• (GFD-2025-27440) Hoaks! Tangkapan layar artikel Jokowi akui penyakit kulitnya karena azab

    Sumber:
    Tanggal publish: 19/06/2025

    Berita

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan di Facebook menampilkan tangkapan layar sebuah laman media dengan judul artikel yang menarasikan Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo mengakui bahwa alergi yang menyebabkan terdapat bercak hitam merupakan azab karena sering berbohong.

    Berikut narasi judul dalam tangkapan layar tersebut:

    “Jokowi Akui Kurapnya Bukan saja di Muka tetapi Dekat selangkangan lebih Banyak Ini Azab Saya Sering Bohong”

    Namun, benarkah artikel Jokowi akui penyakit kulitnya karena sering bohong tersebut?



    Hasil Cek Fakta

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Berdasarkan penelusuran, ANTARA menemukan unggahan dengan tanggal, foto dan media serupa dari laman Gelora yang berjudul “Heboh Jokowi Sakit Kulit, Dokter Tifa: Autoimun atau Hiperkortisolisme?”.

    Dalam artikel tersebut dijelaskan Jokowi kembali menjadi sorotan publik karena perubahan fisik yang dinilai mencolok dan diduga mengindap sakit kulit. Namun, tidak ada pernyataan Jokowi dalam berita tersebut.

    Terkait hal tersebut, Jokowi mengungkapkan kepada wartawan bahwa alergi kulit yang sempat dialaminya merupakan kondisi biasa yang terjadi setelah dirinya kembali dari kunjungan kenegaraan ke Vatikan. Meski mengalami alergi, pihaknya memastikan kondisi fisiknya tidak terganggu dan masih beraktivitas seperti biasanya.

    Dengan demikian, tangkapan layar artikel Jokowi akui penyakit kulitnya karena sering bohong merupakan hasil suntingan atau tidak sesuai dengan judul sebenarnya.

    Klaim: Artikel Jokowi akui penyakit kulitnya karena sering bohong

    (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

    Rating: Hoaks

    Pewarta: Tim JACX

    Editor: Indriani

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27439) [HOAKS] Video Dedi Mulyadi Adakan Giveaway di Facebook

    Sumber:
    Tanggal publish: 18/06/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Di media sosial beredar unggahan video Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengadakan kuis berhadiah atau giveaway uang tunai.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video itu hoaks dan merupakan hasil manipulasi perangkat artificial intelligence (AI).

    Video Dedi Mulyadi mengadakan giveaway dibagikan oleh akun Facebook ini pada Senin (16/6/2025). Berikut kutipan pernyataan Dedi dalam video:

    "Assalamu'alaikum, saya Dedi Mulyadi ingin memberikan rezeki bagi yang membutuhkan. Untuk rezeki ini berupa uang tunai. Silahkan hubungi saya melalui Messenger." 

    Hasil Cek Fakta

    Setelah diperiksa, akun Facebook tersebut bukan milik Dedi Mulyadi. Akun resmi Dedi Mulyadi memiliki tanda centang biru (terverifikasi), seperti akun Instagram-nya @dedimulyadi71.

    Akun Instagram tersebut mengunggah video yang sama pada 22 Mei 2025. Namun, video tersebut tidak memuat informasi mengenai giveaway.

    Video tersebut antara lain berisi ucapan selamat pagi dari Dedi Mulyadi dan pesannya kepada warga Jawa Barat untuk bersemangat menjalani hari. 

    Kemudian, Kompas.com mengecek video yang dibagikan di Facebook tersebut menggunakan AI Voice Detector. Hasilnya, video terindikasi merupakan hasil manipulasi AI.

    Suara Dedi Mulyadi memberikan giveaway dalam video yang beredar di Facebook terdeteksi dihasilkan oleh AI. Probabilitasnya mencapai 95,98 persen.

    Kesimpulan

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, video Dedi Mulyadi mengadakan giveaway yang beredar di Facebook adalah hoaks.

    Video itu dibagikan bukan oleh akun resmi, dan suara Dedi Mulyadi dalam video itu terdeteksi dihasilkan oleh AI. Probabilitasnya mencapai 95,98 persen menurut AI Voice Detector.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27438) [HOAKS] Anak DN Aidit Provokasi Jokowi untuk Habisi Umat Islam

    Sumber:
    Tanggal publish: 18/06/2025

    Berita

    KOMPAS.com - Sebuah video diklaim menampilkan anak dari pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) Dipa Nusantara Aidit tengah memprovokasi Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) untuk menghabisi umat Islam.

    Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi tersebut tidak benar atau hoaks.

    Video yang diklaim menampilkan anak DN Aidit memprovokasi Jokowi untuk menghabisi umat Islam salah satunya dibagikan akun Facebook ini dan ini.

    Dalam video tampak seorang berkemeja hitam sedang berbincang dengan Jokowi. Ia meminta Jokowi untuk menindak pihak yang menyerang pemerintah.

    Keterangan dalam video sebagai berikut:

    Anak DN. Aidit Provokasi Jkw, agar segera Menghabisi UMAT ISLAM !

    Hasil Cek Fakta

    Setelah ditelusuri, video itu sudah beredar sejak 2022. Video identik dengan unggahan di kanal YouTube MerdekaDotCom ini yang berjudul: "Profil Benny Rhamdani, Sosok Kepala BP2MI Minta Izin ke Jokowi Tempur Lawan Oposisi".

    Dalam keterangannya, pria yang ada dalam video adalah Benny Rhamdani yang saat itu masih menjabat Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).

    Benny juga tercatat sebagai ketua umum salah satu relawan Jokowi saat Pemilihan Presiden 2019, yakni Barikade 98.

    Video itu diambil di sela acara Nusantara Bersatu di Gelora Bung Karno, Jakarta pada 26 November 2022. Setelah video viral di media sosial, Benny pun memberikan klarifikasi. 

    Sebagaimana diberitakan Kompas.com, Benny menjelaskan bahwa saat itu ia meminta  Jokowi untuk melawan pihak yang kerap menyerang pemerintah melalui jalur hukum.

    Benny mengaku geram dengan kubu yang menyebarkan kebencian, hoaks, dan fitnah kepada pemerintah.

    "Ini kan terus berulang, ini menjadi mesin mematikan yang terus diproduksi, yang kami menangkap ini tidak lepas dari dendam politik yang diformalin pasca-Pilpres 2019,"  kata Benny.

    Adapun Benny bukan anak kandung DN Aidit yang merupakan sekretaris jenderal, jabatan tertinggi di PKI.

    DN Aidit tercatat memilik lima anak yakni Ilham Aidit, Ibarruri Putri Alam, Ilya Aidit, Iwan Aidit, dan Irfan Aidit.

    Kesimpulan

    Video yang mengeklaim anak DN Aidit memprovokasi Jokowi untuk menghabisi umat Islam tidak benar atau hoaks.

    Pria yang sedang berbincang dengan Jokowi adalah mantan Kepala BP2MI Benny Rhamdani. Ia bukan anak DN Aidit. 

    Dalam video aslinya Benny meminta Jokowi menggunakan jalur hukum untuk melawan pihak yang menyerang pemerintah.

    Rujukan

  • (GFD-2025-27437) Sebagian Benar: Obat Tramadol Berbahaya dan Sebabkan Kematian

    Sumber:
    Tanggal publish: 18/06/2025

    Berita

    KONTEN yang memuat narasi bahwa mengkonsumsi obat tramadol berbahaya dan mematikan bagi generasi muda, beredar di WhatsApp [arsip] pada 17 Juni 2025. 

    Berdurasi 1 menit 26 detik, narator dalam video itu menyebut nama dr. Ngabila Salama sebagai sumber rujukan tentang bahaya tramadol. Bahkan, BPOM juga disebut menetapkan tramadol sebagai pemicu tawuran massal pada remaja. 



    Tempo menerima permintaan pembaca untuk memverifikasi narasi tersebut. Benarkah tramadol bisa berbahaya sampai mematikan?

    Hasil Cek Fakta

    Tempo memverifikasi video itu dengan mewawancarai dokter, literatur ilmiah, dan menggunakan pencarian gambar terbalik. Hasilnya, tramadol tergolong obat keras yang bermanfaat sebagai obat pereda nyeri. Namun penggunaan tramadol harus dengan resep dokter. Sebab, tramadol dapat berisiko jika disalahgunakan dan dikonsumsi berlebihan.

    Dokter Ngabila Salama yang dikutip dalam video itu, memang benar menjabat sebagai Kepala Seksi dan Pelayanan Medik dan Keperawatan, RSUD Tamansari, Jakarta Barat. Kepada situs media Tribunnews.com, ia pernah menyampaikan bahwa tramadol berbahaya dan menambah kecenderungan remaja untuk tawuran. 



    “Obat itu meningkatkan agresifitas dan keberanian mereka,” kata Ngabila dikutip dari Tribunnews, pada 3 Desember 2024. Dia menyatakan penggunaan obat tramadol hanya boleh dilakukan dengan resep dokter dan tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan.

    Sementara itu, pernyataan BPOM yang mengaitkan tramadol dengan tawuran massal, pernah dimuat oleh Antara edisi 14 Februari 2025. Ketua Tim Cegah Tangkal dan Siber BPOM Jakarta, Andrianto Nur Ichsan, mengatakan, tramadol banyak dijual secara ilegal dan dikonsumsi oleh remaja di luar resep dokter. 

    Padahal, kata dia, tramadol dapat memberi efek halusinasi dan mengurangi rasa sakit seseorang. Jika dikonsumsi berlebihan, tramadol menimbulkan risiko yang berbahaya, bahkan kematian. 

    Penyalahgunaan Tramadol 

    Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, Ari Kurnianingsih, menjelaskan tramadol merupakan obat analgesik atau pereda nyeri. Namun, bila diminum berlebihan atau bersamaan dengan obat anti depresan atau alkohol, bisa menyebabkan kematian. 

    Obat ini juga berisiko bagi mereka yang memiliki masalah dengan saluran pernapasan. Tramadol, kata dia, tidak diberikan kepada anak usia di bawah 12 tahun. Obat ini dikecualikan untuk usia di bawah 18 tahun pasca pengangkatan amandel, ibu hamil dan ibu yang menyusui. Orang dengan lanjut usia atau yang mengalami gangguan ginjal dan hati, juga harus menghindari obat ini.

    Akan tetapi, tramadol dapat disalahgunakan, seperti kasus yang terjadi di Kendara, Sulawesi Tenggara pada September 2017. Dilansir laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), puluhan remaja di kota itu mengalami gejala gangguan kesehatan setelah pesta obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi minuman keras oplosan. Obat-obat yang mereka konsumsi adalah tramadol dan somadril Paracetamol Caffeine Carisoprodol/PCC). Obat-obatan dan miras oplosan itu dicampur dan mereka minum bersama-sama.

    Studi tentang Tramadol

    Dikutip dari the Journal of Pain tahun 2024, para peneliti Jepang menemukan tramadol mengurangi aktivitas otak yang berperan dalam empati kognitif atau kemampuan memahami perasaan orang lain secara rasional. Artinya, tramadol bisa menurunkan respons otak terhadap rasa sakit orang lain, terutama dalam hal pemahaman logis, bukan perasaan emosional.

    Selain di Indonesia, tren penyalahgunaan tramadol juga terjadi di belahan dunia lainnya. Berdasarkan laporan Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan, penyalahgunaan tramadol muncul di seluruh dunia, khususnya Afrika Barat, Tengah, dan Utara serta Timur Tengah, termasuk Asia, Eropa, dan Amerika Utara.

    Studi di 7 negara pada tahun 2018 mengungkap, Tramadol menjadi alternatif penting ketika opioid, salah satu jenis golongan obat antinyeri, tidak tersedia atau tidak dapat diakses. 

    Mekanisme multi modalnya, menjadikan tramadol lebih disukai oleh pasien dan dokter dibandingkan obat antiinflamasi lainnya.

    Kesimpulan

    Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan konsumsi obat tramadol dapat menyebabkan bahaya dan kematian adalah klaim yang sebagian benar.

    Rujukan