• (GFD-2025-24943) Keliru, Narasi yang Mengatakan HMPV Adalah Virus yang Berasal dari Cina

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/01/2025

    Berita



    Sebuah video beredar di TikTok [ arsip ], Facebook dan Instagram yang berisi narasi bahwa virus Human Metapneumovirus (HMPV) adalah virus yang berasal dari Cina.

    Video di TikTok dilengkapi teks: “Dulu Covid-19, berita yang sekarang HMPV, virus datang dari Cina. Pasti obatnya akan datang dari Cina.” Akun dari Malaysia di Facebook menulis: HMPV dari Cina, COVID-19 dari Cina, Malaysia mempelawa Cina meraikan Tahun Baru Cina di Malaysia. Sedangkan di Instagram memuat narasi: Kenali lebih jauh tentang HMPV, virus baru dari Cina yang perlu diwaspadai.



    Namun, benarkah HMPV adalah virus yang berasal dari Cina?

    Hasil Cek Fakta



    Hasil verifikasi Tempo berdasarkan hasil penelitian dan media kredibel menunjukkan bahwa HMPV bukanlah virus baru yang berasal dari Cina. Virus ini sudah beredar dalam populasi manusia dalam kurun 66 tahun terakhir dan baru berhasil diidentifikasi pertama kali di Belanda pada 2001. Virus ini telah menyebar ke banyak negara seperti Amerika, Australia, Kanada, Afrika dan Eropa.

    Dalam artikel “ Human metapneumovirus - what we know now ” tahun 2018, HMPV adalah virus yang diidentifikasi oleh peneliti Belanda tahun 2001. Penemuan itu menggunakan sampel nasofaring dari 28 anak dengan penyakit pernapasan. 

    Meski begitu, lewat studi retrospektif (penelitian yang menggunakan data yang sudah ada untuk menganalisis peristiwa yang telah terjadi di masa lalu), menunjukkan jumlah individu yang memiliki antibodi hMPV tinggi di antara manusia pada tahun 1958 di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa virus tersebut telah beredar dalam populasi manusia setidaknya dalam kurun 66 tahun. 

    Selain itu, dua studi di Kanada yang mendeteksi adanya HMPV dalam spesimen yang dikumpulkan dari pasien dengan penyakit pernapasan antara tahun 1993 dan 2001. 

    Kemudian sebuah studi di AS mendeteksi adanya HMPV dalam spesimen yang diambil dari pasien dalam rentang waktu 1976-2001.

    Setelah penemuan HMPV di Belanda pada tahun 2001, kelompok penelitian lain di seluruh dunia juga melaporkan keberadaan virus ini dalam sampel klinis, termasuk di Amerika Utara, Australia, dan Eropa. Penelitian berikutnya berhasil mengidentifikasi lima jenis varian dari HMPV yakni A1, A2a, A2b, B1, dan B2, yang berdasarkan variasi nukleotida pada gen G, gen yang paling bervariasi sehubungan dengan identitas sekuens antara strain HMPV. 

    Varian A2b dianggap menjadi yang paling dominan pada pasien yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia, pertama kali terdeteksi di Spanyol, kemudian Jepang, Kroasia, dan Cina, yang menunjukkan bahwa varian baru ini mungkin menjadi varian yang dominan di seluruh dunia. 

    Dengan demikian, HMPV sesungguhnya telah ada dan beredar selama beberapa dekade. Tidak diketahui negara mana yang warganya pertama kali terinfeksi virus ini karena peneliti baru mengidentifikasi HMPV pada 2001 sementara virus telah beredar 60 tahun sebelumnya. 

    Lonjakan HMPV karena Musim Dingin

    Dilansir NYTimes.com, Pemerintah Cina mengakui bahwa terjadi lonjakan kasus infeksi HMPV dalam beberapa minggu di akhir 2024 dan awal 2025, yang membuat banyak pasien berobat ke rumah sakit. Direktur Institut Penyakit Menular dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, Kan Biao, mengatakan bahwa data menunjukkan kasus HMPV meningkat di kalangan anak-anak di bawah usia 14 tahun.

    Dalam konferensi pers pada 27 Desember 2024, dia menjelaskan kawasan yang terinfeksi adalah Cina utara. Kasus influenza juga sedang meningkat di sana. Sementara waktu lonjakan kasus, dimulai pertengahan Desember lalu.

    Juru bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Margaret Harris, mengatakan kasus itu naik di Cina utara saat Bumi belahan utara mengalami musim dingin. Jumlah kasus HMPV di Amerika Serikat juga bisa meningkat dalam musim dingin.

    Harris menyatakan belum ada laporan keanehan dalam kenaikan kasus HMPV di Cina. Dia juga mengatakan bahwa otoritas Cina menyatakan belum kewalahan menangani kondisi yang ada dan belum membuka status darurat.

    Dilansir Tempo, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama mengatakan bahwa lonjakan kasus HMPV di Cina bukan kejadian luar biasa. Dia mengatakan kenaikan kasus infeksi virus tersebut cenderung terjadi pada musim dingin di negara empat musim.

    Direktur pascasarjana Universitas YARSI itu mengatakan HMPV berbeda dengan virus Covid-19. Dikatakannya penemuan HMPV pertama kali dipublikasikan di jurnal ilmiah berjudul "A Newly Discovered Human Pneumovirus Isolated from Young Children with Respiratory Tract Disease", yang terbit di Belanda pada Juni 2001.

    Meskipun HMPV pada umumnya bergejala ringan dan bukan ancaman baru, Tjandra mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan melakukan pencegahan. "Langkah pencegahan seperti mencuci tangan dan menggunakan masker tetap relevan untuk mengurangi risiko penyebarannya," kata dia.

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan virus HMPV adalah virus yang berasal dari Cina merupakan klaim yangkeliru. 

    Virus pertama diidentifikasi oleh peneliti Belanda tahun 2001, namun sesungguhnya telah menyebar di berbagai negara puluhan tahun sebelumnya.

    Rujukan

  • (GFD-2025-24942) Keliru, Video Yang Diklaim Menampilkan Ustad Abdul Somad Promosikan Kapsul Obat Prostatitis

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/01/2025

    Berita



    Sebuah video beredar di Facebook [ arsip ] yang memperlihatkan Ustad Abdul Somad (UAS) sedang mempromosikan kapsul atau metode untuk mengobati sakit prostatitis.

    Video itu memperlihatkan UAS mengenakan jaket batik biru menyampaikan ceramah, namun topiknya bukan ajaran agama Islam, melainkan keluhan penderita prostatitis dan metode atau kapsul untuk mengatasinya. Berikut audio yang diucapkan Abdul Somad: “Di indonesia tidak tahu bagaimana mengobati prostatitis! dari gejala pertama hingga kanker prostat hanya selangkah! wawancara lengkap dengan profesor terkenal dari indonesia!"



    Namun, benarkah video itu menunjukkan UAS mempromosikan metode dan kapsul untuk mengobati prostatitis?

    Hasil Cek Fakta



    Tempo memverifikasi konten tersebut menggunakan layananreverse image searchdari mesin pencari Google. Faktanya, video Abdul Somad tersebut telah diubah dari aslinya menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Berikut hasil penelusurannya:

    Verifikasi Video



    Video aslinya ditemukan di saluran YouTube UAS, yakni Ustadz Abdul Somad Official, yang diunggah tanggal 9 April 2022. Ia sedang menceritakan rencana umrahnya bersama rombongan yang dilayani sebuah perusahaan tour and travel di Jambi.

    Setelah dicermati sampai akhir, UAS dalam videonya tidak menyinggung penyakit prostatitis sama sekali. Ia menceritakan manfaat umrah, persiapan-persiapan yang disarankan, serta gambaran pelaksanaannya di Arab Saudi.

    Tempo juga memindai video yang beredar menggunakan aplikasi pendeteksi konten berbasis AI (kecerdasan buatan), Truemedia.org [ arsip ]. Hasilnya menunjukkan terdapat sejumlah bukti kuat bahwa video yang beredar direkayasa menggunakan teknologi AI, terutama rekayasa suara yang probabilitasnya mencapai 100 persen.



    Waspadai Hoaks Promosi Obat

    Dilansir Tempo, pakar media dari Universitas Tarumanegara, Budi Utami, mengatakan pemerintah harus memperhatikan semakin bertambahnya hoaks yang digunakan untuk mempromosikan obat. Caranya melakukan edukasi dengan benar melalui media sosial.

    "Banyak juga produk-produk kesehatan yang sebenarnya promosi produk, tetapi untuk meyakinkan masyarakat dia akan coba menyebut sudah teruji di Amerika misalnya, atau testimoni dari tokoh. Padahal kita tidak tahu kebenarannya, ini perlu diwaspadai," kata Budi.

    Apalagi beberapa hoaks seperti itu telah terungkap menggunakan sosok tokoh terkenal dandeepfake atau pemalsuan video menggunakan AI, sehingga meningkatkan potensi dipercaya masyarakat. Misalnya yang mengatakan dr Terawan nyatakan kemanjuran obat diabetes, serta Desi Anwar dan Tri Rismaharini promosikan obat mata

    Dilansir Antara, perusahaan keamanan digital, Kaspersky, membagikan saran agar masyarakat bersama-sama terhindar dari penipuan menggunakan deepfake. Pertama, mengedukasi diri, keluarga dan orang dekat lainnya. Kedua, menggunakan sumber berita yang berkualitas baik. Ketiga, masyarakat disarankan bersikap skeptik atau tidak mudah percaya pada video tokoh tertentu, meskipun wajah dan suaranya mirip. Keempat, mereka mendorong protokol dasar yang baik, sepertitrust but verify(percaya tapi verifikasi).

    Kesimpulan



    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan video yang beredar memperlihatkan Ustadz Abdul Somad (UAS) sedang mempromosikan kapsul atau metode untuk mengobati prostatitis adalah klaimkeliru.

    Dalam video aslinya, sesungguhnya UAS sedang membahas persiapan dan proses umrah di Arab Saudi. Namun video direkayasa menggunakan deep fake sehingga seakan-akan sedang mempromosikan obat.

    Rujukan

  • (GFD-2025-24941) Keliru, Video Prabowo Beri Bantuan Puluhan Juta Rupiah

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/01/2025

    Berita



    Sebuah akun media sosial di Instagram [ arsip ] mengunggah video Presiden Prabowo Subianto akan memberi bantuan uang hingga puluhan juta rupiah. Bantuan tersebut diberikan dalam rangka Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

    Bantuan tersebut akan diberikan untuk seluruh rakyat Indonesia, khususnya yang sudah mengikuti akun. Pengunggah video menyertakan nomor Whatsapp bagi warga yang mendaftar dengan nilai bantuan, yakni punya anak 1 sebesar Rp10 juta, anak 2 Rp15 juta, anak 3 Rp30 juta, dan seterusnya.



    Lalu, benarkah Prabowo memberikan bantuan puluhan juta rupiah untuk seluruh rakyat Indonesia?

    Hasil Cek Fakta



    Dengan menggunakan alat pencari gambar terbalik, Tempo menemukan bahwa audio dalam video tersebut telah diubah dengan kecerdasan buatan. Video aslinya terkait Gerakan Donasi @Galangperjuangan, tidak untuk bagi-bagi uang untuk keluarga.

    Video aslinya pernah diunggah oleh akun Facebook Prabowo Subianto pada 21 Juni 2018. Melalui akun itu, Prabowo mengumumkan secara resmi peluncuran sebuah aplikasi sarana penggalangan dana yang secara khusus diperuntukkan guna mendukung perjuangan politik.



    Tempo melansir bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto secara terbuka meminta sumbangan dana kepada semua kader dan simpatisannya untuk membantu operasional partai dalam mengikuti pemilihan kepala daerah serentak 2018. Hal itu ia sampaikan lewat video berdurasi hampir 20 menit yang diunggah akun Facebook resmi miliknya dan dinamakan program Galang Perjuangan.

    Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono membenarkan program Galang Perjuangan ini. Menurut dia, Gerindra pernah melakukan hal serupa saat pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. "Waktu di Jakarta pernah dan terbukti, ternyata banyak masyarakat yang ikut berkontribusi selain keluarga besar internal Gerindra," katanya saat dihubungi Tempo, Jumat, 22 Juni 2018.

    Dalam video itu, Prabowo menuturkan pihaknya membutuhkan bantuan ini salah satunya untuk memberi uang makan bagi saksi yang bertugas mengawasi pemungutan suara di semua tempat pemungutan suara (TPS) di daerah-daerah yang melaksanakan pilkada serentak. Ia mencontohkan di tiga provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, masing-masing memiliki TPS lebih dari 80 ribu. Sedangkan pilkada serentak 2018 ini akan berlangsung di 171 daerah.

    Tempo juga memverifikasi video dengan pendeteksi deepfake, True Media. Hasil analisis True Media menunjukkan bahwa 100 persen kemungkinan audio dalam video Prabowo tersebut telah diubah dengan generator AI. 

    Analisis wajah menunjukkan 62 persen pola yang tidak biasa antara gerak wajah dengan ucapan.

    Kesimpulan



    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa video Prabowo Subianto memberi bantuan uang puluhan juta kepada seluruh rakyat Indonesia adalahkeliru. 

    Video hasil rekayasa menggunakangenerated-AI audio.

    Rujukan

  • (GFD-2025-24940) Cek Fakta: Video Buruh di Banten Bergerak Tangkap Jokowi

    Sumber:
    Tanggal publish: 08/01/2025

    Berita

    Suara.com - Sebuah unggahan di media sosial yang mengklaim bahwa buruh di Banten bergerak untuk "menangkap dan mengadili Jokowi" ternyata menyesatkan.

    Mengutip Turnback Hoax, tim pemeriksa fakta menemukan bahwa video yang digunakan dalam unggahan tersebut bukanlah aksi untuk menangkap Presiden Joko Widodo, melainkan demonstrasi buruh terkait revisi upah minimum.

    Akun Twitter “H4T14K4LN4L42” pada Sabtu (4/1/2025) mengunggah video yang disertai narasi provokatif, mengklaim bahwa aksi tersebut merupakan bentuk kekecewaan terhadap pemerintahan Jokowi. 

    Hingga Rabu (8/1/2025), video ini telah ditonton sebanyak 61 ribu kali, dibagikan 600 kali, serta mendapat 265 komentar dan lebih dari 8 ribu tanda suka.

    Namun, hasil penelusuran TurnBackHoax menunjukkan bahwa tidak ditemukan informasi atau pemberitaan kredibel yang mendukung klaim tersebut.

    Tim pemeriksa fakta menggunakan Yandex Image Search dan menemukan bahwa video tersebut sebenarnya berasal dari aksi unjuk rasa ribuan buruh di Banten pada 7 Desember 2023.

    Para buruh menuntut revisi Surat Keputusan (SK) Pj Gubernur Banten tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota 2024 serta menolak penggunaan PP Nomor 51 Tahun 2023 dalam penetapan UMK.

    Gambar dari video yang sama juga muncul dalam berita Poskota.co.id dengan judul “Tuntut Revisi SK Pj Gubernur Banten, Ribuan Buruh Turun ke Jalan”.

    Hasil Cek Fakta

    Kesimpulan

    Unggahan yang menyatakan bahwa buruh di Banten bergerak untuk menangkap dan mengadili Jokowi merupakan konten yang menyesatkan (misleading content). Video tersebut sebenarnya menampilkan demonstrasi buruh terkait revisi upah minimum, bukan aksi politik terhadap Presiden.

    Masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dalam menyebarkan informasi dan selalu memverifikasi kebenaran suatu klaim sebelum membagikannya.