• (GFD-2024-24071) [HOAKS] Elon Musk Kembangkan Mobil Berbahan Bakar Air

    Sumber:
    Tanggal publish: 19/11/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Miliarder dan bos perusahaan mobil listrik Tesla, Elon Musk, disebut telah mengembangkan mesin mobil bertenaga air.

    Selama ini Tesla memang dikenal sebagai perusahaan yang mengembangkan mobil berbahan bakar non-fosil, terutama listrik.

    Akan tetapi, berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut hoaks.

    Narasi Elon Musk mengembangkan mesin mobil bertenaga air dibagikan oleh akun Facebook ini pada Minggu (17/11/2024).

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Elon Musk: "Mesin Air Tesla Akan Menghancurkan Seluruh Industri Mobil"

    Elon Musk baru-baru ini membuat pengumuman besar di platform X (sebelumnya Twitter) yang mengejutkan dunia otomotif. Dalam unggahannya, MElonusk menyatakan bahwa Tesla kini beralih dari teknologi baterai menuju teknologi hidrogen dengan "Mesin Air" yang baru.

    Ia menyebut inovasi ini sebagai langkah besar yang akan kembali mengubah seluruh industri mobil, seperti saat Tesla pertama kali memperkenalkan kendaraan listrik bertenaga baterai.

    Pengumuman ini muncul setelah Tesla menghadapi tantangan dalam pengembangan 4.680 sel baterai, yang menyebabkan perusahaan tersebut mengevaluasi kembali pendekatan energi mereka.

    Mesin Air berbasis hidrogen ini menawarkan solusi energi yang lebih berkelanjutan dan diharapkan dapat mengatasi batasan dari teknologi baterai.

    Mesin Air Tesla tidak hanya sekadar inovasi baru dalam energi, tetapi berpotensi menjadi lompatan besar menuju masa depan otomotif yang ramah lingkungan.

    Teknologi ini memungkinkan Tesla untuk mempertahankan visinya menuju masa depan yang bebas emisi dan mengukuhkan posisinya sebagai pelopor di bidang teknologi hijau.

    Banyak analis dan pengamat teknologi kini memperkirakan bahwa langkah ini dapat membawa Tesla menuju revolusi energi berikutnya.

    Meski masih dalam tahap awal, kabar ini telah memicu antusiasme yang besar, sementara dunia bersiap untuk melihat apakah teknologi ini benar-benar akan membawa perubahan signifikan di masa depan otomotif dan industri energi secara keseluruhan.

    Screenshot Hoaks, Elon Musk mengembangkan mobil bertenaga air

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com mengecek akun X (Twitter) Elon Musk dan tidak menemukan pernyataan soal pengembangan mobil bertenaga air.

    Sebaliknya, Elon Musk diketahui sempat menyatakan bahwa penggunaan air sebagai bahan bakar kendaraan merupakan sesuatu yang konyol.

    Dilansir pemberitaan Kompas.com sebelumnya, hal tersebut disampaikan Musk dalam program "Financial Times Future of the Car Summit" pada 2022, saat menjawab pertanyaan dari CNBC.

    "Penting untuk dipahami bahwa jika Anda menginginkan sarana penyimpanan energi, hidrogen adalah pilihan yang buruk," kata Musk.

    Musk mengatakan, bahan bakar hidrogen tidak dapat digunakan secara alami. Perlu banyak energi untuk memisahkan unsur hidrogen dan oksigen yang terkandung dalam air (H2O).

    Tak berhenti sampai di situ, hidrogen selanjutnya perlu "dipadatkan" dalam tekanan yang sangat tinggi agar dapat disimpan dalam sebuah tabung.

    Menurut Musk, jumlah energi yang dibutuhkan untuk membuat hidrogen dan mengubahnya menjadi bentuk cair sangat besar dan tidak efisien untuk bahan bakar.

    "Ini adalah hal paling konyol yang bisa saya bayangkan untuk penyimpanan energi," tuturnya.

    Unggahan dengan isu yang sama juga pernah beredar dalam bahasa Inggris. Klaim dalam unggahan tersebut telah dibantah pemeriksa fakta PolitiFact.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi Elon Musk mengembangkan mesin mobil bertenaga air adalah hoaks.

    Tidak ditemukan pernyataan soal pengembangan mobil bertenaga air di akun X Elon Musk.

    Sebaliknya, Musk justru pernah mengatakan bahwa penggunaan air sebagai bahan bakar kendaraan merupakan sesuatu yang konyol.

    Rujukan

  • (GFD-2024-24070) [HOAKS] Lomba Menggambar Diadakan Bank Indonesia

    Sumber:
    Tanggal publish: 19/11/2024

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar poster lomba menggambar atau melukis secara daring dengan mencatut logo Bank Indonesia (BI).

    Sebagai syarat mendaftar lomba, peserta diminta membayar biaya pendaftaran Rp 50.000.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi dalam poster tersebut hoaks.

    Poster lomba menggambar mencatut logo BI disebarkan oleh akun Instagram ini pada Senin (18/11/2024). Arsipnya dapat dilihat di sini.

    Lomba diadakan untuk tiga kategori, yakni anak (6-12 tahun), remaja (13-17 tahun), dan dewasa (18-35 tahun).

    Ada hadiah uang yang ditawarkan, mulai Rp 1 juta sampai Rp 50 juta bagi juara pertama di tiap kategori.

    Hasil Cek Fakta

    Bank Indonesia melalui akun Instagram-nya mengunggah bantahan mengenai lomba menggambar mengatasnamakan badan tersebut.

    "BI tidak terlibat dalam penyelenggaraan perlombaan menggambar atau melukis online dengan klaim hadiah menggiurkan seperti pada visual," tulis BI pada Minggu (17/11/2024).

    BI juga menegaskan, pihaknya tidak pernah memungut biaya pendaftaran atau biaya apa pun dari masyarakat.

    Sehingga, dapat dipastikan informasi mengenai biaya pendaftaran lomba menggambar tidak benar.

    Tautan atau link pendaftaran lomba menggambar tersebut justru mengarahkan pada pendaftaran pinjaman online (pinjol). Misalnya, seperti yang diinformasikan oleh akun Facebook ini dan ini.

    Selain membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 50.000, peserta juga diminta membeli formulir pinjaman tunai cepat Rp 50.000.

    Pendaftar diminta mengisi data diri, yang kemudian terhubung dengan pinjol.

    Kesimpulan

    Lomba menggambar mencatut logo BI yang beredar di media sosial merupakan hoaks.

    BI tidak pernah mengadakan lomba menggambar dan memungut biaya apa pun dari masyarakat.

    Link pendaftaran lomba menggambar yang beredar terhubung dengan pinjol.

    Rujukan

  • (GFD-2024-24069) Cek Fakta: Tidak Benar Dalam Video Ini Kapal Ferry Penyeberangan Banyuwangi-Bali Tenggelam

    Sumber:
    Tanggal publish: 20/11/2024

    Berita


    Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapat klaim video kapal ferry penyeberangan Banyuwangi-Bali tenggelam, informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 13 November 2024.
    Klaim video kapal ferry penyeberangan Banyuwangi-Bali tenggelam, menampilkan sebuah kapal berpenumpang sejumlah orang yang sedang berada di lautan, kemudian kapal tersebut terbalik.
    Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.
    "Baru saja terjadi kapal Ferry penyeberangan BANYU WANGI --- BALI MUSIBAH TENGGELAM , Mana tau ada di antara group ini sanak , keluarga , kerabat yang sedang menuju coba cari cari info mana tau ada sanak keluarga atau teman kerabat di kapal tersebut"
    Benarkah klaim video kapal ferry penyeberangan Banyuwangi-Bali tenggelam? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

    Hasil Cek Fakta


    Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim video kapal ferry penyeberangan Banyuwangi-Bali tenggelam dengan menangkap layar video untuk dijadikan bahan penelusuran menggunakan Google Image.
     
     
    Penelusuran mengarah pada beberapa situs yang memuat foto dan video yang identik dengan klaim, salah satunya adalah artikel berjudul "78 Die As Ferry Capsizes On DR Congo Lake" yang dimuat situs von.gov.ng, pada 4 November 2024.
     
     
    Artikel situs von.gov.ng menyebutkan, setidaknya 78 orang tewas setelah sebuah ferry terbalik di Danau Kivu, di bagian timur Republik Demokratik Kongo, hanya beberapa ratus meter dari tujuannya.
    Kapal itu berlayar dari kota Minova di Kivu Selatan dan tenggelam saat tiba di pantai Goma pada Kamis pagi.
    Sebuah video yang beredar daring menunjukkan kapal itu miring ke satu sisi dan kemudian tenggelam, ada 278 penumpang di dalamnya. 
     
    Penelusuran juga mengarah pada akun YouTube resmi Associated Press yang mengunggah video yang identik dengan klaim, video tersebut berjudul "Video shows moment boat sinks in eastern Congo, killing at least 78" pada 4 Oktober 2024.
     
     
    Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut."Rekaman yang direkam oleh seorang saksi mata menunjukkan momen ketika sebuah perahu yang penuh sesak terbalik di Danau Kivu di Republik Demokratik Kongo, menewaskan sedikitnya 78 orang."
     

    Kesimpulan


    Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com, klaim video kapal ferry penyeberangan Banyuwangi-Bali tenggelam tidak benar.
    Video tersebut menampilkan sebuah perahu yang penuh sesak terbalik di Danau Kivu di Republik Demokratik Kongo, menewaskan sedikitnya 78 orang.
     

    Rujukan

  • (GFD-2024-24068) Keliru, Peringatan CDC soal Peningkatan Peradangan Jantung pada Anak Muda Usai Vaksinasi COVID-19

    Sumber:
    Tanggal publish: 19/11/2024

    Berita



    Sebuah video beredar di Instagram [ arsip ] berisi klaim bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memperingatkan terjadinya peningkatan peradangan jantung pada anak muda setelah menerima vaksinasi COVID-19.

    Konten itu memperlihatkan potongan berita televisi yang mengabarkan CDC sedang menginvestigasi kasus remaja laki-laki yang mengalami radang inflamasi setelah mengikuti vaksinasi Covid-19. Berikut bunyi narasinya: CDC; Peradangan Jantung Pada Anak-anak Muda Terkait Dengan Vaksin Covid!



    Namun, benarkah CDC menyatakan kasus-kasus peradangan jantung itu berkaitan dengan vaksinasi Covid-19?

    Hasil Cek Fakta



    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan hasil penelitian terbaru CDC justru menemukan tidak ada bukti bahwa vaksin COVID-19 mRNA menyebabkan serangan jantung fatal atau masalah jantung mematikan lainnya pada remaja dan dewasa muda.

    Dikutip dari NBC News, temuan dalam laporan baru ini berasal dari analisis hampir 1.300 surat kematian penduduk Oregon berusia 16 hingga 30 tahun yang meninggal karena kondisi jantung atau alasan yang tidak diketahui antara 1 Juni 2021 dan 31 Desember 2022.

    Selama periode ini, hampir 1 juta remaja dan dewasa muda di negara bagian tersebut telah mendapatkan vaksin COVID, tulis para peneliti. Para penulis memfokuskan perhatian mereka kepada orang-orang yang mendapat vaksin Covid mRNA dari Pfizer atau Moderna dan meninggal dalam waktu 100 hari setelah divaksinasi.

    Dari 40 kematian yang terjadi di antara orang yang mendapat vaksin Covid mRNA, tiga terjadi dalam jangka waktu tersebut. Dua dari kematian tersebut disebabkan oleh kondisi kesehatan kronis yang mendasarinya. Kematian ketiga tercatat sebagai “penyebab alamiah yang tidak dapat dipastikan,” dengan hasil tes toksikologi yang negatif untuk alkohol, ganja, metamfetamin, atau zat terlarang lainnya. 

    Pemeriksa medis tidak dapat memastikan atau mengecualikan vaksinasi COVID sebagai penyebab kematian; namun, tidak ada satu pun surat kematian yang menghubungkan kematian tersebut dengan vaksin.

    Meskipun masih belum jelas apakah vaksin tersebut menyebabkan kematian ketiga, Cieslak mencatat bahwa analisis menunjukkan bahwa 30 orang meninggal karena Covid selama jangka waktu tersebut, sebagian besar di antaranya tidak divaksinasi.

    Bagi orang yang berusia di bawah 35 tahun, penyebab henti jantung sering kali tidak jelas. Bisa jadi akibat cacat genetik atau malfungsi jantung, seperti masalah pada katup jantung. 

    Bahkan dengan jangka waktu yang panjang, Cooper menambahkan, analisis menunjukkan bahwa risiko kematian mendadak pada orang dewasa muda setelah divaksinasi secara signifikan lebih rendah daripada risiko kematian jantung mendadak karena semua penyebab — sekitar 1 dalam 500.000 per tahun, dibandingkan dengan 1 dalam 100.000 per tahun, menurut perkiraannya.

    CDC pada publikasi mereka tertanggal 30 Oktober 2024, menyatakan bahwa masyarakat bisa mengandalkan vaksin COVID-19 agar terlindung dari penyakit COVID-19. Hal itu berdasarkan pengawasan yang mereka lakukan selama ini, dan menyatakan akan terus mengawasi keamanan vaksin COVID-19.

    Tim peneliti dari Universitas Yale, Amerika Serikat, yang dipimpin profesor di bidang imunologi Carrie Lucas, menyatakan bahwa kasus miokarditis yang muncul setelah vaksinasi tipe mRNA tersebut tidak disebabkan pertumbuhan antibodi terhadap virus Covid-19 yang dirangsang vaksin.

    Miokarditis tersebut justru merupakan respons tubuh yang lebih umum, yang melibatkan aktivitas sel imun dan peradangan. Menambah waktu jeda atau waktu tunggu dari suntikan vaksin sebelumnya, dari empat menjadi delapan minggu, dapat mengurangi risiko efek tersebut. “Sistem imun individu-individu ini menjadi sedikit terlalu aktif dan memproduksi sitokin serta respons seluler secara berlebihan,” kata Lucas.

    Lucas juga menjelaskan, bahwa menurut temuan CDC, orang yang terkena sakit COVID-19  berisiko mengalami miokarditis yang lebih parah daripada mereka yang merasakan miokarditis setelah vaksinasi Covid-19 berbasis mRNA.

    Laporan Factcheck.org menyatakan Dr. Matthew Elias yang merupakan seorang kardiolog Rumah Sakit Anak Philadelphia, Amerika Serikat, juga mengatakan terdapat pasien yang mengalami masalah jantung parah karena penyakit Covid-19 yang membuatnya trauma. Sebaliknya, yang mengalami miokarditis setelah menerima vaksinasi, kondisinya tidak parah.

    Hasil verifikasi dua video dalam konten juga menunjukkan bahwa video itu diambil dari peristiwa pada 2021. Saat itu, CDC memang melakukan investigasi terkait hubungan miokarditis atau radang jantung dengan vaksinasi COVID-19 mRNA.

    Video 1



    Video pertama dalam konten yang beredar merupakan video yang diunggah saluran YouTube Fox59 News, pada tanggal 5 Juni 2021. Video itu membahas bahwa radang jantung merupakan hal yang jarang terjadi setelah remaja menerima vaksinasi COVID-19.  

    Video 2



    Video kedua sesungguhnya merupakan unggahan saluran YouTube KCTV5 News, tertanggal 24 Mei 2021. Video itu menyatakan bahwa para pejabat CDC mengatakan bahwa mereka masih melihat hubungan antara suntikan vaksin COVID-19 Pfizer dan Moderna dengan radang jantung. Para peneliti saat itu mengatakan belum ada cukup bukti untuk mengatakan vaksin menjadi penyebab masalah jantung atau kardiovaskular. Tetapi mereka memperingatkan para dokter untuk memonitor dan mewaspadai tanda-tandanya.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa klaim CDC memperingatkan terjadinya peningkatan peradangan hati pada anak muda setelah menerima vaksinasi COVID-19 adalahkeliru.

    Laporan terbaru CDC pada April 2024 justru menunjukkan tidak ada bukti bahwa vaksin COVID-19 mRNA menyebabkan serangan jantung fatal atau masalah jantung mematikan lainnya pada remaja dan dewasa muda.

    Rujukan