• (GFD-2024-23815) [HOAKS] Video Gurita Raksasa Terdampar di Pantai Pasir Panjang

    Sumber:
    Tanggal publish: 05/11/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Sebuah video diklaim menampilkan gurita raksasa terdampar di Pantai Pasir Panjang, Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

    Namun, setelah ditelusuri video tersebut merupakan hasil manipulasi yang perlu diluruskan informasinya.

    Video yang diklaim menampilkan gurita raksasa terdampar di Pantai Pasir Panjang muncul di media sosial, salah satunya dibagikan oleh akun Facebook ini pada 31 Oktober 2024.

    Dalam video tampak sejumlah orang sedang mengerubungi gurita berukuran besar yang terdampar di pinggir pantai. Video itu diberi keterangan:

    Gurita Raksasa terdampar di Pasir Panjang ???? #guritaraksasa #fyp @sorotan

    Akun Facebook Tangkapan layar Facebook, video yang diklaim menampilkan gurita raksasa terdampar di Pantai Pasir Panjang

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Tim Cek Fakta Kompas.com, sampai saat ini tidak ditemukan informasi valid soal penemuan gurita raksasa di Pantai Pasir Panjang seperti dalam unggahan.

    Tim Cek Fakta Kompas.com kemudian mengecek video itu menggunakan Hive Moderation.

    Tools tersebut dapat mendeteksi sebuah video dihasilkan oleh artificial intelligence (AI) atau bukan.

    Setelah dicek, hasilnya video tersebut terdeteksi dihasilkan oleh AI. Probabilitas mencapai 96.3 persen.

    Sementara, ketika ditelusuri video tersebut identik dengan unggahan akun Instagram @best_of_ai_'s.

    Dalam deskripsinya, akun tersebut menjelaskan bahwa mereka merupakan konten kreator yang bereksperimen membuat cerita dengan menggunakan AI. 

    Kesimpulan

    Video yang diklaim menampilkan gurita raksasa terdampar di Pantai Pasir Panjang merupakan hasil manipulasi. Video tersebut terdeteksi dihasilkan oleh AI. 

    Sampai saat ini tidak ada informasi valid soal penemuan gurita raksasa di Pantai Pasir Panjang, Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23814) Keliru, Tanda Warna di Ujung Kemasan Pasta Gigi Menandakan Tingkat Bahaya Produk

    Sumber:
    Tanggal publish: 05/11/2024

    Berita



    Sebuah video beredar di Facebook akun ini [ arsip ], ini, ini, ini, dan ini, yang berisi klaim bahwa tanda warna berupa kotak atau garis pada ujung kemasan pasta gigi bisa memperlihatkan tingkat bahaya yang dimiliki pasta gigi tersebut.

    Video itu memperlihatkan seorang pria yang mengatakan bahwa tanda warna di ujung kemasan pasta gigi merupakan simbol dari bahan baku yang digunakan. Warna hijau memiliki arti pasta gigi tersebut terbuat dari 100 persen bahan alami. Kemudian warna biru menandakan bahannya alami campur dengan obat-obatan. Sementara yang tanda warnanya merah dibuat bahan alami dicampur bahan kimia. Terakhir yang tanda warnanya hitam berarti 100 persen menggunakan bahan kimia.



    Namun, benarkah tanda warna di ujung kemasan pasta gigi menjadi tanda bahan yang digunakan dan tingkat bahayanya?

    Hasil Cek Fakta



    Dilansir pemeriksa fakta asal Amerika Serikat, Snopes.com, narasi yang mengatakan tanda warna berbentuk kotak atau garis persegi panjang pada kemasan pasta gigi, menjadi tanda bahan produk, telah beredar sejak tahun 2013.

    Namun, sesungguhnya narasi tersebut keliru. Sesungguhnya tanda itu berfungsi membantu sensor mesin, sebagai tanda posisi yang harus dipotong, dilipat, dan disegel menggunakanhot press.

    Sehingga kemasan yang awalnya dicetak panjang, berhasil dipotong secara otomatis menjadi ukuran-ukuran yang sesuai untuk produk yang akan dijual. Di pabrik bagian penyiapan kemasan, mereka menyebutnya sebagai “tanda warna” (colour marks) atau “tanda mata” (eye marks).

    Perbedaan warna antara satu produk dengan produk lain, pada umumnya menandakan perbedaan jenis atau kode internal perusahaan, bisa juga untuk menyesuaikan sensor mesin yang diatur untuk mengidentifikasi warna tertentu saja.

    Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi pasta gigi tersebut, masyarakat diimbau membaca bagian keterangan komposisi atau “ingredients” yang tertera pada bagian belakang kemasan produk.

    Demikian juga yang disampaikan drg. Callista Argentina dalam artikelnya yang tayang diwebsite Klikdokter.com. Dia menambahkan, tanda warna itu juga sering digunakan sebagai penanda mana bagian depan dan belakang kemasan produk pasta gigi.

    “Karena itu, Anda tidak perlu ragu untuk mendapatkan manfaat dari pasta gigi. Untuk memastikan kandungan bahan di dalam pasta gigi, Anda hanya perlu melihatnya di bagian bawah (belakang) kemasan,” tulis drg. Callista.

    Menurut situs kesehatan Healthline.com, bahan-bahan yang terkandung dalam pasta gigi memiliki fungsi seperti untuk membersihkan, memberikan rasa, serta aroma pada mulut usai sikat gigi. 

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan tanda warna di ujung kemasan pasta gigi menjadi tanda bahan yang digunakan dan tingkat bahayanya, adalah klaimkeliru.

    Tanda warna tersebut sesungguhnya dibuat untuk kepentinganpacking atau penanganan kemasan produk belaka. Tanda itu menjadi patokan pemotongan otomatis oleh mesin, tanda jenis kemasan, dan tanda antara bagian depan dan belakang kemasan.

    Rujukan

  • (GFD-2024-23813) Menyesatkan, Bill Gates Didakwa di Belanda berkaitan dengan Vaksin Covid-19

    Sumber:
    Tanggal publish: 05/11/2024

    Berita



    Sebuah narasi beredar di Facebook [ arsip ] oleh akun ini, ini, dan ini, yang menyatakan pendiri Microsoft, Bill Gates, diadili di Belanda karena dianggap menyesatkan publik terkait keamanan vaksin COVID-19. 

    Sejumlah konten merujuk pada putusan Pengadilan Belanda bahwa Bill Gates dapat diadili di Belanda dalam gugatan tujuh orang yang terdampak karena vaksin COVID-19. 



    Namun, benarkah itu artinya Bill Gates akan diadili di Belanda?

    Hasil Cek Fakta



    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa konten-konten yang beredar menyalahartikan tentang putusan Pengadilan Belanda yang bisa diakses di situs mereka. Seorang hakim Belanda hanya memutuskan mengenai wilayah yuridiksi dalam gugatan perdata yang dapat disidangkan di Belanda karena satu penggugat tinggal di wilayah yang dicakup oleh pengadilan. 

    Dikutip dari situs media Inggris Reuters, dalam dokumen Pengadilan Belanda tersebut tidak menyebutkan bahwa Bill Gates didakwa. Narasi tersebut berasal dari pernyataan Robert F. Kennedy Jr. pada rapat umum untuk mendukung Donald Trump di Georgia pada 23 Oktober, di mana ia mengatakan Gates didakwa di Belanda karena berbohong kepada publik tentang vaksin Covid".  

    Narasi tersebut bermula dari kasus perdata yang diajukan oleh tujuh penggugat di Belanda yang menuduh bahwa Gates dan sejumlah orang lainnya secara individu dan sebagai kelompok, sengaja menyesatkan mereka tentang keamanan dan efektivitas vaksin COVID. 

    Pengacara Gates, seperti dikutip dari organisasi cek fakta di Prancis, Lead Stories, menolak kasus itu dengan alasan bahwa gugatan terhadap warga negara Amerika tidak dapat disidangkan di Belanda, tetapi hakim tidak setuju. Pengadilan memutuskan bahwa mereka memiliki yurisdiksi atas kasus tersebut karena satu penggugat tinggal di wilayah yang dicakup oleh pengadilan., yakni di kota Leeuwarden di Belanda utara. 

    Menurut Lead Stories, gugatan diajukan oleh tujuh orang, yang salah satunya telah meninggal dunia. Mereka mengklaim menderita kerugian akibat vaksin COVID-19. Media Belanda sebelumnya melaporkan bahwa catatan medis untuk ketujuh penggugat yang tidak disebutkan namanya itu dibuat oleh orang yang sama yang sebelumnya menyatakan dirinya sebagai Covid Sceptic atau kelompok yang skeptis terhadap COVID-19.

    Leeuwarder Courant, menurut Lead Stories, melaporkan bahwa penggugat diwakili oleh Arno van Kessel, seorang pengacara dengan sejarah panjang menyebarkan informasi yang salah tentang COVID-19. Ia telah terlibat dengan kelompok anti-vaksin hingga Dewan Disiplin memutuskan pada tahun 2022 bahwa ia "melanggar kode etik profesi hukum," sebagaimana dilaporkan oleh divisi investigasi penyiar publik lainnya, KRO NCRV.

    Kelompok “corona sceptic” menuduh Gates dan lainnya menyelenggarakan pandemi Covid-19 dan vaksinasinya, untuk program Great Reset atau tata ulang dunia secara besar-besaran. Tempo telah beberapa kali membantah bahwa pandemi COVID-19 ditujukan untuk Great Reset. 

    Misalnya yang pernah diperiksa Tempo, terkait konten video yang mengklaim Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memiliki dokumen Great Reset. Padahal konten yang memperlihatkan pemuka agama Yahudi atau rabbi asal Israel bernama Amnon Yitzhak itu, telah direkayasa menggunakan deepfake.

    Setelah keluar putusan sementara tersebut, pengadilan dengan kasus utama yang diajukan kelompok “corona sceptic” pun kembali dilanjutkan. Gates dilaporkan tidak hadir secara langsung di pengadilan Belanda. Lead Stories menghubungi firma hukum yang mewakilinya di Belanda tetapi tidak segera mendapat tanggapan.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan pengadilan di Belanda memutuskan mereka berwenang mengadili Bill Gates, meskipun dia warga negara Amerika Serikat, adalah klaim yangmenyesatkan.

    Konten-konten yang beredar menyalahartikan tentang putusan Pengadilan Belanda yang bisa diakses di situs mereka. Seorang hakim Belanda hanya memutuskan mengenai wilayah yurisdiksi dalam gugatan perdata yang dapat disidangkan di Belanda karena satu penggugat tinggal di wilayah yang dicakup oleh pengadilan. 

    Rujukan

  • (GFD-2024-23812) Keliru, Buah Tanpa Biji Hasil Rekayasa Genetika dan Berdampak Pada Gen Orang yang Mengkonsumsinya

    Sumber:
    Tanggal publish: 05/11/2024

    Berita



    Sebuah akun media sosial Instagram [ arsip ] mengunggah video seseorang memotong buah tanpa biji, yakni apel, semangka, dan alpukat. Narator di dalam video menyampaikan agar masyarakat tidak mengkonsumsi buah yang tidak memiliki biji karena hasil rekayasa genetika. Dengan demikian, dapat mengganggu genetika manusia tersebut.

    Berikut narasi lengkapnya: “Sekarang pertanyaannya gini. Semangka, kalau Anda mau menanam semangka, apa yang Anda tanam? Nah kalau tidak ada biji, nanamnya gimana? Bibitnya itu dibikin di lab dengan rekayasa genetika. Rekayasa genetika, mau tidak mau, suka tidak suka, pasti berpengaruh pada gen yang makan.



    Tempo menerima permintaan pembaca untuk memeriksa kebenaran narasi tersebut. Betulkah buah tanpa biji hasil rekayasa genetika dan berpengaruh terhadap gen yang mengkonsumsinya?

    Hasil Cek Fakta



    Tim Cek Fakta Tempo menghubungi peneliti genomic-transcriptomic –dua bidang ilmu yang mempelajari faktor-faktor tertentu dalam sel, jaringan, atau organisme, Tengku Imam Saputra. 

    Menurut Tengku, rekayasa genetik merupakan upaya untuk mengubah susunan genetik (basa nukleotida) dengan menggunakan teknologi tertentu. Misalnya memasukkan gen (sequence nukleotida) dari organisme tertentu ke organisme lain menggunakan perantara virus agrobacterium atau teknologi terbaru dengan teknik crispr.

    “Mekanisme pembuatan buah tanpa biji tidak dengan memasukkan gen tertentu ke dalam buah yang kita konsumsi, tetapi memanfaatkan teknik persilangan konvensional dan teknik agronomis tertentu,” kata Tengku kepada Tempo, Selasa, 5 November 2024.

    Dia mencontohkan bagaimana buah pisang tanpa biji hasil mutasi alami telah mengilhami persilangan pada buah-buah lain. Menurut dia, pisang liar aslinya memiliki biji dengan kopi sepasang kromosom (2n) Musa acuminata (AA). Karena mutasi alami, pisang modern (Musa paradisiaca) akhirnya memiliki set 3 kromosom (3n) atau triploid 3n (AAA, AAB).

    “Persilangan tanaman pisang diploid x triploid ataupun triploid x triploid menyebabkan pisang modern tidak memiliki biji. Ini menginspirasi perusahaan benih komersial memproduksi semangka tanpa biji,” katanya.

    Tetapi untuk anggur tanpa biji, mekanismenya berbeda yaitu menggunakan teknik penyemprotan hormon tertentu yang mampu memalsukan penyerbukan. Sehingga bunga betina menduga telah terjadi pembuahan, padahal tidak. Sehingga bunga terpicu berkembang menjadi buah tetapi biji tidak terbentuk. “Kandungan gizi jelas sama dan tidak berbeda,” kata Tengku menegaskan.

    Varietas tanaman komersial yang dijual dari perusahaan benih selalu melewati tahap uji perilisan varietas yang ketat. Sedangkan untuk semangka tanpa biji, ada peran manusia untuk menginduksi perubahan set kromosomnya dari naturalnya 2n atau diploid menjadi 3n triploid dengan senyawa mutagen kolkisin yang sangat terukur dan konsentrasi kecil.

    Selain itu, benih yang masuk ke pasar berasal dari tanaman generasi ketiga. Maksudnya, tanaman tetua yang telah diberi senyawa mutagen berubah dari 2n ke 3n. Lalu tanaman  tetua berkromosom 3n disilangkan dengan tetua alami berkromosom 2n. Benih atau anakan dari persilangan tersebut dijual sebagai benih semangka tanpa biji.

    Tengku mengatakan, buah tanpa biji yang dihasilkan dari proses persilangan tersebut aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi hal itu tergantung dari upaya pemerintah dan kontrol kualitas dari produsen benih dengan tetap menguji secara rutin terhadap residu bahan kimia tertentu khususnya pestisida,”  kata  Tengku.

    Pada 2022, narasi serupa pernah beredar. Saat itu, Tempo mewawancarai Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto, M.Sc., Guru Besar Departemen Biologi, FMIPA IPB. Anton memastikan bahwa buah tanpa biji hasil modifikasi genetik, seperti pada semangka tanpa biji, tidak berbahaya. Sebab buah tanpa biji, biasa dihasilkan dari variasi genetik yang terjadi secara alami. Salah satu contohnya adalah buah semangka tanpa biji tersebut.

    “Buah tanpa biji tidak berbahaya. Karena buah tanpa biji juga biasa dihasilkan dari alam. Meskipun saat ini buah tanpa biji yang mudah ditemukan di pasaran itu umumnya merupakan hasil modifikasi genetik oleh manusia,” kata Anton saat dihubungi Tempo, Kamis, 16 Juni 2022.

    Pada dasarnya, menurut Anton, para ilmuwan mengembangkan buah tanpa biji  berdasarkan adanya temuan buah tanpa biji yang tumbuh secara alami tersebut. 

    Kesimpulan



    Berdasarkan hasil pemeriksaan Tempo, klaim buah tanpa biji hasil rekayasa genetic berpengaruh terhadap gen yang memakannya adalahkeliru. 

    Buah tanpa biji yang dihasilkan dari proses persilangan tersebut aman untuk dikonsumsi.

    Rujukan