(GFD-2024-24630) Sebagian Benar, Narasi tentang Efek Pil KB, Suntik, Kalender, dan IUD Pada Perempuan
Sumber:Tanggal publish: 16/12/2024
Berita
Sebuah konten beredar di Facebook [ arsip ] yang mengatakan sejumlah efek negatif dari berbagai jenis alat KB atau alat kontrasepsi, pada perempuan. Dikatakan efek negatif itu bersifat variatif tergantung metabolisme masing-masing orang.
Narasi itu mengatakan bahwa pil KB rawan menyebabkan kanker, KB suntik dapat merusak hormon, KB kalender rawan kecolongan, dan KB IUD rawan menyebabkan perdarahan.
Namun, benarkah narasi yang mengatakan berbagai jenis KB memiliki sejumlah efek samping negatif tersebut?
Hasil Cek Fakta
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa klaim-klaim yang beredar mengenai bahaya beberapa jenis kontrasepsi tidak sepenuhnya benar. Jenis kontrasepsi seperti jenis hormonal dapat mengurangi risiko terjadinya kanker.
Dosen Departemen Obgin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair)/KSM Obgin RS Unair, dr. Muhammad Ardian Cahya Laksana, SpOG(K) Subsp Obginsos., M.Kes., menjelaskan keamanan alat kontrasepsi berdasarkan penelitian selama ini.
Klaim 1: Pil KB rawan menyebabkan kanker
Fakta: Pil KB dapat menurunkan risiko kanker.Muhammad Ardian menjelaskan secara umum kontrasepsi jenis pil mampu menurunkan risiko kanker endometrium atau kanker rahim hingga lebih dari 30 persen, menurunkan risiko kanker ovarium 30 sampai 50 persen, dan kanker usus besar sebesar 15 sampai 20 persen.
Efek perlindungan dan pengurangan risiko terhadap kanker tersebut, kata dia, bertahan lama hingga 30 tahun, bahkan setelah penggunaan kontrasepsi dihentikan dan lebih kuat pada penggunaan jangka panjang.
Akan tetapi pada seseorang dengan kanker payudara jenis tertentu yang sensitif pada hormon estrogen dan progesteron, Ardian mengimbau agar penggunaan kontrasepsi pil dihindari.
“Jadi klaim yang beredar bertentangan dengan temuan dalam penelitian tersebut. Sesungguhnya Pil KB dapat mengurangi risiko beberapa jenis kanker,” kata dr Ardian kepada Tempo, Sabtu, 14 Desember 2024.
Klaim 2: KB suntik dapat merusak hormon
Fakta: Kondisi hormon dapat diregulasi kembali, bukan rusak akibat KB suntik.Ardian menjelaskan kontrasepsi suntik, baik suntik tiga bulan maupun satu bulan, bertujuan menghambat kehamilan melalui modifikasi regulasi hormon, mencegah terjadinya ovulasi. Kontrasepsi ini membuat lendir serviks menjadi lebih kental, dan dinding rahim menjadi lebih tipis.
Kontrasepsi suntik bekerja dengan memodifikasi regulasi hormon, bukan merusak hormon. Jika dilakukan dengan tepat, kata Ardian, bisa mengurangi beberapa efek sampingnya.
Salah satu keuntungan kontrasepsi suntik, Ardian, menjelaskan adalah menurunkan risiko kanker endometrium dan radang panggul. Penghentian penggunaan KB suntik dapat mengembalikan kesuburan setelah enam bulan sampai dengan dua tahun. “Artinya, klaim dalam narasi yang beredar keliru,” kata dia.
Klaim 3: KB kalender rawan kecolongan
Fakta: KB kalender atau calendar rhythm method, memiliki tingkat keberhasilan rendah.Menurut Ardian, metode ini memang memiliki tingkat kegagalan yang tinggi sesuai sebuah penelitian yaitu 13,9 kegagalan per 100 episode penggunaan dalam periode 12 bulan. Hal ini sesuai dengan klaim dalam narasi yang beredar.
Tingkat kegagalan ini termasuk yang tertinggi di antara metode kontrasepsi lainnya. Demikian juga metodecoitus interruptus(penarikan sebelum ejakulasi), yang memiliki tingkat kegagalan 13,4 per 100 episode penggunaan.
“Tingkat kegagalan yang tinggi tersebut terjadi karena kedua metode ini sangat bergantung pada konsistensi dan akurasi pengguna dalam memprediksi masa subur atau mengendalikan waktu ejakulasi. Faktor seperti siklus menstruasi yang tidak teratur dan kurangnya pengalaman atau pengetahuan pengguna dapat meningkatkan risiko kegagalan,” ujar dr Ardian.
Klaim dalam narasi yang beredar sama dengan hasil penelitian tersebut. KB kalender dan penarikan sebelum ejakulasi, memiliki tingkat keberhasilan rendah karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan pengguna.
Klaim 4: KB IUD rawan menyebabkan perdarahan
Fakta: Intrauterine Device atau IUD memang dapat meningkatkan risiko perdarahan abnormal. Meskipun efektif, berdasarkan sebuah studi, kontrasepsi jenis ini dilaporkan oleh sejumlah perempuan karena mengalami pendarahan setelah pemasangan IUD.
Berikut beberapa alasan mengapa IUD, terutama yang berbasis tembaga dan hormonal, dapat menyebabkan perdarahan:
Cara KB yang Tepat
Menurut Ardian, sesungguhnya penggunaan kontrasepsi, khususnya hormonal seperti KB suntik dan IUD, selain mencegah kehamilan juga bisa mencegah kemunculan jerawat dan mengatur siklus haid.
Sehingga ketika kontrasepsi dihentikan, justru dapat meningkatkan kesuburan. Di samping itu, kontrasepsi hormonal telah terbukti menurunkan risiko kanker rahim,ovarium dan usus besar. Penting juga melakukan KB dengan cara yang tepat.
Berikut langkah yang disarankan dr. Ardian untuk memilih kontrasepsi yang sesuai:
“Kesimpulannya, memilih alat kontrasepsi melibatkan pertimbangan yang matang dan pemahaman yang baik tentang berbagai metode yang tersedia. Dengan berkonsultasi dengan tenaga medis, mempertimbangkan kebutuhan pribadi dan kesehatan, Anda dapat membuat keputusan yang aman dan tepat untuk diri sendiri,” ujar dr. Ardian.
Kesimpulan
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang berisi sejumlah klaim dampak negatif berbagai jenis KB pada perempuan adalahsebagian benar.
Beberapa jenis KB membawa manfaat seperti mengurangi risiko kanker, tapi ada jenis KB yang kurang efektif. Sehingga penggunaan kontrasepsi atau KB harus dikonsultasikan dengan dokter.
Rujukan
(GFD-2024-24629) [SALAH] Jokowi dan Kapolri Berkunjung ke Rumah Gus Miftah
Sumber: Tiktok.comTanggal publish: 16/12/2024
Berita
Akun TikTok “elang2441” pada Minggu (8/12/2024) mengunggah video [arsip] disertai narasi:
"Setelah Gus Miftah undur diri, Jokowi dan Kapolri sowan ke rumah Gus Miftah. Ada apa ya ?"
Per Senin (16/12/2024), konten tersebut sudah ditonton sekitar 1.500 kali dan dibagikan ulang 24 kali.
"Setelah Gus Miftah undur diri, Jokowi dan Kapolri sowan ke rumah Gus Miftah. Ada apa ya ?"
Per Senin (16/12/2024), konten tersebut sudah ditonton sekitar 1.500 kali dan dibagikan ulang 24 kali.
Hasil Cek Fakta
Disadur dari artikel Cek Fakta suara.com
Setelah ditelusuri foto tersebut bukan foto baru setelah Gus Miftah menuai kontroversi. Jokowi pada foto tersebut juga masih mengenakan pin kenegaraan sebagai tanda jabatan presiden.
Foto tersebut rupanya merupakan dokumentasi lama saat Jokowi dan Kapolri Listyo Sigit mendatangi harlah ke-12 Ponpes Ora Aji milik Gus Miftah. Acara itu diselenggarakan pada September saat Jokowi masih menjabat sebagai Presiden RI. Foto yang beredar juga aslinya berasal dari unggahan akun Instagram Gus Miftah.
Setelah ditelusuri foto tersebut bukan foto baru setelah Gus Miftah menuai kontroversi. Jokowi pada foto tersebut juga masih mengenakan pin kenegaraan sebagai tanda jabatan presiden.
Foto tersebut rupanya merupakan dokumentasi lama saat Jokowi dan Kapolri Listyo Sigit mendatangi harlah ke-12 Ponpes Ora Aji milik Gus Miftah. Acara itu diselenggarakan pada September saat Jokowi masih menjabat sebagai Presiden RI. Foto yang beredar juga aslinya berasal dari unggahan akun Instagram Gus Miftah.
Kesimpulan
Unggahan berisi narasi “Jokowi dan Kapolri berkunjung ke rumah Gus Miftah” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).
Rujukan
- http[suara.com] Cek Fakta: Jokowi dan Kapolri Listyo Sigit Temui Gus Miftah, Benarkah? [Instagram] Akun Instagram Gus Miftah “gusmiftah”
- https://www.suara.com/lifestyle/2024/12/07/192331/cek-fakta-jokowi-dan-kapolri-listyo-sigit-temui-gus-miftah-benarkah
- https://www.instagram.com/p/DAF42Xipu5h/?img_index=2&igsh=NXJka3B2OTYxMTJx
(GFD-2024-24628) [PENIPUAN] Loker Orang Tua Group, Tawarkan Gaji hingga Rp10 Juta
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 16/12/2024
Berita
Pada Selasa (3/12/2024) akun Facebook “Info Loker Terbaru” membagikan foto [arsip] berisi informasi tentang lowongan kerja (loker) OT Group untuk posisi admin, team leader, driver canvassing dan sales canvassing.
Berikut narasi lengkapnya:
“OT Group ( Orang Tua ) resmi mengumumkan lowongan kerja terbaru yang menawarkan berbagai posisi menarik..
Kualifikasi Umum :
Pendidikan Sma/Smk, D3, S1
Dapat bekerjasama dengan team serta jujur
Dapat berkomunikasi dengan baik
etc
Gaji pokok untuk posisi ini berkisar antara
Rp5 juta hingga Rp10 juta per bulan.
Batas Pendaftaran Hingga 27 Desember 2024
Jangan Lewatkan!!!
https://openrecruitment-orangtuagroup24[dot]comxid[dot]com/”
Hingga Senin (16/12/2024), konten itu menuai lebih dari 80 impresi dan 20 komentar. Mayoritas percaya dengan informasi dalam unggahan, ditandai dengan komentar “cara daftarnya gimana” hingga “apakah masih ada lokernya”.
Berikut narasi lengkapnya:
“OT Group ( Orang Tua ) resmi mengumumkan lowongan kerja terbaru yang menawarkan berbagai posisi menarik..
Kualifikasi Umum :
Pendidikan Sma/Smk, D3, S1
Dapat bekerjasama dengan team serta jujur
Dapat berkomunikasi dengan baik
etc
Gaji pokok untuk posisi ini berkisar antara
Rp5 juta hingga Rp10 juta per bulan.
Batas Pendaftaran Hingga 27 Desember 2024
Jangan Lewatkan!!!
https://openrecruitment-orangtuagroup24[dot]comxid[dot]com/”
Hingga Senin (16/12/2024), konten itu menuai lebih dari 80 impresi dan 20 komentar. Mayoritas percaya dengan informasi dalam unggahan, ditandai dengan komentar “cara daftarnya gimana” hingga “apakah masih ada lokernya”.
Hasil Cek Fakta
Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) mengakses tautan yang tersemat dalam unggahan. Hasilnya, tautan tersebut tak mengarah ke laman resmi Orang Tua Group (OT Group). Warganet justru diminta mengisi nama dan nomor telegram.
Dari penelusuran TurnBackHoax, tidak ditemukan informasi tentang lowongan pekerjaan atau rekrutmen serupa di laman resmi OT Group (www.ot.id/karir)
Dari penelusuran TurnBackHoax, tidak ditemukan informasi tentang lowongan pekerjaan atau rekrutmen serupa di laman resmi OT Group (www.ot.id/karir)
Kesimpulan
Unggahan “loker Orang Tua Group, tawarkan gaji hingga Rp10 Juta” yang disertai tautan ke laman tak resmi itu merupakan konten tiruan (impostor content).
Rujukan
- http[OT Group] Laman karier OT Group
- https://www.ot.id/karir
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=122096547404643506&id=61569305187189 (tautan asli unggahan akun Facebook “Info Loker Terbaru”)
- https://turnbackhoax.id/wp-content/uploads/2024/12/10.png (arsip unggahan akun Facebook “Info Loker Terbaru”)
(GFD-2024-24627) Klaim Pandemi SEERS Akan Terjadi pada April 2025, Apa Benar?
Sumber:Tanggal publish: 16/12/2024
Berita
tirto.id - Setelah Indonesia berjibaku mengatasi pandemi COVID-19, belum lama ini mencuat narasi bahwa bakal ada pandemi baru pada tahun 2025 mendatang. Sebuah akun Facebook bernama “Tendius AZ III” (arsip) menyebarkan klaim ini dengan mencatut nama pebisnis tersohor, Bill Gates.
Disertai gambar rangkaian penyakit, termasuk COVID-19 dan cacar monyet (Mpox), akun ini menyebut bahwa pandemi 2025 akan dipasarkan sebagai SEERS. SEERS sendiri disebut kepanjangan dari Sindrom Pernapasan Enterovirus Epidemi Berat atau Severe Epidemic Enterovirus Respiratory Syndrome.
“Om BG Psikopat kampanye Virus sudah GAGAL tapi masih maksa. Lihat ini! Gates mengumumkan pandemi 2025 akan dipasarkan sebagai SEERS! Setelah kampanye pemasaran pandemi Cacar Monyet dan Flu Burung yang gagal, Kompleks Bio-Farmasi membutuhkan nama dan akronim yang lebih mengancam,” tulis akun pengunggah dalam takarirnya.
Sejak beredar pada Selasa (10/12/2024) sampai Senin (16/12/2024), unggahan ini sudah dibagikan sebanyak 10 kali, dan memperoleh 46 reaksi emoji serta 8 komentar.
Komentar dari warganet beragam, ada yang mempertanyakan terkait SEERS dan ada pula yang menyatakan kalau Tuhan telah membuat gagal orang-orang yang jahat.
Tirto menjumpai narasi serupa diunggah oleh sejumlah akun Facebook lain, seperti ini dan ini. Pada unggahan tersebut, dikatakan juga kalau pandemi SEERS akan terjadi sekitar bulan April dan menyerang anak-anak.
Namun, bagaimana faktanya?
Disertai gambar rangkaian penyakit, termasuk COVID-19 dan cacar monyet (Mpox), akun ini menyebut bahwa pandemi 2025 akan dipasarkan sebagai SEERS. SEERS sendiri disebut kepanjangan dari Sindrom Pernapasan Enterovirus Epidemi Berat atau Severe Epidemic Enterovirus Respiratory Syndrome.
“Om BG Psikopat kampanye Virus sudah GAGAL tapi masih maksa. Lihat ini! Gates mengumumkan pandemi 2025 akan dipasarkan sebagai SEERS! Setelah kampanye pemasaran pandemi Cacar Monyet dan Flu Burung yang gagal, Kompleks Bio-Farmasi membutuhkan nama dan akronim yang lebih mengancam,” tulis akun pengunggah dalam takarirnya.
Sejak beredar pada Selasa (10/12/2024) sampai Senin (16/12/2024), unggahan ini sudah dibagikan sebanyak 10 kali, dan memperoleh 46 reaksi emoji serta 8 komentar.
Komentar dari warganet beragam, ada yang mempertanyakan terkait SEERS dan ada pula yang menyatakan kalau Tuhan telah membuat gagal orang-orang yang jahat.
Tirto menjumpai narasi serupa diunggah oleh sejumlah akun Facebook lain, seperti ini dan ini. Pada unggahan tersebut, dikatakan juga kalau pandemi SEERS akan terjadi sekitar bulan April dan menyerang anak-anak.
Namun, bagaimana faktanya?
Hasil Cek Fakta
Tim Riset Tirto melakukan penelusuran Google untuk memeriksa klaim yang beredar. Setelah mengetik kata kunci dalam Bahasa Inggris. yakni “upcoming pandemic SEERS”, kami menemukan narasi ini telah dinyatakan hoaks oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan beberapa lembaga pemeriksa fakta seperti AP News.
Tak seperti narasi unggahan, SEERS merupakan virus fiktif yang dibuat sebagai bagian dari simulasi latihan kesiapsiagaan pandemi untuk para pejabat kesehatan masyarakat dan pemerintah. Latihan ini diadakan pada bulan Oktober 2022 di Brussels, Belgia.
Latihan yang disebut "Catastrophic Contagion" ini mensimulasikan serangkaian pertemuan dewan penasihat kesehatan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana para peserta membahas cara terbaik untuk mengatasi epidemi yang terjadi di satu bagian dunia yang kemudian menyebar dengan cepat.
Dalam ringkasan acara yang tercantum di situs resmi Center for Health Security Johns Hopkins, pandemi ini dijelaskan sebagai penyakit yang memiliki "angka kematian lebih tinggi daripada COVID-19 dan secara tidak proporsional memengaruhi anak-anak dan kaum muda."
Peserta yang terdiri dari 10 menteri kesehatan saat itu dan sebelum-sebelumnya, serta pejabat senior kesehatan masyarakat dari berbagai negara, ditantang untuk membuat keputusan kebijakan yang mendesak dengan informasi yang terbatas dalam menghadapi ketidakpastian. Setiap masalah dan pilihan yang dibuat memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Simulasi ini diselenggarakan oleh Johns Hopkins Center for Health Security, bermitra dengan WHO dan Bill & Melinda Gates Foundation (yayasan non-profit yang didirikan oleh Bill Gates dan Melinda Gates).
Center for Health Security tersebut pun telah menyatakan bahwa peristiwa yang dirinci dalam latihan itu bersifat fiktif dan sama sekali tidak menggambarkan apa yang mungkin terjadi di masa mendatang.
“Wabah fiktif yang digambarkan dalam skenario tersebut sama sekali tidak bersifat prediktif; sebaliknya, patogen dalam latihan tersebut dibayangkan murni sebagai teknik pendidikan untuk membantu para peserta menghadapi jenis-jenis dilema kebijakan yang dapat diperkirakan selama keadaan darurat kesehatan masyarakat berskala besar,” begitu bunyi pernyataan yang diberikan kepada AP News.
Pihaknya menegaskan, tujuan dari latihan fiktif tersebut yakni untuk menyoroti kesenjangan dalam kesiapsiagaan pandemi dan untuk menghasilkan ide-ide untuk inisiatif yang dapat diambil negara-negara saat ini, untuk meningkatkan kemampuan kolektif dunia dalam menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian selama pandemi di masa mendatang.
Tak seperti narasi unggahan, SEERS merupakan virus fiktif yang dibuat sebagai bagian dari simulasi latihan kesiapsiagaan pandemi untuk para pejabat kesehatan masyarakat dan pemerintah. Latihan ini diadakan pada bulan Oktober 2022 di Brussels, Belgia.
Latihan yang disebut "Catastrophic Contagion" ini mensimulasikan serangkaian pertemuan dewan penasihat kesehatan darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana para peserta membahas cara terbaik untuk mengatasi epidemi yang terjadi di satu bagian dunia yang kemudian menyebar dengan cepat.
Dalam ringkasan acara yang tercantum di situs resmi Center for Health Security Johns Hopkins, pandemi ini dijelaskan sebagai penyakit yang memiliki "angka kematian lebih tinggi daripada COVID-19 dan secara tidak proporsional memengaruhi anak-anak dan kaum muda."
Peserta yang terdiri dari 10 menteri kesehatan saat itu dan sebelum-sebelumnya, serta pejabat senior kesehatan masyarakat dari berbagai negara, ditantang untuk membuat keputusan kebijakan yang mendesak dengan informasi yang terbatas dalam menghadapi ketidakpastian. Setiap masalah dan pilihan yang dibuat memiliki konsekuensi serius terhadap kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Simulasi ini diselenggarakan oleh Johns Hopkins Center for Health Security, bermitra dengan WHO dan Bill & Melinda Gates Foundation (yayasan non-profit yang didirikan oleh Bill Gates dan Melinda Gates).
Center for Health Security tersebut pun telah menyatakan bahwa peristiwa yang dirinci dalam latihan itu bersifat fiktif dan sama sekali tidak menggambarkan apa yang mungkin terjadi di masa mendatang.
“Wabah fiktif yang digambarkan dalam skenario tersebut sama sekali tidak bersifat prediktif; sebaliknya, patogen dalam latihan tersebut dibayangkan murni sebagai teknik pendidikan untuk membantu para peserta menghadapi jenis-jenis dilema kebijakan yang dapat diperkirakan selama keadaan darurat kesehatan masyarakat berskala besar,” begitu bunyi pernyataan yang diberikan kepada AP News.
Pihaknya menegaskan, tujuan dari latihan fiktif tersebut yakni untuk menyoroti kesenjangan dalam kesiapsiagaan pandemi dan untuk menghasilkan ide-ide untuk inisiatif yang dapat diambil negara-negara saat ini, untuk meningkatkan kemampuan kolektif dunia dalam menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian selama pandemi di masa mendatang.
Kesimpulan
Hasil penelusuran fakta menunjukkan bahwa SEERS adalah virus fiktif yang dibuat sebagai bagian dari simulasi latihan kesiapsiagaan pandemi untuk para pejabat kesehatan masyarakat dan pemerintah. Latihan ini diadakan pada bulan Oktober 2022 di Brussels, Belgia.
Para peserta membahas cara terbaik untuk mengatasi epidemi yang terjadi di satu bagian dunia yang kemudian menyebar dengan cepat.
Jadi, narasi bahwa SEERS akan menjadi pandemi pada April 2025 telah dinyatakan hoaks oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan beberapa lembaga pemeriksa fakta seperti AP News.
Dengan demikian, klaim pandemi SEERS bakal terjadi pada 2025 mendatang bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Para peserta membahas cara terbaik untuk mengatasi epidemi yang terjadi di satu bagian dunia yang kemudian menyebar dengan cepat.
Jadi, narasi bahwa SEERS akan menjadi pandemi pada April 2025 telah dinyatakan hoaks oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan beberapa lembaga pemeriksa fakta seperti AP News.
Dengan demikian, klaim pandemi SEERS bakal terjadi pada 2025 mendatang bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Rujukan
- https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=pfbid0n6WgxaoVjwPDKLJ1eteVmPmDQK3rFm617Vz5g27YHDKv2fTjkPs1Uog6Awf4mamAl&id=100094621787408
- https://archive.ph/2XOao
- https://www.facebook.com/sidipra/posts/pfbid0BxCs8NZ5mz15GFo7Px4vjn9ZQ2w8XKNY5T4BFT9ceRgenaSjfE693jtfQ6aKAyNml
- https://www.facebook.com/Jhonybento808/videos/569878842339524/
- https://www.komdigi.go.id/berita/berita-hoaks/detail/disinformasi-bill-gates-jadwalkan-pandemi-lain-tahun-2025-dengan-virus-seers
- https://apnews.com/article/fact-check-pandemic-seers-virus-2025-784933703300
Halaman: 668/6187