• (GFD-2020-4606) [SALAH] Surat Edaran Penolakan Rapid Test Majelis Ulama Indonesia

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 11/08/2020

    Berita

    Akun Facebook bernama Hendar Dare mengunggah status pada tanggal 10/8/2020 berupa gambar yang menampilkan surat edaran dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam surat tersebut disebutkan MUI melakukan seruan untuk waspada terhadap rapid test karena itu merupakan strategi dari PKI untuk menghabisi tokoh agama Islam.

    Hasil Cek Fakta

    Dari hasil penelusuran, surat edaran tersebut palsu. Surat ‘seruan siaga 1’ dari MUI telah beredar sebelumnya pada bulan Mei lalu. Melalui artikel berjudul “[SALAH] Surat “Seruan Siaga 1” Majelis Ulama Indonesia” yang tayang pada di turnbackhoax.id pada tanggal 25/5/2020, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tak pernah mengeluarkan seruan yang meminta ulama, kiai, dan ustaz di Indonesia untuk menolak rapid test.

    Dilansir dari Kompas.com, wakil Sekretaris Jenderal Bidang Informasi dan Komunikasi, Amirsyah Tambunan mengatakan seruan itu adalah hoaks. “Itu berita hoaks yang sangat tidak masuk akal,” kata Amirsyah 24/5/2020.

    Dalam pemberitaan Tempo.co, Amirsyah juga mengatakan MUI tak menolak rapid test. "Secara medis kan orang harus di-rapid test untuk mengecek apakah dia terinfeksi atau tidak," kata Amirsyah. Menurut dia, sejumlah ulama MUI di Jawa Barat pun turut menjalani rapid test. Amirsyah meminta masyarakat untuk tak terpengaruh upaya adu domba tersebut. Dia mewanti-wanti agar semua pihak berpikir rasional dalam mengatasi pandemi Covid-19.

    Selain itu, kepala surat, nomor, lampiran, halaman, alamat, tujuan, isi, format margin, pembukaan, penutup, nama dan tanda tangan tidak sesuai dengan struktur surat yang telah ditetapkan dengan Pasal 4 PO MUI tentang Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama Indonesia (PO MUI) edisi Revisi 2018 sebagaimana yang di beritakan oleh mui.or.id.

    Kesimpulan

    Surat edaran tersebut palsu. MUI melalui Wasekjen Bidang Informasi dan Komunikasi MUI mengatakan surat tersebut hoaks dan tidak masuk akal. Selain itu, surat tersebut tidak memenuhi persyaratan surat resmi dari MUI.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4605) [SALAH] Video “BERITA PALING POPULER HARI INI NADIEM MAKARIM MENDIKBUD MNDUR-BERITA TERKINI-NEWS”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 11/08/2020

    Berita

    Akun Facebook Suara Milenial mengunggah video dengan judul “BERITA PALING POPULER HARI INI NADIEM MAKARIM MENDIKBUD MNDUR-BERITA TERKINI-NEWS.” Pada tampilan cuplikan video itu tertulis “GE.GER.KAN PUBLIK! NADIEM (MENDIKBUD) MU.ND.UR!!”

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan penelusuran, diketahui bahwa konten tersebut merupakan pembacaan dari dua artikel. Artikel pertama yang dinarasikan oleh narator dalam video tersebut merupakan artikel opini berjudul “Nadiem Mundurlah!” yang ditulis oleh Djoko Edhi S Abdurrahman yang tayang di teropongsenayan.com pada 30 Oktober 2019. Artikel opini tersebut berisikan opini Djoko Edhi mengenai pengangkatan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

    Artikel kedua yang dinarasikan dalam video tersebut diketahui bersumber dari artikel berjudul “Siswa Miskin Jual Ayam Satu-satunya Demi Beli HP untuk Belajar Online” di suara.com yang tayang pada 10 Agustus 2020. Dalam artikel tersebut tidak ditemukan pernyataan mengenai mundurnya Mendikbud Nadiem. Adapun, artikel itu membahas mengenai siswa SMA bernama Deni Mulyadi yang harus menjual ayam miliknya untuk membeli ponsel agar dapat mengikuti proses belajar secara daring.

    Kesimpulan

    Di dalam video tidak ditemukan pernyataan mundurnya Mendikbud Nadiem Makarim. Isi video hanya pembacaan artikel opini Djoko Edhi S Abdurrahman berjudul “Nadiem Mundurlah!” pada 30 Oktober 2019 dan artikel dari suara.com berjudul “Siswa Miskin Jual Ayam Satu-satunya Demi Beli HP untuk Belajar Online” yang tayang pada 10 Agustus 2020.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4604) [SALAH] Akun Facebook Gubernur Jatim “Khofifah Indar Parawansa”

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 11/08/2020

    Berita

    Beredar sebuah akun Facebook dengan nama “@KhofifahIndarParawansa” yang tidak terverifikasi. Akun tersebut diketahui mengirimkan pesan ke salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Anton Suratto dan mengaku sebagai Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

    Hasil Cek Fakta

    Beredar sebuah akun Facebook dengan nama “@KhofifahIndarParawansa” yang tidak terverifikasi. Akun tersebut diketahui mengirimkan pesan ke salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Anton Suratto dan mengaku sebagai Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Hal tersebut disampaikan Anton melalui akun media sosial Instagram miliknya.

    Berikut kronologi sekaligus klarifikasi yang dituturkan Anton:

    “Sore ini ada Mengaku sebagai Gubernur Jatim Ibu Khofifah Indar Parawansa, namun ada kejanggalan dimana akun ini tidak tau domisili saya sedangkan saya sudah pernah berkomunikasi dengan Ibu Khofifah yang asli sebelumnya, ketika saya bilang bahwa saya sudah mengenal Ibu khofifah yang asli dan percakapan nya saya screenshoot dan kirimkan ke beliau untuk di follow up, akun ini pun langsung menghilang alias sudah di hapus, Hati-hati jika ada pejabat yang meminta untuk ditambahkan sebagai teman di sosial media apalagi kalau sampai minta sesuatu.”

    Mengetahui hal tersebut, Khofifah turut serta angkat bicara. Melalui media sosial resmi miliknya, Khofifah menegaskan bahwa seluruh akun media sosial miliknya baik Instagram, Facebook, dan juga Twitter sudah terverifikasi alias mempunyai centang biru. Di luar dari hal tersebut, Khofifah menyatakan bahwa akun-akun yang mengatasnamakan dirinya adalah palsu.

    “Semua akun medsos saya (FB, IG, dan Twitter) punya badge centang biru. Diluar itu, sudah pasti palsu. Maturnuwun.” Jelas Khofifah.

    Kesimpulan

    Akun yang tidak bercentang biru tersebut adalah palsu. Faktanya, seluruh akun media sosial Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sudah terverifikasi alias mempunyai centang biru.

    Rujukan

  • (GFD-2020-4603) [SALAH] Video Animasi Penyebaran Virus Corona

    Sumber: facebook.com
    Tanggal publish: 11/08/2020

    Berita

    “ANIMASI PENYEBARAN VIRUS CORONA, SEMOGA KITA SEMUA DIJAUHKAN DARI PENYAKIT VIRUS CORONA INI YAA AMIIIN…”

    Hasil Cek Fakta

    Akun facebook bernama Test Psikologi mengunggah sebuah video yang diklaim merupakan animasi penyebaran virus corona atau covid-19.

    Berdasarkan penelusuran, klaim bahwa video animasi itu merupakan persebaran virus corona adalah salah. Faktanya video animasi tersebut merupakan ilustrasi penyebaran virus Ebola. Video itu sendiri di unggah oleh kanal youtube Global Health Media Project pada 26 juni 2015 silam dan sudah ditonton sebanyak 50 juta orang.

    Kisah animasi itu menceritakan seorang gadis muda dimana kakeknya meninggal karena virus ebola. Film ini menampilkan kuman Ebola yang tidak terlihat untuk membantu orang melihat dan memahami bagaimana Ebola menyebar dan cara melindungi diri mereka sendiri. Pesan kritis dijalin melalui cerita sehingga orang-orang lebih memahami Ebola.

    Film ini dimaksudkan untuk membantu memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang lebih baik dan kesadaran yang sangat penting dalam memberantas penyakit ini di Afrika Barat, dan kapan pun dan di mana pun potensi wabah dapat mengancam masyarakat di masa depan.

    Virus ebola sendiri merupakan penyakit parah yang sering kali berakibat fatal pada manusia dan primata lainnya. Virus ini ditularkan ke manusia dari hewan liar, seperti kelelawar buah, landak, dan primata non-manusia.

    Kemudian, menyebar antar-manusia melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, organ dari orang yang terinfeksi, dan benda-benada terinfeksi lain. Masa inkubasinya, yaitu interval waktu dari infeksi virus hingga timbulnya gejala, adalah 2 hingga 21 hari.

    Seseorang yang terinfeksi ebola tidak dapat menyebarkan penyakit sampai mereka mengalami gejala. Gejala ebola di antaranya demam, kelelahan, otot, sakit, sakit kepala, dan sakit tenggorokan.

    Kemudian berlanjut muntah, diare, ruam, gejala gangguan fungsi ginjal dan hati, dan dalam beberapa kasus perdarahan internal dan eksternal, misalnya keluar dari gusi, ada darah di tinja.

    Belum ada pengobatan yang terbukti untuk ebola, tetapi pencegahan sejak dini dapat secara signifikan meningkatkan peluang bertahan hidup. Vaksin ebola eksperimental yang dikenal sebagai rVSV-ZEBOV terbukti sangat protektif terhadap virus mematikan dalam percobaan besar di Guinea pada 2015.

    Vaksin inilah yang saat ini digunakan dalam menangani wabah yang tengah berlangsung di Kongo. Meski terbilang efektif, vaksin ini belum mendapat lisensi atau pengesahan sebagai vaksin virus ebola.

    Kesimpulan

    Bukan animasi penyebaran virus corona. Video tersebut merupakan animasi penyebaran virus ebola yang telah diunggah sejak tahun 2015 lalu, jauh sebelum pancemi covid-19 mewabah di hampir seluruh dunia.

    Rujukan