainer-aircraft-crashes-kaduna
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
(GFD-2025-27235) Cek Fakta: Tidak Benar Ini Link Pendaftaran PPPK 2025
Sumber:Tanggal publish: 02/06/2025
Berita
Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim link pendaftaran PPPK 2025, informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 28 Mei 2025.
Unggahan klaim link pendaftaran PPPK 2025 berupa tulisan sebagai berikut.
"Rekrutmen pendaftaran PPPK tahun 2025 resmi di buka (terbuka untuk umum dan swasta honorer)
PPPK 2025, mari kita tingkatkan kualitas diri dan persiapkan diri untuk menjadi guru yang lebih baik."
"Saya bangga menjadi bagian dari keluarga PPPK. Semoga bisa memberikan kontribusi yang terbaik bagi dunia pendidikan."
"Yuk, kita saling mendukung dan memberikan semangat kepada teman-teman yang sedang mengikuti seleksi PPPK."
Syarat Umum Pendaftaran PPPK tahun 2025
* Warga Negara Indonesia (WNI)
* Penempatan Sesuai Domisili/Daerah Masing-masing
•* Nomor telegram yang aktif Syarat Administrasi
* Kartu keluarga (KK)
* Kartu tanda penduduk (KTP)
* Dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan instansi atau kementerian tujuanPendaftaran Disini Gratis Yah Tidak Dipungut Biaya👇👇.
https://pendaftaranpppk2025.wijiyii.com/"
Unggahan tersebut disertai dengan link yang diklaim sebagai tempat untuk mendaftar, berikut link-nya.
"https://pendaftaranpppk2025.wijiyii.com/?fbclid=IwY2xjawKqTj9leHRuA2FlbQIxMQBicmlkETF2WmlXbTNBcFpRMUkwZ2pKAR5FHjtisZSVHZxz8mSZMN3DFF7VIAbd8cl4ZQhHsVZv52lTuetbOIgFB8BGXw_aem_pQveDEf9wcAq4e9lcXHwNQ"
Jika diklik unggahan tersebut mengarah pada halaman situs yang meminta sejumlah identitas seperti nama lengkap sesuai e-KTP dan nomor telegram.
Benarkah klaim link pendaftaran PPPK 2025? Simak hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim link pendaftaran PPPK 2025, penelusuran menggunakan Google Search dengan kata kunci 'pendaftaran PPPK 2025'. Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Pendaftaran PPPK Tahap 2 Ditutup 15 Januari 2025: Cek Posisi, Syarat, Link dan Cara Daftar" yang dimuat situs Liputan6.com, pada 13 Januari 2025.
Artikel Liputan6.com menyebutkan, calon peserta yang ingin mendaftar, dapat mengunjungi situs SSCASN di https://sscasn.bkn.go.id/ untuk melakukan pendaftaran.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membuat akun dengan menggunakan nomor induk kependudukan (NIK) dan alamat email yang aktif. Setelah akun berhasil dibuat, Anda harus melakukan login kembali dengan NIK dan kata sandi yang telah Anda buat sebelumnya.
Setelah itu, lengkapi biodata pribadi Anda, yang mencakup informasi mengenai ijazah serta gelar pendidikan terakhir, dan data tambahan seperti alamat, agama, serta nomor telepon. Kemudian, pilih jenis seleksi "PPPK", dan tentukan instansi serta formasi yang ingin Anda lamar. Jangan lupa untuk mengisi rincian terkait ijazah pendidikan terakhir dan pengalaman kerja yang Anda miliki.
Sebelum menyelesaikan pendaftaran, pastikan untuk memeriksa kembali semua informasi yang telah Anda masukkan. Setelah yakin bahwa semua data sudah benar, Anda dapat mencetak kartu pendaftaran. Dengan mengikuti semua langkah ini, proses pendaftaran Anda akan berjalan dengan lancar.
Kesimpulan
Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim link pendaftaran PPPK 2025 tidak benar
Calon peserta yang ingin mendaftar, dapat mengunjungi situs SSCASN di https://sscasn.bkn.go.id/ untuk melakukan pendaftaran dengan membuat akun.
(GFD-2025-27234) Cek Fakta: Tidak Benar dalam Video ini Detik-Detik Pesawat Pengangkut Jemaah Haji Mauritania Jatuh di Laut Merah
Sumber:Tanggal publish: 02/06/2025
Berita
Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video yang diklaim detik-detik pesawat pengangkut jemaah haji asal Mauritania jatuh di Laut Merah beredar di media sosial. Video tersebut disebarkan salah satu akun Facebook pada 29 Mei 2025.
Video berdurasi 15 detik itu memperlihatkan suasana kabin pesawat yang mengalami turbulensi. Dalam video juga terdengar teriakan sejumlah penumpang dan pekikan takbir. Video itu kemudian dikaitkan dengan kabar jatuhnya pesawat pengangkut 210 jemaah haji asal Mauritania di Laut Merah.
"Detik-Detik Pesawat yang mengangkut 210 calon jemaah haji Mauritania ke Tanah Suci, Jatuh di Laut Merah.
Turut Berduka Cita Semoga Niatnya Haji menjadi Husnul Khotimah," demikian narasi dalam video tersebut.
"210 Jemaah Jatuh Di Laut Merah
Detik Detik Pesawat Yang Me'Ngangkut 210 Jemaah Haji Mauritania Ke Tanah Suci Jatuh Di Laut Merah," tulis salah satu akun Facebook.
Video yang disebarkan akun Facebook tersebut telah 9.200 kali ditonton dan mendapat 13 komentar dari warganet.
Benarkah dalam video itu merupakan detik-detik pesawat pengangkut jemaah haji asal Mauritania jatuh di Laut Merah? Berikut penelusurannya.
Hasil Cek Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri video yang diklaim pesawat pengangkut jemaah haji asal Mauritania jatuh di Laut Merah. Hasil penelusuran, ditemukan video identik di situs berbagi video YouTube.
Video tersebut berjudul "Detik-detik Lion Air JT 353 Turbulensi" yang diunggah channel YouTube Yossie Harnowo pada 29 Oktober 2018.
Berikut gambar tangkapan layarnya.
"Pesawat Lion Air JT 353 tujuan Padang - Jakarta mengalami turbulensi di perjalanan. Alhamdulillah semua penumpangnya selamat," tulis channel YouTube Yossie Harnowo.
Dikutip dari khaama.com, Direktur Haji di Kementerian Urusan Islam Mauritania, El Waly Taha menyatakan bahwa tidak ada insiden pesawat jatuh. Ia menegaskan, seluruh jemaah haji asal Mauritania telah selamat sampai Tanah Suci.
Mauritania Airlines juga mengeluarkan pernyataan yang mengonfirmasi bahwa tiga penerbangan terjadwal pada tanggal 23, 24, dan 25 Mei 2025 berhasil mengangkut semua jemaah haji ke Makkah tanpa masalah apa pun. Menurut maskapai, semua penerbangan berjalan lancar, dan tidak ada yang mengalami kecelakaan atau kehilangan.
Kesimpulan
Video yang diklaim pesawat pengangkut jemaah haji asal Mauritania jatuh di Laut Merah ternyata tidak benar. Faktanya, video tersebut merupakan rekaman saat Pesawat Lion Air JT 353 mengalami turbulensi. Video itu telah ada sejak 2018 lalu.
Sementara pihak Mauritania Airlines mengonfirmasi bahwa tiga penerbangan terjadwal pada tanggal 23, 24, dan 25 Mei 2025 berhasil mengangkut semua jemaah haji ke Tanah Suci, Makkah.
Rujukan
(GFD-2025-27233) Keliru: Klaim Varian Omicron XBB Lebih Ganas dan Tidak Mudah Dideteksi
Sumber:Tanggal publish: 02/06/2025
Berita
SEBUAH teks beredar di media sosial berisi klaim tentang Omicron XBB, varian virus Covid-19 Omicron, sub varian XBB yang marak akhir-akhir ini. Varian ini mematikan dan tidak mudah dideteksi sehingga dianjurkan agar setiap orang memakai masker. Virus ini lima kali lebih ganas dari varian delta, dan tingkat kematiannya lebih tinggi.
Orang yang terjangkit, disebut tidak mengalami batuk maupun demam. Melainkan mengalami nyeri sendi, sakit pada kepala, leher, punggung bagian atas, pneumonia, dan pada umumnya nafsu makan berkurang. Virus varian ini tidak ditemukan di nasofaring, dan langsung mempengaruhi "jendela" paru-paru dalam waktu yang lebih singkat, dan mulai menunjukkan tanda-tanda pneumonia.
Tempo mendapat permintaan pembaca untuk memeriksa benarkah ada varian Omicron XBB yang mematikan dari jenis Covid pertama dan tidak mudah dideteksi kembali merebak?
Orang yang terjangkit, disebut tidak mengalami batuk maupun demam. Melainkan mengalami nyeri sendi, sakit pada kepala, leher, punggung bagian atas, pneumonia, dan pada umumnya nafsu makan berkurang. Virus varian ini tidak ditemukan di nasofaring, dan langsung mempengaruhi "jendela" paru-paru dalam waktu yang lebih singkat, dan mulai menunjukkan tanda-tanda pneumonia.
Tempo mendapat permintaan pembaca untuk memeriksa benarkah ada varian Omicron XBB yang mematikan dari jenis Covid pertama dan tidak mudah dideteksi kembali merebak?
Hasil Cek Fakta
Tempo memverifikasi klaim itu dengan bantuan mesin penelusuran Google dan wawancara ahli. Hasilnya, narasi yang disebarkan tersebut tidak berdasarkan fakta dan bukti ilmiah.
Pesan berantai tersebut, sebenarnya telah beredar pada 2023 saat dunia baru saja selesai menghadapi pandemi COVID-19. Tempo pada 11 Desember 2023 mempublikasikan artikel bahwa varian XBB Omicron lebih ganas adalah tidak benar.
Meski tidak ganas, subvarian Omicron XBB memiliki sifat immune escape, yang meningkatkan kemampuannya menginfeksi manusia sehingga penyebaran virus semakin meningkat.
“Immune escape adalah kemampuan virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh kita. Tubuh kita memproduksi antibodi untuk mengenali protein spesifik dari virus tadi. Apabila mutasi (virus) terjadi pada gen yang mengatur produksi protein, maka ada perubahan ekspresi protein yang tidak dapat dikenali oleh antibodi yang spesifik dengan protein sebelumnya,” kata Riris Andono kepada Tempo, Jumat, 8 Desember 2023.
Asisten Profesor Monash University Indonesia dan virology di Oxford University Clinical Research Unit (OUCRU) Indonesia, Henry Surendra, kasus COVID-19 yang disebabkan oleh varian XBB memiliki gejala lebih ringan dan risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan kasus infeksi varian pre-delta dan delta.
Henry menyatakan telah mempublikasikan penelitian terkait varian XBB yang bisa diakses di sini. “Infeksi karena varian XBB justru lebih ringan dibandingkan varian pre delta dan delta,” kata Henry kepada Tempo, 26 Mei 2025.
Hal senada disampaikan Epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman bahwa tidak benar klaim varian covid omicron XBB mematikan dan tidak terdeteksi.
Pertama bahwa secara ilmiah, fakta varian omicron XBB yang termasuk varian XBB 1.5, sudah sulit dijumpai bahkan terdeteksi saat ini. Bahkan mungkin sudah tidak ada ya karena sudah digantikan dengan turunan-turunan yang jauh lebih jauh lagi dari itu.
“Varian ini bukan turunan yang lebih mematikan atau lebih parah tapi bahkan lebih ringan gejalanya namun kemampuan menginfeksinya jauh lebih tinggi atau lebih mudah. Dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak pernah menyatakan bahwa XBB lima kali lebih toksik atau mematikan daripada varian delta,” kata Dicky Budiman, 30 Mei 2025.
Terkait klaim bahwa Omicron XBB tanpa ada gejala batuk atau demam, langsung menyerang paru dan tidak terdeteksi tes PCR, menurut Dicky klaim itu juga tidak benar. XBB tetap dapat dideteksi melalui tes PCR dan virus ini tetap bereplikasi di saluran pernafasan atas sehingga tes dari nasofaring juga masih relevan. Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan virus langsung ke paru-paru tanpa melalui hidung dan tenggorokan.
“Tentang klaim gejala umum seperti nyeri punggung, hilang nafsu makan, pneumonia, dan lain-lain, sekali lagi faktanya bahwa gejala COVID bervariasi tapi tidak unik untuk varian tertentu. Semua hampir sama,” kata Dicky.
Dikutip dari situs BBC.com bahwa XBB1.5 adalah cabang dari varian Covid Omicron yang mendominasi secara global dan muncul setelah varian Alfa, Beta, Gamma, serta Delta. XBB.1.5 merupakan revolusi dari XBB dan pertama kali diidentifikasi di India pada Agustus 2022, tetapi belum diklasifikasikan sebagai "Variant of Concern (VOC)" oleh otoritas kesehatan.
Mutasi XBB mampu mengalahkan pertahanan kekebalan tubuh, tetapi kualitas yang sama ini juga mengurangi kemampuannya untuk menginfeksi sel manusia.
Profesor Wendy Barclay dari Imperial College London mengatakan XBB.1.5 memiliki mutasi yang dikenal sebagai F486P, yang mampu mengikat sel sambil terus menghindari kekebalan. Itu membuatnya lebih mudah menyebar.
Dia mengatakan perubahan evolusioner ini seperti "batu loncatan", karena virus berevolusi untuk menemukan cara baru melewati mekanisme pertahanan tubuh. Pada Rabu, 4 Januari 2023, Ilmuwan dari WHO mengkonfirmasi XBB.1.5 memiliki "keunggulan dalam pertumbuhan", dibandingkan dengan semua sub-varian lain yang diketahui sejauh ini.
Namun, mereka mengatakan tidak ada indikasi pertumbuhan itu lebih serius atau berbahaya dari varian Omicron sebelumnya.
Pesan berantai tersebut, sebenarnya telah beredar pada 2023 saat dunia baru saja selesai menghadapi pandemi COVID-19. Tempo pada 11 Desember 2023 mempublikasikan artikel bahwa varian XBB Omicron lebih ganas adalah tidak benar.
Meski tidak ganas, subvarian Omicron XBB memiliki sifat immune escape, yang meningkatkan kemampuannya menginfeksi manusia sehingga penyebaran virus semakin meningkat.
“Immune escape adalah kemampuan virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh kita. Tubuh kita memproduksi antibodi untuk mengenali protein spesifik dari virus tadi. Apabila mutasi (virus) terjadi pada gen yang mengatur produksi protein, maka ada perubahan ekspresi protein yang tidak dapat dikenali oleh antibodi yang spesifik dengan protein sebelumnya,” kata Riris Andono kepada Tempo, Jumat, 8 Desember 2023.
Asisten Profesor Monash University Indonesia dan virology di Oxford University Clinical Research Unit (OUCRU) Indonesia, Henry Surendra, kasus COVID-19 yang disebabkan oleh varian XBB memiliki gejala lebih ringan dan risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan kasus infeksi varian pre-delta dan delta.
Henry menyatakan telah mempublikasikan penelitian terkait varian XBB yang bisa diakses di sini. “Infeksi karena varian XBB justru lebih ringan dibandingkan varian pre delta dan delta,” kata Henry kepada Tempo, 26 Mei 2025.
Hal senada disampaikan Epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman bahwa tidak benar klaim varian covid omicron XBB mematikan dan tidak terdeteksi.
Pertama bahwa secara ilmiah, fakta varian omicron XBB yang termasuk varian XBB 1.5, sudah sulit dijumpai bahkan terdeteksi saat ini. Bahkan mungkin sudah tidak ada ya karena sudah digantikan dengan turunan-turunan yang jauh lebih jauh lagi dari itu.
“Varian ini bukan turunan yang lebih mematikan atau lebih parah tapi bahkan lebih ringan gejalanya namun kemampuan menginfeksinya jauh lebih tinggi atau lebih mudah. Dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak pernah menyatakan bahwa XBB lima kali lebih toksik atau mematikan daripada varian delta,” kata Dicky Budiman, 30 Mei 2025.
Terkait klaim bahwa Omicron XBB tanpa ada gejala batuk atau demam, langsung menyerang paru dan tidak terdeteksi tes PCR, menurut Dicky klaim itu juga tidak benar. XBB tetap dapat dideteksi melalui tes PCR dan virus ini tetap bereplikasi di saluran pernafasan atas sehingga tes dari nasofaring juga masih relevan. Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan virus langsung ke paru-paru tanpa melalui hidung dan tenggorokan.
“Tentang klaim gejala umum seperti nyeri punggung, hilang nafsu makan, pneumonia, dan lain-lain, sekali lagi faktanya bahwa gejala COVID bervariasi tapi tidak unik untuk varian tertentu. Semua hampir sama,” kata Dicky.
Dikutip dari situs BBC.com bahwa XBB1.5 adalah cabang dari varian Covid Omicron yang mendominasi secara global dan muncul setelah varian Alfa, Beta, Gamma, serta Delta. XBB.1.5 merupakan revolusi dari XBB dan pertama kali diidentifikasi di India pada Agustus 2022, tetapi belum diklasifikasikan sebagai "Variant of Concern (VOC)" oleh otoritas kesehatan.
Mutasi XBB mampu mengalahkan pertahanan kekebalan tubuh, tetapi kualitas yang sama ini juga mengurangi kemampuannya untuk menginfeksi sel manusia.
Profesor Wendy Barclay dari Imperial College London mengatakan XBB.1.5 memiliki mutasi yang dikenal sebagai F486P, yang mampu mengikat sel sambil terus menghindari kekebalan. Itu membuatnya lebih mudah menyebar.
Dia mengatakan perubahan evolusioner ini seperti "batu loncatan", karena virus berevolusi untuk menemukan cara baru melewati mekanisme pertahanan tubuh. Pada Rabu, 4 Januari 2023, Ilmuwan dari WHO mengkonfirmasi XBB.1.5 memiliki "keunggulan dalam pertumbuhan", dibandingkan dengan semua sub-varian lain yang diketahui sejauh ini.
Namun, mereka mengatakan tidak ada indikasi pertumbuhan itu lebih serius atau berbahaya dari varian Omicron sebelumnya.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klim ada varian Omicron XBB yang mematikan dari jenis Covid pertama dan tidak mudah dideteksi kembali merebak adalah keliru.
Rujukan
Halaman: 138/6306