tirto.id - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) kembali menetapkan keadaan darurat terhadap wabah Mpox pada Agustus lalu. Selama 29 September – 12 Oktober 2024, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan tidak ada kasus konfirmasi Mpox baru di Indonesia. Sementara secara kumulatif, ada sekira 88 kasus yang tersebar di 6 provinsi dan semuanya telah dinyatakan sembuh.
Namun, baru-baru ini, muncul narasi di jagat maya yang mengaitkan Mpox dengan vaksin Covid-19. Akun Facebook dengan nama “Fernando Tambunan” salah satunya, menyebut kalau WHO mengakui Mpox sebagai efek samping vaksin messenger RNA/vaksin mRNA Covid-19.
Akun itu turut melampirkan tangkapan layar sebuah artikel dengan judul berbahasa Inggris, berbunyi “WHO Admits Monkeypox Is ‘Side Effect’ of Covid ‘Vaccine’”. Dalam unggahan itu, disebut bahwa pengakuan WHO terkubur dalam situs VigiAccess milik WHO.
“Situs web tersebut berisi basis data yang mencantumkan semua efek samping yang diketahui dari semua obat dan vaksin yang telah disetujui untuk penggunaan publik,” tulis akun pengunggah, Selasa (22/10/2024).
Lebih lanjut, akun itu juga menulis dalam takarirnya bahwa WHO mencantumkan “cacar monyet”, “cacar air”, dan “cacar sapi”, di bawah vaksin Covid-19 Pfizer BioNTech.
Meski hingga Senin (4/11/2024), unggahan ini tidak memperoleh impresi, narasi yang sama persis juga dibagikan oleh sejumlah akun Facebook lain, seperti ini dan ini. Ada pula akun Facebook yang menyebarkan klaim ini disertai tautan artikel Slay News dengan judul yang sama.
Lantas, bagaimana faktanya?
(GFD-2024-23941) Tidak Benar WHO Akui Mpox sebagai Efek Samping Vaksin Covid-19
Sumber:Tanggal publish: 04/11/2024
Berita
Hasil Cek Fakta
Sebagai informasi awal, Mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet atau Monkeypox, adalah penyakit zoonosis yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia.
Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus dan penyebaran, seperti dilansir laman Kemenkes, ditemukan bahwa Mpox juga dapat menular antarmanusia, melalui kontak langsung dengan luka atau cairan tubuh orang yang terinfeksi, serta melalui kontak dengan benda atau permukaan yang telah terkontaminasi oleh virus.
Gejala awal Mpox biasanya muncul dalam waktu 5 hingga 21 hari setelah terpapar virus. Gejalanya mencakup demam, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit yang berkembang secara bertahap.
Meski gejala Mpox pada umumnya bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendiri dalam beberapa minggu, pada beberapa kasus Mpox dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok rentan, termasuk anak-anak, ibu hamil, dan penderita gangguan sistem imun.
Untuk mengecek apakah Mpox adalah efek samping vaksin Covid-19, Tim Riset Tirto berusaha melakukan penelusuran Google dengan kata kunci seperti judul artikel yang beredar, yakni “WHO Admits Monkeypox is Side Effect of Covid Vaccine”.
Dari pencarian itu kami menemukan bahwa klaim ini telah dinyatakan tidak benar oleh beberapa lembaga pemeriksa fakta, salah satunya Reuters.
Artikel Slay News yang dikutip oleh unggahan Facebook, terbit pada 11 Oktober 2024 dan berisi narasi tentang cacar monyet, cacar, dan cacar sapi yang disebut tercantum dalam VigiAccess milik WHO. Hal itu ditunjukkan terpampang di bawah vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, sebagai bukti bahwa WHO telah mengakui infeksi ini merupakan efek samping dari produk tersebut.
Kendati begitu, tidak ada kasus Mpox, yang terdokumentasi, yang terbukti disebabkan oleh jenis vaksin apapun.
VigiAccess sendiri merupakan alat pencarian berbasis web milik WHO untuk mengakses basis data VigiBase, yang mencantumkan laporan reaksi obat yang merugikan dan kejadian buruk setelah imunisasi. Aduan itu dilaporkan oleh individu kepada otoritas kesehatan nasional mereka, yang selanjutnya dilaporkan ke Program Pemantauan Obat Internasional WHO (WHO PIDM).
Basis data yang dikelola oleh Pusat Pemantauan Uppsala (UMC)—sebuah yayasan nirlaba yang meneliti manfaat dan risiko produk obat, ini memang memperlihatkan enam laporan cacar monyet, lima laporan cacar sapi, dan 15 laporan cacar setelah menerima vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech.
Namun, juru bicara WHO mengatakan, data tersebut mencerminkan kemungkinan efek samping yang dilaporkan, bukan hubungan efek samping suatu produk yang dikonfirmasi.
“Informasi dalam VigiAccess tentang potensi efek samping tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa produk obat atau zat aktifnya menyebabkan efek yang diamati atau tidak aman untuk digunakan,” kata juru bicara WHO, seperti dinukil Reuters, Rabu (30/10/2024).
Juru bicara tersebut menambahkan bahwa hubungan sebab akibat adalah proses rumit yang memerlukan penilaian menyeluruh dan evaluasi terperinci dari keseluruhan data.
Menyoal situs Slay News, Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs ini sebagai situs yang memiliki kredibilitas rendah dan bias ekstrem sayap kanan. Situs Slay News disebut seringkali menyebarkan propaganda, konspirasi, pseudosains, dan konten-konten plagiat.
Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus dan penyebaran, seperti dilansir laman Kemenkes, ditemukan bahwa Mpox juga dapat menular antarmanusia, melalui kontak langsung dengan luka atau cairan tubuh orang yang terinfeksi, serta melalui kontak dengan benda atau permukaan yang telah terkontaminasi oleh virus.
Gejala awal Mpox biasanya muncul dalam waktu 5 hingga 21 hari setelah terpapar virus. Gejalanya mencakup demam, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit yang berkembang secara bertahap.
Meski gejala Mpox pada umumnya bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendiri dalam beberapa minggu, pada beberapa kasus Mpox dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok rentan, termasuk anak-anak, ibu hamil, dan penderita gangguan sistem imun.
Untuk mengecek apakah Mpox adalah efek samping vaksin Covid-19, Tim Riset Tirto berusaha melakukan penelusuran Google dengan kata kunci seperti judul artikel yang beredar, yakni “WHO Admits Monkeypox is Side Effect of Covid Vaccine”.
Dari pencarian itu kami menemukan bahwa klaim ini telah dinyatakan tidak benar oleh beberapa lembaga pemeriksa fakta, salah satunya Reuters.
Artikel Slay News yang dikutip oleh unggahan Facebook, terbit pada 11 Oktober 2024 dan berisi narasi tentang cacar monyet, cacar, dan cacar sapi yang disebut tercantum dalam VigiAccess milik WHO. Hal itu ditunjukkan terpampang di bawah vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech, sebagai bukti bahwa WHO telah mengakui infeksi ini merupakan efek samping dari produk tersebut.
Kendati begitu, tidak ada kasus Mpox, yang terdokumentasi, yang terbukti disebabkan oleh jenis vaksin apapun.
VigiAccess sendiri merupakan alat pencarian berbasis web milik WHO untuk mengakses basis data VigiBase, yang mencantumkan laporan reaksi obat yang merugikan dan kejadian buruk setelah imunisasi. Aduan itu dilaporkan oleh individu kepada otoritas kesehatan nasional mereka, yang selanjutnya dilaporkan ke Program Pemantauan Obat Internasional WHO (WHO PIDM).
Basis data yang dikelola oleh Pusat Pemantauan Uppsala (UMC)—sebuah yayasan nirlaba yang meneliti manfaat dan risiko produk obat, ini memang memperlihatkan enam laporan cacar monyet, lima laporan cacar sapi, dan 15 laporan cacar setelah menerima vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech.
Namun, juru bicara WHO mengatakan, data tersebut mencerminkan kemungkinan efek samping yang dilaporkan, bukan hubungan efek samping suatu produk yang dikonfirmasi.
“Informasi dalam VigiAccess tentang potensi efek samping tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa produk obat atau zat aktifnya menyebabkan efek yang diamati atau tidak aman untuk digunakan,” kata juru bicara WHO, seperti dinukil Reuters, Rabu (30/10/2024).
Juru bicara tersebut menambahkan bahwa hubungan sebab akibat adalah proses rumit yang memerlukan penilaian menyeluruh dan evaluasi terperinci dari keseluruhan data.
Menyoal situs Slay News, Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs ini sebagai situs yang memiliki kredibilitas rendah dan bias ekstrem sayap kanan. Situs Slay News disebut seringkali menyebarkan propaganda, konspirasi, pseudosains, dan konten-konten plagiat.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, unggahan media sosial yang mengutip artikel Slay News dan menyebut bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengakui Mpox sebagai efek samping vaksin Covid-19 bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Tidak ada kasus Mpox atau cacar sapi, yang terdokumentasi, yang terbukti disebabkan oleh jenis vaksin apapun. Juru bicara WHO mengatakan, data laporan kasus Mpox yang diterima pihaknya setelah menerima vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech mencerminkan kemungkinan efek samping yang dilaporkan, bukan hubungan efek samping suatu produk yang dikonfirmasi.
Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs Slay News sebagai situs yang memiliki kredibilitas rendah dan bias ekstrem sayap kanan. Situs ini disebut seringkali menyebarkan propaganda, konspirasi, pseudosains, dan konten-konten plagiat.
Tidak ada kasus Mpox atau cacar sapi, yang terdokumentasi, yang terbukti disebabkan oleh jenis vaksin apapun. Juru bicara WHO mengatakan, data laporan kasus Mpox yang diterima pihaknya setelah menerima vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech mencerminkan kemungkinan efek samping yang dilaporkan, bukan hubungan efek samping suatu produk yang dikonfirmasi.
Media Bias Fact Check mengidentifikasi situs Slay News sebagai situs yang memiliki kredibilitas rendah dan bias ekstrem sayap kanan. Situs ini disebut seringkali menyebarkan propaganda, konspirasi, pseudosains, dan konten-konten plagiat.
Rujukan
- https://tirto.id/kembali-darurat-mewaspadai-peluang-mpox-sebagai-pandemi-baru-g21U
- https://infeksiemerging.kemkes.go.id/situasi-mpox/update-mpox-minggu-ke-42-dan-ke-43-2024-13-26-oktober-2024
- https://web.facebook.com/photo/?fbid=27885141334410652&set=a.413643285320494&_rdc=1&_rdr
- https://web.facebook.com/photo/?fbid=1190739658693195&set=a.107111450389360&_rdc=1&_rdr
- https://web.facebook.com/photo/?fbid=997897192353706&set=a.471129961697101&_rdc=1&_rdr
- https://web.facebook.com/bernadette.mcquitty.71/posts/pfbid0ZwdzhvmW5PjufAJQg3p2XPcW5vPshvWKPRwnKhNbthehuskGxXe8tYDojHVEuAuCl?_rdc=1&_rdr
- https://upk.kemkes.go.id/new/kenali-bahaya-dan-gejala-mpox
- https://www.reuters.com/fact-check/who-didnt-admit-monkeypox-is-side-effect-pfizers-covid-vaccine-2024-10-30/
- https://mediabiasfactcheck.com/slay-news-bias-and-credibility/
(GFD-2024-23940) Membedah Teori Konspirasi Covid-19 dari Dharma Pongrekun
Sumber:Tanggal publish: 01/11/2024
Berita
tirto.id - Media sosial dibuat ramai dengan pernyataan salah satu Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta, Dharma Pongrekun, soal Covid-19, yang disebutnya sebagai agenda politik global. Hal tersebut ia sampaikan saat mengisi acara bincang-bincang yang cuplikannya tersebar di media sosial.
"Covid, Certificate Of Vaccine Identity Digital. 19-nya apa? AI, satunya sama dengan A, sembilan sama dengan I. Artificial Intelligence," ujarnya dalam video unggahan salah satu akun di X (dulu Twitter) pada 30 Oktober 2024.
Cuitan tersebut bernada bergurau. Namun, Dharma, dalam video tersebut, terlihat sangat serius dalam menyampaikan pesannya.
Dharma menyimpulkan, virus Covid-19 adalah buatan manusia, dengan bantuan kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI). Menurutnya, virus tersebut disebarluaskan oleh pihak tertentu.
Dia juga melanjutkan dengan membedah istilah lain, seperti "Virus" yang disebut sebagai kepanjangan, Vibration of Us, kemudian "Viral" yang dikatakan kepanjangan dari Virus for All. Dia menutup dengan mengatakan dirinya tidak pernah divaksin dan meremehkan virus.
Unggahan tersebut mengumpulkan 1,2 juta views, 636 reposts, 743 quotes, dan lebih dari 2 ribu tanda suka, sampai dengan 1 November 2024, atau dalam hitungan dua hari.
Pembawa acara tayangan siniar (podcast) tersebut, Merry Riana, juga membagikan cuplikan video serupa di akun TikTok dan Instagram-nya yang mengumpulkan atensi penonton cukup besar.
Lalu bagaimana faktanya? bagaimana kebenaran pernyataan Dharma terkait Covid-19 tersebut?
"Covid, Certificate Of Vaccine Identity Digital. 19-nya apa? AI, satunya sama dengan A, sembilan sama dengan I. Artificial Intelligence," ujarnya dalam video unggahan salah satu akun di X (dulu Twitter) pada 30 Oktober 2024.
Cuitan tersebut bernada bergurau. Namun, Dharma, dalam video tersebut, terlihat sangat serius dalam menyampaikan pesannya.
Dharma menyimpulkan, virus Covid-19 adalah buatan manusia, dengan bantuan kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI). Menurutnya, virus tersebut disebarluaskan oleh pihak tertentu.
Dia juga melanjutkan dengan membedah istilah lain, seperti "Virus" yang disebut sebagai kepanjangan, Vibration of Us, kemudian "Viral" yang dikatakan kepanjangan dari Virus for All. Dia menutup dengan mengatakan dirinya tidak pernah divaksin dan meremehkan virus.
Unggahan tersebut mengumpulkan 1,2 juta views, 636 reposts, 743 quotes, dan lebih dari 2 ribu tanda suka, sampai dengan 1 November 2024, atau dalam hitungan dua hari.
Pembawa acara tayangan siniar (podcast) tersebut, Merry Riana, juga membagikan cuplikan video serupa di akun TikTok dan Instagram-nya yang mengumpulkan atensi penonton cukup besar.
Lalu bagaimana faktanya? bagaimana kebenaran pernyataan Dharma terkait Covid-19 tersebut?
Hasil Cek Fakta
Menanggapi komentar dari Dharma tersebut, Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Iwan Ariawan, menyampaikan bantahannya.
“Pernyataan Dharma Pongrekun tentang Covid-19 merupakan singkatan dari Certificate Of Vaccine Digital Identity dan 19 = AI (Artificial Intelligence) adalah salah dan tidak ada dasar ilmiahnya,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Kamis (31/10/2024).
Menurut Iwan, disinformasi ini sudah menyebar sejak tahun 2021, bersamaan dengan mulai beredarnya vaksinasi Covid-19 dan kewajiban sertifikat vaksinasi untuk syarat perjalanan.
“Kelompok anti-vaksin merupakan pelopor penyebaran hoaks ini. Singkatan yang benar dari Covid-19 adalah Corona Virus Disease 2019. Nama penyakit yang disebabkan oleh virus korona, mulai menyebar Desember 2019, sampai menjadi pandemi pada tahun 2019-2023,” terang dia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memuat penjelasan dalam situs resminya soal asal usul penyakit dan virus penyebab Covid. Covid-19 adalah nama penyakit, yang merupakan akronim dari Coronavirus Disease, yang kasus pertamanya ditemukan pada tahun 2019. Sementara nama virus penyebabnya adalah severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penamaan ini secara resmi diumumkan pada 11 Februari 2020. Sebelumnya, penyakit ini dikenal sebagai "2019 novel coronavirus" alias 2019-nCoV.
Dalam video penjelasan singkat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjabarkan kalau nama coronavirus karena bentuknya yang menyerupai mahkota, atau dalam Bahasa Inggrisnya, "crown".
Lebih lanjut, soal terkait akronim yang disebut oleh Dharma, kami juga menemukan unggahan berikut yang tersebar tahun 2020, yang menyebut teori konspirasi serupa, yakni bahwa Covid-19 adalah kepanjangan dari Certificate of Vaccination Identification, dengan rujukan angka 19 yang berarti AI, seperti yang disampaikan Dharma. Unggahan ini telah ditandai sebagai hoaks. Pada tahun 2020, Reuters melakukan pemeriksaan fakta dan menyimpulkan informasi ini tidak tepat.
Kembali ke video pendek yang menampilkan Dharma, dia juga menjabarkan singkatan untuk "Virus" sebagai "Vibration of US". Menurut Iwan dari FKM UI, ini juga tidak ada dasar ilmiahnya.
“Hoaks ini disebarkan oleh kelompok orang yang percaya dengan teori konspirasi dan anti-vaksin. Kata Virus berasal dari bahasa Latin yang berarti “racun” atau “cairan kental”, yang kaitannya dengan penyebab infeksi. Virus adalah penyebab infeksi submikroskopik yang hanya dapat memperbanyak diri di dalam sel mahluk hidup lainnya,” begitu penjelasan Iwan.
Lebih lanjut, soal singkatan "Viral" sebagai "Virus for All", disebut juga tidak ada dasar ilmiahnya. “Pada ilmu kedokteran, istilah viral digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang disebabkan oleh virus. Sedangkan di internet dan media sosial, istilah viral berarti konten yang menyebar secara cepat dan luas,” terang Iwan.
Iwan juga menyoroti komentar Dharma soal vaksin Covid-19 yang disebut tidak ada manfaatnya. Hal itu menurutnya sama sekali tidak benar. Iwan mengatakan, vaksinasi Covid-19 telah terbukti pada penelitian uji klinik maupun data terkait kematian pasien. Vaksin Covid-19 mencegah keparahan dan kematian orang yang terinfeksi penyakit itu.
“Data di Indonesia menunjukkan orang yang terinfeksi Covid-19, yang sudah memperoleh vaksin booster, memiliki risiko kematian 5-10 kali lebih kecil dari orang yang tidak memperoleh vaksin,” tutur Iwan.
Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) menyebut, vaksinasi Covid-19 lengkap, ditambah booster, dapat memberi perlindungan hingga 91 persen dari kematian. Angka tersebut berasal dari analisis pasien terjangkit Covid-19 yang berada di bawah pengawasan Kemenkes.
Sementara American Medical Association (AMA) pada Maret 2023 menyebut, orang yang mendapat suntikan dosis booster Covid-19, memiliki kemungkinan meninggal 14 kali lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang tidak menerima vaksin apa pun.
“Pernyataan Dharma Pongrekun tentang Covid-19 merupakan singkatan dari Certificate Of Vaccine Digital Identity dan 19 = AI (Artificial Intelligence) adalah salah dan tidak ada dasar ilmiahnya,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Kamis (31/10/2024).
Menurut Iwan, disinformasi ini sudah menyebar sejak tahun 2021, bersamaan dengan mulai beredarnya vaksinasi Covid-19 dan kewajiban sertifikat vaksinasi untuk syarat perjalanan.
“Kelompok anti-vaksin merupakan pelopor penyebaran hoaks ini. Singkatan yang benar dari Covid-19 adalah Corona Virus Disease 2019. Nama penyakit yang disebabkan oleh virus korona, mulai menyebar Desember 2019, sampai menjadi pandemi pada tahun 2019-2023,” terang dia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memuat penjelasan dalam situs resminya soal asal usul penyakit dan virus penyebab Covid. Covid-19 adalah nama penyakit, yang merupakan akronim dari Coronavirus Disease, yang kasus pertamanya ditemukan pada tahun 2019. Sementara nama virus penyebabnya adalah severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Penamaan ini secara resmi diumumkan pada 11 Februari 2020. Sebelumnya, penyakit ini dikenal sebagai "2019 novel coronavirus" alias 2019-nCoV.
Dalam video penjelasan singkat, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjabarkan kalau nama coronavirus karena bentuknya yang menyerupai mahkota, atau dalam Bahasa Inggrisnya, "crown".
Lebih lanjut, soal terkait akronim yang disebut oleh Dharma, kami juga menemukan unggahan berikut yang tersebar tahun 2020, yang menyebut teori konspirasi serupa, yakni bahwa Covid-19 adalah kepanjangan dari Certificate of Vaccination Identification, dengan rujukan angka 19 yang berarti AI, seperti yang disampaikan Dharma. Unggahan ini telah ditandai sebagai hoaks. Pada tahun 2020, Reuters melakukan pemeriksaan fakta dan menyimpulkan informasi ini tidak tepat.
Kembali ke video pendek yang menampilkan Dharma, dia juga menjabarkan singkatan untuk "Virus" sebagai "Vibration of US". Menurut Iwan dari FKM UI, ini juga tidak ada dasar ilmiahnya.
“Hoaks ini disebarkan oleh kelompok orang yang percaya dengan teori konspirasi dan anti-vaksin. Kata Virus berasal dari bahasa Latin yang berarti “racun” atau “cairan kental”, yang kaitannya dengan penyebab infeksi. Virus adalah penyebab infeksi submikroskopik yang hanya dapat memperbanyak diri di dalam sel mahluk hidup lainnya,” begitu penjelasan Iwan.
Lebih lanjut, soal singkatan "Viral" sebagai "Virus for All", disebut juga tidak ada dasar ilmiahnya. “Pada ilmu kedokteran, istilah viral digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang disebabkan oleh virus. Sedangkan di internet dan media sosial, istilah viral berarti konten yang menyebar secara cepat dan luas,” terang Iwan.
Iwan juga menyoroti komentar Dharma soal vaksin Covid-19 yang disebut tidak ada manfaatnya. Hal itu menurutnya sama sekali tidak benar. Iwan mengatakan, vaksinasi Covid-19 telah terbukti pada penelitian uji klinik maupun data terkait kematian pasien. Vaksin Covid-19 mencegah keparahan dan kematian orang yang terinfeksi penyakit itu.
“Data di Indonesia menunjukkan orang yang terinfeksi Covid-19, yang sudah memperoleh vaksin booster, memiliki risiko kematian 5-10 kali lebih kecil dari orang yang tidak memperoleh vaksin,” tutur Iwan.
Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) menyebut, vaksinasi Covid-19 lengkap, ditambah booster, dapat memberi perlindungan hingga 91 persen dari kematian. Angka tersebut berasal dari analisis pasien terjangkit Covid-19 yang berada di bawah pengawasan Kemenkes.
Sementara American Medical Association (AMA) pada Maret 2023 menyebut, orang yang mendapat suntikan dosis booster Covid-19, memiliki kemungkinan meninggal 14 kali lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang tidak menerima vaksin apa pun.
Kesimpulan
Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan, pernyataan Dharma Pongrekun soal akronim Covid-19, virus, dan viral, serta klaim vaksin tidak ada manfaatnya, bersifat salah dan menyesatkan (false & mileading).
Terkait penamaan penyakit dan virus, WHO telah menjelaskan bahwa Covid-19 adalah coronavirus disease yang pertama kali ditemukan pada tahun 2019.
Sementara terkait tidak efektifnya vaksin, beberapa sumber telah membuktikan vaksin Covid-19 terbukti efektif menekan angka kematian.
Terkait penamaan penyakit dan virus, WHO telah menjelaskan bahwa Covid-19 adalah coronavirus disease yang pertama kali ditemukan pada tahun 2019.
Sementara terkait tidak efektifnya vaksin, beberapa sumber telah membuktikan vaksin Covid-19 terbukti efektif menekan angka kematian.
Rujukan
- https://x.com/dondihananto/status/1851651327174348962?t=w1reElwoq7RbsqTqc_GVvg&s=08
- https://www.tiktok.com/@merryriana/video/7431566414928006406
- https://www.instagram.com/merryriana/reel/DBwCUqxPxb_/
- https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/technical-guidance/naming-the-coronavirus-disease-(covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it
- https://www.who.int/director-general/speeches/detail/who-director-general-s-remarks-at-the-media-briefing-on-2019-ncov-on-11-february-2020
- https://stacks.cdc.gov/view/cdc/93060#:~:text=The%20new%20name%20of%20this,or%20%E2%80%9C2019-nCoV.%E2%80%9D
- https://www.youtube.com/watch?v=8PxJCvKdaCs
- https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2644986435827090&set=a.1459966224329123&type=3&theater
- https://www.reuters.com/article/world/false-claim-covid-19-stands-for-certification-of-vaccination-identification-by-idUSKCN2262AG/
- https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220225/0939385/data-vaksinasi-booster-dapat-memberikan-perlindungan-hingga-91-dari-risiko-terburuk-covid-19/
- https://www.ama-assn.org/delivering-care/public-health/why-covid-19-deaths-among-vaccinated-show-boosters-matter
(GFD-2024-23939) Apa Iya Tepung Tapioka dan Gula Merah Bisa Atasi Sakit Lambung?
Sumber:Tanggal publish: 01/11/2024
Berita
tirto.id - Media sosial menjadi tempat berbagi beragam informasi, termasuk tips kesehatan. Namun, beragam klaim soal obat kadang perlu diverifikasi lebih lanjut agar tidak lantas menimbulkan permasalahan kesehatan baru.
Sebuah unggahan di Facebook menyebut campuran tepung tapioka dan gula merah bisa menjadi obat dari penyakit maag dan gangguan asam lambung.
"Bubur buat asam lambung & magh kron"is sembuh selamanya 😱⁉️," begitu bunyi unggahan akun "Marsya Sya" pada 19 Oktober 2024 lalu.
Dalam video pendek tersebut, Marsya Sya (arsip) menunjukkan proses pencampuran tepung tapioka dengan air panas dan gula merah. Campuran tersebut disebut baik dikonsumsi pada pagi dan sore hari untuk mengobati masalah lambung.
Sampai dengan Jumat (1/11/2024), video tersebut telah disaksikan setidaknya 1,3 juta kali, serta mengumpulkan 8 ribu tanda suka dan lebih dari 300 komentar. Reels tersebut juga telah dibagikan ulang lebih dari 3 ribu kali. Kami menemukan unggahan serupa dari unggahan akun "Marsya Official" (arsip) dan "vlog yeni yashinta" (arsip).
Di Instagram, unggahan serupa muncul dari akun @dapoernya_linda (arsip). Unggahan tersebut mengumpulkan setidaknya 20 ribu tanda suka.
Lalu bagaimana kebenarannya? Apakah benar campuran tepung tapioka dan gula merah bisa mengatasi masalah mag dan asam lambung?
Sebuah unggahan di Facebook menyebut campuran tepung tapioka dan gula merah bisa menjadi obat dari penyakit maag dan gangguan asam lambung.
"Bubur buat asam lambung & magh kron"is sembuh selamanya 😱⁉️," begitu bunyi unggahan akun "Marsya Sya" pada 19 Oktober 2024 lalu.
Dalam video pendek tersebut, Marsya Sya (arsip) menunjukkan proses pencampuran tepung tapioka dengan air panas dan gula merah. Campuran tersebut disebut baik dikonsumsi pada pagi dan sore hari untuk mengobati masalah lambung.
Sampai dengan Jumat (1/11/2024), video tersebut telah disaksikan setidaknya 1,3 juta kali, serta mengumpulkan 8 ribu tanda suka dan lebih dari 300 komentar. Reels tersebut juga telah dibagikan ulang lebih dari 3 ribu kali. Kami menemukan unggahan serupa dari unggahan akun "Marsya Official" (arsip) dan "vlog yeni yashinta" (arsip).
Di Instagram, unggahan serupa muncul dari akun @dapoernya_linda (arsip). Unggahan tersebut mengumpulkan setidaknya 20 ribu tanda suka.
Lalu bagaimana kebenarannya? Apakah benar campuran tepung tapioka dan gula merah bisa mengatasi masalah mag dan asam lambung?
Hasil Cek Fakta
Pertama-tama, sakit maag, menurut Alodokter, adalah rasa tidak nyaman di perut, seperti perut terasa penuh, rasa panas di perut bagian atas, serta perut kembung. Kondisi ini merupakan gejala penyakit di lambung, seperti tukak lambung atau gastritis.
Sakit maag dapat disebabkan oleh penyakit pada organ di saluran pencernaan, seperti tukak lambung, infeksi bakteri H. pylori, peradangan di lambung (gastritis), dan penyakit refluks asam lambung (GERD). Sakit maag juga bisa terjadi akibat diabetes yang tidak terkontrol.
Kemudian, Tirto mencoba mencari keterkaitan asam lambung dengan konsumsi campuran tepung tapioka dan gula merah. Salah satu hasilnya mengarahkan ke artikel bantahan hoaks dari Kementerian Komunikasi dan Digital berikut.
Artikel dari tahun 2022 itu menyebut rebusan tepung kanji untuk mengobati asam lambung tidak benar. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Ari Fahrial Syam membantah klaim tersebut. Pria, yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Univeristas Indonesia ini, menyebut, belum ada bukti klinis yang bisa membuktikan efektivitas konsumsi rebusan tepung kanji secara rutin untuk mengobati dan mencegah sakit asam lambung.
"Bahkan, pasien-pasien jadi kambuh maagnya mengikuti anjuran ini," katanya.
Adapun tepung kanji dan tepung tapioka terbuat dari sari pati ketela pohon alias singkong. Keduanya adalah produk yang sama, hanya berbeda penyebutan saja.
Kami juga menghubungi dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa, dari Praktek Mandiri Dokter Nurul, di Rangkasbitung, Banten, untuk bertanya lebih jauh dan mengelaborasi terkait konsumsi tepung tapioka untuk mengobati mag.
Menurut dr. Nurul, klaim tepung tapioka dan gula merah untuk mengobati maag itu keliru.
“Beberapa alasannya, karena pertama meskipun tepung tapioka cenderung mudah dicerna, namun terdapat efek lain seperti pembentukan gas dan kembung di saluran cerna. Selain itu juga belum ada penelitian ilmiah yang meneliti dan memperkuat klaim tersebut,” terang dr. Nurul ketika dihubungi Tirto, Jumat (1/11/2024).
Ia juga menyebut, sebenarnya ada penelitian pre-eksperimental yang pernah dilakukan mengenai campuran tapioka dan madu untuk masalah lambung. Namun, penelitian tersebut tidak memiliki sampel yang terbatas sehingga belum bisa digeneralisir dan ditetapkan kuat hasilnya untuk diterapkan pada masyarakat luas.
Lebih lanjut, dr. Nurul menambahkan, risiko lain dari mengkonsumsi campuran tersebut adalah alergi atau justru memperberat gejala yang dirasakan, apabila dikonsumsi saat perut kosong atau sedang nyeri akut.
“Maag atau dispepsia ini bisa dipicu oleh banyak faktor. Apabila terbukti sudah ada luka di lambungnya (misalnya lewat pemeriksaan endoskopi), maka yang dibutuhkan pasien adalah penanganan awal medikamentosa atau obat-obatan yang khusus untuk memperbaiki kondisi lambung tersebut,” terangnya.
Ia juga menambahkan, beberapa tips untuk penderita maag akut, bisa dengan makan dengan porsi sedikit tapi sering. Perlu juga melakukan manajemen stres dengan baik, hindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi seperti pedas, asam, bersoda, kafein tinggi dan sebagainya.
Narasi yang sama juga datang dari informasi dr. Rizki Amy Lavita di halaman tanya jawab Alodokter. Menurut dr. Rizki, sejauh ini belum ada penelitian yang menyebut efektivitas air tepung kanji dengan manisan seperti madu ataupun gula untuk menanggulangi masalah asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).
"Sebaiknya, konsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter Anda, dan konsultasikan kembali keluhan Anda apabila belum ada perubahan," ujarnya.
Beberapa tips untuk mencegah dan meredakan gejala masalah lambung adalah dengan menghindari makanan yang terlalu pedas atau asam, menghindari makanan tinggi lemak, jangan langsung berbaring setelah makan, makan teratur, menurunkan berat badan jika perlu, mengurangi konsumsi kopi dan alkohol, tidak merokok, dan meninggikan bantal tidur.
Snada, dr. Nadia Nurotul Fuadah, juga memberi tanggapan serupa di halaman tanya-jawab Alodokter lainnya.
Menurutnya, tepung kanji terbuat dari singkong sebagai bahan utamanya. Singkong memang diketahui merupakan bahan pangan yang mengandung kaya serat, mudah dicerna, dan efektif meredakan peradangan di saluran cerna, sehingga berguna dalam meredakan gejala penyakit lambung. Campuran tepung kanji, gambir, gula aren, dan air boleh saja dikonsumsi untuk mengatasi rasa tidak nyaman akibat penyakit lambung Anda.
"Meski begitu, tidak disarankan bagi Anda mengonsumsi bubur kanji tersebut saat perut Anda sedang terasa sangat tidak nyaman, misalnya karena penyakit lambung Anda sedang kambuh," katanya.
Melansir dari Healthline, tepung tapioka pada dasarnya tidak berbahaya, namun tepung ini juga hanya memiliki sedikit manfaat kesehatan karena kandungannya yang hanya karbohidrat semata. Terkait kandungan karbohidrat ini, tepung tapioka juga disebut kurang cocok untuk penderita diabetes karena kandungannya hampir murni hanya nutrisi tersebut.
Sementara artikel yang dimuat di situs Johns Hopkins Medicine, rumah sakit dengan sekolah kedokteran pertama di Amerika Serikat, menjabarkan pola konsumsi yang baik untuk penderita GERD. Beberapa kelompok makanan yang dapat menyebabkan nyeri di ulu hati (dampak dari mag) adalah makanan yang kandungan lemak, garam, dan pedasnya tinggi. Beberapa contoh makanan kelompok ini adalah makanan goreng, makanan cepat saji, pizza, keripik kentang, sambal bubuk, bacon dan sosis, dan keju.
Dalam artikel tersebut, Ahli Gastroenterologi di Johns Hopkins Medicine, Ekta Gupta, M.B.B.S., M.D., menekankan pentingnya pengelolaan pola makan dalam mengontrol asam lambung.
Dia kemudian menjabarkan kategori makanan yang dapat mencegah asam lambung. Mulai dari makanan berserat tinggi seperti havermut dan beras merah, sayuran seperti wortel, brokoli, dan asparagus; kemudian makanan dengan kadar alkaline seperti pisang, melon, dan kacang, serta makanan dengan kandungan air tinggi seperti selada, timun, dan semangka.
Sakit maag dapat disebabkan oleh penyakit pada organ di saluran pencernaan, seperti tukak lambung, infeksi bakteri H. pylori, peradangan di lambung (gastritis), dan penyakit refluks asam lambung (GERD). Sakit maag juga bisa terjadi akibat diabetes yang tidak terkontrol.
Kemudian, Tirto mencoba mencari keterkaitan asam lambung dengan konsumsi campuran tepung tapioka dan gula merah. Salah satu hasilnya mengarahkan ke artikel bantahan hoaks dari Kementerian Komunikasi dan Digital berikut.
Artikel dari tahun 2022 itu menyebut rebusan tepung kanji untuk mengobati asam lambung tidak benar. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Ari Fahrial Syam membantah klaim tersebut. Pria, yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Univeristas Indonesia ini, menyebut, belum ada bukti klinis yang bisa membuktikan efektivitas konsumsi rebusan tepung kanji secara rutin untuk mengobati dan mencegah sakit asam lambung.
"Bahkan, pasien-pasien jadi kambuh maagnya mengikuti anjuran ini," katanya.
Adapun tepung kanji dan tepung tapioka terbuat dari sari pati ketela pohon alias singkong. Keduanya adalah produk yang sama, hanya berbeda penyebutan saja.
Kami juga menghubungi dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa, dari Praktek Mandiri Dokter Nurul, di Rangkasbitung, Banten, untuk bertanya lebih jauh dan mengelaborasi terkait konsumsi tepung tapioka untuk mengobati mag.
Menurut dr. Nurul, klaim tepung tapioka dan gula merah untuk mengobati maag itu keliru.
“Beberapa alasannya, karena pertama meskipun tepung tapioka cenderung mudah dicerna, namun terdapat efek lain seperti pembentukan gas dan kembung di saluran cerna. Selain itu juga belum ada penelitian ilmiah yang meneliti dan memperkuat klaim tersebut,” terang dr. Nurul ketika dihubungi Tirto, Jumat (1/11/2024).
Ia juga menyebut, sebenarnya ada penelitian pre-eksperimental yang pernah dilakukan mengenai campuran tapioka dan madu untuk masalah lambung. Namun, penelitian tersebut tidak memiliki sampel yang terbatas sehingga belum bisa digeneralisir dan ditetapkan kuat hasilnya untuk diterapkan pada masyarakat luas.
Lebih lanjut, dr. Nurul menambahkan, risiko lain dari mengkonsumsi campuran tersebut adalah alergi atau justru memperberat gejala yang dirasakan, apabila dikonsumsi saat perut kosong atau sedang nyeri akut.
“Maag atau dispepsia ini bisa dipicu oleh banyak faktor. Apabila terbukti sudah ada luka di lambungnya (misalnya lewat pemeriksaan endoskopi), maka yang dibutuhkan pasien adalah penanganan awal medikamentosa atau obat-obatan yang khusus untuk memperbaiki kondisi lambung tersebut,” terangnya.
Ia juga menambahkan, beberapa tips untuk penderita maag akut, bisa dengan makan dengan porsi sedikit tapi sering. Perlu juga melakukan manajemen stres dengan baik, hindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi seperti pedas, asam, bersoda, kafein tinggi dan sebagainya.
Narasi yang sama juga datang dari informasi dr. Rizki Amy Lavita di halaman tanya jawab Alodokter. Menurut dr. Rizki, sejauh ini belum ada penelitian yang menyebut efektivitas air tepung kanji dengan manisan seperti madu ataupun gula untuk menanggulangi masalah asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).
"Sebaiknya, konsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter Anda, dan konsultasikan kembali keluhan Anda apabila belum ada perubahan," ujarnya.
Beberapa tips untuk mencegah dan meredakan gejala masalah lambung adalah dengan menghindari makanan yang terlalu pedas atau asam, menghindari makanan tinggi lemak, jangan langsung berbaring setelah makan, makan teratur, menurunkan berat badan jika perlu, mengurangi konsumsi kopi dan alkohol, tidak merokok, dan meninggikan bantal tidur.
Snada, dr. Nadia Nurotul Fuadah, juga memberi tanggapan serupa di halaman tanya-jawab Alodokter lainnya.
Menurutnya, tepung kanji terbuat dari singkong sebagai bahan utamanya. Singkong memang diketahui merupakan bahan pangan yang mengandung kaya serat, mudah dicerna, dan efektif meredakan peradangan di saluran cerna, sehingga berguna dalam meredakan gejala penyakit lambung. Campuran tepung kanji, gambir, gula aren, dan air boleh saja dikonsumsi untuk mengatasi rasa tidak nyaman akibat penyakit lambung Anda.
"Meski begitu, tidak disarankan bagi Anda mengonsumsi bubur kanji tersebut saat perut Anda sedang terasa sangat tidak nyaman, misalnya karena penyakit lambung Anda sedang kambuh," katanya.
Melansir dari Healthline, tepung tapioka pada dasarnya tidak berbahaya, namun tepung ini juga hanya memiliki sedikit manfaat kesehatan karena kandungannya yang hanya karbohidrat semata. Terkait kandungan karbohidrat ini, tepung tapioka juga disebut kurang cocok untuk penderita diabetes karena kandungannya hampir murni hanya nutrisi tersebut.
Sementara artikel yang dimuat di situs Johns Hopkins Medicine, rumah sakit dengan sekolah kedokteran pertama di Amerika Serikat, menjabarkan pola konsumsi yang baik untuk penderita GERD. Beberapa kelompok makanan yang dapat menyebabkan nyeri di ulu hati (dampak dari mag) adalah makanan yang kandungan lemak, garam, dan pedasnya tinggi. Beberapa contoh makanan kelompok ini adalah makanan goreng, makanan cepat saji, pizza, keripik kentang, sambal bubuk, bacon dan sosis, dan keju.
Dalam artikel tersebut, Ahli Gastroenterologi di Johns Hopkins Medicine, Ekta Gupta, M.B.B.S., M.D., menekankan pentingnya pengelolaan pola makan dalam mengontrol asam lambung.
Dia kemudian menjabarkan kategori makanan yang dapat mencegah asam lambung. Mulai dari makanan berserat tinggi seperti havermut dan beras merah, sayuran seperti wortel, brokoli, dan asparagus; kemudian makanan dengan kadar alkaline seperti pisang, melon, dan kacang, serta makanan dengan kandungan air tinggi seperti selada, timun, dan semangka.
Kesimpulan
Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan, klaim campuran tepung tapioka dan gula merah bisa menyembuhkan mag kronis bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Sejumlah dokter telah membantah klaim ini dan menyebut belum ada penelitian ilmiah yang menyebutkan keterkaitan tepung tapioka dengan masalah maag atau asam lambung.
Saran dari beberapa ahli terkait masalah mag dan asam lambung adalah dengan mengatur pola makan dan menghindari jenis makanan yang dapat memacu naiknya asam lambung, seperti yang terlalu pedas atau asam dan tinggi lemak.
Sejumlah dokter telah membantah klaim ini dan menyebut belum ada penelitian ilmiah yang menyebutkan keterkaitan tepung tapioka dengan masalah maag atau asam lambung.
Saran dari beberapa ahli terkait masalah mag dan asam lambung adalah dengan mengatur pola makan dan menghindari jenis makanan yang dapat memacu naiknya asam lambung, seperti yang terlalu pedas atau asam dan tinggi lemak.
Rujukan
- https://www.facebook.com/reel/1294504321716987
- https://archive.ph/wip/XZYFd
- https://www.facebook.com/reel/810594314599280
- https://www.facebook.com/reel/1204262087540229
- https://archive.ph/wip/RrhwH
- https://www.instagram.com/reel/C-SYEXfN2o-/?fbclid=IwZXh0bgNhZW0CMTAAAR0WUnoyQ99EL31D-YPthF-3mT_2oCxMe8S3e_S_EZnMnQ88vl1F_YetB30_aem_0iXOaJNf3Kn5hTydhItv_Q
- https://ghostarchive.org/archive/IMSVp
- https://www.alodokter.com/sakit-maag
- https://www.kominfo.go.id/berita/pengumuman/detail/hoaks-mengobati-asam-lambung-dengan-rebusan-tepung-kanji-dan-gula-merah
- https://rosebrand.co.id/artikel/detail/perbedaan-tepung-beras-tepung-tapioka-dan-tepung-ketan/2/
- https://stiemuttaqien.ac.id/ojs/index.php/OJS/article/view/511/367
- https://www.alodokter.com/komunitas/topic/tentang-gerd-2
- https://www.alodokter.com/komunitas/topic/setiap-pagi-saya-konsumsi-bubur-kanji-
- https://www.healthline.com/nutrition/tapioca#TOC_TITLE_HDR_8
- https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/gerd-diet-foods-that-help-with-acid-reflux-heartburn
(GFD-2024-23938) Salah, Video Prabowo Promosi Jam Tangan
Sumber:Tanggal publish: 31/10/2024
Berita
tirto.id - Sebuah unggahan di media sosial ramai menarik perhatian terkait dengan iklan jam tangan yang menggunakan figur Prabowo. Unggahan di Facebook menyebut Presiden Indonesia ke-8 ini memberikan penawaran jam tangan terkait dengan kemenangan dia pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
“Dalam menyambut kemenangan saya, Prabowo, untuk seluruh rakyat Indonesia saya akan mempromosikan jam beli 1 gratis 1,” ucap Prabowo dalam video pendek berdurasi sekitar 16 detik tersebut dari unggahan akun “Gemoyy 02” di Facebook pada 28 Oktober 2024 (arsip).
Video tersebut mencurigakan, karena gerak mulut Prabowo dan audio yang keluar tidak sinkron, meski suara audio yang ada terdengar seperti suara Prabowo. Meski begitu, sudah ada lebih dari 250 ribu orang menonton video tersebut. Unggahan ini juga mengumpulkan 1,4 ribu tanda suka dan 166 komentar tersemat dalam unggahan tersebut. Sejumlah komentar dari video juga menyebut kalau suara dalam video sangat mirip dengan Prabowo.
Kami juga menemukan video serupa dari unggahan akun "T0K0 Collection" (arsip) dan "Toko mamah gigi viral" (arsip) dengan modus yang serupa mesti menggunakan video yang berbeda. Kedua video tersebut juga mengumpulkan penonton sampai ratusan ribu bahkan jutaan.
Lalu, bagaimana faktanya terkait dengan video promosi jam tangan oleh Prabowo?
“Dalam menyambut kemenangan saya, Prabowo, untuk seluruh rakyat Indonesia saya akan mempromosikan jam beli 1 gratis 1,” ucap Prabowo dalam video pendek berdurasi sekitar 16 detik tersebut dari unggahan akun “Gemoyy 02” di Facebook pada 28 Oktober 2024 (arsip).
Video tersebut mencurigakan, karena gerak mulut Prabowo dan audio yang keluar tidak sinkron, meski suara audio yang ada terdengar seperti suara Prabowo. Meski begitu, sudah ada lebih dari 250 ribu orang menonton video tersebut. Unggahan ini juga mengumpulkan 1,4 ribu tanda suka dan 166 komentar tersemat dalam unggahan tersebut. Sejumlah komentar dari video juga menyebut kalau suara dalam video sangat mirip dengan Prabowo.
Kami juga menemukan video serupa dari unggahan akun "T0K0 Collection" (arsip) dan "Toko mamah gigi viral" (arsip) dengan modus yang serupa mesti menggunakan video yang berbeda. Kedua video tersebut juga mengumpulkan penonton sampai ratusan ribu bahkan jutaan.
Lalu, bagaimana faktanya terkait dengan video promosi jam tangan oleh Prabowo?
Hasil Cek Fakta
Mula-mula Tirto melakukan pemindaian konten audio dalam video karena sangat terlihat tidak sinkron antara gerak mulut Prabowo dengan konten audionya. Kami menggunakan perangkat Hive Moderation untuk memindai konten audio dari video tersebut.
Hasil pemindaian menunjukkan, kemungkinan konten audio dibuat dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) sebesar 99,8 persen.
Kami kemudian mencoba mengambil cuplikan video tersebut untuk melakukan pencarian gambar terbalik (reverse image search). Dari video yang ramai mendapat perhatian pada bulan Oktober, hasil pencarian mengarahkan ke video berikut yang diunggah kanal CNN Indonesia. Diketahui video tersebut berasal dari kejadian 29 April 2024 dalam acara halal-bihalal PBNU saat Prabowo memberikan sambutan.
Dalam video tersebut Prabowo bercerita tentang kedekatannya dengan Nahdlatul Ulama (NU). Ia juga menyampaikan permintaan maafnya kepada pengurus besar NU karena tidak bisa hadir di pesantren besutan NU yang mendukung di Pilpres 2024.
Sedangkan di video lainnya, hasil pencarian menunjukkan, potongan foto diambil dari debat kelima Pilpres 2024 pada 4 Februari 2024. Dalam video tersebut Prabowo menyampaikan soal perbaikan gaji guru.
Tidak ada narasi soal penjualan jam tangan dalam dua video tersebut.
Hasil pemindaian menunjukkan, kemungkinan konten audio dibuat dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) sebesar 99,8 persen.
Kami kemudian mencoba mengambil cuplikan video tersebut untuk melakukan pencarian gambar terbalik (reverse image search). Dari video yang ramai mendapat perhatian pada bulan Oktober, hasil pencarian mengarahkan ke video berikut yang diunggah kanal CNN Indonesia. Diketahui video tersebut berasal dari kejadian 29 April 2024 dalam acara halal-bihalal PBNU saat Prabowo memberikan sambutan.
Dalam video tersebut Prabowo bercerita tentang kedekatannya dengan Nahdlatul Ulama (NU). Ia juga menyampaikan permintaan maafnya kepada pengurus besar NU karena tidak bisa hadir di pesantren besutan NU yang mendukung di Pilpres 2024.
Sedangkan di video lainnya, hasil pencarian menunjukkan, potongan foto diambil dari debat kelima Pilpres 2024 pada 4 Februari 2024. Dalam video tersebut Prabowo menyampaikan soal perbaikan gaji guru.
Tidak ada narasi soal penjualan jam tangan dalam dua video tersebut.
Kesimpulan
Hasil penelusuran fakta menunjukkan video Prabowo mempromosikan jam tangan dalam rangka kemenangan Pemilu 2024 bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Potongan video yang beredar di Facebook mengambil dari video pidato Prabowo di beberapa acara yang tidak ada kaitannya sama sekali dalam penjualan jam tangan. Suara Prabowo dalam video dicurigai dibuat dengan AI.
Potongan video yang beredar di Facebook mengambil dari video pidato Prabowo di beberapa acara yang tidak ada kaitannya sama sekali dalam penjualan jam tangan. Suara Prabowo dalam video dicurigai dibuat dengan AI.
Rujukan
- https://www.facebook.com/61557015329830/videos/585307110505926/
- https://archive.ph/wip/J4cvm
- https://www.facebook.com/61550643252745/videos/2066497537080245/
- https://archive.ph/wip/9oNQm
- https://www.facebook.com/61556888439743/videos/452381897318885/
- https://archive.ph/wip/73pLj
- https://lens.google.com/search?ep=gsbubb&hl=id&re=df&p=AbrfA8qX_2smFv4SaAQAKDq6seVR30HYEbwjDHIkewU26HzQ6tLx2wUzK1qTN40NfNqK3rwjR7nnEp-axC5TQGhbSt9PCWH4ScRH5eCUO3v12xVQo37n6rwK61jpIt7KsJ7P4QPZTJXrM_F6aMEOGwVdHpgCQ6ufN5Wxdg75EJxoCIqqGeMnNcNduXHMu4ydrwd45Ni2Ojd3h7gLA-x3G2Ay45-dtl99cOLiU_7yQPEEfoX58yErDYVLaU-vsUWDnVN5ijI5NcubWFC1ikeYgKM6TaFJ9Ngpn3Ow5X96E2yJtHcXGsazN2pSLVCkcChTYid0DaLQvqxPeoQC0oio3Cg%3D#lns=W251bGwsbnVsbCxudWxsLG51bGwsbnVsbCxudWxsLG51bGwsIkVrY0tKR1UyTnpnNE9UbGtMV1V5T1RrdE5EWmpNUzA1TkRjd0xXWmlPVFkyT1dNMk16UXdNaElmYTNoT2VsaHZhbEZDYWpSWWMwWldkMUYzZG5veE4wZHRZamhOWWt4b2F3PT0iLG51bGwsbnVsbCxudWxsLG51bGwsbnVsbCxudWxsLG51bGwsWyJjMDhjMzQyNS1hNGZiLTRjYzYtYjY4Yi1mODhkM2FhNWVkY2YiXV0=
- https://www.youtube.com/watch?v=8N1iyQj86oM
- https://lens.google.com/search?ep=gsbubb&hl=id&re=df&p=AbrfA8q5MKJ_nskr7jIuraRkClOTFUnsR-BjzBmynVmG4kuF8lMs6FXAT46HbkfWxK1Ptih67CWHsQGCA_4zoVEHlBQoZpl82y8hHT3OFy-zAITHLY5fzGz8XCffLtPD_cRFESugQi9YnqgNhY6_WSLvtjP865ObEocpVLvFYrgaYc-gfHoNIDYuKAUjqRygrd-UNyhFeN-h6-r7RcgV6QnaoKdqWAqDaq_GbVe_Xhe9EpcYEw6t2Yaq38K21yt7kedmjBa1ByzEc7Bz7vVj_O9WhNcmRep96rtWjQfMIRL80_JrYrjTYNKYX2P_W4Kjjms_1oicT_y5QMDlbviUe5w%3D#lns=W251bGwsbnVsbCxudWxsLG51bGwsbnVsbCxudWxsLG51bGwsIkVrY0tKRGRqTVRNeE5XSXhMV0UzT1RRdE5EWmpOQzFpTW1KakxUUmlaamxpWlROaU56bGlNeElmUlRkRU9WRmljMWgzYTBsV2MwWldkMUYzZG5veE4wZ3laMGRuWkV4b2F3PT0iLG51bGwsbnVsbCxudWxsLG51bGwsbnVsbCxudWxsLG51bGwsWyIzMmExZDE3MS1kYWE3LTQ3NDItOTA2Ni0zNTgwZDg1MTc4MzkiXV0=
- https://www.youtube.com/watch?v=MVLTBTckLcs
Halaman: 54/5402