• (GFD-2025-27697) [HOAKS] Kabut di Jabodetabek adalah Rekayasa Agar Kasus TBC Meningkat

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/07/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Fenomena kabut menyelimuti wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek sejak Minggu (29/6/2025).

    Di media sosial, tersiar narasi yang mengeklaim kabut tersebut terbentuk akibat rekayasa iklim. Tujuannya, untuk meningkatkan kasus TBC di Indonesia.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau merupakan hoaks.

    Informasi yang mengeklaim kabut di Jabodetabek adalah rekayasa iklim untuk meningkatkan kasus TBC disebarkan oleh akun Facebook ini pada Senin (30/6/2025). Arsipnya dapat dilihat di sini.

    Berikut narasi yang ditulis:

    Banyak laporan orang orang mengapa lingkungan cuaca dingin serasa di puncak dan berkabut... Ada apa di balik itu semua?

    Biar program screening, obat obatan TBC TBC an laku dan laris manis, apalagi vaksinnya biar diloloskan dan disetujui....

    1 bulan saja dibuat rekayasa cuaca dan iklim dingin seperti di puncak maka tunggu saja headline berita tiba tiba kasus TBC melonjak naik....

    Si Fauci pernah bilang : agar dunia siap menghadapi pandemi maka caranya dengan membuat pandemi itu ada dan terjadi (plandemi) ,

    Penjelasan nya nanti saya sampaikan dalam live streaming online...

    Hasil Cek Fakta

    Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, penyebab fenomena kabut di wilayah Jabodetabek yakni kombinasi suhu rendah dan kelembaban tinggi.

    Fenomena alami ini terjadi pagi hari, terutama setelah turun hujan dan suhu udara belum cukup hangat.

    “Fenomena kabut yang teramati di sebagian wilayah Jabodetabek merupakan fenomena alami yang disebabkan oleh suhu udara yang rendah dan kelembaban udara yang tinggi, bukan karena kondisi (polusi) udara," kata Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani pada Senin (30/6/2025) dikutip dari Kompas.com.

    Meski demikian, ia tidak menafikan fakta bahwa kabut di kawasan perkotaan atau wilayah industri dapat bercampur dengan partikel polutan.

    "Kabut yang muncul di wilayah padat aktivitas manusia bukan berarti udara tidak sehat secara keseluruhan," ungkapnya.

    BMKG memastikan, fenomena kabut di wilayah Jabodetabek tidak akan menimbulkan gangguan signifikan terhadap aktivitas harian masyarakat.

    Di sisi lain, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman memastikan narasi mengenai peningkatan kasus TBC yang disengaja tidak benar.

    "Itu hoaks ya. Pemerintah tidak pernah melakukan hal tersebut," ujar Aji saat dihubungi Kompas.com, Selasa (17/2025).

    "Tugas kami tentu melindungi kesehatan masyarakat, bukan malah membuat masyarakatnya terserang penyakit tertentu," tegasnya.

    TBC atau tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

    Penyakit ini umumnya menyerang paru-paru, tulang belakang, kulit, otak, kelenjar getah bening, atau jantung.

    Penularannya melalui bakteri yang bertebaran di udara dan terhirup oleh manusia.

    Saat ini, Indonesia menempati peringkat kedua kasus TBC terbanyak di dunia.

    Indonesia tercatat diperkirakan memiliki 1.090.000 kasus TBC baru dan 125.000 kematian setiap tahun akibat TBC.

    Kemenkes menerapkan strategi eliminasi TBC, meliputi penguatan promosi dan pencegahan, pemanfaatan teknologi, serta integrasi data dengan rumah sakit dan Puskesmas.

    Salah satu langkah yang dilakukan yakni deteksi kasus TBC dengan target nasional mencapai 90 persen pada 2025.

    Sehingga, peningkatan kasus yang tercatat merupakan bagian dari peningkatan skrining atau deteksi kasus nasional.

    Pasalnya, angka kasus yang tercatat diperoleh dari hasil deteksi dan kasus yang terkonfirmasi.

    Kesimpulan

    Narasi yang mengeklaim kabut di Jabodetabek adalah rekayasa iklim untuk meningkatkan kasus TBC merupakan hoaks.

    BMKG menjelaskan, penyebab fenomena kabut di wilayah Jabodetabek yakni kombinasi suhu rendah dan kelembaban tinggi.

    Sementara, Kemenkes memastikan pemerintah tidak pernah dengan sengaja menyebarkan TBC.

    Peningkatan kasus TBC merupakan bagian dari upaya deteksi, sehingga kasus yang belum tercatat dapat terungkap.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27696) [HOAKS] Kemenkes Meluncurkan Tag Telinga Inovatif

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/07/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) disebut meluncurkan tag telinga inovatif bagi anak sekolah, untuk melacak kesehatan dan vaksinasi.

    Sebuah akun X mencatut nama Kemenkes menyebutkan, tag telinga tersebut disponsori oleh perusahaan farmasi Pfizer.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau merupakan hoaks.

    Akun X dengan nama @Kembiskes atau Kementerian Bisnis Kesehatan, mengunggah narasi yang mengeklaim kemenkes luncurkan tag telinga inovatif.

    Berikut narasinya:

    Hi Healthies! Untuk lacak kesehatan & vaksinasi anak, kami luncurkan "Tag Telinga Inovatif" untuk anak sekolah! GRATIS dulu, nanti tentu saja wajib!

    Disponsori Pfizer, terjamin Aman dan Efektif!

    Narasi itu disertai sebuah gambar menampilkan anak SD yang dipasangi tag kuning di telinganya. Tag tersebut memuat kode batang atau QR code dan nama Pfizer.

    Tangkapan layar unggahan akun X tersebut lantas disebarkan di Facebook oleh akun ini, ini, ini, ini, dan ini.

    Berikut narasi yang ditulis salah satu akun pada Minggu (29/6/2025):

    ANAK ANAK KAMI BUKAN BINATANG TERNAK. KALIAN BILANG AMAN DAN EFEKTIF, SEMENTARA VAKSIN PFIZER BERMASALAH. APA MAUNYA KALIAN.

    KALIAN MAKAN GAJI DARI PAJAK RAKYAT. SEMENTARA RAKYAT KALIAN SAKITI.

    SAYA TANTANG MEMBUKTIKAN DI SINI, SEBERAPA BERMASALAH PRODUK PF1Z3R

    Hasil Cek Fakta

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman meluruskan, akun yang menyebarkan disinformasi mengenai tag telinga inovatif bukanlah akun media sosial resmi Kemenkes.

    "Bukan. Akun media sosial Kemenkes di semua platform sudah terverifikasi," ujar Aji saat dihubungi Kompas.com, Selasa (1/7/2025).

    Ia memastikan informasi yang disebarkan oleh akun tersebut tidak benar atau merupakan hoaks.

    Adapun akun X resmi kementerian tersebut yakni @KemenkesRI dengan disertai tanda centang abu-abu, yang menandakan akun tersebut dioperasikan oleh pemerintah.

    Sementara, gambar anak SD dengan tag telinga kuning di telinganya terdeteksi dihasilkan oleh artificial intelligence (AI).

    Pendeteksi konten AI, Hive Moderation mengidentifikasi gambar tersebut memiliki probabilitas 99,9 persen merupakan generatif AI.

    Kesimpulan

    Narasi mengenai Kemenkes meluncurkan tag telinga inovatif merupakan hoaks. Informasi itu disebarkan oleh akun media sosial tiruan mengatasnamakan Kemenkes.

    Kemenkes memastikan narasi mengenai tag telinga inovatif tidak benar.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27695) [KLARIFIKASI] Video Ini Bukan Perlihatkan Serangan Iran ke Gedung Parlemen Israel

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/07/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar video yang diklaim menunjukkan rudal Iran menghantam gedung Knesset atau Parlemen Israel.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video itu dibagikan dengan konteks keliru dan perlu diluruskan.

    Video yang diklaim menunjukkan rudal Iran menghantam gedung parlemen Israel dibagikan oleh akun Facebook ini, ini, dan ini, pada 30 Juni 2025.

    Berikut narasi yang dibagikan:

    Balasan iran terhadap israel yang masih menyrang Gaza dan lebanon. Israel di rudal iran gara - gara melangar perjanjian gencatan senjata di mana di dalamnya tidak menyerang negara2 timur tengah, tapi israel malah melangar.

    Serangan rudal iran menghancurkan kantor parlemen dan kementrian israel

    Screenshot Klarifikasi, video ini bukan perlihatkan serangan Iran ke gedung parlemen Israel

    Hasil Cek Fakta

    Tim Cek Fakta Kompas.com mencari konteks lengkap dari video tersebut dengan menelusurinya menggunakan Google Lens.

    Hasilnya, video yang sama ditemukan di laman Instagram ini. Video itu diunggah pada 19 Juni 2025 dan memperlihatkan rudal Iran menghantam rumah sakit Soroka di Beersheba, Israel.

    Berikut takarir (caption) yang dicantumkan:

    Rekaman yang baru dirilis mengungkap sudut lain dari dampak rudal balistik Iran terhadap Pusat Medis Soroka di Beersheba, Israel selatan — yang tidak hanya menangkap serangan langsung tetapi juga gelombang kejut besar yang mengikutinya.

    Screenshot Video rudal Iran hantam rumah sakit Soroka di Beersheba, Israel

    Serangan Iran ke rumah sakit Soroka dilaporkan oleh berbagai media arus utama, salah satunya dalam pemberitaan BBC tertanggal 20 Juni 2025.

    Koresponden BBC yang melaporkan dari rumah sakit menggambarkan kerusakan yang terjadi sangat parah, dengan puing-puing dan gumpalan asap mengepul di udara setelah ledakan.

    Beberapa bangsal hancur total saat api menyebar melalui salah satu bangunan, menyebabkan jendela pecah dan langit-langit runtuh, kata otoritas rumah sakit.

    Adapun Iran mengatakan bahwa mereka menargetkan lokasi militer yang berada dekat dengan rumah sakit Soroka, bukan fasilitas itu sendiri.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video yang diklaim menunjukkan rudal Iran menghantam gedung parlemen Israel perlu diluruskan.

    Video tersebut dibagikan dengan konteks keliru. Peristiwa dalam video adalah serangan rudal Iran yang menghantam rumah sakit Soroka di Beersheba, bukan gedung parlemen Israel.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27694) [HOAKS] Video Warga Papua Sambut Kedatangan Imigran Israel

    Sumber:
    Tanggal publish: 01/07/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Beredar unggahan video di media sosial dengan narasi yang menyatakan bahwa warga Papua menyambut kedatangan imigran Israel.

    Namun, setelah ditelusuri narasi dalam video tersebut tidak benar. Informasi itu merupakan kabar bohong atau hoaks.

    Narasi mengeklaim warga Papua menyambut kedatangan imigran Israel salah satunya dibagikan akun Facebook ini, ini, dan ini.

    Akun tersebut membagikan kolase dua video.

    Video pertama menampilkan sejumlah orang mengibarkan bendera Israel. Sementara dalam video kedua, tampak sejumlah orang berjalan dengan membawa barang-barangnya.

    Keterangan dalam video sebagai berikut:

    Warga Papua Sambut Kedatangan Imigran Isrewel?

    Warga Papua sambut imigran isriwil ko bisa gimna ceritanyh#sorotan #vidioviral #viral

    Setelah ditelusuri, video tersebut tidak terkait dengan narasi warga Papua menyambut kedatangan imigran dari Israel.

    Video pertama yang menampilkan sejumlah orang mengibarkan bendera Israel identik dengan unggahan di kanal YouTube ini pada 2023.

    Dalam konten tersebut terdapat keterangan bahwa video itu adalah momen ketika komunitas Sion Kids di Papua mengibarkan bendera Israel.

    Dikutip dari RRI, komunitas Sion Kids adalah gerakan rohani yang berfokus pada pemahaman Alkitab dengan akar Yahudi. Gerakan ini lahir dari kesadaran iman untuk memahami rencana Tuhan dengan Israel.

    Kelompok Sion Kids beberapa kali mengibarkan bendera Israel di Papua. Salah satunya pada 2018 seperti yang diberitakan Detik.com ini. 

    Saat itu sejumlah orang yang tergabung dalam gerakan Sion Kids mengibarkan bendera Israel di Jayapura.

    Berdasarkan pengakuan warga, konvoi tersebut merupakan tradisi peringatan budaya bangsa Israel. Konvoi dengan membawa bendera Israel dilakukan karena ada kedekatan antara tokoh agama di masa lalu.

    Sementara, video kedua yang menampilkan sejumlah orang sedang berjalan dengan membawa barang-barangnya identik dengan unggahan di akun TikTok ini.

    Dalam video terdapat keterangan "ouverture hier du camping hellfest" (perkemahan hellfest dibuka kemarin).

    Keterangan tersebut menunjukkan bahwa video menampilkan momen ketika sejumlah orang berkemah dalam festival musik metal yang diadakan di Perancis bernama Hellfest.

    Hasil Cek Fakta

    Kesimpulan

    Video yang diklaim menampilkan warga Papua menyambut kedatangan imigran Israel merupakan informasi yang tidak benar atau hoaks.

    Adapun video yang beredar merupakan gabungan dua peristiwa yang berbeda. 

    Video pertama adalah momen ketika komunitas Sion Kids di Papua mengibarkan bendera Israel pada 2023. Sion Kids adalah gerakan rohani yang berfokus pada pemahaman Alkitab dengan akar Yahudi. 

    Sementara, video kedua adalah momen ketika sejumlah orang berkemah di acara festival musik metal Hellfest.

    Rujukan