“BANYAK ORANG PIKIRKAN COVID-19 BERAKHIR 2021. DOKUMEN BANK DUNIA MENGATAKAN COVID-19 BERAKHIR 2025.
ADA ALASAN NEGARA ORDER BOOSTER SAMPAI 2024
BAIK ORANG PEMBERONTAK DAN INI AKAN BERJALAN SAMPAI 2025 DAN KITA AKAN DIPERCAYA
.
Dokumen Bank Dunia”
(GFD-2021-7377) [SALAH] Dokumen Bank Dunia Tetapkan Covid-19 Sampai Tahun 2025
Sumber: Facebook.comTanggal publish: 08/08/2021
Berita
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah unggahan di media sosial Facebook yang menyebutkan bahwa Bank Dunia telah merancangkan pandemi Covid-19 sampai tahun 2025. Kabar ini didukung dengan penyertaan gambar dari Document of World Economic Plan yang dipublikasikan oleh Bank Dunia pada tahun 2020 lalu.
Namun setelah dilakukan penelusuran, kabar yang menyatakan bahwa Bank Dunia telah merencanakan pandemi Covid-19 sampai tahun 2025 adalah bentuk kesalahpahaman. Tanggal dimulai dan berakhir dalam dokumen tersebut adalah tanggal awal dan berakhir sebuah rencana yang disusun oleh Bank Dunia untuk merespon dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 di berbagai negara.
Dokumen Bank Dunia dibuat pada 2 April 2020, dan terdiri dari strategi dan sumber daya yang disusun dalam menanggapi ancaman yang ditimbulkan oleh COVID-19. Ini menyoroti kebutuhan untuk mendukung dan memastikan sumber daya yang memadai dan untuk mendanai tanggap darurat yang cepat di 25 negara. Seluruh dokumen menyebutkan dampak terhadap ekonomi, investasi yang dibutuhkan dari pemerintah dan bisnis, dan langkah-langkah lainnya. Proyek yang dijadwalkan ini diharapkan dapat berjalan hingga tahun 2025.
Bank Dunia belum memberikan tanggal akhir pandemi pada titik mana pun. Sudah diketahui bahwa pandemi telah berdampak pada bisnis dan ekonomi, dan bahkan setelah kehidupan publik dibuka kembali, perlu beberapa tahun untuk pulih. Berdasarkan pertimbangan inilah maka Bank Dunia menetapkan tahun 2025 sebagai tahun berakhirnya proyek ini.
Melansir dari Reuters, unggahan seperti ini telah muncul pada tahun 2020. Di luar negeri sendiri haoks ini telah beredar bahkan lebih terkenal. Pengguna Shore Shanidze yang memublikasikan postingan Nino Bregadze di profilnya tentang penetapan Bank Dunia bahwa Covid-19 akan berakhir di 2025 dan semua manusia ditipu akan itu. Namun setelah ditelusuri, diketahui ternyata klaim tersebut adalah terjemahan Georgia dari teori konspirasi Rusia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa unggahan yang menyatakan bahwa Bank Dunia telah menetapkan waktu berakhir Covid-19 di tahun 2025 adalah hoaks kategori misleading content atau konten yang menyesatkan.
Namun setelah dilakukan penelusuran, kabar yang menyatakan bahwa Bank Dunia telah merencanakan pandemi Covid-19 sampai tahun 2025 adalah bentuk kesalahpahaman. Tanggal dimulai dan berakhir dalam dokumen tersebut adalah tanggal awal dan berakhir sebuah rencana yang disusun oleh Bank Dunia untuk merespon dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 di berbagai negara.
Dokumen Bank Dunia dibuat pada 2 April 2020, dan terdiri dari strategi dan sumber daya yang disusun dalam menanggapi ancaman yang ditimbulkan oleh COVID-19. Ini menyoroti kebutuhan untuk mendukung dan memastikan sumber daya yang memadai dan untuk mendanai tanggap darurat yang cepat di 25 negara. Seluruh dokumen menyebutkan dampak terhadap ekonomi, investasi yang dibutuhkan dari pemerintah dan bisnis, dan langkah-langkah lainnya. Proyek yang dijadwalkan ini diharapkan dapat berjalan hingga tahun 2025.
Bank Dunia belum memberikan tanggal akhir pandemi pada titik mana pun. Sudah diketahui bahwa pandemi telah berdampak pada bisnis dan ekonomi, dan bahkan setelah kehidupan publik dibuka kembali, perlu beberapa tahun untuk pulih. Berdasarkan pertimbangan inilah maka Bank Dunia menetapkan tahun 2025 sebagai tahun berakhirnya proyek ini.
Melansir dari Reuters, unggahan seperti ini telah muncul pada tahun 2020. Di luar negeri sendiri haoks ini telah beredar bahkan lebih terkenal. Pengguna Shore Shanidze yang memublikasikan postingan Nino Bregadze di profilnya tentang penetapan Bank Dunia bahwa Covid-19 akan berakhir di 2025 dan semua manusia ditipu akan itu. Namun setelah ditelusuri, diketahui ternyata klaim tersebut adalah terjemahan Georgia dari teori konspirasi Rusia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa unggahan yang menyatakan bahwa Bank Dunia telah menetapkan waktu berakhir Covid-19 di tahun 2025 adalah hoaks kategori misleading content atau konten yang menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Gabriela Nauli Sinaga (Universitas Sumatera Utara)
Faktanya adalah dokumen bank dunia itu bukan memprediksi kapan waktu Covid-19, tapi melakukan persiapan rencana ekonomi untuk jangka waktu sampai 2025 mendatang.
Faktanya adalah dokumen bank dunia itu bukan memprediksi kapan waktu Covid-19, tapi melakukan persiapan rencana ekonomi untuk jangka waktu sampai 2025 mendatang.
Rujukan
(GFD-2021-7376) [SALAH] Tautan Pendaftaran Bantuan Sosial Sebesar Rp500.000 dari Kementerian Sosial
Sumber: Whatsapp.comTanggal publish: 07/08/2021
Berita
“Kementerian Sosial
kondisi:
Pekerja yang bekerja atau menganggur
Bukan TKI
Anda harus warga negara Indonesia
Klik di sini untuk berpartisipasi 👇
https://w-jvip(dot)xyz/i/Nationalday/?show=1
bantuan kementerian sosial
tenggat waktu:2021-9-8”
kondisi:
Pekerja yang bekerja atau menganggur
Bukan TKI
Anda harus warga negara Indonesia
Klik di sini untuk berpartisipasi 👇
https://w-jvip(dot)xyz/i/Nationalday/?show=1
bantuan kementerian sosial
tenggat waktu:2021-9-8”
Hasil Cek Fakta
Beredar sebuah pesan berantai melalui WhatsApp yang berisi tautan untuk pendaftaran penerima bantuan sosial sebesar Rp500.000 dari Kementerian Sosial. Ketika tautan tersebut diakses, muncul beberapa pertanyaan terkait data diri yang harus diisi. Dalam pesan tersebut juga dicantumkan batas akhir pendaftaran adalah pada 8 September 2021.
Berdasarkan hasil penelusuran, tautan tersebut bukan merupakan tautan resmi dari Kemensos. Pendaftaran dan pengecekan penerima bantuan sosial hanya dilakukan melalui situs resmi Kemensos, cekbansos.kemensos.go.id. Lebih lanjut, melansir dari Tempo, Menteri Sosial Tri Rismaharini menjelaskan bahwa bantuan sosial yang diberikan oleh Kemensos adalah berupa bantuan sembako senilai Rp200.000 selama 6 bulan, yaitu sejak Juli hingga Desember 2021.
Narasi serupa juga pernah beberapa kali beredar sebelumnya dengan nominal bantuan sebesar Rp300.000 hingga Rp600.000. Artikel dengan topik serupa telah dimuat dalam situs turnbackhoax.id.
Dengan demikian, pesan berantai yang beredar melalui WhatsApp tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Palsu/Fabricated Content.
Berdasarkan hasil penelusuran, tautan tersebut bukan merupakan tautan resmi dari Kemensos. Pendaftaran dan pengecekan penerima bantuan sosial hanya dilakukan melalui situs resmi Kemensos, cekbansos.kemensos.go.id. Lebih lanjut, melansir dari Tempo, Menteri Sosial Tri Rismaharini menjelaskan bahwa bantuan sosial yang diberikan oleh Kemensos adalah berupa bantuan sembako senilai Rp200.000 selama 6 bulan, yaitu sejak Juli hingga Desember 2021.
Narasi serupa juga pernah beberapa kali beredar sebelumnya dengan nominal bantuan sebesar Rp300.000 hingga Rp600.000. Artikel dengan topik serupa telah dimuat dalam situs turnbackhoax.id.
Dengan demikian, pesan berantai yang beredar melalui WhatsApp tersebut dapat dikategorikan sebagai Konten Palsu/Fabricated Content.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Khairunnisa Andini (Universitas Diponegoro).
Bukan tautan resmi dari Kementerian Sosial. Pendaftaran dan pengecekan penerima bantuan sosial hanya dilakukan melalui situs resmi Kemensos, cekbansos.kemensos.go.id.
Bukan tautan resmi dari Kementerian Sosial. Pendaftaran dan pengecekan penerima bantuan sosial hanya dilakukan melalui situs resmi Kemensos, cekbansos.kemensos.go.id.
Rujukan
- https://turnbackhoax.id/2021/04/25/salah-bantuan-sosial-tunai-bst-600-ribu-sudah-dapat-dicairkan/
- https://turnbackhoax.id/2021/07/09/salah-link-untuk-pengecekan-penerima-bantuan-ppkm-rp300-000/
- https://turnbackhoax.id/2021/08/05/salah-link-pengecekan-penerima-bansos-dengan-nik-e-ktp/
- https://nasional.tempo.co/read/1487502/ada-warga-belum-terima-bansos-covid-19-risma-usulan-penerima-dari-pemda
(GFD-2021-7375) [SALAH] Artis Iis Dahlia Ditangkap Usai Jual Surat Swab Antigen Serta PCR Palsu, Terancam 6 Tahun Penjara
Sumber: facebook.comTanggal publish: 07/08/2021
Berita
Akun Facebook Rony Rofi membagikan tautan yang berjudul “Iis Dahlia Ditangkap Usai Jual Surat Swab Antigen Serta PCR Palsu, Terancam 6 Tahun Penjara”. Nampak foto artis Iis Dahlia yang di pasang dalam artikel tersebut.
Hasil Cek Fakta
Setelah ditelusuri ditemukan informasi pada akun Instagram resmi Iis Dahlia. Dalam salah satu postingannya yang diunggah pada 28 Juli 2021 Iis Dahlia membantah jika Iis Dahlia merupakan pelaku Surat Swab Antigen serta PCR palsu.
Melansir dari voi.id Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Achmad Akbar menjelaskan kedua tersangka, Iis Dahlia dan Joko merupakan pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan dan bukanlah artis seperti yang ramai dikabarkan via aplikasi agregator.
“Saya tegaskan, Iis Dahlia alias ID yang dimaksud bukan artis. Dia pengangguran. Tersangka memiliki jaringan lain yang berkaitan dengan penangkapan tersangka kasus serupa oleh Polda Metro Jaya. Jadi sekali lagi, ID bukanlah artis,” kata Achmad Akbar saat dihubungi wartawan voi.id, Rabu 28 Juli mengutip dari voi.id.
Dengan demikian klaim bahwa artis Iis Dahlia ditangkap karena menjual surat Swab antigen dan PCR palsu tidak benar hal tersebut sudah dibatah oleh Iis Dahlia dan dijelaskan lebih lanjut oleh Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan sehingga masuk dalam kategori false connection/koneksi yang salah.
Melansir dari voi.id Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Achmad Akbar menjelaskan kedua tersangka, Iis Dahlia dan Joko merupakan pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan dan bukanlah artis seperti yang ramai dikabarkan via aplikasi agregator.
“Saya tegaskan, Iis Dahlia alias ID yang dimaksud bukan artis. Dia pengangguran. Tersangka memiliki jaringan lain yang berkaitan dengan penangkapan tersangka kasus serupa oleh Polda Metro Jaya. Jadi sekali lagi, ID bukanlah artis,” kata Achmad Akbar saat dihubungi wartawan voi.id, Rabu 28 Juli mengutip dari voi.id.
Dengan demikian klaim bahwa artis Iis Dahlia ditangkap karena menjual surat Swab antigen dan PCR palsu tidak benar hal tersebut sudah dibatah oleh Iis Dahlia dan dijelaskan lebih lanjut oleh Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan sehingga masuk dalam kategori false connection/koneksi yang salah.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Luthfiyah Oktari Jasmien (UIN Raden Mas Said Surakarta).
Hal tersebut tidak benar. Faktanya, informasi tersebut dibantah oleh Iis Dahlia melalui akun Instagram lebih lanjut Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan menjelaskan hal yang sama yaitu Iis Dahlia yang dimaksud tidak mempunyai pekerjaan dan bukan merupakan artis Iis Dahlia.
Hal tersebut tidak benar. Faktanya, informasi tersebut dibantah oleh Iis Dahlia melalui akun Instagram lebih lanjut Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan menjelaskan hal yang sama yaitu Iis Dahlia yang dimaksud tidak mempunyai pekerjaan dan bukan merupakan artis Iis Dahlia.
Rujukan
(GFD-2021-7374) [SALAH] “Vaksin Corona Tidak Terbukti Aman dan Efektif, Coronavirus Sama seperti Flu Biasa, Ini adalah Pandemi Palsu”
Sumber: facebook.comTanggal publish: 07/08/2021
Berita
Beredar postingan di Facebook oleh akun bernama anticovid di grup “JOKOWI PRESIDEN GAGAL”. Postingan tersebut membagikan sebuah video berdurasi 30 detik, memperlihatkan seorang bernama Dr. Johan Denis, yang diketahui sebagai dokter medis dan pengobatan alternatif dari Belgia.
Johan Denis mengklaim bahwa vaksin Covid-19 tidak terbukti aman dan efektif. Ia juga menyebut pandemi Covid-19 adalah palsu, selain itu Denis juga mengklaim bahwa Covid-19 memiliki tingkat bahaya, tingkat kematian, dan tingkat penyebaran yang sama dengan infuenza.
Johan Denis mengklaim bahwa vaksin Covid-19 tidak terbukti aman dan efektif. Ia juga menyebut pandemi Covid-19 adalah palsu, selain itu Denis juga mengklaim bahwa Covid-19 memiliki tingkat bahaya, tingkat kematian, dan tingkat penyebaran yang sama dengan infuenza.
Hasil Cek Fakta
Setelah dilalukan penelusuran fakta, klaim Johan Denis adalah hoax. Pandemi Covid-19 bukan rekayasa atau palsu. Sebuah penyakit dikatakan menjadi pandemi dikarenakan sudah mewabah dan serempak terjadi dimana-mana, meliputi daerah geografis yang luas (seluruh Negara/benua). Penyakit tersebut sudah menjadi permasalahan bersama seluruh warga dunia.
Bersumber dari worldometers.info, hingga 06 Agustus 2021 tercatat sudah 201 juta kasus positif global dengan total 4 juta kematian.
Johan Denis adalah dokter umum dari Antwerp, Belgia, yang status profesi dokternya ditangguhkan karena memberikan sertifkasi pembebasan penggunaan masker bagi pasien yang tidak mengalami gejala pernapasan. Selain itu ia juga memiliki riwayat menyebarkan hoax dan konspirasi Covid-19, seperti vaksin dapat mengubah DNA, dan konspirasi jaringan 5G yang dihubungkan-hubungkan dengan pandemi.
Tingkat bahaya, tingkat kematian, dan tingkat penyebaran Covid-19 yang disamakan dengan Influenza juga tidak benar. Menurut Andrew Pekosz, Ph.D, ahli virologi terkemuka yang berpengalaman menangani Influenza dan Covid-19 sekaligus Profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Johns Hopkins, menerangkan bahwa Covid-19 membawa tingkat keparahan dan tingkat mortalitas lebih tinggi ketimbang Influenza. Sejak Desember 2020, Covid-19 membunuh lebih banyak orang di Amerika Serikat daripada Influenza dalam 5 tahun terakhir.
Selain itu alasan Covid-19 lebih berbahaya dari Influenza adalah efek jangka panjang yang diterima penyintas Covid, yakni mereka merasakan permasalahan kesehatan yang lebih banyak daripada peyintas Influenza, di antaranya yakni lemah fisik, sesak napas, kesulitan fokus, dan dalam beberapa kasus terjadi gagal ginjal dan jantung.
Covid-19 juga memiliki tingkat penularan lebih tinggi dan cepat ketimbang Influenza. Tidak seperti Influenza, belum ada vaksin untuk Covid-19 sebelumnya dan infeksi terhadap SARS-CoV-2 yang minim sehingga banyak orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap virus Corona.
Terkait dengan keamanan dan efektivitas vaksinasi, sudah pernah dibahas sebelumnya di salah satu artikel turnbackhoax.id yang berjudul “[SALAH] Vaksin Mengandung Racun Berbahaya”. Dijelaskan oleh Kementrian Kesehatan bahwa vaksin yang banyak digunakan di Indonesia yakni Sinovac dan AstraZeneca, telah memenuhi standar WHO untuk keamanan, efikasi, dan pembuatan. WHO dan BPOM juga telah memasukkan Sinovac ke Daftar Penggunaan Darurat (EUL) bersama vaksin AstraZeneca, Pfizer, Moderna dan Sinopharm.
Vaksin juga terbukti efektif. Negara-negara yang sudah melakukan vaksinasi lebih dari 50% warganya juga mengalami tren penurunan kasus positif seperti di Amerika Serikat. Dilansir dari The New York Times, Amerika Serikat mengalami tren penurunan jumlah kematian akibat Covid-19 dari bulan April hingga Juli 2021. Kota New York yang sempat menjadi episentrum virus Corona di Amerika Serikat mulai melonggarkan aturan pembatasan jarak sosial, hal itu dikarenakan terjadi penurunan kasus positif dan banyaknya warga yang sudah divaksin.
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa klaim Johan Denis adalah tidak benar dan termasuk kategori Konten yang Menyesatkan.
Bersumber dari worldometers.info, hingga 06 Agustus 2021 tercatat sudah 201 juta kasus positif global dengan total 4 juta kematian.
Johan Denis adalah dokter umum dari Antwerp, Belgia, yang status profesi dokternya ditangguhkan karena memberikan sertifkasi pembebasan penggunaan masker bagi pasien yang tidak mengalami gejala pernapasan. Selain itu ia juga memiliki riwayat menyebarkan hoax dan konspirasi Covid-19, seperti vaksin dapat mengubah DNA, dan konspirasi jaringan 5G yang dihubungkan-hubungkan dengan pandemi.
Tingkat bahaya, tingkat kematian, dan tingkat penyebaran Covid-19 yang disamakan dengan Influenza juga tidak benar. Menurut Andrew Pekosz, Ph.D, ahli virologi terkemuka yang berpengalaman menangani Influenza dan Covid-19 sekaligus Profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Johns Hopkins, menerangkan bahwa Covid-19 membawa tingkat keparahan dan tingkat mortalitas lebih tinggi ketimbang Influenza. Sejak Desember 2020, Covid-19 membunuh lebih banyak orang di Amerika Serikat daripada Influenza dalam 5 tahun terakhir.
Selain itu alasan Covid-19 lebih berbahaya dari Influenza adalah efek jangka panjang yang diterima penyintas Covid, yakni mereka merasakan permasalahan kesehatan yang lebih banyak daripada peyintas Influenza, di antaranya yakni lemah fisik, sesak napas, kesulitan fokus, dan dalam beberapa kasus terjadi gagal ginjal dan jantung.
Covid-19 juga memiliki tingkat penularan lebih tinggi dan cepat ketimbang Influenza. Tidak seperti Influenza, belum ada vaksin untuk Covid-19 sebelumnya dan infeksi terhadap SARS-CoV-2 yang minim sehingga banyak orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap virus Corona.
Terkait dengan keamanan dan efektivitas vaksinasi, sudah pernah dibahas sebelumnya di salah satu artikel turnbackhoax.id yang berjudul “[SALAH] Vaksin Mengandung Racun Berbahaya”. Dijelaskan oleh Kementrian Kesehatan bahwa vaksin yang banyak digunakan di Indonesia yakni Sinovac dan AstraZeneca, telah memenuhi standar WHO untuk keamanan, efikasi, dan pembuatan. WHO dan BPOM juga telah memasukkan Sinovac ke Daftar Penggunaan Darurat (EUL) bersama vaksin AstraZeneca, Pfizer, Moderna dan Sinopharm.
Vaksin juga terbukti efektif. Negara-negara yang sudah melakukan vaksinasi lebih dari 50% warganya juga mengalami tren penurunan kasus positif seperti di Amerika Serikat. Dilansir dari The New York Times, Amerika Serikat mengalami tren penurunan jumlah kematian akibat Covid-19 dari bulan April hingga Juli 2021. Kota New York yang sempat menjadi episentrum virus Corona di Amerika Serikat mulai melonggarkan aturan pembatasan jarak sosial, hal itu dikarenakan terjadi penurunan kasus positif dan banyaknya warga yang sudah divaksin.
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa klaim Johan Denis adalah tidak benar dan termasuk kategori Konten yang Menyesatkan.
Kesimpulan
Hasil Periksa Fakta Ani Nur MR (Universitas Airlangga).
Informasi Menyesatkan. Pandemi Covid-19 bukanlah arekayasa, hingga 06 Agustus 2021 tercatat sudah 201 juta kasus positif global dengan total 4 juta kematian. Andrew Pekosz, Ph.D, Profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Johns Hopkins menyatakan bahwa Covid-19 lebih mematikan dari Influenza. Adapun vaksin Covid-19 telah memenuhi standar aman dari BPOM dan terbukti efektif menurunkan jumlah kasus positif di berbagai negara.
Informasi Menyesatkan. Pandemi Covid-19 bukanlah arekayasa, hingga 06 Agustus 2021 tercatat sudah 201 juta kasus positif global dengan total 4 juta kematian. Andrew Pekosz, Ph.D, Profesor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Johns Hopkins menyatakan bahwa Covid-19 lebih mematikan dari Influenza. Adapun vaksin Covid-19 telah memenuhi standar aman dari BPOM dan terbukti efektif menurunkan jumlah kasus positif di berbagai negara.
Rujukan
- https://www.jhsph.edu/covid-19/articles/no-covid-19-is-not-the-flu.html
- https://turnbackhoax.id/2021/07/26/salah-vaksin-mengandung-racun-berbahaya/
- https://www.rappler.com/newsbreak/fact-check/covid-19-vaccines-not-proven-safe-effective
- https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/808-bedanya-endemi-epidemi-dan-pandemi
- https://www.worldometers.info/coronavirus/
Halaman: 5643/6906



