• (GFD-2025-26984) [KLARIFIKASI] Belum Ada Bukti Pesawat Y-20 China Bawa Bantuan untuk Gaza

    Sumber:
    Tanggal publish: 15/05/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Pesawat Xian Y-20 milik China dilaporkan mendarat di Bandara Internasional Rafic Hariri di Beirut, Lebanon pada 29 April 2025.

    Beredar narasi di media sosial yang menyebut pesawat tersebut membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu belum terbukti kebenarannya.

    Video menampilkan pesawat Y20 milik China yang diklaim membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza disebarkan oleh akun Instagram ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut penggalan narasi yang ditulis salah satu akun pada Minggu (11/5/2025):

    Kehadiran pesawat China Y20 yang merupakan pesawat kargo militer untuk mengantarkan bantuan ke Gaza tersebut memicu kekhawatiran di kalangan pejabat Israel mengenai potensi keterlibatan militer China di kawasan Timur Tengah.

    Mereka khawatir bahwa langkah ini menandakan peningkatan pengaruh China di wilayah yang sangat sensitif ini.

    Bantuan yang dikirimkan oleh China di Gaza dianggap penting karena wilayah tersebut mengalami kesulitan besar akibat blokade yang diberlakukan oleh Israel.

    Meskipun bantuan tersebut bertujuan kemanusiaan, hal ini meningkatkan ketegangan politik yang sudah ada di kawasan.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menggunakan teknik reverse image search untuk menelusuri jejak digital video.

    Video serupa ditemukan di kanal YouTube Wardana pada 30 April dan akun X @OsintExperts pada 29 April 2025.

    Pesawat dengan kode hex 7A4410 tersebut merupakan milik Angkatan Udara China, yang terpantau mendarat di Beirut, Lebanon.

    Sebelumnya, pesawat itu terpantau melewati Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

    Berdasarkan pemberitaan South China Morning Post, 17 April 2025 China memiliki agenda latihan angkatan udara gabungan di Mesir bertajuk Eagle of Civilization pada akhir bulan April 2025.

    Flightradar24 mengonfirmasi kedatangan sedikitnya lima pesawat Y20, sebuah pesawat peringatan dini dan kontrol udara KJ-500.

    Pesawat Y20 memang memiliki kapasitas untuk memuat pasukan dan persediaan bantuan.

    Namun tidak ditemukan bukti bahwa aktivitas angkatan udara China di wilayah timur tengah berkaitan dengan dukungan ke Gaza.

    Dilansir Anadolu Ajansi, China menentang operasi militer berkelanjutan di Gaza dan mengharapkan gencatan senjata.

    “Kami menentang operasi militer Israel yang berkelanjutan di Gaza dan berharap semua pihak akan terus melaksanakan perjanjian gencatan senjata secara efektif dan kembali ke jalur penyelesaian politik yang benar atas masalah tersebut,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian.

    Meski demikian, tidak ada bukti bahwa pesawat Y20 milik China dalam video membawa bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza.

    Kesimpulan

    Belum ada bukti pesawat Y20 milik China yang mendarat di Bierut membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza.

    Angkatan udara China terpantau melakukan aktivitas militer di sekitar Mesir karena mengikuti latihan gabungan pada akhir April 2025.

    Meski menentang operasi militer Israel di Gaza, tetapi tidak ada bukti pesawat Y20 milik China dalam video memuat bantuan kemanusiaan.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26983) Cek Fakta: Hoaks Inul Daratista Bagi-bagi Hadiah Hanya dengan Tebak Kata di Facebook

    Sumber:
    Tanggal publish: 16/05/2025

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan penyanyi Inul Daratista membagikan hadiah dengan bermain tebak kata di Facebook. Postingan itu beredar sejak tengah pekan ini.
    Salah satu akun bernama Bundaa Inul yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 14 Mei 2025.
    Berikut isi postingannya:
    "Tebak Kata Selain Sehat dan Sekat
    S_ _ _T"
    Postingan itu juga disertai dengan tautan yang mengarah ke nomor Whatsapp tertentu.
    "Silahkan Klik Link di bawah ini untuk pengambilan hadiah dari bundah"
    Lalu benarkah postingan penyanyi Inul Daratista membagikan hadiah dengan bermain tebak kata di Facebook?

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan membuka akun resmi Inul Daratista di seluruh media sosial. Hasilnya, Inul tidak punya akun resmi di Facebook, dia hanya memiliki akun Fan Page bernama Inul Daratista yang mempunyai 1,1 juta pengikut.
    Dalam akun fanpage tersebut juga tidak ditemukan pembagian hadiah seperti dalam postingan. Sementara di akun resmi Inul di Instagram mempunyai nama @inul.d yang sudah bercentang biru atau terverifikasi.
    Di sana juga tidak terdapat program bagi-bagi hadiah seperti dalam postingan. Inul sendiri pernah memberikan bantahan terkait pembagian hadiah ini pada tahun 2020 lalu.
    "Manajemen Inul dan Inul tidak main Facebook dan tidak buat giveaway," ujar Inul saat dihubungi Jumat (9/4/2020).
    Di sisi lain sangat berbahaya jika kita coba menghubungi nomor WhatsApp yang ditautkan pada postingan. Ini merupakan modus indikasi penipuan, pencurian data dan juga bisa menjebak kita pada pinjaman online ilegal.

    Kesimpulan


    Postingan penyanyi Inul Daratista membagikan hadiah dengan bermain tebak kata di Facebook adalah hoaks.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26982) [HOAKS] Virus Baru Disebarkan ke Anak Sekolah Lewat Pembagian Obat Cacing

    Sumber:
    Tanggal publish: 15/05/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar narasi yang mengeklaim pembagian obat cacing untuk anak sekolah adalah agenda penyebaran virus baru.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut hoaks.

    Narasi yang mengeklaim pembagian obat cacing untuk anak sekolah adalah agenda penyebaran virus baru dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada Mei 2025.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    GAWAT DARURATWASPADA TERHADAP MENTERI KESEHATAN SAAT INI*

    TOLAK Program Membagi² O??? CACING/IMUNISASI PLUS VACSIN dari Kementerian Kesehatan Sebab ini Bagian dari Misi Global Dalam Rangka Penyebaran Virus Baru. Target Utama Mereka Sekolah2 dan Keluarga yang Awam Terhadap Kesehatan.

    Share Sebanyak2nya agar Kita Bisa Selamatkan Seluruh Rakyat dan Negara dari Rongrongan Penghianat Bangsa.

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com menghubungi Kementerian Kesehatan untuk mengonfirmasi kebenaran narasi penyebaran virus baru lewat obat cacing yang dibagikan ke anak sekolah.

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muharmawan mengatakan, narasi tersebut adalah hoaks lama yang kembali disebarkan.

    "Pemberian obat atau vaksin untuk semua sasaran masyarakat itu sudah dipastikan keamanan, kualitas, dan khasiatnya," kata Aji kepada Kompas.com, Rabu (14/5/2025).

    Dikutip dari situs Kemenkes, pencegahan dan penanggulangan cacingan di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 15 tahun 2017 tentang Penanggulangan Cacingan. 

    Salah satu caranya dengan strategi deworming yang dikenal dengan Pemberian Obat Pencegahan secara Massal (POPM).

    Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Cacingan, disebutkan bahwa POPM Cacingan dilakukan pada anak balita, anak usia pra-sekolah, dan anak usia sekolah di daerah kabupaten/kota dengan prevalensi cacingan tinggi dan sedang.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi yang mengeklaim pembagian obat cacing untuk anak sekolah adalah agenda penyebaran virus baru merupakan hoaks.

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muharmawan mengatakan, narasi tersebut adalah hoaks lama yang kembali disebarkan. Narasi itu tidak disertai bukti ilmiah.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26981) Benar: Peneliti Cina Mengembangkan Rumah Sakit Berbasis Kecerdasan Buatan

    Sumber:
    Tanggal publish: 16/05/2025

    Berita

    SEBUAH narasi beredar di WhatsApp [arsip] yang mengklaim sekelompok peneliti Cina telah mengembangkan rumah sakit tanpa melibatkan manusia. Rumah sakit itu disebut sepenuhnya berbasis kecerdasan buatan (AI).

    Unggahan itu disertai gambar yang memperlihatkan robot berwarna putih yang sedang merawat seorang pasien di ruang rawat inap rumah sakit. “Tiongkok resmi mengoperasikan rumah sakit berbasis AI tanpa dokter manusia,” tulis narasi dalam konten.



    Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Benarkah Cina telah membuka rumah sakit AI yang pelayanannya tidak melibatkan dokter manusia?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi narasi itu membandingkan dengan pemberitaan dari media kredibel. Hasilnya, memang Cina mengembangkan rumah sakit virtual yang berbasis AI. Salah satu tujuan pembuatannya sebagai media pembelajaran dokter dan masyarakat umum tentang pelayanan rumah sakit, diagnosa penyakit, serta tindakan yang bisa diambil.

    Konten digital tersebut menuliskan sumber informasi berasal “cosmi.dev”. Nama ini merupakan akun Instagram yang pertama mengunggah konten tersebut. Akun tersebut menjelaskan, mereka mengutip informasi tersebut The Sun.

    The Sun dalam artikelnya menjelaskan mereka mengutip dari Global Times yang berkantor di Beijing, Cina. Berita yang terbit tanggal 29 Mei 2024 itu bersumber dari wawancara terhadap beberapa peneliti di Universitas Tsinghua yang terlibat dalam pengembangan rumah sakit virtual.

    Simulasi rumah sakit yang diberi nama Agent Hospital itu dikembangkan secara virtual. Peneliti menciptakan karakter dokter, perawat, dan pasien menggunakan AI.

    Pembuatan rumah sakit virtual tersebut sesungguhnya sebagai media pembelajaran, baik bagi dokter dan masyarakat umum. Sehingga mereka bisa belajar mengenai pelayanan rumah sakit, diagnosa penyakit, serta tindakan yang bisa diambil. Simulasi yang tersedia di rumah sakit AI diharapkan bisa menambah pengalaman para dokter. Informasi yang sama diberitakan South China Morning Post (SCMP).

    Menciptakan Agent Hospital adalah salah satu proyek pelibatan AI dalam pendidikan kesehatan medis di Cina. Pelayanan kesehatan di negeri Tirai Bambu tersebut dalam beberapa tahun terakhir terus meningkatkan AI dalam layanan kesehatan. 

    Namun, kritik terhadap langkah tersebut juga banyak bermunculan, SCMP melaporkan.

    Misalnya sekelompok tim peneliti dari Universitas Tsinghua, memperingatkan risiko bahaya pelibatan Deepseek dalam pelayanan pengobatan yang terlalu cepat. Pendapat mereka tertuang dalam laporan ilmiah yang terbit di jurnal ilmiah di bidang medis, JAMA. 

    Jurnal tersebut berisi kekhawatiran atas penggunaan DeepSeek yang berlebihan oleh Cina di bidang kesehatan. Risiko yang bisa muncul di antaranya dapat mengakibatkan kesalahan diagnosis atau bias pengobatan. Selain itu, dokter yang terlalu berhati-hati bisa mendapat beban tambahan untuk memverifikasi hasil AI dalam pengaturan klinis yang sensitif terhadap waktu

    Kesenjangan sebaran teknologi, keamanan siber, privasi, sistem Deepseek yang terpusat, serta efektivitas pengawasannya, menjadi tantangan lain dalam pelaksanaannya.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan Cina telah membangun rumah sakit AI yang tidak melibatkan dokter manusia adalah kalim yang benar.

    Rujukan