Beredar informasi yang menyebutkan orang dengan golongan darah O lebih rentan terinfeksi virus Corona. Dalam artikel pada laman selebku[dot]com disebutkan ada lima poin alasannya. Berikut kutipannya:
Orang yang Bergolongan Darah O Lebih Rentan Terinfeksi Virus Corona, Ini Penjelasannya
Oráng memìlìkì golongán dáráh O terbìláng lebìh járáng átáu lebìh sedìkìt dìbándìngkán dengán oráng yáng memìlìkì golongán dáráh seláìn O. Berbìcárá golongán dáráh memáng sesuátu hál yáng menárìk. Pásálnyá, ádá beberápá hál sejáuh ìnì yáng teláh dìketáhuì tentáng kárákterìstìk golongán dáráh ìnì.
Pengetáhuán yáng berkáìtán dengán golongán dáráh, sángát pentìng untuk dìketáhuì oleh semuá oráng. Náh ágár memperjelás, dìsìnì kámì memberìkán ìnformásì terkáìt tìpe golongán dáráh O. Dìlánsìr dárì brìghtsìde, berìkut ìnì penjelásánnyá.
1) Golongán dáráh O bìsá menjádì donor unìversál
Dálám hál ìnì seseoráng yáng memìlìkì golongán dáráh O dápát membántu pásìen yáng mengálámì másáláh kekurángán dáráh. Sebáb ìá dápát dì tránsfusì ke subkelompok RH O+, A+, B+ dán AB+.
2) Tìdák bìsá menerìmá donor seláìn dárì golongán dáráh O
Berbedá dengán kelebìhánnyá yáng bìsá menjádì donor unìversál. Golongán dáráh O tìdák bìsá menerìmá donor dáráh beberápá golongán dáráh láìnnyá.
3) Resìko kesehátán
Golongán dáráh O dìketáhuì sángát rentán sekálì terkená vìrus dán bákterì. Menurut beberápá penelìtìán golongán dáráh O memìlìkì ìnsìden ulkus duodenum 35% lebìh tìnggì dárìpádá golongán dáráh A, B dán AB.
4) Másáláh keprìbádìán
Berbìcárá tentáng hál ìnì golongán dáráh O dìkenál sebágáì prìbádì yáng semángát, dermáwán, mudáh bergául dán cukup bágus dárì sìsì fìnánsìál. Dálám hál percìntáán pun yáng memìlìkì dáráh O dìketáhuì sángát cocok dengán seseoráng yáng memìlìkì golongán dáráh A.
5) Mánfáát kesehátán
Meskì rentán terkená vìrus dán bákterì. Námun golongán dáráh O jugá memìlìkì keunggulán lho. Dìmáná ìá sángát rendáh untuk terkená kánker pánkreás.
Nág, ìtuláh beberápá hál yáng wájìb kámu ketáhuì tentáng golongán dáráh O. Oráng yáng bergolongán dáráh O rentán terhádáp serángán vìrus, termásuk vìrus coroná yáng sedáng márák penyebáránnyá.
Oleh kárená ìtu, bágì ándá yáng bergolongán dáráh O, hárus benár-benár menjágá kesehátán tubuh. Semogá bermánfáát.
Goldar o
(GFD-2020-3632) [SALAH] Orang yang Bergolongan Darah O Lebih Rentan Terinfeksi Virus Corona
Sumber: laman daringTanggal publish: 05/03/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
Melalui hasil penelusuran, diketahui bahwa informasi tersebut tidak benar. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH., MMB membantah kabar tersebut. Dia menyebut bahwa kabar orang dengan golongan darah O rentan terjangkit virus corona adalah hoaks. "Itu hoaks," kata dr. Ari Fahrial Syam.
Adapun, menurut penjelasan pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, kelompok orang yang paling rentan tertular virus corona (COVID-19) masuk dalam tiga kategori. Berikut penjelasan Syahrizal:
[…] Pertama, kelompok orang yang kontak dekat (closed contact). Menurut pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, yang termasuk kontak dekat adalah orang yang tinggal berpasangan atau satu rumah.
"Closed contact itu orang yang tinggalnya pasangan, pasangan dari kasus (COVID-19) yang konfirmasi. Atau orang yang tinggal satu rumah dengan yang suspek atau punya gejala COVID-19," jelas Syahrizal saat konferensi pers di Gedung Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Komplek Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Selasa (3/3/2020).
Tenaga medis yang menangani pasien suspek dan positif COVID-19 juga termasuk kontak dekat. Mereka langsung bersentuhan dengan pasien.
"Untuk tenaga medis itu kontak erat. Mereka kan berkali-kali memeriksa pasien. Mengukur tensi, suhu tubuh, dan sebagainya. Ada kontak bersentuhan," lanjut Syahrizal.
Kedua, kelompok orang yang masuk kontak sosial. Kontak sosial artinya, orang-orang yang berada dalam satu kelompok sosial. Seperti halnya kasus dua pasien asal Depok, Jawa Barat yang positif virus corona.
"Orang-orang yang berada pada satu klub dansa tersebut harusnya diperiksa dan dipantau juga. Perlu ditelusuri, apakah orang-orang di klub dansa mengalami gejala COVID-19 yang mirip flu, demam dan sesak napas," Syahrizal menerangkan.
Syahrizal pun mencontohkan, kasus orang yang terinfeksi COVID-19 di Korea Selatan.
"Satu orang yang terinfeksi corona, lantas bisa menularkan pada seluruh anggota di komunitas gereja. Kontak sosial juga bisa dari anggota pengajian," terangnya.
Ketiga, kontak area dilihat dari orang-orang yang berada pada satu wilayah yang terkonfirmasi COVID-19. Misalnya, area yang konfirmasi Kelurahan Sukmajaya. Di sana, akan ditelusuri siapa saja yang berada pada wilayah tersebut, dari satpam sampai penjual makanan atau minuman.
"Di wilayah itu, ada tukang sayur dan security. Saya kira bisa ditelusuri, apalagi ada penjaga malam. Yang kasus pasien asal Depok, kalau tidak salah saya baca, ada tetangga yang jenguk sewaktu dia (yang bersangkutan) sakit," lanjut Syahrizal. […]
Berdasarkan penjelasan tersebut maka orang yang rentan tertular Covid-19 baru ada tiga kategori. Ketiga kategori itu ialah kelompok orang yang kontak dekat (closed contact), kelompok orang yang masuk kontak sosial, dan kontak area dilihat dari orang-orang yang berada pada satu wilayah yang terkonfirmasi COVID-19. Dari ketiga kategori yang sudah dikemukakan itu tidak ada yang menyangkutpautkannya dengan golongan darah tertentu rentan terinfeksi COVID-19.
Selain tiga kategori itu, dilansir dari theguardian.com, orang dengan pengidap diabetes dan penyakit jantung juga rentan terinfeksi COVID-19. Berikut kutipan pemberitaan yang sudah diterjemahkan:
[…] Penderita diabetes atau penyakit jantung diketahui lebih berisiko terkena coronavirus, yang mulai menyebar dengan cepat di Inggris dan internasional. Itu adalah keprihatinan bagi 7,4 juta warga Inggris yang memiliki beberapa bentuk penyakit jantung atau peredaran darah, yang mencakup 4,8 juta orang dengan diabetes.
Faktor risiko yang umum adalah paru-paru, karena dengan kedua jenis pasien itu adalah organ yang cenderung rusak oleh coronavirus. Kesehatan mendasar mereka yang buruk berarti mereka berada dalam bahaya yang lebih besar menderita kerusakan medis serius dari Covid-19 daripada orang-orang dengan kesehatan yang baik.
Jon Cohen, profesor emeritus penyakit menular di sekolah kedokteran Brighton dan Sussex, mengatakan: “Virus corona menyebabkan infeksi paru-paru - pneumonia. Ketika paru-paru mendapat infeksi - segala jenis pneumonia, bukan hanya coronavirus - udara mengisi dengan cairan yang disebabkan oleh peradangan. Jadi tubuh harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan oksigen ke dalam darah.
"Jantung dan paru-paru bekerja sebagai 'tim' yang terintegrasi erat, jadi ketika ada pneumonia, jantung harus bekerja lebih keras, dan jelas jika ada penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya yang membuat tekanan ekstra pada jantung."
Laporan awal dari wabah yang dimulai di China menyarankan 40% orang yang cukup sakit untuk dirawat di rumah sakit karena coronavirus memiliki penyakit kardiovaskular atau penyakit serebrovaskular - yang mempengaruhi aliran darah di otak mereka - seperti stroke.
"Statistik itu tidak berarti orang dengan penyakit jantung lebih mungkin untuk tertular virus corona," kata Orly Vardeny, seorang profesor kedokteran di Sistem Perawatan Kesehatan Minneapolis VA dan University of Minnesota. "Itu hanya berarti bahwa orang-orang itu lebih cenderung mengalami komplikasi begitu mereka mendapatkannya."
Orang-orang yang memiliki penumpukan lemak atau plak di arteri mereka dapat berisiko mengalami serangan jantung karena penyakit virus yang mirip dengan Covid-19 dapat mengacaukan plak-plak ini, yang kemudian dapat memblokir arteri yang menuju ke jantung, menurut Vardeny.
Penderita diabetes, dengan tipe 1 atau tipe 2, beresiko menderita Covid-19 karena alasan yang sama.
“Pasien dengan diabetes sering mengalami komplikasi yang melibatkan jantung, tetapi juga ginjal, dan dengan cara yang sama ketegangan tambahan pada tubuh dari infeksi dapat menyebabkan masalah sekunder pada organ-organ tersebut. Selain itu, kita tahu bahwa sistem kekebalan tubuh penderita diabetes tidak sebagus melawan infeksi seperti non-penderita diabetes, ”tambah Cohen.
“Coronavirus dapat menyebabkan gejala dan komplikasi yang lebih parah pada diabetisi. Jika Anda menderita diabetes dan memiliki gejala seperti batuk, suhu tinggi, dan napas pendek, Anda perlu memantau gula darah dengan cermat dan menghubungi NHS 111, ”kata Dan Howarth, kepala perawatan di Diabetes UK. […]
Adapun, menurut penjelasan pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, kelompok orang yang paling rentan tertular virus corona (COVID-19) masuk dalam tiga kategori. Berikut penjelasan Syahrizal:
[…] Pertama, kelompok orang yang kontak dekat (closed contact). Menurut pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif, yang termasuk kontak dekat adalah orang yang tinggal berpasangan atau satu rumah.
"Closed contact itu orang yang tinggalnya pasangan, pasangan dari kasus (COVID-19) yang konfirmasi. Atau orang yang tinggal satu rumah dengan yang suspek atau punya gejala COVID-19," jelas Syahrizal saat konferensi pers di Gedung Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Komplek Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Selasa (3/3/2020).
Tenaga medis yang menangani pasien suspek dan positif COVID-19 juga termasuk kontak dekat. Mereka langsung bersentuhan dengan pasien.
"Untuk tenaga medis itu kontak erat. Mereka kan berkali-kali memeriksa pasien. Mengukur tensi, suhu tubuh, dan sebagainya. Ada kontak bersentuhan," lanjut Syahrizal.
Kedua, kelompok orang yang masuk kontak sosial. Kontak sosial artinya, orang-orang yang berada dalam satu kelompok sosial. Seperti halnya kasus dua pasien asal Depok, Jawa Barat yang positif virus corona.
"Orang-orang yang berada pada satu klub dansa tersebut harusnya diperiksa dan dipantau juga. Perlu ditelusuri, apakah orang-orang di klub dansa mengalami gejala COVID-19 yang mirip flu, demam dan sesak napas," Syahrizal menerangkan.
Syahrizal pun mencontohkan, kasus orang yang terinfeksi COVID-19 di Korea Selatan.
"Satu orang yang terinfeksi corona, lantas bisa menularkan pada seluruh anggota di komunitas gereja. Kontak sosial juga bisa dari anggota pengajian," terangnya.
Ketiga, kontak area dilihat dari orang-orang yang berada pada satu wilayah yang terkonfirmasi COVID-19. Misalnya, area yang konfirmasi Kelurahan Sukmajaya. Di sana, akan ditelusuri siapa saja yang berada pada wilayah tersebut, dari satpam sampai penjual makanan atau minuman.
"Di wilayah itu, ada tukang sayur dan security. Saya kira bisa ditelusuri, apalagi ada penjaga malam. Yang kasus pasien asal Depok, kalau tidak salah saya baca, ada tetangga yang jenguk sewaktu dia (yang bersangkutan) sakit," lanjut Syahrizal. […]
Berdasarkan penjelasan tersebut maka orang yang rentan tertular Covid-19 baru ada tiga kategori. Ketiga kategori itu ialah kelompok orang yang kontak dekat (closed contact), kelompok orang yang masuk kontak sosial, dan kontak area dilihat dari orang-orang yang berada pada satu wilayah yang terkonfirmasi COVID-19. Dari ketiga kategori yang sudah dikemukakan itu tidak ada yang menyangkutpautkannya dengan golongan darah tertentu rentan terinfeksi COVID-19.
Selain tiga kategori itu, dilansir dari theguardian.com, orang dengan pengidap diabetes dan penyakit jantung juga rentan terinfeksi COVID-19. Berikut kutipan pemberitaan yang sudah diterjemahkan:
[…] Penderita diabetes atau penyakit jantung diketahui lebih berisiko terkena coronavirus, yang mulai menyebar dengan cepat di Inggris dan internasional. Itu adalah keprihatinan bagi 7,4 juta warga Inggris yang memiliki beberapa bentuk penyakit jantung atau peredaran darah, yang mencakup 4,8 juta orang dengan diabetes.
Faktor risiko yang umum adalah paru-paru, karena dengan kedua jenis pasien itu adalah organ yang cenderung rusak oleh coronavirus. Kesehatan mendasar mereka yang buruk berarti mereka berada dalam bahaya yang lebih besar menderita kerusakan medis serius dari Covid-19 daripada orang-orang dengan kesehatan yang baik.
Jon Cohen, profesor emeritus penyakit menular di sekolah kedokteran Brighton dan Sussex, mengatakan: “Virus corona menyebabkan infeksi paru-paru - pneumonia. Ketika paru-paru mendapat infeksi - segala jenis pneumonia, bukan hanya coronavirus - udara mengisi dengan cairan yang disebabkan oleh peradangan. Jadi tubuh harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan oksigen ke dalam darah.
"Jantung dan paru-paru bekerja sebagai 'tim' yang terintegrasi erat, jadi ketika ada pneumonia, jantung harus bekerja lebih keras, dan jelas jika ada penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya yang membuat tekanan ekstra pada jantung."
Laporan awal dari wabah yang dimulai di China menyarankan 40% orang yang cukup sakit untuk dirawat di rumah sakit karena coronavirus memiliki penyakit kardiovaskular atau penyakit serebrovaskular - yang mempengaruhi aliran darah di otak mereka - seperti stroke.
"Statistik itu tidak berarti orang dengan penyakit jantung lebih mungkin untuk tertular virus corona," kata Orly Vardeny, seorang profesor kedokteran di Sistem Perawatan Kesehatan Minneapolis VA dan University of Minnesota. "Itu hanya berarti bahwa orang-orang itu lebih cenderung mengalami komplikasi begitu mereka mendapatkannya."
Orang-orang yang memiliki penumpukan lemak atau plak di arteri mereka dapat berisiko mengalami serangan jantung karena penyakit virus yang mirip dengan Covid-19 dapat mengacaukan plak-plak ini, yang kemudian dapat memblokir arteri yang menuju ke jantung, menurut Vardeny.
Penderita diabetes, dengan tipe 1 atau tipe 2, beresiko menderita Covid-19 karena alasan yang sama.
“Pasien dengan diabetes sering mengalami komplikasi yang melibatkan jantung, tetapi juga ginjal, dan dengan cara yang sama ketegangan tambahan pada tubuh dari infeksi dapat menyebabkan masalah sekunder pada organ-organ tersebut. Selain itu, kita tahu bahwa sistem kekebalan tubuh penderita diabetes tidak sebagus melawan infeksi seperti non-penderita diabetes, ”tambah Cohen.
“Coronavirus dapat menyebabkan gejala dan komplikasi yang lebih parah pada diabetisi. Jika Anda menderita diabetes dan memiliki gejala seperti batuk, suhu tinggi, dan napas pendek, Anda perlu memantau gula darah dengan cermat dan menghubungi NHS 111, ”kata Dan Howarth, kepala perawatan di Diabetes UK. […]
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka klaim bahwa orang dengan golongan darah O rentan terinfeksi COVID-19 tidak benar. Berdasarkan hal tersebut, maka konten informasi yang menyatakan orang dengan golongan darah O rentan terinfeksi COVID-19 masuk ke dalam kategori Fabricated Content atau Konten Palsu.
Rujukan
- https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1127605977571936/
- https://turnbackhoax.id/2020/03/05/salah-orang-yang-bergolongan-darah-o-lebih-rentan-terinfeksi-virus-corona/
- https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4193810/cek-fakta-hoaks-golongan-darah-o-rentan-terjangkit-virus-corona
- https://www.liputan6.com/health/read/4192859/kelompok-orang-yang-paling-rentan-tertular-covid-19
- https://www.theguardian.com/world/2020/mar/04/why-are-some-people-at-greater-risk-from-coronavirus
(GFD-2020-3631) [SALAH] Virus Corona Mati dalam Suhu 26-27 Derajat dan Saat Terkena Sinar Matahari
Sumber: whatsapp.comTanggal publish: 04/03/2020
Berita
Beredar pesan berantai melalui Whatsapp yang menyebutkan bahwa virus Corona dapat terbunuh dalam suhu 26-27 derajat. Selain itu, pada narasi disebutkan bahwa virus tersebut akan hilang sepenuhnya saat terkena sinar matahari. Berikut kutipan narasinya:
“Teman sekelas keponakan laki-laki , lulus dengan gelar master, dan bekerja di Rumah Sakit Shenzen. Dia dipindahkan ke Wuhan untuk mempelajari virus pneumonia baru. Dia baru saja menelepon dan meminta saya untuk memberi tahu semua kerabat dan teman saya bahwa jika pilek dan dahak selama pilek, tidak dapat disimpulkan bahwa itu adalah pneumonia coronavirus tipe baru. Karena coronavirus pneumonia adalah batuk kering tanpa pilek, ini adalah cara paling sederhana untuk mengidentifikasinya. Dia juga menginformasikan bahwa tipe baru virus pneumonia koroner tidak tahan panas dan akan terbunuh dalam suhu 26-27 derajat. Karena itu, minumlah air panas untuk mencegah virus. Olahraga, Anda tidak akan terinfeksi virus. Jika Anda demam tinggi, tutupi selimut dan minumlah sup jahe untuk menambah energi panas tubuh tanpa perlu vaksin. Makan lebih banyak jahe, merica bawang putih, dan merica bisa menyelesaikannya,kurangi makan yg manis, asam, dan asin, dan jangan pergi ke daerah cuaca dingin. Virus akan hilang sepenuhnya saat terkena sinar matahari.”
Ada juga yang diklaim berasal dari UNICEF sebagai berikut;
Unicef
* Buletin dari UNICEF *
Virus corona berukuran besar, karena diameter sel 400 hingga 500, jadi setiap masker yang mencegah pemasukannya tidak harus digunakan oleh apoteker untuk moncong.
Virus tidak mengendap di udara tetapi di tanah, sehingga tidak menular melalui udara.
ور Coronavirus ketika jatuh di permukaan logam, itu akan hidup 12 jam, jadi mencuci tangan dengan sabun dan air cukup baik.
Saat coronavirus jatuh pada kain, tetap sembilan jam, jadi mencuci pakaian atau memaparkannya di bawah sinar matahari selama dua jam sudah cukup untuk tujuan membunuh mereka.
Virus ini hidup di tangan hanya selama 10 menit, sehingga menempatkan alat sterilisasi alkohol di saku akan memenuhi tujuan pencegahan.
Jika virus terpapar pada suhu 26 atau 27, virus itu akan dibunuh, sehingga tidak hidup di daerah yang panas, seperti halnya meminum air panas dan paparan sinar matahari memenuhi tujuannya.
Dan jauhi es krim dan makan cepat
Berkumurlah dengan air hangat dan garam atau
Betadine sakit tenggorokan
Ini membunuh spora amandel dan mencegahnya bocor ke paru-paru
Selain banyak minum air putih.
Ketaatan terhadap instruksi ini memenuhi tujuan mencegah virus dan cukup untuk mendramatisasi media sosial dan rumor yang mengelilinginya
UNICEF IQ HOME
"Benarkah cuaca panas bisa mematikan virus corona?"
"Virus corona bertahan di udara, melayang-layang sampai 8 jam sesudah keluar dari tubuh penderita saat bersin atau batuk, tidak lagi butuh medium cairan utk bertahan. Di ruangan tertutup dan ber-AC lebih lama lagi"
Sinar ultraviolet dapat membunuh cofid 19
“Teman sekelas keponakan laki-laki , lulus dengan gelar master, dan bekerja di Rumah Sakit Shenzen. Dia dipindahkan ke Wuhan untuk mempelajari virus pneumonia baru. Dia baru saja menelepon dan meminta saya untuk memberi tahu semua kerabat dan teman saya bahwa jika pilek dan dahak selama pilek, tidak dapat disimpulkan bahwa itu adalah pneumonia coronavirus tipe baru. Karena coronavirus pneumonia adalah batuk kering tanpa pilek, ini adalah cara paling sederhana untuk mengidentifikasinya. Dia juga menginformasikan bahwa tipe baru virus pneumonia koroner tidak tahan panas dan akan terbunuh dalam suhu 26-27 derajat. Karena itu, minumlah air panas untuk mencegah virus. Olahraga, Anda tidak akan terinfeksi virus. Jika Anda demam tinggi, tutupi selimut dan minumlah sup jahe untuk menambah energi panas tubuh tanpa perlu vaksin. Makan lebih banyak jahe, merica bawang putih, dan merica bisa menyelesaikannya,kurangi makan yg manis, asam, dan asin, dan jangan pergi ke daerah cuaca dingin. Virus akan hilang sepenuhnya saat terkena sinar matahari.”
Ada juga yang diklaim berasal dari UNICEF sebagai berikut;
Unicef
* Buletin dari UNICEF *
Virus corona berukuran besar, karena diameter sel 400 hingga 500, jadi setiap masker yang mencegah pemasukannya tidak harus digunakan oleh apoteker untuk moncong.
Virus tidak mengendap di udara tetapi di tanah, sehingga tidak menular melalui udara.
ور Coronavirus ketika jatuh di permukaan logam, itu akan hidup 12 jam, jadi mencuci tangan dengan sabun dan air cukup baik.
Saat coronavirus jatuh pada kain, tetap sembilan jam, jadi mencuci pakaian atau memaparkannya di bawah sinar matahari selama dua jam sudah cukup untuk tujuan membunuh mereka.
Virus ini hidup di tangan hanya selama 10 menit, sehingga menempatkan alat sterilisasi alkohol di saku akan memenuhi tujuan pencegahan.
Jika virus terpapar pada suhu 26 atau 27, virus itu akan dibunuh, sehingga tidak hidup di daerah yang panas, seperti halnya meminum air panas dan paparan sinar matahari memenuhi tujuannya.
Dan jauhi es krim dan makan cepat
Berkumurlah dengan air hangat dan garam atau
Betadine sakit tenggorokan
Ini membunuh spora amandel dan mencegahnya bocor ke paru-paru
Selain banyak minum air putih.
Ketaatan terhadap instruksi ini memenuhi tujuan mencegah virus dan cukup untuk mendramatisasi media sosial dan rumor yang mengelilinginya
UNICEF IQ HOME
"Benarkah cuaca panas bisa mematikan virus corona?"
"Virus corona bertahan di udara, melayang-layang sampai 8 jam sesudah keluar dari tubuh penderita saat bersin atau batuk, tidak lagi butuh medium cairan utk bertahan. Di ruangan tertutup dan ber-AC lebih lama lagi"
Sinar ultraviolet dapat membunuh cofid 19
Hasil Cek Fakta
Melalui hasil penelusuran, diketahui bahwa klaim tersebut belum teruji secara ilmiah. Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Herawati Sudoyo, pada 1 Maret 2020 mengatakan bahwa belum ada penelitian ihwal kaitan hidup matinya virus Corona dengan suhu udara.
"Sampai sekarang belum ada penelitian mengenai peran dari suhu terhadap mati atau hidupnya Coronavirus," kata Herawati.
Herawati menjelaskan bahwa virus Corona memang akan mati jika dipanasi dengan suhu 56 derajat Celcius selama 30 menit. Namun, dia mengingatkan, suhu di Indonesia tak mencapai 56 derajat.
Merujuk laporan cuaca dari Google Weather, suhu di Jakarta hari ini 29 derajat Celcius. Kategori panas ekstrem pernah terjadi pada Oktober 2019 yakni 37-39 derajat Celcius.
"Jadi itu sangat spekulatif kalau dibilang temperatur akan mengurangi (potensi terjangkit Corona)," ujar Herawati.
Selain itu, pada 8 Februari 2020, China Daily membantah isu bahwa sinar matahari bisa membunuh virus Corona Covid-19. Suhu iradiasi matahari tidak bisa mencapai 56 derajat Celcius. Sinar ultraviolet pun tidak dapat menyamai intensitas dari lampu ultraviolet. Karena itu, virus tersebut tidak dapat dibunuh oleh sinar matahari.
"Sampai sekarang belum ada penelitian mengenai peran dari suhu terhadap mati atau hidupnya Coronavirus," kata Herawati.
Herawati menjelaskan bahwa virus Corona memang akan mati jika dipanasi dengan suhu 56 derajat Celcius selama 30 menit. Namun, dia mengingatkan, suhu di Indonesia tak mencapai 56 derajat.
Merujuk laporan cuaca dari Google Weather, suhu di Jakarta hari ini 29 derajat Celcius. Kategori panas ekstrem pernah terjadi pada Oktober 2019 yakni 37-39 derajat Celcius.
"Jadi itu sangat spekulatif kalau dibilang temperatur akan mengurangi (potensi terjangkit Corona)," ujar Herawati.
Selain itu, pada 8 Februari 2020, China Daily membantah isu bahwa sinar matahari bisa membunuh virus Corona Covid-19. Suhu iradiasi matahari tidak bisa mencapai 56 derajat Celcius. Sinar ultraviolet pun tidak dapat menyamai intensitas dari lampu ultraviolet. Karena itu, virus tersebut tidak dapat dibunuh oleh sinar matahari.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka klaim virus Corona akan mati pada suhu 26-27 derajat Celcius dan saat terkena sinar matahari belum ada hasil penelitian ilmiahnya. Dengan demikian, konten pesan berantai itu masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.
Rujukan
- https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1126837814315419/
- https://turnbackhoax.id/2020/03/04/salah-virus-corona-mati-dalam-suhu-26-27-derajat-dan-saat-terkena-sinar-matahari/
- https://cekfakta.tempo.co/fakta/650/fakta-atau-hoaks-benarkah-virus-corona-mati-dalam-suhu-26-27-derajat-dan-saat-terkena-sinar-matahari
- https://www.suara.com/news/2020/03/03/202532/cek-fakta-benarkah-virus-corona-bisa-mati-terkena-sinar-matahari
- https://nasional.tempo.co/read/1314134/peneliti-eijkman-jawab-debat-soal-virus-corona-vs-panas/full&view=ok
- https://www.chinadaily.com.cn/a/202002/08/WS5e3eb7aea31012821727601d.html
(GFD-2020-3630) [SALAH] Tisu Basah Bisa Jadi Alternatif Menyiasati Kelangkaan Masker
Sumber: instagram.comTanggal publish: 04/03/2020
Berita
Beredar postingan video yang memperlihatkan penggunaan tisu basah sebagai bahan pengganti masker. Dalam narasi disebutkan, video tersebut bisa menjadi alternatif menyiasati kelangkaan masker terkait virus Corona.
Hasil Cek Fakta
Melalui hasil penelusuran, diketahui bahwa penggunaan tisu basah menjadi peranti pengganti masker merupakan hal yang keliru dan tidak dianjurkan. Kepala Bagian Pelayanan Masyarakat Biro Komunikasi Kemenkes RI Busroni, menjelaskan bahwa penggunaan tisu basah justru akan mempermudah partikel-partikel di udara menempel pada bagian kulit yang dengan tidak sengaja bisa terhirup.
“Tisu basah didesain bukan untuk masker, tapi didesain untuk membasahi bagian tubuh yang rentan terkontaminasi. Itu kan ada alkoholnya, lengket terhadap partikel-partikel yang berterbangan di udara, malah bisa terhirup sama kita. Dianjurkan menggunakan masker bedah biasa,” jelas Busroni.
Senada dengan Busroni, Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Achmad Yurianto, pun angkat bicara. Ia mengatakan, Tisu basah dianggap kurang efektif untuk dijadikan masker karena malah akan membuat debu nempel semua di lapisan tisunya. "Tisu basah kena debu malah nempel semua debunya di tisu, kan itu basah luar dalam," terangnya.
Yuri menegaskan, kalau memang masyarakat sekadar membutuhkan benda yang bisa menutupi debu, tisu basah memang bisa, tapi bukan digunakan untuk jadi masker. "Kalau sekadar bisa, ya, memang bisa. Kertas juga bisa," tandas Yuri.
Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Indriati Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Chrisrianto Edy Nugroho juga memberikan pandangannya. Ia menyatakan bahwa tisu basah tidak direkomendasikan untuk menjadi barang subtitusi dari masker.
“Untuk tisu basah (dijadikan masker) belum ada penelitiannya, jadi tidak direkomendasikan,” ujarnya.
Chrisrianto menyebut yang direkomendasikan adalah masker yang sesuai dengan standar kesehatan.
"Yang direkomendasikan hanya masker bedah dan masker N95," ujarnya.
Chrisrianto juga mengungkapkan penggunaan masker harus diperhatikan dengan benar. Hal ini untuk memaksimalkan fungsi masker sebagai penyaring udara. "Masker bedah pemakaiannya yang benar, yang berwarna hijau atau biru posisinya di luar, yang putih di dalam," ujarnya.
Lipatan masker juga harus diperhatikan. "Lipatan luar mengarah ke bawah," ungkapnya.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh dr Erni Juwita SpPD, Ahli Penyakit Tropik dan Infeksi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Ia secara tegas menjawab bahwa masker dari tisu basah tersebut adalah cara yang tidak benar untuk dilakukan. “Tisu basah? Kotor dong, logikanya ya konteksnya kan itu basah maka akan mudah menyerap apapun. Termasuk debu dan kotoran," katanya.
Gunakan tisu basah sesuai fungsinya, sebagai tisu untuk bersihkan tangan atau benda-benda lain. "Enggak bener itu (kalau bisa jadi masker),” seru dr.Erni,
Dokter Erni lebih lanjut menjelaskan, tisu basah yang sudah dalam keadaan basa, malah akan tambah meningkatkan risiko iritasi saat diberi hand sanitizer, yang mengandung kandungan alkohol.
“Lebih basah ya lebih nempel, hati-hati loh ini basah. Alkohol itu kan menguap, digunakan tidak tepat bikin kuman nempel. Menghirup alkohol kan berbahaya, bisa iritasi di hidung nanti,” tambahnya.
“Tisu basah didesain bukan untuk masker, tapi didesain untuk membasahi bagian tubuh yang rentan terkontaminasi. Itu kan ada alkoholnya, lengket terhadap partikel-partikel yang berterbangan di udara, malah bisa terhirup sama kita. Dianjurkan menggunakan masker bedah biasa,” jelas Busroni.
Senada dengan Busroni, Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Achmad Yurianto, pun angkat bicara. Ia mengatakan, Tisu basah dianggap kurang efektif untuk dijadikan masker karena malah akan membuat debu nempel semua di lapisan tisunya. "Tisu basah kena debu malah nempel semua debunya di tisu, kan itu basah luar dalam," terangnya.
Yuri menegaskan, kalau memang masyarakat sekadar membutuhkan benda yang bisa menutupi debu, tisu basah memang bisa, tapi bukan digunakan untuk jadi masker. "Kalau sekadar bisa, ya, memang bisa. Kertas juga bisa," tandas Yuri.
Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Indriati Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Chrisrianto Edy Nugroho juga memberikan pandangannya. Ia menyatakan bahwa tisu basah tidak direkomendasikan untuk menjadi barang subtitusi dari masker.
“Untuk tisu basah (dijadikan masker) belum ada penelitiannya, jadi tidak direkomendasikan,” ujarnya.
Chrisrianto menyebut yang direkomendasikan adalah masker yang sesuai dengan standar kesehatan.
"Yang direkomendasikan hanya masker bedah dan masker N95," ujarnya.
Chrisrianto juga mengungkapkan penggunaan masker harus diperhatikan dengan benar. Hal ini untuk memaksimalkan fungsi masker sebagai penyaring udara. "Masker bedah pemakaiannya yang benar, yang berwarna hijau atau biru posisinya di luar, yang putih di dalam," ujarnya.
Lipatan masker juga harus diperhatikan. "Lipatan luar mengarah ke bawah," ungkapnya.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh dr Erni Juwita SpPD, Ahli Penyakit Tropik dan Infeksi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Ia secara tegas menjawab bahwa masker dari tisu basah tersebut adalah cara yang tidak benar untuk dilakukan. “Tisu basah? Kotor dong, logikanya ya konteksnya kan itu basah maka akan mudah menyerap apapun. Termasuk debu dan kotoran," katanya.
Gunakan tisu basah sesuai fungsinya, sebagai tisu untuk bersihkan tangan atau benda-benda lain. "Enggak bener itu (kalau bisa jadi masker),” seru dr.Erni,
Dokter Erni lebih lanjut menjelaskan, tisu basah yang sudah dalam keadaan basa, malah akan tambah meningkatkan risiko iritasi saat diberi hand sanitizer, yang mengandung kandungan alkohol.
“Lebih basah ya lebih nempel, hati-hati loh ini basah. Alkohol itu kan menguap, digunakan tidak tepat bikin kuman nempel. Menghirup alkohol kan berbahaya, bisa iritasi di hidung nanti,” tambahnya.
Kesimpulan
Berdasarkan hal tersebut, maka konten tersebut dapat dikatakan menyesatkan. Oleh sebab itu, konten tersebut masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan.
Rujukan
- https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1126830347649499/
- https://turnbackhoax.id/2020/03/04/salah-tisu-basah-bisa-jadi-alternatif-menyiasati-kelangkaan-masker/
- https://www.medcom.id/telusur/cek-fakta/0kp07ALk-cek-fakta-benarkah-tisu-basah-dapat-mengganti-fungsi-masker-ini-faktanya
- https://lifestyle.okezone.com/read/2020/03/03/481/2177551/ramai-tisu-basah-jadi-masker-begini-kata-kemenkes
- https://fame.grid.id/read/462047204/berita-virus-corona-terbaru-viral-tisu-basah-gantikan-masker-untuk-cegah-virus-corona-ternyata-ini-dampaknya-menurut-dokter-spesialis-paru?page=all
- https://lifestyle.okezone.com/read/2020/03/02/481/2177126/viral-masker-diy-dari-tisu-basah-dokter-ungkap-bahaya-di-baliknya?page=3
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4923671/viral-turorial-bikin-masker-dari-tisu-basah-kemenkes-angkat-bicara
(GFD-2020-3629) [SALAH] Foto Muslim New Delhi Yang Dibantai Akibat UU Kewarganegaraan India
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 03/03/2020
Berita
BUKAN korban pembantaian. Foto gerakan protes mengenakan kain kafan, oleh para penentang UU Kewarganegaraan India di Aurangabad.
=====
NARASI:
Innaalilaahi wa’inaailaihi rooji’uun …????
Akibat Pengesahan Undang² anti Muslim di India,
saudara² muslim kita di Mesjid di Delhi dibantai oleh ekstrimis Hindu, disiram air keras, diperkosa, Al Qur’an serta Mesjidnya dibakar, HAM dimana…?? Ketika Muslim terbunuh semua diam, Muslim yang paling banyak diteror tapi label terörist diberikan kepada Muslim..!!
Allahul Musta’an ????
=====
NARASI:
Innaalilaahi wa’inaailaihi rooji’uun …????
Akibat Pengesahan Undang² anti Muslim di India,
saudara² muslim kita di Mesjid di Delhi dibantai oleh ekstrimis Hindu, disiram air keras, diperkosa, Al Qur’an serta Mesjidnya dibakar, HAM dimana…?? Ketika Muslim terbunuh semua diam, Muslim yang paling banyak diteror tapi label terörist diberikan kepada Muslim..!!
Allahul Musta’an ????
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN: Akun Facebook @ItaMuraya membagikan dua buah foto yang menunjukkan sejumlah pria tengah terbaring dan diblut dengan kain kafan. Foto tersebut diunggah oleh akun @ItaMuraya sejak Kamis, 27 Februari 2020 dan telah dibagikan sebanyak 802 pengguna Facebook lainnya.
Unggahan @ItaMuraya sendiri beredar di tengah meletusnya bentrokan antara kelompok pro dan kontra terkait dengan pemberlakuan amandemen Citizenship Amendment Act (CAA) atau Undang-Undang Kewarganegaraan India oleh pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi pada 12 Desember 2019 lalu.
Berdasarkan dari hasil penelusuran yang dilakukan, melalui Google Reverse Image, dua foto serupa berhasil ditemukan namun dengan narasi yang berbeda. Salah satu akun yang mnegunggah foto serupa adalah akun milik seorang politikus Peace Party India @MohammadIrfan. Akun @MohammadIrfan membagikan foto tersebut pada 24 Februari 2020. Dengan narasi berbahasa Hindi yang apabila diterjemahkan kedalam bahas Indonesia yang berarti “Gerakan unik dengan masuk ke dalam kain kafan di Aurangabad”.
Narasi yang diberikan oleh akun @MohammadIrfan sendiri dilengkapi dengan tagar #Reject_CAA_NRC_NPR, adalah tagar popular yang digunakan oleh kelompok yang menentang UU Kewarganegaraan India. Narasi serupa juga dibagikan oleh akun Twitter, salah satunya adalah akun @tabishkhanss. Dalam unggahannya akun @tabishkhanss juga memberikan narasi yang sama yakni “Gerakan unuk dengan mengenakan kafan di Aurangabad” beserta tagar #Reject_CAA_NRC_NPR.
Aurangabad sendiri merupakan sebuah kota di India yang terletak di sisi barat tepatnya di negara bagian Maharashtra. Sejak Desember 2019, warga Aurangabad sendiri kerap melakukan protes terhadap UU Kewarganegaraan India. Melansir dari Indiatimes.com, Gerakan tersebut dipelopori oleh India Majlis E Ittehadul Muslimeen (MIM) yang menolak UU Kewarganegaraan India karena dianggap mendiskirminasi kaum muslim.
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan fakta yang dilakukan, unggahan akun Facebook @ItaMuraya mengarah kepada narasi yang menyesatkan atau mengacu kepada Missleading Content. Pasalnya kedua foto tersebut bukanlah foto kaum muslim di New Delhi yang menjadi korban pembantaian oleh ekstremis Hindu, melainkan foto gerakan protes dengan mengenakan kain kafan oleh para penentang UU Kewarganegaraan India di Aurangabad pada 24 Februari 2020.
===
Unggahan @ItaMuraya sendiri beredar di tengah meletusnya bentrokan antara kelompok pro dan kontra terkait dengan pemberlakuan amandemen Citizenship Amendment Act (CAA) atau Undang-Undang Kewarganegaraan India oleh pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi pada 12 Desember 2019 lalu.
Berdasarkan dari hasil penelusuran yang dilakukan, melalui Google Reverse Image, dua foto serupa berhasil ditemukan namun dengan narasi yang berbeda. Salah satu akun yang mnegunggah foto serupa adalah akun milik seorang politikus Peace Party India @MohammadIrfan. Akun @MohammadIrfan membagikan foto tersebut pada 24 Februari 2020. Dengan narasi berbahasa Hindi yang apabila diterjemahkan kedalam bahas Indonesia yang berarti “Gerakan unik dengan masuk ke dalam kain kafan di Aurangabad”.
Narasi yang diberikan oleh akun @MohammadIrfan sendiri dilengkapi dengan tagar #Reject_CAA_NRC_NPR, adalah tagar popular yang digunakan oleh kelompok yang menentang UU Kewarganegaraan India. Narasi serupa juga dibagikan oleh akun Twitter, salah satunya adalah akun @tabishkhanss. Dalam unggahannya akun @tabishkhanss juga memberikan narasi yang sama yakni “Gerakan unuk dengan mengenakan kafan di Aurangabad” beserta tagar #Reject_CAA_NRC_NPR.
Aurangabad sendiri merupakan sebuah kota di India yang terletak di sisi barat tepatnya di negara bagian Maharashtra. Sejak Desember 2019, warga Aurangabad sendiri kerap melakukan protes terhadap UU Kewarganegaraan India. Melansir dari Indiatimes.com, Gerakan tersebut dipelopori oleh India Majlis E Ittehadul Muslimeen (MIM) yang menolak UU Kewarganegaraan India karena dianggap mendiskirminasi kaum muslim.
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan fakta yang dilakukan, unggahan akun Facebook @ItaMuraya mengarah kepada narasi yang menyesatkan atau mengacu kepada Missleading Content. Pasalnya kedua foto tersebut bukanlah foto kaum muslim di New Delhi yang menjadi korban pembantaian oleh ekstremis Hindu, melainkan foto gerakan protes dengan mengenakan kain kafan oleh para penentang UU Kewarganegaraan India di Aurangabad pada 24 Februari 2020.
===
Rujukan
Halaman: 5711/6097