"Karena perselingkuhan itu,kita tidak bisa melihat Penampilan Bek kita Pratama Arhan di WC qualify nnti, Stay Strong Arhan"
(GFD-2024-22325) [SALAH] PRATAMA ARHAN TIDAK AKAN BERMAIN PADA LAGA KUALIFIKASI PIALA DUNIA KARENA KASUS PERSELINGKUHAN ISTRINYA
Sumber: tiktok.comTanggal publish: 31/08/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah video melalui media sosial Tiktok, berisi informasi yang menyebutkan bahwa pemain Tim Nasional (Timnas) Indonesia, Pratama Arhan, tidak akan bermain pada laga kualifikasi piala dunia yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Hal ini terjadi lantaran kasus perselingkuhan yang melibatkan rumah tangga Pemain Back Timnas Indonesia ini. Akun bernama @indo.information sekaligus menampilkan hasil tangkapan layar dari artikel yang diterbitkan oleh media Suaradotcom berjudul, "Pratama Arhan Bakal Dicoret Shin tae-yong dari Timnas Indonesia Usai Isu Perselingkuhan Azizah Salsha?". Lalu apakah benar bahwa Pratama Arhan tidak akan disertakan dalam laga kualifikasi karena kasus perselingkuhan yang melibatkan pasangannya?
Namun, setelah melakukan penelusuran lebih lanjut mengenai hal tersebut, didapati informasi yang menunjukkan bahwa klaim pada akun Tiktok tersebut mengandung kekeliruan. Sebab, melansir dari artikel yang terdapat di dalam unggahan tersebut, tidak didapati narasi yang menyatakan bahwa Pratama Arhan tidak akan bermain dalam laga kualifikasi karena kasus perselingkuhan yang melibatkan pasangannya, Azizah Salsha. Di dalam artikel tersebut hanya berisi ulasan mengenai komentar warganet yang tidak menyetujui keterlibatan Pratama Arhan pada laga kualifikasi Piala Dunia usai kasus perselingkuhan yang menimpa pasangannya.
Sementara itu, melalui artikel Suara.com yang lain, terdapat pula ulasan mengenai komentar pelatih Timnas saat ini, Shin Tae-yong, terhadap keturutsertaan Pratama Arhan pada laga kualifikasi Piala Dunia yang akan dilaksanakan pada September mendatang.
Sebelum munculnya kabar mengenai kasus perselingkuhan yang menimpa Pratama Arhan, Shin Tae-yong memang mulai mempertimbangkan untuk tidak memanggil Pratama Arhan ke Timnas Indonesia karena Pratama Arhan dinilai kesulitan tampil reguler di klubnya saat ini. Pratama Arhan, yang kini memperkuat klub kasta teratas Liga Korea Selatan, Suwon FC, tidak menjadi pilihan utama timnya.
"Memang sebelum masalah ini pun, Saya sudah berpikir [Pratama Arhan] harus dipilih atau tidak. Karena di Liga Korea juga dia tidak jadi pilihan utama," kata Shin Tae-yong, dilansir dari Suara.com, saat ditemui awak media di Jakarta, Jumat (23/8/2024).
Namun akhirnya pelatih asal Korea Selatan itu memutuskan untuk tetap membawa Pratama Arhan ke Timnas Indonesia. Melansir dari artikel milik bola.net, Shin Tae-yong menuturkan bahwa mantan pemain PSIS Semarang itu adalah pemain yang bermanfaat untuk Timnas Indonesia.
"Memang Arhan ini ya pemain yang sangat baik dan kerja keras. Jadi kita pun tidak boleh kehilangan pemain yang baik seperti ini," tutur Shin Tae-yong.
"Jadi kita harus tetap bawa ke Timnas Indonesia dan kita harus kontrol dia. Memang kita tidak bisa jamin ya, dia pasti bakal bermain di pertandingan berikutnya. Tetapi kita tetap harus bisa bawa dia, biar tidak kehilangan pemain timnas yang baik," imbuh Shin Tae-yong.
Jadi dapat disimpulkan bahwa klaim yang menyebutkan bahwa Pratama Arhan tidak akan bermain pada laga kualifikasi Piala Dunia karena kasus perselingkuhan yang menimpa dirinya, merupakan klaim yang salah dan termasuk ke dalam kategori misleading content atau konten menyesatkan.
Namun, setelah melakukan penelusuran lebih lanjut mengenai hal tersebut, didapati informasi yang menunjukkan bahwa klaim pada akun Tiktok tersebut mengandung kekeliruan. Sebab, melansir dari artikel yang terdapat di dalam unggahan tersebut, tidak didapati narasi yang menyatakan bahwa Pratama Arhan tidak akan bermain dalam laga kualifikasi karena kasus perselingkuhan yang melibatkan pasangannya, Azizah Salsha. Di dalam artikel tersebut hanya berisi ulasan mengenai komentar warganet yang tidak menyetujui keterlibatan Pratama Arhan pada laga kualifikasi Piala Dunia usai kasus perselingkuhan yang menimpa pasangannya.
Sementara itu, melalui artikel Suara.com yang lain, terdapat pula ulasan mengenai komentar pelatih Timnas saat ini, Shin Tae-yong, terhadap keturutsertaan Pratama Arhan pada laga kualifikasi Piala Dunia yang akan dilaksanakan pada September mendatang.
Sebelum munculnya kabar mengenai kasus perselingkuhan yang menimpa Pratama Arhan, Shin Tae-yong memang mulai mempertimbangkan untuk tidak memanggil Pratama Arhan ke Timnas Indonesia karena Pratama Arhan dinilai kesulitan tampil reguler di klubnya saat ini. Pratama Arhan, yang kini memperkuat klub kasta teratas Liga Korea Selatan, Suwon FC, tidak menjadi pilihan utama timnya.
"Memang sebelum masalah ini pun, Saya sudah berpikir [Pratama Arhan] harus dipilih atau tidak. Karena di Liga Korea juga dia tidak jadi pilihan utama," kata Shin Tae-yong, dilansir dari Suara.com, saat ditemui awak media di Jakarta, Jumat (23/8/2024).
Namun akhirnya pelatih asal Korea Selatan itu memutuskan untuk tetap membawa Pratama Arhan ke Timnas Indonesia. Melansir dari artikel milik bola.net, Shin Tae-yong menuturkan bahwa mantan pemain PSIS Semarang itu adalah pemain yang bermanfaat untuk Timnas Indonesia.
"Memang Arhan ini ya pemain yang sangat baik dan kerja keras. Jadi kita pun tidak boleh kehilangan pemain yang baik seperti ini," tutur Shin Tae-yong.
"Jadi kita harus tetap bawa ke Timnas Indonesia dan kita harus kontrol dia. Memang kita tidak bisa jamin ya, dia pasti bakal bermain di pertandingan berikutnya. Tetapi kita tetap harus bisa bawa dia, biar tidak kehilangan pemain timnas yang baik," imbuh Shin Tae-yong.
Jadi dapat disimpulkan bahwa klaim yang menyebutkan bahwa Pratama Arhan tidak akan bermain pada laga kualifikasi Piala Dunia karena kasus perselingkuhan yang menimpa dirinya, merupakan klaim yang salah dan termasuk ke dalam kategori misleading content atau konten menyesatkan.
Kesimpulan
Faktanya, Shin Tae-yong, pelatih Timnas Indonesia menyatakan untuk tetap membawa Pratama Arhan ke Timnas Indonesia dalam laga kualifikasi piala dunia. Walaupun sebelumnya Shin Tae-yong mempertimbangkan keturutsertaan Pratama Arhan karena dinilai kesulitan bermain di klubnya saat ini yaitu Siwon FC.
Rujukan
- https://www.bola.net/tim_nasional/pratama-arhan-sempat-nyaris-dicoret-shin-tae-yong-dari-timnas-indonesia-ini-alasannya-26a474.html
- https://www.suara.com/bola/2024/08/23/163402/shin-tae-yong-akui-mulai-ragukan-pratama-arhan-bukan-karena-isu-selingkuh
- https://www.suara.com/bola/2024/08/21/093324/pratama-arhan-bakal-dicoret-shin-tae-yong-dari-timnas-indonesia-usai-isu-perlingkuhan-azizah-salsha
(GFD-2024-22324) [PENIPUAN] AKUN WHATSAPP MENGATASNAMAKAN TELKOMSEL UNTUK PENUKARAN POIN
Sumber: WhatsappTanggal publish: 31/08/2024
Berita
"Salam dari Telkomsel: kami perhatikan bahwa poin Telkomsel (3022 poin) di akun Anda akan habis masa berlakunya hari ini. Silahkan tukarkan poin Anda dengan reward yang tersedia. Silahkan kunjungi https://lihi[dot]cc/WPr2X untuk informasi lebih lanjut."
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah narasi melalui aplikasi pesan Whatsapp, yang berisi informasi perihal penukaran hadiah melalui mekanisme tukar poin Telkomsel. Di dalam pesan yang dikirim oleh nomor +51910110381 (Zazadczxk) terdapat tautan yang mengarahkan penerima pesan pada laman yang memiliki tampilan dan logo seperti milik Telkomsel.
Namun, ada yang aneh ketika menekan tautan tersebut. Sebab, penerima pesan ternyata diarahkan untuk mengisi nomor telepon/nomor kartu yang dimiliki. Padahal di awal narasi disebutkan bahwa penerima pesan memiliki poin pada kartunya. Lalu apakah tautan dan kegiatan tukar poin yang terdapat di dalam narasi tersebut adalah benar berasal dari Telkomsel?
Setelah melakukan penelusuran lebih lanjut terkait dengan tautan dan narasi yang terdapat di dalam pesan tersebut, ditemukan fakta bahwa pesan tersebut terindikasi sebagai sebuah penipuan. Pasalnya, melansir dari laman resmi Telkomsel yaitu telkomsel.com, tidak ditemui adanya informasi mengenai penukaran poin melalui tautan yang dikirimkan dari pesan Whatsapp.
Melansir dari artikel milik Telkomsel yang berjudul, "Telkomsel Poin: Kegunaan dan Cara Menukarnya" yang diunggah pada 24 Mei 2024, disebutkan bahwa terdapat 2 (dua) cara untuk dapat menukar Telkomsel Poin, yaitu melalui aplikasi MyTelkomsel dan melalui kode UMB *700#. Tidak didapati metode penukaran poin melalui tautan atau pesan Whatsapp seperti yang dikirimkan oleh nomor tersebut.
Melalui artikel lainnya, pihak Telkomsel juga telah mengimbau para pengguna untuk berhati-hati dan lebih waspada dalam mengenali berbagai jenis penipuan yang mengatasnamakan Telkomsel. Salah satunya modus penipuan Online Phising dengan menggunakan telepon, email, atau pesan teks seperti WhatsApp dan Telegram.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pesan Whatsapp yang mengatasnamakan Telkomsel dalam rangka penukaran poin menjadi hadiah merupakan pesan penipuan dan termasuk ke dalam kategori imposter content atau konten tiruan.
Namun, ada yang aneh ketika menekan tautan tersebut. Sebab, penerima pesan ternyata diarahkan untuk mengisi nomor telepon/nomor kartu yang dimiliki. Padahal di awal narasi disebutkan bahwa penerima pesan memiliki poin pada kartunya. Lalu apakah tautan dan kegiatan tukar poin yang terdapat di dalam narasi tersebut adalah benar berasal dari Telkomsel?
Setelah melakukan penelusuran lebih lanjut terkait dengan tautan dan narasi yang terdapat di dalam pesan tersebut, ditemukan fakta bahwa pesan tersebut terindikasi sebagai sebuah penipuan. Pasalnya, melansir dari laman resmi Telkomsel yaitu telkomsel.com, tidak ditemui adanya informasi mengenai penukaran poin melalui tautan yang dikirimkan dari pesan Whatsapp.
Melansir dari artikel milik Telkomsel yang berjudul, "Telkomsel Poin: Kegunaan dan Cara Menukarnya" yang diunggah pada 24 Mei 2024, disebutkan bahwa terdapat 2 (dua) cara untuk dapat menukar Telkomsel Poin, yaitu melalui aplikasi MyTelkomsel dan melalui kode UMB *700#. Tidak didapati metode penukaran poin melalui tautan atau pesan Whatsapp seperti yang dikirimkan oleh nomor tersebut.
Melalui artikel lainnya, pihak Telkomsel juga telah mengimbau para pengguna untuk berhati-hati dan lebih waspada dalam mengenali berbagai jenis penipuan yang mengatasnamakan Telkomsel. Salah satunya modus penipuan Online Phising dengan menggunakan telepon, email, atau pesan teks seperti WhatsApp dan Telegram.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pesan Whatsapp yang mengatasnamakan Telkomsel dalam rangka penukaran poin menjadi hadiah merupakan pesan penipuan dan termasuk ke dalam kategori imposter content atau konten tiruan.
Kesimpulan
Faktanya, melansir laman resminya, Telkomsel hanya menyediakan 2 (dua) cara untuk dapat menukar poin milik pengguna, yaitu: melalui aplikasi MyTelkomsel dan melalui kode UMB *700#.
Rujukan
- https://www.telkomsel.com/jelajah/jelajah-lifestyle/telkomsel-poin-dan-cara-menukarnya
- https://www.telkomsel.com/jelajah/jelajah-lifestyle/cara-cek-poin-telkomsel-dan-menukarnya-dengan-kuota-atau-voucher
- https://www.telkomsel.com/about-us/blogs/waspada-penipuan-online-kenali-modusnya-laporkan-kejadiannya
(GFD-2024-22323) [KLARIFIKASI] Konten Promosi "Judol" Mencatut Mahkamah Konstitusi
Sumber:Tanggal publish: 30/08/2024
Berita
KOMPAS.com - Beredar narasi bahwa Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan tidak ada harapan lagi bagi rakyat untuk menang.
Narasi itu beredar di tengah penolakan atas revisi Undang-Undang Pilkada dan ajakan untuk mengawal putusan MK soal syarat pencalonan kepala daerah.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut hoaks.
Narasi soal pernyataan MK bahwa tidak ada harapan lagi bagi rakyat untuk menang dibagikan oleh akun Facebook ini, pada 25 Agustus 2024.
Berikut narasi yang dibagikan:
BERITA HARI INI MK MENGATAKAN INI KEPADA SELURUH PENDEMO
Narasi itu disertai video berlatar biru dengan lambang Garuda Pancasila, serta memuat teks sebagai berikut:
PERINGATAN DARURAT KEPADA MASYARAKAT INDONESIA. JANGAN SKIP VIDIO INI JIKA KALIAN PEDULI TERHADAP NEGARA. DISEBUT DARURAT KARENA BARU SEKARANG MK MENGUMUMKAN BAHWA TIDAK ADA HARAPAN LAGI BAGI RAKYAT UNTUK MENANG.
Narasi itu beredar di tengah penolakan atas revisi Undang-Undang Pilkada dan ajakan untuk mengawal putusan MK soal syarat pencalonan kepala daerah.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut hoaks.
Narasi soal pernyataan MK bahwa tidak ada harapan lagi bagi rakyat untuk menang dibagikan oleh akun Facebook ini, pada 25 Agustus 2024.
Berikut narasi yang dibagikan:
BERITA HARI INI MK MENGATAKAN INI KEPADA SELURUH PENDEMO
Narasi itu disertai video berlatar biru dengan lambang Garuda Pancasila, serta memuat teks sebagai berikut:
PERINGATAN DARURAT KEPADA MASYARAKAT INDONESIA. JANGAN SKIP VIDIO INI JIKA KALIAN PEDULI TERHADAP NEGARA. DISEBUT DARURAT KARENA BARU SEKARANG MK MENGUMUMKAN BAHWA TIDAK ADA HARAPAN LAGI BAGI RAKYAT UNTUK MENANG.
Hasil Cek Fakta
Setelah disimak sampai tuntas, video itu merupakan konten clickbait untuk mempromosikan judi online atau judol. MK tidak pernah membuat pernyataan seperti dalam konten tersebut.
Konten itu menarik perhatian warganet dengan memunculkan topik hangat pada awal video, lalu menyelipkan promosi judol di bagian akhir.
Adapun konten "Peringatan Darurat" dengan lambang Garuda Pancasila berlatar warna biru trending di media sosial pada 21 Agustus 2024.
Sebagaimana diberitakan Kompas.com, konten tersebut muncul setelah DPR berupaya membatalkan putusan MK soal syarat pencalonan pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024.
MK mengatur ulang ambang batas atau threshold pencalonan kepala daerah yang diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota melalui Putusan Nomor 60/PUU-XXII/2024.
Lewat putusan tersebut partai politik yang tidak memiliki kursi di DPRD bisa mengusung calon kepala daerah.
Partai politik juga tidak harus memenuhi syarat 20 persen perolehan kursi di DPR untuk mengusung calon kepala daerah.
Selain itu, MK juga menetapkan syarat usia seseorang mencalonkan diri sebagai kepala daerah, baik gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, dan wali kota/wakil wali kota dihitung pada saat penetapan pasangan calon (paslon), bukan ketika pelantikan.
Putusan MK tersebut berbeda dengan putusan Mahkamah Agung (MA) yang menyatakan syarat usia seseorang maju sebagai calon kepala daerah dihitung pada saat pelantikan, bukan penetapan paslon.
Putusan MK soal syarat usia dinilai menjegal langkah putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, yang digadang-gadang maju Pilkada Jawa Tengah 2024.
Namun, Badan Legislasi DPR berupaya merevisi UU Pilkada dan dengan demikian "mengakali" putusan MK yang telah ditetapkan.
Gelombang unjuk rasa pun muncul di berbagai daerah pada 22 Agustus 2024. Demonstran menuntut DPR membatalkan revisi UU Pilkada dan mematuhi putusan yang dibuat MK.
Diberitakan Kompas.com, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad memastikan pengesahan revisi UU Pilkada dibatalkan.
"Dengan tidak jadinya disahkan revisi UU Pilkada pada tanggal 22 Agustus hari ini, maka yang berlaku pada saat pendaftaran pada tanggal 27 Agustus adalah hasil keputusan JR MK yang diajukan Partai Buruh dan Partai Gelora. Sudah selesai dong," ujar Dasco.
Konten itu menarik perhatian warganet dengan memunculkan topik hangat pada awal video, lalu menyelipkan promosi judol di bagian akhir.
Adapun konten "Peringatan Darurat" dengan lambang Garuda Pancasila berlatar warna biru trending di media sosial pada 21 Agustus 2024.
Sebagaimana diberitakan Kompas.com, konten tersebut muncul setelah DPR berupaya membatalkan putusan MK soal syarat pencalonan pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024.
MK mengatur ulang ambang batas atau threshold pencalonan kepala daerah yang diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota melalui Putusan Nomor 60/PUU-XXII/2024.
Lewat putusan tersebut partai politik yang tidak memiliki kursi di DPRD bisa mengusung calon kepala daerah.
Partai politik juga tidak harus memenuhi syarat 20 persen perolehan kursi di DPR untuk mengusung calon kepala daerah.
Selain itu, MK juga menetapkan syarat usia seseorang mencalonkan diri sebagai kepala daerah, baik gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, dan wali kota/wakil wali kota dihitung pada saat penetapan pasangan calon (paslon), bukan ketika pelantikan.
Putusan MK tersebut berbeda dengan putusan Mahkamah Agung (MA) yang menyatakan syarat usia seseorang maju sebagai calon kepala daerah dihitung pada saat pelantikan, bukan penetapan paslon.
Putusan MK soal syarat usia dinilai menjegal langkah putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, yang digadang-gadang maju Pilkada Jawa Tengah 2024.
Namun, Badan Legislasi DPR berupaya merevisi UU Pilkada dan dengan demikian "mengakali" putusan MK yang telah ditetapkan.
Gelombang unjuk rasa pun muncul di berbagai daerah pada 22 Agustus 2024. Demonstran menuntut DPR membatalkan revisi UU Pilkada dan mematuhi putusan yang dibuat MK.
Diberitakan Kompas.com, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad memastikan pengesahan revisi UU Pilkada dibatalkan.
"Dengan tidak jadinya disahkan revisi UU Pilkada pada tanggal 22 Agustus hari ini, maka yang berlaku pada saat pendaftaran pada tanggal 27 Agustus adalah hasil keputusan JR MK yang diajukan Partai Buruh dan Partai Gelora. Sudah selesai dong," ujar Dasco.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi bahwa MK menyatakan tidak ada harapan lagi bagi rakyat untuk menang adalah hoaks.
Narasi tersebut merupakan bagian dalam konten clickbait untuk mempromosikan judi online. MK tidak pernah membuat pernyataan semacam itu.
Narasi tersebut merupakan bagian dalam konten clickbait untuk mempromosikan judi online. MK tidak pernah membuat pernyataan semacam itu.
Rujukan
- https://www.facebook.com/61562814433464/videos/812566214323330/
- https://www.kompas.com/tren/read/2024/08/21/223000265/apa-maksud-peringatan-darurat-garuda-biru-dan-kaitannya-dengan-kawal?page=all
- https://nasional.kompas.com/read/2024/08/22/17383281/revisi-uu-pilkada-batal-disahkan-dpr-tetap-pakai-putusan-mk
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
(GFD-2024-22322) [HOAKS] Dokumen WEF Sebut 6 Juta Orang Akan Meninggal pada 2025
Sumber:Tanggal publish: 30/08/2024
Berita
KOMPAS.com - Forum Ekonomi Dunia atau WEF diklaim menerbitkan dokumen yang menyebut 6 juta manusia akan meninggal pada 2025.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.
Narasi yang mengeklaim WEF memastikan 6 juta manusia akan meninggal pada 2025 disebarkan oleh akun Facebook ini pada Sabtu (24/8/2024).
Berikut narasinya:
Dokumen WEF Pastikan 6 Miliar Manusia Akan Mati di Tahun 2025.Fakta diperiksa oleh Komunitas Suara Rakyat 22 Agustus 2024Baxter Dmitry,Laporan Forum Ekonomi Dunia yang tersembunyi menegaskan bahwa lebih dari enam miliar orang akan meninggal pada tahun 2025 – dan menurut laporan dari Davos, Klaus Schwab telah mengonfirmasi bahwa tujuan yang disebutkan tersebut sesuai dengan target yang ingin dicapai.
Narasi serupa juga beredar dalam bahasa Inggris, seperti yang diunggah oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.
Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.
Narasi yang mengeklaim WEF memastikan 6 juta manusia akan meninggal pada 2025 disebarkan oleh akun Facebook ini pada Sabtu (24/8/2024).
Berikut narasinya:
Dokumen WEF Pastikan 6 Miliar Manusia Akan Mati di Tahun 2025.Fakta diperiksa oleh Komunitas Suara Rakyat 22 Agustus 2024Baxter Dmitry,Laporan Forum Ekonomi Dunia yang tersembunyi menegaskan bahwa lebih dari enam miliar orang akan meninggal pada tahun 2025 – dan menurut laporan dari Davos, Klaus Schwab telah mengonfirmasi bahwa tujuan yang disebutkan tersebut sesuai dengan target yang ingin dicapai.
Narasi serupa juga beredar dalam bahasa Inggris, seperti yang diunggah oleh akun Facebook ini, ini, dan ini.
Hasil Cek Fakta
Klaim yang beredar bersumber dari situs The People's Voice, yang memiliki rekam jejak menyebarkan informasi keliru.
Media Bias Fact Check mengidentifikasi The People's Voice sebagai media yang bias sayap kanan dan memiliki kredibilitas rendah.
Situs web berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat tersebut rutin menerbitkan artikel soal konspirasi dan propaganda sejak 2014 di bawah perusahaan induk Newspunch LLC.
Sumber informasinya dipertanyakan dan tidak dapat dipercaya.
Artikel The People's Voice mengutip seorang pria bernama Edwin A Deagel Jr yang diklaim memiliki hubungan dengan WEF. Namun, tidak ada bukti atas klaim yang disampaikan Deagel.
Artikel yang beredar sebagian besar diambil dari artikel dari Expose News yang terbit pada 2023.
Artikel menyertakan sumber dan data dari Deagel.com dalam format yang dapat diunduh.
Data tersebut memuat angka "7.226.458.211" sebagai populasi dunia pada 2017 dan mengatakan akan turun sekitar 354 juta, sehingga menjadi "6.871.665.908" pada 2025.
Data tersebut dijadikan pembenaran bahwa organisasi global melenggangkan depopulasi.
Berdasarkan data Bank Dunia pada 2017, populasi dunia sebenarnya adalah sekitar 7,58 miliar, lebih tinggi dari yang diklaim oleh data Deagel.com.
PBB dan organisasi global lainnya memperkirakan populasi manusia di bumi adalah 8,2 miliar pada tahun 2024, hal ini bertentangan dengan narasi depopulasi yang digaungkan The People's Voice.
Tidak ada informasi apa pun di situs web WEF tentang angka kematian yang dipastikan pada 2025.
Dilansir Lead Stories, WEF tidak mendukung dan tidak menganjurkan depopulasi.
"Klaim yang menghubungkan Forum dengan konspirasi depopulasi tidak berdasar dan berakar pada disinformasi," ujar WEF.
Seperti banyak organisasi atau individu terkenal, WEF sering menjadi sasaran teori konspirasi.
"Forum ini mendorong perdebatan yang mendasar dan berdasarkan fakta sebagai prinsip inti dalam pekerjaan kami, dan kami tetap berkomitmen pada misi kami untuk memperbaiki keadaan dunia dengan mendorong kolaborasi dan dialog," lanjut WEF.
Media Bias Fact Check mengidentifikasi The People's Voice sebagai media yang bias sayap kanan dan memiliki kredibilitas rendah.
Situs web berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat tersebut rutin menerbitkan artikel soal konspirasi dan propaganda sejak 2014 di bawah perusahaan induk Newspunch LLC.
Sumber informasinya dipertanyakan dan tidak dapat dipercaya.
Artikel The People's Voice mengutip seorang pria bernama Edwin A Deagel Jr yang diklaim memiliki hubungan dengan WEF. Namun, tidak ada bukti atas klaim yang disampaikan Deagel.
Artikel yang beredar sebagian besar diambil dari artikel dari Expose News yang terbit pada 2023.
Artikel menyertakan sumber dan data dari Deagel.com dalam format yang dapat diunduh.
Data tersebut memuat angka "7.226.458.211" sebagai populasi dunia pada 2017 dan mengatakan akan turun sekitar 354 juta, sehingga menjadi "6.871.665.908" pada 2025.
Data tersebut dijadikan pembenaran bahwa organisasi global melenggangkan depopulasi.
Berdasarkan data Bank Dunia pada 2017, populasi dunia sebenarnya adalah sekitar 7,58 miliar, lebih tinggi dari yang diklaim oleh data Deagel.com.
PBB dan organisasi global lainnya memperkirakan populasi manusia di bumi adalah 8,2 miliar pada tahun 2024, hal ini bertentangan dengan narasi depopulasi yang digaungkan The People's Voice.
Tidak ada informasi apa pun di situs web WEF tentang angka kematian yang dipastikan pada 2025.
Dilansir Lead Stories, WEF tidak mendukung dan tidak menganjurkan depopulasi.
"Klaim yang menghubungkan Forum dengan konspirasi depopulasi tidak berdasar dan berakar pada disinformasi," ujar WEF.
Seperti banyak organisasi atau individu terkenal, WEF sering menjadi sasaran teori konspirasi.
"Forum ini mendorong perdebatan yang mendasar dan berdasarkan fakta sebagai prinsip inti dalam pekerjaan kami, dan kami tetap berkomitmen pada misi kami untuk memperbaiki keadaan dunia dengan mendorong kolaborasi dan dialog," lanjut WEF.
Kesimpulan
Narasi soal dokumen WEF menyebut 6 juta manusia akan meninggal pada 2025 merupakan hoaks.
Klaim itu bersumber dari situs yang memiliki rekam jejak menyebarkan teori konspirasi dan disinformasi.
Tidak ada informasi apa pun di situs web WEF tentang angka kematian yang dipastikan pada 2025.
Klaim itu bersumber dari situs yang memiliki rekam jejak menyebarkan teori konspirasi dan disinformasi.
Tidak ada informasi apa pun di situs web WEF tentang angka kematian yang dipastikan pada 2025.
Rujukan
- https://www.facebook.com/budi9anten9/posts/pfbid0jJVbuYUmPa6vgSp9K85KXYwVTZHEiupj4FMsHRA7QMjvaUHAZvx4RUdAvQ1jch3dl
- https://www.facebook.com/carl.smithii.7/posts/pfbid0RVFsC6w25tfro1QhFtMr5bCoHfnbPXZwYewwtcLmjZzW3uf2h3QzcC5HypYgCi6Yl
- https://www.facebook.com/metin.olaf/posts/pfbid02jChrapDebQVjyTmFRfj1j7C9cJ9XJFfa7kuvew1W4QSEkARGvrjWL5JBMR1gfvddl
- https://www.facebook.com/elitepampering/posts/pfbid0XJAraZvqwgfYgPRzHY9hfQbRPiCgYNCGq5aCxkWoUydCygF4DwZ7vsy6FeL9gw9yl
- https://mediabiasfactcheck.com/news-punch/
- https://web.archive.org/web/20230903055954/
- https://expose-news.com/2023/09/03/deagel-2025-cia-rockefeller-c19-vaccine/
- https://datacommons.org/tools/timeline#&place=Earth&statsVar=Count_Person
- https://www.un.org/development/desa/pd/sites/www.un.org.development.desa.pd/files/undesa_pd_2024_wpp_2024_advance_unedited_0.pdf
- https://leadstories.com/hoax-alert/2024/08/fact-check-wef-document-did-not-confirm-6-billion-humans-will-die-in-2024.html
- https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D
Halaman: 613/5562