• (GFD-2020-8343) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Ini Video Warga Iran yang Tonton Perang Armenia dan Azerbaijan?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 23/10/2020

    Berita


    Video yang memperlihatkan puluhan orang tengah menyaksikan semacam luncuran api yang melintas dengan kecepatan tinggi beredar di media sosial. Suara luncuran api ini mirip dengan suara roket. Video ini diklaim sebagai video warga Iran yang sedang menonton perang Armenia dan Azerbaijan.
    Dalam video berdurasi 1 menit itu, sejumlah orang terlihat merekam peristiwa tersebut dengan ponselnya. Ada pula sejumlah pria yang sedang menggendong anak-anak.
    Di Facebook, video beserta klaim itu dibagikan salah satunya oleh akun Zulkarnain. Akun tersebut mengunggah video itu pada 18 Oktober 2020. Akun ini pun menulis narasi, "Ini bukan pesta kembang api. Tapi warga Iran sedang menonton perang antara Armenia dengan Azerbaijan."
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Zulkarnain.
    Apa benar video tersebut adalah video warga Iran yang sedang menonton perang Armenia dan Azerbaijan?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim itu, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Selanjutnya, gambar-gambar itu ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa video tersebut merupakan video pertunjukan militer Rusia dan telah beredar sejak 2019.
    Vedio yang sama dengan kualitas yang lebih baik pernah diunggah ke Youtube oleh kanal dengan nama dalam bahasa Serbia yang berarti Dewa Perang. Video yang dibagikan pada 17 November 2019 tersebut berjudul “Sebuah Akhir Pekan yang Lazim di Rusia”.
    Video itu pun pernah diunggah oleh kanal dengan nama dalam bahasa Ukraina yang berarti Boris Levchenko, tepatnya pada 6 Desember 2019. Video ini diberi judul “Seperti inilah bentuk penghormatan Rusia - tembakan MLRS (Multiple Launcher Rocket System) pada jarak tertentu”.
    Situs media Rusia, Russia Beyond, juga pernah memuat video itu dalam beritanya pada 17 November 2019. Menurut berita tersebut, video itu merupakan video pertunjukan sistem artileri rudal dalam rangka Hari Tentara dan Artileri Rudal.
    Ribuan warga yang hadir bisa melihat sistem rudal taktis Point-U, Msta-B, Gvozdika, dan Acacia. Suguhan khusus pun diberikan, yakni peluncur roket multibarel Grad dan Hurricane. Selain itu, para tamu diperlihatkan lebih dari 100 unit senjata dan peralatan tempur modern.
    Konflik Azerbaijan dan Armenia
    Berdasarkan arsip berita Tempo pada 21 Oktober 2020, konflik Nagorno-Karabakh, wilayah di Azerbaijan dengan mayoritas penduduk etnis Armenia, kembali meletus pada 27 September 2020. Konflik itu pun hingga kini telah menewaskan ratusan orang.
    Rusia telah berupaya memediasi gencatan senjata di Nagorno-Karabakh. Namun, dua kali upaya gencatan senjata belum bisa menghentikan konflik Azerbaijan dan Armenia. “Kedua pihak mengatakan terjadi pertempuran sengit di sekitar Nagorno-Karabakh pada Selasa,” demikian seperti dilansir Reuters pada 21 Oktober 2020.
    Konflik ini menimbulkan kekhawatiran bahwa dua kekuatan regional, yaitu Turki dan Rusia, bakal terlibat. Ada pula kekhawatiran bahwa konflik di Nagorno-Karabakh itu akan mengganggu jaringan pipa gas dan minyak milik Azerbaijan.
    Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo pun direncanakan bakal bertemu dengan Menteri Luar Negeri Armenia serta Azerbaijan pada 23 Oktober 2020 untuk memediasi konflik Nagorno-Karabakh. Namun, belum jelas apakah keduanya bertemu Pompeo secara terpisah atau pada waktu yang sama.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa video di atas merupakan video warga Iran yang sedang menonton perang Armenia dan Azerbaijan, keliru. Video tersebut adalah video pertunjukan militer Rusia dalam rangka Hari Tentara dan Artileri Rudal. Video ini telah beredar di internet sejak 2019.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8342) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Bahan Uang Dolar AS adalah Pohon Pisang Indonesia?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 22/10/2020

    Berita


    Klaim bahwa bahan baku uang dolar AS (Amerika Serikat) adalah pohon pisang yang berasal dari Indonesia beredar di Facebook. Klaim ini terdapat dalam sebuah gambar yang berasal dari akun Instagram @faktadanfenoma. Narasi dalam gambar itu berbunyi "Tahukah kamu? Ternyata bahan baku uang Dollar AS adalah pohon pisang yang berasal dari Indonesia".
    Salah satu akun yang membagikan gambar berisi klaim tersebut adalah akun Aladin Ode. Hingga artikel ini dimuat, unggahan pada 19 Oktober 2020 itu telah mendapatkan lebih dari 1.600 reaksi dan sekitar 200 komentar serta telah dibagikan sebanyak 12 kali.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Aladin Ode.
    Apa benar bahan uang dolar AS adalah pohon pisang Indonesia?

    Hasil Cek Fakta


    Berdasarkan verifikasi Tim CekFakta Tempo, sejauh ini, belum ada bukti kuat bahwa uang dolar AS berbahan baku serat pisang, dalam hal ini pisang abaka, yang berasal dari Indonesia. Sejumlah situs pemerintah AS yang bisa diakses menyebut uang kertas dolar AS menggunakan 75 persen katun dan 25 persen linen.
    Selain itu, Indonesia baru berhasil mengekspor serat pisang abaka pada Juli 2020, yakni ke Jepang. Selama ini, sebagian besar kebutuhan serat pisang abaka dalam negeri dipenuhi dari impor. Tidak ditemukan informasi apakah Jepang mengekspor kembali serat pisang abaka asal Indonesia tersebut ke AS.
    Untuk memeriksa klaim bahwa bahan uang dolar AS adalah pohon pisang Indonesia, Tempo menelusuri informasi terkait dengan memasukkan sejumlah kata kunci ke mesin pencarian Google. Tempo pun menemukan bahwa klaim tersebut pernah dimuat dalam artikel di situs Nusantaratv.com pada 5 Agustus 2020. Artikel ini menyadur dari situs Bombastis.com, tanpa disertai rujukan atau sumber lain yang lebih kredibel.
    Menurut Departemen Keuangan AS, uang kertas AS terdiri dari 75 persen katun dan 25 persen linen. Inilah yang membuat uang dolar AS terlihat dan terasa berbeda. Informasi ini juga dimuat oleh situs Program Pendidikan Mata Uang AS. Menurut situs ini, bahan-bahan tersebut membuat uang kertas AS sulit disobek.
    Menurut artikel di publikasi elektronik Numismatic Bibliomania Society, The E-Sylum, edisi 1 April 2007, yang berjudul "Linen and Cotton in US Paper Money", Bob Leuver, mantan Direktur Biro Pengukiran dan Percetakan AS (BEP), menjelaskan bahwa katun yang dipakai dalam uang kertas AS berasal dari kapas yang berserat lunak dan banyak dipasok dari Carolina, AS. Sementara linen berasal dari rami yang berserat kokoh atau keras.
    Menurut Leuver, ketika ia masih memimpin BEP, linen yang digunakan berasal dari Belgia. Karena pasokan menurun, BEP mendatangkan rami mentah dari Afrika. Namun, menurut Leuver, saat ini produksi uang kertas AS meningkat, sehingga ia bertanya-tanya dari mana lagi pasokan bahan baku untuk uang kertas AS.
    Leuver pun mencuplik informasi dari Currency News pada Maret 2004, bahwa uang kertas terbuat dari 100 persen serat selulosa alami dari berbagai bahan. Yang paling umum adalah kapas. "Meskipun begitu, linen yang berasal dari rami juga digunakan secara luas, terutama di AS," ujarnya. Bahan serat selulosa lainnya adalah bubur kayu hingga abaka yang berasal dari Filipina, atau mitshumanat, semak berserat yang digunakan di Jepang.
    Abaka untuk uang kertas Indonesia dan Jepang
    Pisang abaka sebagai penghasil serat alam memang populer dijadikan bahan baku bubur kertas untuk uang. Berdasarkan catatan sejarah yang disusun oleh Bank Indonesia, pisang abaka telah lama tumbuh di Indonesia, antara lain di Pulau Sangir (Sulawesi Utara) yang tumbuh secara liar.
    Sebagaimana di Filipina (tempat asal pisang abaka), penduduk Pulau Sangir memanfaatkan serat abaka (atau kafe, menurut bahasa setempat) untuk bahan kain tenun tradisional. Penanaman abaka secara komersial dimulai pada 1905, tepatnya di Jawa dan Sumatera Selatan, dengan orientasi ekspor. Sejak saat itu, pisang abaka mulai berkembang secara luas, dari Sumatera Utara (di daerah Deli dan Bandar Betsy) hingga Lampung, serta di Jawa.
    Namun, setelah Perang Dunia II, perkembangan perkebunan pisang abaka di Indonesia mulai merosot, seiring dengan semakin berkembangnya serat yang berasal dari bahan sintetik. Lahan-lahan perkebunan (khususnya di Sumatera) pun beralih ke tanaman komersial lainnya. Hingga 1982, perkebunan pisang abaka di Indonesia hanya dijumpai di Banyuwangi dengan areal sekitar 600 hektare.
    Menurut penelitian berjudul “Abaka (Musa textilis Nee) sebagai sumber serat alam, penghasil bahan baku bubur kertas dan sumber pendapatan petani” oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, kebutuhan serat abaka nasional masih impor. Demikian pula kebutuhan dunia akan serat tersebut, juga belum terpenuhi.
    Produksi serat abaka internasional mencapai 65 ribu ton per tahun. Adapun permintaan telah mencapai 85 ribu ton per tahun. Artinya, pasokan serat abaka masih kurang sekitar 20 ribu ton per tahun. Sejak 2014, BI pun mulai serius menggunakan bahan baku serat kapas dan serat abaka dalam negeri.
    Karena besarnya kebutuhan abaka, terutama di dalam negeri, Kementerian Pertanian melakukan sejumlah inovasi untuk meningkatkan budidaya abaka. Baru pada 2020, sebanyak enam ton serat abaka Indonesia berhasil diekspor ke Jepang sebagai bahan baku uang mereka. Ekspor dilakukan oleh PT MNP Indonesia yang mengembangkan budidaya pisang abaka di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "bahan uang dolar AS adalah pohon pisang Indonesia" tidak terbukti. Sejauh ini, belum ada bukti kuat bahwa uang dolar AS berbahan baku serat pisang, dalam hal ini pisang abaka, yang berasal dari Indonesia. Data saat ini menunjukkan bahwa serat pisang abaka dari Indonesia diekspor pada Juli 2020 sebagai bahan baku mata uang Jepang. Sementara sejumlah situs pemerintah AS yang bisa diakses menyebut uang kertas dolar AS menggunakan 75 persen katun dan 25 persen linen.
    IKA NINGTYAS
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8341) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Tak Ada Media Besar yang Beritakan Pemprov DKI Sabet 9 Penghargaan di Bidang Kehumasan?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 22/10/2020

    Berita


    Klaim bahwa tidak ada media besar yang memberitakan diraihnya sembilan penghargaan di bidang kehumasan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta beredar di media sosial. Klaim ini dibagikan oleh akun Fakta Anies Baswedan, tepatnya pada 19 Oktober 2020.
    Dalam unggahannya, akun ini mengunggah sebuah gambar yang berisi tangkapan layar artikel di situs RMOL yang berjudul "DKI Cetak Rekor, Raih 9 Penghargaan Di Ajang Public Relations Awards". Artikel tersebut terbit pada 18 Oktober 2020.
    Dalam gambar itu, terdapat pula foto Gubernur DKI Anies Baswedan serta kutipan yang berbunyi "Penghargaan ini kami persembahkan untuk seluruh warga Ibu Kota yang telah mengurus sendiri perizinan/nonperizinannya dan menjadi pemicu bagi kami untuk terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sebagai Solusi Investasi dan Perizinan di Jakarta".
    Akun Fakta Anies Baswedan pun menulis narasi, "Kalau yang begini-begini ga bakal ada di TV atau media-media gede..." Hingga artikel ini dimuat, unggahan tersebut telah dibagikan lebih dari 900 kali dan mendapatkan lebih dari 10 ribu reaksi serta 3 ribu komentar.
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Fakta Anies Baswedan.
    Apa benar tidak ada media besar yang memberitakan sembilan penghargaan di bidang kehumasan yang diraih oleh Pemprov DKI Jakarta?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait dengan memasukkan kata kunci "DKI raih penghargaan Public Relations Indonesia Awards" di mesin pencarian Google. Hasilnya, ditemukan sejumlah media besar yang memberitakan sembilan penghargaan di bidang kehumasan yang diraih oleh Pemprov DKI Jakarta tersebut.
    Salah satu media yang memberitakan hal tersebut adalah Detik.com, yakni pada 19 Oktober 2020, dalam beritanya yang berjudul "Pemprov DKI Jakarta Borong 9 Penghargaan di Bidang Komunikasi-Kehumasan". Penghargaan tersebut diterima oleh Pemprov DKI melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta.
    DPMPTSP DKI Jakarta menjadi juara umum kategori Pemerintah Provinsi dalam Kompetisi Kinerja Komunikasi di ajang Public Relations Indonesia Awards (PRIA) 2020, dan meraih sembilan penghargaan. Ini merupakan kali pertama Pemprov DKI mengikuti ajang tahunan tersebut.
    Adapun penghargaan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
    Selain Detik.com, situs Tribunnews, Divisi Koran Daerah Kompas Gramedia, juga memberitakan raihan penghargaan oleh Pemprov DKI tersebut, tepatnya pada 18 Oktober 2020. Berita terkait ini berjudul "Pemprov DKI Jakarta Raih 9 Penghargaan di Ajang Public Relations Indonesia Awards".
    Menurut berita tersebut, penyerahan penghargaan itu dilakukan secara virtual oleh pendiri dan Chief Executive Officer PR Indonesia, Asmono Wikan, kepada pelaksana tugas Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati. Selain meraih sembilan penghargaan di ajang PRIA 2020, Pemprov DKI juga menyabet gelar PR Indonesia Most Popular Leader in Social Media 2020 Kategori Gubernur dalam Ajang The 6th Jambore PR Indonesia 2020.
    "Penghargaan ini kami persembahkan untuk seluruh warga ibu kota yang telah mengurus sendiri perizinan/nonperizinannya dan menjadi pemicu bagi kami untuk terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sebagai Solusi Investasi dan Perizinan di Jakarta," kata Sri pada 18 Oktober 2020.

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa "tidak ada media besar yang memberitakan diraihnya sembilan penghargaan di bidang kehumasan oleh Pemprov DKI Jakarta" keliru. Sejumlah media memberitakan raihan penghargaan dari Public Relations Indonesia Awards (PRIA) 2020 oleh Pemprov DKI tersebut, seperti Detik.com dan Tribunnews.
    IBRAHIM ARSYAD
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan

  • (GFD-2020-8340) [Fakta atau Hoaks] Benarkah Mike Tyson Salat di Kafe Los Angeles yang Larang Muslim Berkunjung?

    Sumber: cekfakta.tempo.co
    Tanggal publish: 21/10/2020

    Berita


    Video pendek yang memperlihatkan legenda tinju Mike Tyson sedang salat bersama dua pria di sebuah ruangan beredar di media sosial. Video ini diklaim sebagai video ketika Tyson salat di sebuah kafe di Los Angeles, Amerika Serikat, yang melarang muslim masuk ke kafe tersebut.
    Di Facebook, klaim tersebut dibagikan salah satunya oleh akun Djony Edward Ori, tepatnya pada 20 Oktober 2020. Akun ini pun menulis narasi sebagai berikut:
    “Pemilik caffee di tegah kota Los Ageles menuliskan di depan pintu Caffee nya kalau orang muslim dilarang masuk. Tapi ketiga Orang muslim ini tak peduli mereka masuk ke dlm Caffee tidak membeli apa apa tapi langsung meletak kan sajadah dan langsung sholat Ashar pemilik Caffee ,securities dan pegawainya hanya terdiam dan tak bisa berbuat apa apa cuma bisa menyaksikan tanpa mengeluarkan kata kata, mereka terlalu takut untuk membuka mulutnya. Ketiga orang itu adalah: Mantan juara tinju kelas berat dunia yg sangat tersohor Mike Tyson dan present word Boxing champion Sweden Bado jack dan imam sholatnya present world kick boxing campion Aamar Abddallah.”
    Gambar tangkapan layar unggahan akun Facebook Djony Edward Ori.
    Apa benar video tersebut adalah video saat Mike Tyson salat di sebuah kafe di Los Angeles yang melarang muslim berkunjung?

    Hasil Cek Fakta


    Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim CekFakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi sejumlah gambar dengantoolInVID. Gambar-gambar tersebut kemudian ditelusuri jejak digitalnya denganreverse image tool Google dan Yandex. Hasilnya, ditemukan informasi bahwa video itu direkam di kantor perusahaan milik Mike Tyson, Tyson Ranch, yang berada di California, AS, pada 23 Agustus 2020.
    Video tersebut pernah diunggah oleh akun Twitter milik salah satu pria yang salat bersama Tyson dalam video itu, Badou Jack, pada 23 Agustus 2020. Jack yang juga merupakan petinju ini pun menulis, "Praying side by side with my brothers @MikeTyson & @TeamAbdallah #muslimbrothers #alhamdulillah."
    Video yang identik dengan durasi yang lebih panjang juga pernah diunggah oleh kanal YouTube milik petinju Floyd dan Jeff Mayweather, The Mayweather Channel, pada 23 Agustus 2020. Video itu berjudul “Mike Tyson, Badou Jack & Amer Abdallah pray together”.
    Video ini pun diberi keterangan, “The legendary Mike Tyson joins former world champ Badou Jack and Amer Abdallah in pryer at Tyson Ranch.” Dalam video itu, di dinding yang berada di belakang Tyson, terpasang lampu yang membentuk logo Tyson Ranch. Di lemari es yang terdapat di ruangan tersebut pun, terdapat tulisan "Tyson Ranch". Ada pula ring tinju dalam ruangan itu.
    Logo Tyson Ranch yang berbentuk lampu tersebut sama dengan yang terdapat dalam situs resmi Tyson Ranch. Menurut situs ini, Tyson Ranch adalah perusahaan lisensi danbrandingyang didirikan oleh Mike Tyson. "Konsistensi dan kualitas adalah inti dari perusahaan kami, dengan misi untuk membuat ganja dipahami secara universal," demikian keterangan yang tercantum dalam situs tersebut.
    Klaim palsu terkait video ketika Tyson salat berjamaah itu juga sempat menyebar pada akhir Agustus 2020. Saat itu, klaim yang beredar menyatakan bahwa, dalam video itu, Tyson sedang salat berjamaah di Arab Saudi, menjelang pertandingannya yang dijadwalkan pada September 2020.
    Dilansir dari Esquire, menurut manajer tinju Amer Abdallah, yang mengelola petinju Badou Jack dan Viddal Riley, video tersebut direkam baru-baru ini di Big Bear, California, tepatnya di Tyson Ranch. Abdallah dan Jack pergi ke Tyson Ranch untuk mempersiapkan pertandingan pada 28 November 2020.
    "Kami menghabiskan akhir pekan di Big Bear untuk mendapatkan pelatihan ringan dan istirahat sebentar dari Las Vegas," katanya. "Ketika kami pertama kali tiba di sana, saya bertanya kepada Tyson di mana saya bisa berdoa. Dia berkata, aku akan berdoa denganmu."

    Kesimpulan


    Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa legenda tinju Mike Tyson salat di sebuah kafe di Los Angeles, AS, yang melarang muslim berkunjung, keliru. Video tersebut direkam di kantor perusahaan milik Tyson, Tyson Ranch, yang berada di California, AS. Tyson salat bersama petinju Badou Jack dan manajer tinju Amer Abdallah yang berkunjung ke Tyson Ranch.
    ZAINAL ISHAQ
    Anda punya data/informasi berbeda, kritik, atau masukan untuk artikel cek fakta ini? Kirimkan ke cekfakta@tempo.co.id

    Rujukan