• (GFD-2025-26398) Tidak Benar Narasi Respon Imun dari Vaksin Sebabkan Keracunan

    Sumber:
    Tanggal publish: 03/04/2025

    Berita

    tirto.id - Media sosial menjadi tempat beropini masyarakat secara bebas, tidak terkecuali terkait isu kesehatan. Hal ini membuat beragam narasi narasi dan teori dari siapapun bisa beredar di internet.

    Tirto menemukan sebuah unggahan di platform X (dulu Twitter) seputar teori kesehatan yang mencurigakan. Unggahan dari akun @blue_berets7 (arsip) pada 12 Maret 2025 lalu, menjabarkan teori yang mengaitkan respon imun dengan reaksi tubuh yang menerima racun.

    “‘Respons imun’ sebenarnya berarti orang tersebut keracunan.

    Carilah asal usul kata "antibody" itu artinya antitoksin.

    ‘Respons imun’ adalah penutup untuk reaksi tubuh terhadap racun,” begitu bunyi cuitan akun tersebut, mengutip seorang lainnya.

    Narasi ini mengaitkan respon imun yang disebut menyebabkan tubuh keracunan tersebut dengan vaksin. Narasi tersebut terdapat dalam gambar dalam unggahan. "Sebuah vaksin 'menyebabkan respons imun yang kuat,' itu berarti peningkatan antibodi, yang berarti Anda diracuni,” begitu bunyi keterangan dalam unggahan gambar dalam unggahan.

    Narasi tersebut memang hanya mendapat sedikit atensi, namun tersebar di berbagai media sosial. Kami menemukan unggahan berikut dari akun Threads @auggy_auggy_ dan di unggahan Facebook "Richard Minick" berikut, yang tersebar beberapa waktu sebelumnya.

    Meski tak banyak mendapat respon dari netizen, narasi soal kesehatan seperti ini dapat menyebabkan dampak kesehatan yang berkepanjangan, sehingga perlu dicek kebenarannya.

    Lalu, benarkah narasi yang mengaitkan respon imun dari vaksin dengan keracunan?

    Hasil Cek Fakta

    Tirto mencoba membedah narasi yang disampaikan di media sosial soal reaksi imun dari vaksin yang menyebabkan keracunan. Mengutip MedlinePlus, respon imun didefinisikan sebagai cara tubuh mengenali dan mempertahankan diri terhadap bakteri, virus, dan zat yang tampak asing dan berbahaya.

    MedlinePlus adalah situs bagian dari layanan National Library of Medicine (NLM), perpustakaan medis terbesar di dunia, yang merupakan bagian dari National Institutes of Health (NIH).

    Berdasar penjelasan lebih lanjut, sistem imun disebut akan melindungi tubuh dari zat yang berbahaya. Paparan dari berbagai zat berbahaya akan memacu sistem imun atau kekebalan tubuh untuk berkembang dan terbentuk. Vaksinasi menjadi salah satu cara memperoleh kekebalan atau imunisasi tanpa perlu mengalami infeksi dari zat berbahaya terlebih dahulu.

    “Vaksinasi (imunisasi) adalah cara untuk memicu respons imun. Dosis kecil antigen, seperti virus hidup yang sudah mati atau dilemahkan atau bagian dari virus, diberikan untuk mengaktifkan "memori" sistem imun (sel B yang diaktifkan dan sel T yang peka). Memori memungkinkan tubuh Anda bereaksi dengan cepat dan efisien terhadap paparan di masa mendatang,” tulis keterangan dari artikel yang telah di-review oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam, David C. Dugdale, MD.

    Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PP Peralmuni), Iris Rengganis juga membantah soal narasi yang beredar di media sosial tersebut. Dia menyebut kalau narasi "respons imun" adalah penutup untuk reaksi tubuh terhadap racun tidaklah tepat.

    “Tidak benar, vaksin tidak bikin keracunan,” jawabnya kepada Tirto, Rabu (26/3/2025) lewat pesan singkat. Proses pemberian vaksin adalah dengan memasukan penyebab penyakit yang telah dilemahkan, untuk merangsang sistem kekebalan tubuh.

    Sementara itu Dokter Romsyah Maryam, peneliti di Pusat Riset Veteriner Organisasi Riset Kesehatan, di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menjelaskan terdapat sistem imun yang adaptif yang menghasilkan antibodi.

    "Antibodi sendiri adalah antinya dari antigen. Apabila ada antigen masuk, otomatis membentuk sistem kekebalan. Antibodi ini merupakan respon imun yang adaptif, contohnya saat pemberian vaksin. Antibodi merupakan immunoglobulin (Ig) sebagai protein berukuran besar yang dapat memberikan respon imun, akan bergerak menetralkan atau mencegah patogen, atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh,” terangnya.

    Antigen sendiri adalah zat yang ada permukaan sel, virus, jamur, atau bakteri. Sistem imun bekerja untuk mengenali dan menghancurkan zat yang mengandung antigen ini.

    Terkait narasi vaksin berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan juga mendapat bantahan dari Pan American Health Organization (PAHO).

    “Meskipun bahan-bahan dalam label vaksin mungkin tampak menakutkan (misalnya merkuri, aluminium, dan formaldehida), bahan-bahan tersebut biasanya ditemukan secara alami dalam tubuh, makanan yang kita makan, dan lingkungan sekitar kita - misalnya, dalam ikan tuna. Jumlahnya dalam vaksin sangat kecil dan tidak akan ‘meracuni’ atau membahayakan tubuh,” tulis informasi dari halaman 'Membongkar Mitos Imunisasi'.

    Organisasi ini juga menyebut, vaksin yang diedarkan telah melalui tahap uji coba ilmiah yang ketat dan panjang serta proses sertifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan regulasi negara untuk memastikan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.

    Kesimpulan

    Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan narasi respon imun dari vaksin yang menyebabkan keracunan bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

    Sejumlah ahli kesehatan menjelaskan kalau respon imun dari vaksin bekerja dengan melawan zat berbahaya dalam tubuh. Vaksin memicu respon imun untuk membentuk sistem kekebalan tubuh. Cara kerja vaksin sendiri memasukkan dosis kecil virus yang sudah mati sehingga tidak dapat menyebabkan keracunan.

    Vaksin yang diedarkan juga telah melalui tahap uji coba ilmiah yang ketat dan panjang serta proses sertifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan regulasi negara untuk memastikan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26397) Keliru: Narasi soal Kerusuhan Mei 1998 Tidak Spesifik Menyerang Keturunan Tionghoa

    Sumber:
    Tanggal publish: 03/04/2025

    Berita

    Sebuah narasi beredar di Threads [arsip] yang menyatakan bahwa kerusuhan Mei 1998 di Indonesia tidak spesifik menyasar etnis Tionghoa. Dikatakan korban kekerasan saat itu 99 persen pribumi.

    Konten tersebut menyebut tidak ada hasil pemeriksaan forensik yang mendukung klaim banyak dari etnis Tionghoa yang menjadi korban di masa itu. Berikut narasi selengkapnya: “Kerusuhan Mei 1998 korban utamanya adalah 99% pribumi. Tidak ada korban spesifik etnis Tionghoa yg dapat ditelusuri otentisitas forensiknya. Jika ada pihak terus menerus framing menghubungkan rusuh Mei 98 sbg kekuatan rekayasa yg dikatakan untuk menargetkan (anti) etnis tertentu…”



    Namun, benarkah narasi yang mengatakan penyerangan dalam kerusuhan Mei 1998 tidak spesifik menyasar etnis Tionghoa?

    Hasil Cek Fakta

    Berdasarkan informasi terkonfirmasi yang didapatkan dari sumber terbuka di internet, terbukti bahwa korban-korban kerusuhan Mei 1998 banyak yang dari etnis Tionghoa. Mereka mengalami pemerkosaan, kekerasan, pembunuhan, serta pencurian dan perusakan harta benda.

    Berikut sumber-sumber informasinya:

    Pada Juli 1998, pemerintah yang saat itu dipimpin Presiden BJ Habibie, membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) pada Juli 1998 untuk menyelidiki kerusuhan Mei.

    Tim itu kemudian menghasilkan sekitar 100 lembar laporan berjudul “Temuan Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998,” yang dicetak dan diterbitkan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) pada November 1999. 

    Laporan TGPF menyatakan kerusuhan yang terjadi 13-15 Mei 1998 merupakan dampak dinamika sosial dan politik di periode sebelumnya. Pola kemunculan kerusuhan bervariasi mulai dari yang bersifat spontan, lokal, sporadis, hingga yang terencana dan terorganisir.

    Tim itu mendefinisikan korban kerusuhan Mei 1998 sebagai orang-orang yang telah menderita secara fisik dan psikis karena kerugian fisik/material seperti rumah atau tempat usaha dirusak atau dibakar dan hartanya dijarah. Sejumlah korban meninggal dunia saat terjadinya kerusuhan karena berbagai sebab terbakar, tertembak, teraniaya dan lain-lain. Ada pula yang kehilangan pekerjaan, penganiayaan, penculikan dan kekerasan seksual.

    Korban yang menderita kerugian material seperti penjarahan dan perusakan, paling banyak berasal dari etnis Cina. Sedangkan Korban kehilangan pekerjaan dari masyarakat biasa. Korban meninggal versi tim relawan mencapai 1.190 orang, sementara versi Polda dan Kodam Jakarta sekitar 600 orang.

    Jumlah korban perkosaan di Jakarta dan sekitarnya, Medan, serta Surabaya adalah 52 orang. Namun jumlah itu belum mencakup semua korban yang belum terdata. Pola perkosaan yang mencolok dan beberapa kali terjadi adalah pelaku melakukan secara berkelompok dan bergantian pada satu korban (gang rape).

    “Meskipun korban kekerasan tidak semuanya berasal dari etnis Cina, namun sebagian besar kasus kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998 lalu diderita oleh perempuan etnis Cina. Korban kekerasan seksual ini pun bersifat lintas kelas sosial,” tulis laporan itu.

    Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) mempublikasikan data bahwa pada tanggal 6 Mei 1998, kerusuhan di Medan, Sumatera Barat, meluas disertai sentimen rasial yang menyasar keturunan Tionghoa. Hal itu menyebabkan warga keturunan Tionghoa pergi menyelamatkan diri ke hotel-hotel di kawasan Danau Toba yang dijaga ketat oleh petugas keamanan.

    Awal Mula Kerusuhan 1998

    Dilansir Tempo, kerusuhan Mei 1998 didahului demonstrasi mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta Barat, yang menuntut diberlakukannya reformasi di tengah keresahan dan rasa frustasi masyarakat menghadapi krisis moneter 1997-1998. 

    Aksi demonstrasi yang awalnya damai itu berubah menjadi aksi kekerasan fisik di mana empat mahasiswa meninggal dunia karena tertembak atau ditembak. Hal itu meningkatkan kemarahan masyarakat pada Orde Baru yang kemudian menggelar aksi demonstrasi di berbagai daerah.

    Kerusuhan pada tanggal 14 Mei 1998 mulai menyasar warga etnis Tionghoa. Toko-toko mereka dijarah, dirusak, dibakar, bahkan penghuninya turut tewas terbakar. Perempuan-perempuan Tionghoa diserang secara fisik dan seksual. Saat itu juga, beredar narasi bohong yang menyatakan etnis Tionghoa-lah penyebab krisis moneter yang diderita rakyat.

    Satu dekade setelah kerusuhan 1998

    Setelah 10 tahun berlalu, pada tahun 2008 Komnas Perempuan membentuk Tim Pelapor Khusus untuk mendokumentasikan pernyataan dari para korban perkosaan dalam kerusuhan Mei 1998 yang bersedia menceritakan kembali pengalaman pahit mereka, keluarga, dan para pendamping korban.

    Para korban, keluarga, bahkan tenaga kesehatan yang merawat mereka, mendapat ancaman dan dipaksa untuk tidak membahas kekerasan yang mereka alami di depan publik. Hal itu menyebabkan mereka memutuskan terus bungkam. 

    Di sisi lain, pihak-pihak tertentu mempertanyakan kenapa mereka tidak lapor polisi, bahkan meragukan adanya kekerasan dalam kerusuhan Mei 1998. Hal ini semakin menyudutkan para korban, karena seolah-olah kasus-kasus itu tak terungkap karena kesalahan mereka juga.

    Dalam program pendokumentasian itu, para korban, keluarga, saksi, pendamping dan petugas kesehatan yang menangani korban menyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan dalam kerusuhan Mei 1998, kebanyakan menyasar keturunan Tionghoa.

    Setelah 22 tahun, penelitian Eunike Mutiara Himawan yang saat itu berstatus PhD candidate, The University of Queensland, Australia, melalui survei juga mengungkapkan korban kekerasan Mei 1998 masih terluka batin dan kenangan buruk mereka kerap terpantik saat mendengar adanya kerusuhan lagi.

    Di sisi lain, anggapan sebagian masyarakat yang secara keliru mengatakan penyebab krisis moneter tahun 1997-1998 adalah etnis Tionghoa juga belum hilang. Hal ini juga menghalangi orang-orang keturunan Tionghoa untuk melepas trauma masa kelam tersebut.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan etnis Tionghoa tidak spesifik menjadi korban kerusuhan Mei 1998 adalah klaim yang keliru. 

    Korban yang menderita kerugian material seperti penjarahan dan perusakan, paling banyak berasal dari etnis Cina. Demikian juga sebagian besar kasus kekerasan seksual dalam kerusuhan Mei 1998 lalu, diderita oleh perempuan etnis Cina.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26396) Keliru: Video Restoran di Nigeria Menjual Menu Daging Manusia

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/04/2025

    Berita

    SEBUAH video dengan klaim restoran di Nigeria yang menyajikan menu daging manusia, diunggah sejumlah akun media sosial seperti Facebook [arsip] dan Instagram.

    Video tersebut memperlihatkan dua tubuh manusia diikat pada sebatang kayu seperti sate dibakar di atas bara api. Bilah kayu diputar-putar layaknya memasak kambing guling.



    Benarkah restoran di Nigeria menjual menu daging manusia?

    Hasil Cek Fakta

    Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa video itu bukan menu daging manusia di sebuah restoran di Nigeria. Faktanya, gambar dalam video tersebut merupakan set Halloween yang dipentaskan di taman hiburan Chimelong Ocean Kingdom di Zhuhai, Tiongkok.

    Tempo memverifikasi dengan bantuan Google Lens dan mesin pencarian Google. Hasilnya, video tersebut sudah beredar sejak tahun 2018 lalu. Set yang sama dapat dilihat dalam klip yang dibagikan akun Instagram Galaxychimelong pada tanggal 31 Oktober 2018. Akun Galaxy Chimelong, merupakan bagian dari Chimelong Group yang memiliki dan mengelola taman hiburan di Tiongkok.



    Fullfact.org pernah memeriksa video serupa pada 19 Desember 2024. Video lain yang dibagikan oleh "majalah mikro" Tiongkok pada tanggal 17 Oktober 2018, juga menunjukkan pengunjung sedang memeriksa pameran yang sama, yang jelas-jelas tidak nyata. Postingan tersebut menautkan ke situs web yang mempromosikan "area bertema Halloween" di Chimelong Ocean Kingdom. 

    Selain itu, rangkaian yang sama juga muncul dalam montase video yang dibagikan di YouTube SviatMe pada 27 Oktober 2018 dengan judul: “Pesta Halloween di Taman Laut Chimelong | Zhuhai, Tiongkok”.

    Ini bukan pertama kalinya video tersebut diberi judul yang salah. Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar berbahasa Mandarin Sin Chew, video tersebut dibagikan dengan klaim yang menunjukkan sebuah restoran di Nigeria yang ditutup karena menyajikan daging manusia. Video tersebut juga dibagikan dengan klaim yang menunjukkan kanibalisme di Haiti, menurut pemeriksa fakta di India.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa restoran di Nigeria menjual menu daging manusia adalah keliru.

    Rujukan

  • (GFD-2025-26395) Beragam Hoaks Undian Berhadiah Mengatasnamakan Bank Lampung

    Sumber:
    Tanggal publish: 02/04/2025

    Berita

    tirto.id - Selama Ramadhan 2025, beredar sejumlah unggahan di media sosial yang menarasikan adanya undian berhadiah mengatasnamakan beberapa bank. Baru-baru ini, Tirto menemukan sebuah unggahan Facebook dengan narasi pendaftaran program Ramadhan Penuh Berkah 2025 yang mencatut nama Bank Lampung.

    “PROMO RAMADHAN Pernuh Berkah 2025! Khusus Nasabah Bank Lampung yang sudah mempunyai Bank Lampung Festival Berhadiah Hadir lagi jangan lewatkan kesempatan Anda untuk memenangkan hadiah undian Bank Mandiri Berhadiah, Ayo buruan Daftar dan Raih hadiah menarik sebagai apresiasi dari Bank Lampung ingat nasabah tidak dipungut biaya apapun tinggal klik,

    (DAFTAR SEKARANG) Dibawah,” begitu tulis unggahan akun "Bank Lampung-menandai anda sebagai pemenang undian berhadiah ramadhan" (arsip) pada 8 Maret 2025 lalu.

    Unggahan tersebut mengklaim ada beragam hadiah untuk pemenang undian, termasuk unit mobil Toyota Alphard, BMW, Mitsubishi Pajero Sport, rumah, hingga umrah gratis.

    Nasabah diarahkan untuk menekan tautan di bagian akhir yang mengarahkan ke situs lain. Sampai dengan Jumat (21/3/2025), unggahan media sosialnya sendiri telah mengumpulkan sekitar 34 tanda suka dan empat komentar.

    Kami juga menemukan unggahan terkait program undian berhadiah dari Bank Lampung dari akun "Undian Berhadiah Bank Lampung" (arsip) dan "Bpd Lampung2025" (arsip). Dua unggahan terakhir mengumpulkan tanda suka dan komentar yang lebih banyak, mencapai ratusan.

    Isi kolom komentar unggahan-unggahan tersebut terbagi, ada yang mempercayai isinya dan berusaha mendaftar dan ada yang menyebut narasi tersebut adalah hoaks.

    Lalu, bagaimana faktanya? Apakah benar tautan di media sosial tersebut mengarahkan ke undian berhadiah dari Bank Lampung?

    Hasil Cek Fakta

    Tirto mencoba mengakses tautan-tautan pendaftaran tersebut. Sayangnya, tautan tersebut justru mengarahkan ke halaman situs tidak bisa diakses.

    Kami juga mencoba melakukan pemindaian situs menggunakan perangkat URLScan.io. Hasilnya, mengatakan situs tersebut mengarahkan ke situs dengan domain appnet-promo.my.id. Situs tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan situs resmi Bank Lampung, https://www.banklampung.co.id.

    Lebih lanjut, kami juga menemukan unggahan berikut dari akun Instagram @bpd_lampung. Meski akun ini tidak bercentang biru, tanda verifikasi, akun Instagram ini terhubung dengan situs resmi Bank Lampung.

    Berdasar keterangan unggahan dari Bank Lampung, modus pendaftaran di Facebook ini adalah penipuan. "HATI-HATI PENIPUAN mengatasnamakan Bank Lampung, selalu cek kebenarannya melalui akun Instagram resmi Bank Lampung (@bpd_lampung) dan Telepon Resmi 1500575," begitu tulis keterangan dalam unggahan. Terlihat juga unggahan di Facebook yang dimaksud serupa dengan temuan kami.

    Informasi lain dari situs resmi Bank Lampung menyebut adanya modus penipuan yang mengarahkan nasabah membuka tautan ke situs lain. Modus ini sudah ada sejak tahun 2023 lalu. "Nasabah diharapkan untuk lebih cermat, Karena penipuan ini menggunakan akun yang menyerupai nama akun media sosial Bank Lampung. Akun resmi Bank Lampung adalah @bpd_lampung," bunyi keterangan dari Bank Lampung.

    Mereka juga memberi peringatan agar tidak membuka tautan mencurigakan. Bank Lampung juga mengatakan tidak pernah meminta nasabah untuk membuka link promo. "Jangan memasukkan data pribadi, kode OTP sampan Password atau PIN anda," tambah pesan dari informasi Bank Lampung tersebut.

    Model unggahan mengatasnamakan undian dari Bank Lampung juga sudah banyak beredar sebelumnya. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pernah memberi label hoaks untuk modus penipuan yang mengarahkan nasabah melakukan pendaftaran lewat tautan yang tersebar di media sosial tersebut.

    Narasi penipuan di media sosial mengatasnamakan bank juga bukan hanya dialami oleh Bank Lampung. Tirto sempat menemukan sejumlah narasi serupa yang menyangkut lembaga perbankan lain.

    Kesimpulan

    Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan tautan undian mengatasnamakan Bank Lampung yang tersebar di media sosial Facebook bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

    Tautan yang ada di situs mengarahkan ke situs yang tidak terkait dengan Bank Lampung. Selain itu pihak Bank Lampung, lewat unggahan di media sosial dan situs resminya, telah menegaskan kalau modus seperti ini adalah penipuan.

    ===

    Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.

    Rujukan