Benarkah pki akan menyuntikan virus ke ulama?
Beredar narasi yang menyebut bahwa usulan 5.000 ulama di Jawa Barat harus menjalani rapid test merupakan modus menghabisi ustadz dengan cara disuntikan virus corona atau Covid-19 hingga meninggal dunia. Pasca dilakukan penelusuran lebih lanjut, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menjelaskan bahwa usulan 5.000 ustadz menjalani rapid test sendiri berdasar dari hasil rapid test massal di Jabar sepekan terakhir, yang menunjukkan 667 orang terindikasi Covid-19.
NARASI:
*WASPADALAH…!!!*
Perlu dicermati. Di runing teks sebuah TV-5000 ustadz di Jabar akan menjalani *rapid test*.
Lho kenapa hanya ustadz.?
Kenapa nggak semua tokoh agama.?
Waspadalah…!!!
Ustadz yng lurus bisa divonis positif Corona…!!!
*#Patut diduga gaya PKI*
???? *Modus Menghabisi Ustadz..!!??*
Ustadz yg sehat bisa saja divonis PDP, dimasukkan RS, disuntik covid-19 sampai mati, dikantongi plastik langsung dikubur oleh RS.
Tidak ada yang bisa protes.
*Kita harus mengambil sikap tegas…????????*
===
Benarkah ulama jawabarat mau di periksa chovid19?
Dan katanya ada mau di suntik , terus suntikannya ada virus
(GFD-2020-3812) [SALAH] “Modus Menghabisi Ustadz, disuntik covid-19 sampai mati”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 06/04/2020
Berita
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN: Melalui pesan berantai Whatsapp dan juga media sosial Facebook, beredar sebuah narasi yang menyebut bahwa usulan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum terkait dengan rencana akan menggelar rapid test bagi 5.000 ustadz di Jawa Barat merupakan bentuk dari modus menghabisi ustadz. Menurut pesan yang beredar, nantinya ustadz yang sehat bisa saja divonis PDP, lalu dimasukan ke RS dan kemudian disuntik virus corona atau Covid-19 hingga meninggal dunia.
Faktanya, usulan Wakil Gubernur Jabar terkait dengan 5.000 ulama di Jabar harus menjalani rapid test mempunyai alasan yang mendasar. Ulama yang dimaksud adalah mulai dari tokoh agama di kampung dan desa hingga pondok pesantresn. Ulama sendiri masuk ke dalam kategori B, sebagaimana mereka adalah kelompok masyarakat yang dikategorikan sering bertemu dengan banyak orang. Melansir dari fajar.co.id, Uu menjelasakan, rencana tersebut juga dipicu dari hasil rapid test massal yang dilakukan di Jabar dalam kurun waktu satu pekan terakhir.
“Rencana itu dipicu berdasar hasil rapid test massal di Jabar sepekan terakhir yang menunjukkan 667 orang terindikasi positif Covid-19. Seperti yang terjadi di rumah ibadah Lembang Bandung dan Stukpa Sukabumi,” jelasnya.
Menurut Uu, pesantren juga berpotensi menjadi kluster baru penularan Covid-19. Terlebih lagi, kiai atau sesepuh pondok pesantren sering menerima tamu atau bersalaman dengan santri. Oleh sebab itulah, Pemprov Jawa Barat akan melaukan rapid test secara massif kepada 5.000 kiai di Jawa Barat.
“Pak Gubernur Jabar (Ridwan Kamil) meminta saya untuk koordinasi dengan tokoh ulama, MUI dan pimpin pondok pesantren untuk tes massal ini,” pungkasnya.
Melansir dari kompas.com, Uu menambahkan bahwa rapid test Covid-19 bagi 5.000 ulama ini dilakukan untuk kepentingan bersama demi memutus mata rantai penyebaran virus corona itu sendiri. Terkait dengan jadwal tes, Uu mengatakan hingga saat ini pihaknya tengah berkoodinasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk tokoh ulama dan pesantren.
Kesimpulannya adalah, narasi pesan yang menyebut bahwa usulan 5.000 ulama jalani rapid test merupakan bentuk modus menghabisi ulama merupakan informasi yang tidak berdasar. Narasi tersebut masuk ke dalam kategori misleading konten atau konten yang menyesatkan. Di mana narasi tersebut bisa menimbulkan tafsir atau pemahaman yang salah di masyarakat.
===
Faktanya, usulan Wakil Gubernur Jabar terkait dengan 5.000 ulama di Jabar harus menjalani rapid test mempunyai alasan yang mendasar. Ulama yang dimaksud adalah mulai dari tokoh agama di kampung dan desa hingga pondok pesantresn. Ulama sendiri masuk ke dalam kategori B, sebagaimana mereka adalah kelompok masyarakat yang dikategorikan sering bertemu dengan banyak orang. Melansir dari fajar.co.id, Uu menjelasakan, rencana tersebut juga dipicu dari hasil rapid test massal yang dilakukan di Jabar dalam kurun waktu satu pekan terakhir.
“Rencana itu dipicu berdasar hasil rapid test massal di Jabar sepekan terakhir yang menunjukkan 667 orang terindikasi positif Covid-19. Seperti yang terjadi di rumah ibadah Lembang Bandung dan Stukpa Sukabumi,” jelasnya.
Menurut Uu, pesantren juga berpotensi menjadi kluster baru penularan Covid-19. Terlebih lagi, kiai atau sesepuh pondok pesantren sering menerima tamu atau bersalaman dengan santri. Oleh sebab itulah, Pemprov Jawa Barat akan melaukan rapid test secara massif kepada 5.000 kiai di Jawa Barat.
“Pak Gubernur Jabar (Ridwan Kamil) meminta saya untuk koordinasi dengan tokoh ulama, MUI dan pimpin pondok pesantren untuk tes massal ini,” pungkasnya.
Melansir dari kompas.com, Uu menambahkan bahwa rapid test Covid-19 bagi 5.000 ulama ini dilakukan untuk kepentingan bersama demi memutus mata rantai penyebaran virus corona itu sendiri. Terkait dengan jadwal tes, Uu mengatakan hingga saat ini pihaknya tengah berkoodinasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk tokoh ulama dan pesantren.
Kesimpulannya adalah, narasi pesan yang menyebut bahwa usulan 5.000 ulama jalani rapid test merupakan bentuk modus menghabisi ulama merupakan informasi yang tidak berdasar. Narasi tersebut masuk ke dalam kategori misleading konten atau konten yang menyesatkan. Di mana narasi tersebut bisa menimbulkan tafsir atau pemahaman yang salah di masyarakat.
===
Rujukan
(GFD-2020-3811) [SALAH] Video “Gereja minta di azankan corona ga aktif bila di dengarkan azan”
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 06/04/2020
Berita
TIDAK terkait COVID-19. Video sudah dibagikan sebelumnya pada tahun 2015, sementara COVID-19 mulai mewabah pada Desember 2019.
Akun “Maya Syakira” (facebook.com/maya.syakira.98), sudah dibagikan 2 Ribu kali per dibuat arsip.
======
NARASI
“Gereja minta di azankan..mrk yakin krn berdasarkan riset corona ga aktif bila di dengarkan azan atau Alquran.Mashaallah.”
======
Akun “Maya Syakira” (facebook.com/maya.syakira.98), sudah dibagikan 2 Ribu kali per dibuat arsip.
======
NARASI
“Gereja minta di azankan..mrk yakin krn berdasarkan riset corona ga aktif bila di dengarkan azan atau Alquran.Mashaallah.”
======
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
(1) First Draft News: “Konten yang Salah
Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”
Selengkapnya di http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S.
* SUMBER membagikan video yang sudah dibagikan sebelumnya pada tahun 2015.
–
* Narasi SUMBER menimbulkan kesimpulan yang salah. Video yang dibagikan TIDAK BERKAITAN dengan COVID-19 karena sudah dibagikan SEBELUM Desember 2019, bulan dimana COVID-19 (Coronavirus 2019) dilaporkan mulai mewabah.
(2) Video yang berkaitan,
Kilisede Ezan
Darul Erkam Cami Östringen
October 12, 2015 ·
“Imam Hüseyin Balikci kilisede Ezan okuyor”
Imam Hussein fishing is reading prayer at the church
Translated.
======
(1) First Draft News: “Konten yang Salah
Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”
Selengkapnya di http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S.
* SUMBER membagikan video yang sudah dibagikan sebelumnya pada tahun 2015.
–
* Narasi SUMBER menimbulkan kesimpulan yang salah. Video yang dibagikan TIDAK BERKAITAN dengan COVID-19 karena sudah dibagikan SEBELUM Desember 2019, bulan dimana COVID-19 (Coronavirus 2019) dilaporkan mulai mewabah.
(2) Video yang berkaitan,
Kilisede Ezan
Darul Erkam Cami Östringen
October 12, 2015 ·
“Imam Hüseyin Balikci kilisede Ezan okuyor”
Imam Hussein fishing is reading prayer at the church
Translated.
======
Rujukan
(GFD-2020-3810) [BERITA] Menara Jaringan Telekomunikasi 5G di Inggris Dibakar karena Hoax Virus Corona
Sumber: Media OnlineTanggal publish: 06/04/2020
Berita
“Hoax seputar virus corona menyebabkan kerusakan pada jaringan telekomunikasi di Inggris. Sejumlah tower 5G di Inggris dibakar karena hoax yang mengatakan bahwa 5G menyebabkan virus corona.”
Hasil Cek Fakta
* THE VERGE: “Tiang telepon 5G sedang dibakar di Inggris, setelah teori konspirasi online secara keliru menghubungkan menara sel dengan pandemi coronavirus. BBC melaporkan bahwa setidaknya tiga menara 5G dibakar dalam minggu lalu, dan polisi dan pemadam kebakaran dipanggil untuk memadamkan api.”
Rujukan
(GFD-2020-3809) [BERITA] Pasien positif Covid -19 di RST Latumeten Ambon masih dalam perawatan
Sumber: Sosial MediaTanggal publish: 06/04/2020
Berita
Pasien positif Covid -19 di RST Latumeten Ambon, yang diberitakan meninggal dunia ternyata tidak benar. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku, Kasrul Selang menyatakan bahwa berita meninggalnya pasien itu adalah hoaks.
Beredar informasi yang mengklaim bahwa pasien positif Covid -19 di RST Latumeten Ambon, akhirnya meninggal dunia setelah sebelumnya dirawat di RST Latumeten Ambon.
Informasi ini salah satunya dimuat di situs spektrumonline.com pada 5 April 2020 di artikel berjudul “Pasien Positif Covid-19 RST Latumeten Meninggal Dunia”
Saat ini, artikel itu sudah dihapus dari situs tersebut.
Update sebaran covid 19 di provinsi maluku
Beredar informasi yang mengklaim bahwa pasien positif Covid -19 di RST Latumeten Ambon, akhirnya meninggal dunia setelah sebelumnya dirawat di RST Latumeten Ambon.
Informasi ini salah satunya dimuat di situs spektrumonline.com pada 5 April 2020 di artikel berjudul “Pasien Positif Covid-19 RST Latumeten Meninggal Dunia”
Saat ini, artikel itu sudah dihapus dari situs tersebut.
Update sebaran covid 19 di provinsi maluku
Hasil Cek Fakta
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa pasien positif Covid -19 di RST Latumeten Ambon meninggal dunia adalah klaim yang salah.
Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang membantah adanya pemberitaan yang menyatakan pasien dalam pengawasan (PDP) di RST Latumeten Ambon, akhirnya meninggal dunia setelah sebelumnya dirawat di RST Latumeten Ambon.
“Itu Hoax, saya sudah cek di RST pasiennya masih dalam perawatan,” katanya saat dikonfirmasi di Ambon, Minggu (5/4/2020).
Hal yang sama disampaikan Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kota Ambon, dr.Wendy Pelupessy, bahwa pasien tersebut masih dalam perawatan.
“Pasien tersebut masih dalam perawatan di RST Latumeten, dan informasi yang kami dapatkan, keadaan umum pasien semakin membaik. Jangan percaya informasi yang mengatakan pasien tersebut meninggal,” kata Kadis.
Kasrul Selang meminta media, untuk mengkonfirmasi pemberitaan sebelum ditayangkan agar tidak menimbulkan keresahan.
“Wartawan juga manusia, saya berdoa saja semoga diambil pelajaran dari ini semua,” ucapnya.
Dijelaskan lebih lanjut, sebelum diberitakan di media online, Tim Gugus tugas sudah mendeteksi pengguna media sosial yang memposting berita hoax tentang PDP Meninggal di Rumah Sakit Tentara (RST) tersebut. Dia mengakui, untuk diproses ke kepolisian masih akan dibahas.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Spektrum sudah meminta maaf dan menghapus artikel sebelumnya. Permintaan maaf ini ditulis di artikel berjudul “Pasien Positif Covid-19 Masih Dirawat”
Berikut kutipannya:
“AMBON, SPEKTRUM – Pasien positif Covid -19 di RST Latumeten Ambon, yang diberitakan meninggal dunia ternyata tidak benar. Setelah dilakukan penelusuran ternyata yang bersangkutan masih dirawat di RST Latumeten Ambon.
“Pasien masih ada, sehat, memang tadi ada keluarganya yang datang tapi tidak diperkenankan masuk, makanya timbul berita seperti itu, kami memahaminya,” kata salah satu tenaga medis yang enggan namanya dipublikasikan kepada Spektrum.
Senada dengan itu, Sekda Maluku, Kasrul Selang membantah jika pasien tersebut meninggal.
“Tidak benar,” katanya singkat melalui sambungan teleponnya, Minggu (05/04/2020).
Untuk itu, Pemimpin Redaksi Spektrum beserta seluruh staf meminta maaf kepada seluruh pembaca atas kelalaian yang terjadi.
“Saya minta maaf atas nama seluruh Staf Redaksi Spektrum, atas kelalaian ini. Kami minta maaf untuk segenap pembaca setia Spekterumonline.com, juga bagi keluarga pasien, management RST dr. Latumeten serta pihak terkait lainnya. Kedepan kami akan lebih teliti lakukan cek and ricek,” kata Pemimpin Redaksi Spektrumonline.com, Samad Djen Salatalohy.”
Sebelumnya, pasien ini dibawa ke Rumah Sakit Tentara (RST) dr. Latumeten Ambon per 30 Maret 2020, karena mengeluhkan sakit, lemas-lemas sejak pulang dari Makassar. Warga Kota Ambon ini memang baru kembali bepergian dari Kota Makassar yang sudah terpapar virus corona.
Setelah menerima Rapid Test atau pemeriksaan cepat, ia dinyatakan positif Covid-19 meski baru sekitar 80 persen, Hasil utuhnya masih menunggu pemeriksaan sample ke Laboratorium DKI Jakarta.
’’Kami masih menunggu hasil tes sample jadi belum bisa terklarifikasi apakah 100 persen sudah positif,’’ demikian yang disampaikan Kasrul Selang, Ketua Harian Tim Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Maluku, via whassapp Sabtu (4/4/2020) .
Setelah dirawat hampir seminggu di RST Ambon, menurut Kasrul kondisi nenek berusia 74 tahun itu diinformasikan dalam kondisi klinis yang membaik.
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa pasien positif Covid -19 di RST Latumeten Ambon meninggal dunia adalah klaim yang salah.
Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang membantah adanya pemberitaan yang menyatakan pasien dalam pengawasan (PDP) di RST Latumeten Ambon, akhirnya meninggal dunia setelah sebelumnya dirawat di RST Latumeten Ambon.
“Itu Hoax, saya sudah cek di RST pasiennya masih dalam perawatan,” katanya saat dikonfirmasi di Ambon, Minggu (5/4/2020).
Hal yang sama disampaikan Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kota Ambon, dr.Wendy Pelupessy, bahwa pasien tersebut masih dalam perawatan.
“Pasien tersebut masih dalam perawatan di RST Latumeten, dan informasi yang kami dapatkan, keadaan umum pasien semakin membaik. Jangan percaya informasi yang mengatakan pasien tersebut meninggal,” kata Kadis.
Kasrul Selang meminta media, untuk mengkonfirmasi pemberitaan sebelum ditayangkan agar tidak menimbulkan keresahan.
“Wartawan juga manusia, saya berdoa saja semoga diambil pelajaran dari ini semua,” ucapnya.
Dijelaskan lebih lanjut, sebelum diberitakan di media online, Tim Gugus tugas sudah mendeteksi pengguna media sosial yang memposting berita hoax tentang PDP Meninggal di Rumah Sakit Tentara (RST) tersebut. Dia mengakui, untuk diproses ke kepolisian masih akan dibahas.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Spektrum sudah meminta maaf dan menghapus artikel sebelumnya. Permintaan maaf ini ditulis di artikel berjudul “Pasien Positif Covid-19 Masih Dirawat”
Berikut kutipannya:
“AMBON, SPEKTRUM – Pasien positif Covid -19 di RST Latumeten Ambon, yang diberitakan meninggal dunia ternyata tidak benar. Setelah dilakukan penelusuran ternyata yang bersangkutan masih dirawat di RST Latumeten Ambon.
“Pasien masih ada, sehat, memang tadi ada keluarganya yang datang tapi tidak diperkenankan masuk, makanya timbul berita seperti itu, kami memahaminya,” kata salah satu tenaga medis yang enggan namanya dipublikasikan kepada Spektrum.
Senada dengan itu, Sekda Maluku, Kasrul Selang membantah jika pasien tersebut meninggal.
“Tidak benar,” katanya singkat melalui sambungan teleponnya, Minggu (05/04/2020).
Untuk itu, Pemimpin Redaksi Spektrum beserta seluruh staf meminta maaf kepada seluruh pembaca atas kelalaian yang terjadi.
“Saya minta maaf atas nama seluruh Staf Redaksi Spektrum, atas kelalaian ini. Kami minta maaf untuk segenap pembaca setia Spekterumonline.com, juga bagi keluarga pasien, management RST dr. Latumeten serta pihak terkait lainnya. Kedepan kami akan lebih teliti lakukan cek and ricek,” kata Pemimpin Redaksi Spektrumonline.com, Samad Djen Salatalohy.”
Sebelumnya, pasien ini dibawa ke Rumah Sakit Tentara (RST) dr. Latumeten Ambon per 30 Maret 2020, karena mengeluhkan sakit, lemas-lemas sejak pulang dari Makassar. Warga Kota Ambon ini memang baru kembali bepergian dari Kota Makassar yang sudah terpapar virus corona.
Setelah menerima Rapid Test atau pemeriksaan cepat, ia dinyatakan positif Covid-19 meski baru sekitar 80 persen, Hasil utuhnya masih menunggu pemeriksaan sample ke Laboratorium DKI Jakarta.
’’Kami masih menunggu hasil tes sample jadi belum bisa terklarifikasi apakah 100 persen sudah positif,’’ demikian yang disampaikan Kasrul Selang, Ketua Harian Tim Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Maluku, via whassapp Sabtu (4/4/2020) .
Setelah dirawat hampir seminggu di RST Ambon, menurut Kasrul kondisi nenek berusia 74 tahun itu diinformasikan dalam kondisi klinis yang membaik.
Rujukan
Halaman: 5463/5892